Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Mufti. Show all posts
Showing posts with label Mufti. Show all posts

MUFTI MAZHAB SYAFII DI MASJIDIL HARAM MENOLAK AJARAN WAHABI


Mufti Mazhab Shafie di Masjidil Haram, Sheikh Ahmad Zayni Dahlan sebagai berikut:
* Sheikh Ahmad Zaini Dahlan adalah seorang alim yang tak perlu diperkenalkan lagi dalam sejarah Islam. Bahkan beliau juga ada menulis kitab sejarah Islam yang bertajuk “al-Futuhat al-Islamiyyah” yang ada di dalamnya kisah tentang fahaman Wahhabi.
* Beliau merupakan Mufti Mazhab Shafie di Masjidil Haram di akhir-akhir era Uthmaniyyah di awal kemunculan fahaman al-Wahhabi setelah Mufti Mazhab al-Shafie yang sebelumnya Sheikh Abdullah al-Zawawi mati ditembak oleh puak Wahhabi.
* Beliau juga ada mengarang kitab yang bertajuk “Fitnah al-Wahhabiyyah” yang merupakan satu bahagian daripada kitabnya “al-Futuhat al-’Islamiyyah”.
* Perbahasan beliau adalah begitu teliti dan hebat sekali sehinggakan sesiapa yang membaca kitab beliau akan menyedari kejahilan diri sendiri dan betapa tingginya ilmu beliau.
* Di dalam kitab “al-Durar al-Saniyyah”, beliau mendatangkan hujah-hujah ulama’ empat mazhab (Ahli Sunnah) tentang ke’sunnah’an menziarahi maqam Rasulullah SAW dan bertawassul dengan Baginda SAW.
* Bahkan beliau menegaskan bahawa ulama’ telah ijma’ mengenai ke’sunnah’an menziarahi maqam Baginda SAW dan bertawassul dengan Baginda SAW.
* Adalah satu perkara yang maklum bahawa golongan Wahhabi mengharamkan umat Islam menziarahi maqam Rasulullah SAW semata-semata apatah lagi bertawassul dengan Baginda SAW.
* Sikap mereka melampaui batas sehingga mengkafirkan umat Islam yang berbuat demikian dan menggelar mereka “Quburiyyun” – penyembah-penyembah kubur. Astaghfirullah.
* Golongan ini bukan sahaja melanggar ijma’, tetapi jua mengkafirkan orang yang beramal mengikut ijma’ ulama’.
* Di dalam buku ini, beliau juga mencatatkan peristiwa-peristiwa berkenaan golongan Wahhabi dengan begitu terperinci.
* Beliau juga menukilkan kata-kata Sheikh Alawi al-Haddad tentang kedudukan Wahhabiyyah sebagai khawarij dan kisah Sheikh Alawi al-Haddad bertemu dengan seorang alim besar mazhab hanafi, al-Allamah Sheikh Zahir Sunbul al-Hanafi yang memberitahu beliau tentang kedudukan bid’ah Wahhabiyyah yang sangat bahaya. Banyak lagi yang tidak disebut di sini bagi memendekkan kalam. Sebahagiannya agak sensitif bagi sesetengah negara.
* Beliau mempunyai banyak karangan-karangan yang bermanfaat, semoga Allah SWT merahmati beliau yang tergolong dalam kelompok ulama’ yang terulung dalam sejarah Islam dan memberikan kita manfaat serta cahaya dalam urusan agama dengan berkat kedudukan beliau di sisi-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin.
* Kitab ini bertajuk “al-Durar al-Saniyyah fi al-radd ‘ala al-Wahhabiyyah” yang bermaksud “Mutiara-mutiara Yang Bersinar bagi Menolak [Golongan] Wahhabiyyah” yang di karang oleh Sheikh al-Islam, Tempat Rujuk Orang Awam dan Khusus, Ketua dan Pemimpin kita,
Syeh Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Mazhab Shafie di Masjidil Haram, Mekkah al-Mukarramah. (Wafat pada 1304 H/1886M di al-Madinah al-Munawwarah).

Terjemahan:
Dan adapun mengenai ijma’ (ulama’) umat Islam mengenai ke’sunnah’an menziarahi maqam Rasulllah SAW maka al-’Allamah Ibnu Hajar (al-Haytami al-Makki) dan kitab “al-Jawhar al-Munazzam”, sesungguhnya sekumpulan daripada para imam yang mendukung Shariat yang mulia ini yang merupakan tempat rujuk dan bergantung dalam urusan agama telah menukilkan Ijma’ dalam perkara ini.
Dan khilaf di antara mereka ialah sama ada hukumnya wajib atau sunat, maka barangsiapa yang berselisih pendapat tentang keharusan menziarahi maqam Rasulullah SAW sesungguhnya dia telah mencarik/merobek ijma’.

Renungan:
* Ada orang kata gelaran Wahhabiyyah ini dicipta oleh kaum Yahudi dan Nasrani supaya umat Islam lebih jauh daripada pengikut Muhammad Ibn Abdul Wahhab.
* Namun begitu, pada hakikatnya kita melihat gelaran ini diberikan oleh para ulama’ Islam kepada mereka. Maka sebab itulah, mereka lari dari gelaran Wahhabiyyah kepada Salafiyyah.

Mantan Mufti Mesir: Tiga Pertanda Kiamat Besar Sudah Tampak


Kairo – Mantan Mufti Mesir Dr. Ali Gomaa dalam sebuah acara televisi menyatakan bahwa ada tiga pertanda dimulainya kiamat besar, dan semua pertanda itu sekarang sudah tampak dan terjadi.

Sebagaimana dilaporkan oleh berbagai media Arab, termasuk Albadee.net, Sabtu (1/10), Ali Gomaa mengatakan bahwa pertanda pertama ialah kekeringan di daerah Nakhl Baisan di Syam (Palestina) yang diduduki Israel, pertanda kedua ialah surutnya Danau Tiberias.

Menurut Gomaa, Danau Tiberias telah surut hingga batas yang mengancam kaum Zionis Israel dengan bencana “kehausan” sehingga mereka berusaha masuk ke wilayah Lebanon selatan untuk membuat waduk dari air Sungai Litani yang terletak di Lembah Bekaa, Lebanon selatan.

Sedangkan pertanda ketiga, lanjut Gomaa, ialah surutnya mata air Zaghar yang terletak di sebuah desa di dekat Laut Mati di Jordania. Menurut Gomaa, mata air itu sekarang sudah menyurut.

Mengenai berbagai terjadinya kiamat kecil, mantan mufti Mesir ini juga mengatakan bahwa semua pertanda itu berkenaan dengan merebaknya mafsadat atau kerusakan di muka bumi, yakni sesuatu yang buruk dan bejat namun diterima dan di anggap sebagai sesuatu yang lumrah di tengah umat manusia. (li)

Mufti Mesir: “Muslim Sunni Diperbolehkan Mengikuti Fatwa Mufti Syiah”


Tanggal: 2013/09/25 – 17:11



Mufti Mesir:
 Muslim Sunni Diperbolehkan Mengikuti Fatwa Mufti Syiah.
“Saya berpendapat bahwa seorang muslim Sunni diperbolehkan untuk mengikuti fatwa ulama Syiah. Dan ini pulalah yang pernah diutarakan oleh Syaikh Mahmud Saltut, pemimpin besar kaum muslimin di Mesir dan mantan Rektor Universitas Al Azhar. Karena bagi kami, Sunni dan Syiah itu tidak ada bedanya.” 

Syaikh Ali Jum’ah ulama Mufti Mesir dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Al Arabiyah selasa, 24/9 menyatakan kesepakatannya dengan fatwa persatuan dari Rahbar khususnya mengenai pelarangan umat Syiah untuk melakukan pelecehan dan penghinaan terhadap tokoh-tokoh yang diagungkan oleh Ahlus Sunnah.

Mufti Mesir tersebut selanjutnya berkata, “Kewajiban setiap ulama Ahlus Sunnah, adalah mengupayakan terwujudnya persatuan dan kedekatan dengan umat Syiah di seluruh dunia.”

“Dibidang fikih Syiah lebih maju dibanding Sunni, dan mengenai ini maka diperbolehkan Sunni untuk mengikuti fatwa dari ulama marja Syiah.” Lanjutnya lagi.

Syaikh Ali Jum’ah kemudian bersaksi dengan menyatakan sampai saat ini tidak ada satupun kitab asli dan penting Syiah yang beliau temui berisi kecaman dan penghinaan terhadap sahabat dan istri-istri Nabi. Beliau berkata, “Fatwa dari Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran tersebut merupakan salah bentuk perkhidmatan beliau terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan fatwa tersebut sangat mempercepat dan berkontribusi besar dalam terwujudnya persatuan kaum muslimin.”

Mufti Mesir tersebut setelah bertemu langsung dengan beberapa ulama besar Syiah dalam beberapa pertemuan para ulama Islam se dunia mengatakan, “Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, para ulama Syiah mengatakan kepada saya, penghinaan terhadap khalifah dan istri Nabi bukanlah berasal dari kalangan Syiah, melainkan perbuatan dan makar dari pihak musuh yang hendak memecah belah umat Islam antara Sunni dan Syiah.”

Pada bagian lain pembicaraannya, Syaikh Ali Jum’ah mengatakan, “Saya berpendapat bahwa seorang muslim Sunni diperbolehkan untuk mengikuti fatwa ulama Syiah. Dan ini pulalah yang pernah diutarakan oleh Syaikh Mahmud Saltut, pemimpin besar kaum muslimin di Mesir dan mantan Rektor Universitas Al Azhar. Karena bagi kami, Sunni dan Syiah itu tidak ada bedanya.”.

Mufti Mesir, Ali Jum’ah, tetap mempertahankan pendapatnya tentang kesamaan mazhab Syiah dan Ahlus Sunnah. Setelah fatwa tentang kesamaan kedua mazhab besar Islam ini, sang mufti terus menerus mendapat kecaman dari media massa Pemerintah dan sejumlah tokoh Wahabi dari luar Mesir. Salah satu tokoh Wahabi, Fathi Usman, menganggap Jum’ah sebagai orang yang menyimpang dari Islam gara-gara pendapatnya yang pro persatuan Islam itu.

Mufti Mesir, Ali Jum’ah, tetap mempertahankan pendapatnya tentang kesamaan mazhab Syiah dan Ahlus Sunnah. Setelah fatwa tentang kesamaan kedua mazhab besar Islam ini, sang mufti terus menerus mendapat kecaman dari media massa Pemerintah dan sejumlah tokoh Wahabi dari luar Mesir. Salah satu tokoh Wahabi, Fathi Usman, menganggap Jum’ah sebagai orang yang menyimpang dari Islam gara-gara pendapatnya yang pro persatuan Islam itu.

Namun demikian, kemarin, dalam sebuah seminar yang diadakan asosiasi pengacara Mesir, Dr. Ali Jum’ah mempertegas pendapatnya. “Saya tetap dalam pandangan semula, karena pandangan saya itulah yang benar menurut semua sumber Islam.”

Ali Jum’ah juga kembali menyatakan tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syiah kecuali dalam sumber-sumber pengambilan hukum. Keduanya sama-sama merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Bedanya, Syiah mengambil referensi Sunnah dari Rasulullah, Ahlulbait dan sebagian sahabat, sedangkan Ahlus Sunnah mengambilnya dari Rasulullah dan semua sahabat tanpa terkecuali.

Menurutnya, perbedaan referensi ini sama sekali tidak berdampak besar dalam rumusan dasar keyakinan dan tatacara ibadah. Bahkan, dia lagi-lagi menegaskan bahwa setiap Muslim boleh memilih di antara dua mazhab ini tanpa ragu. “Seorang Muslim boleh memakai fiqih yang datang dari ulama Sunni sebagaimana juga boleh mengambil dari ulama Syiah,” tandasnya.

Dalam banyak kesempatan, Mufti Mesir satu ini sering mendapat tudingan macam-macam termasuk sebagai agen Iran di Mesir. Tudingan ini jelas mengada-ada, karena Sang Mufti tak pernah sekali pun berkunjung ke Iran dan bertemu dengan ulama Syiah Iran. Semua pandangannya didasarkan pada buku-buku yang ditulis oleh ulama Sunni Mesir sendiri atau ulama Syiah yang bermukim di Mesir sejak ratusan tahun silam.
Mufti Mesir, Ali Jum’ah, menyatakan bahwa Syiah adalah mazhab Islam. “Setiap Muslim sah menjalankan Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.

Mufti Mesir ini juga mengingatkan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlus Sunnah untuk mengikuti konsep Syiah dalam ijtihad. “Syiah adalah sebuah mazhab Islam yang memiliki pola pikir yang maju dan progresif.”
Beliau menambahkan, “Kita harus mengakui bahwa para pengikuti mazhab ini telah mencapai kemajuan besar dalam banyak segi. Kita harus mengupayakan kerjasama di antara umat Islam demi keuntungan bersama.”

Syaikh Jum’ah juga menyatakan bahwa semua pihak yang mendiskreditkan Syiah adalah elemen yang patut dicurigai sebagai agen yang punya misi-misi buruk. Syaikh Jum’ah lalu mengajak para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bergandeng tangan dengan pengikut Syiah demi kemajuan dan keunggulan umat. Beliau mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sepela yang ada di antara Ahlus Sunnah dan Syiah.

Mufti Agung Mesir, Sheikh Ali Jumah memandang Syiah bukan ancaman bagi Mesir dan juga umat Islam dunia, buktinya iqih Jafari Diajarkan di Al-Azhar.

- Di hampir semua negara-negara Sunni, terdapat enclave (kantong) Shiah. Mereka tidak menjadi ancaman terhadap kekuasaan Sunni di manapun. Gerakan mereka sangat politis. Mereka akan menyusup dalam jaringan kekuasaan.MUSYAWARAH ‘ULAMA DAN UMMAT ISLAM INDONESIA KE-2 dan pernyataan FUUI yang menyatakan ‘Syi’ah SESAT’ karena ikut-ikutan Wahabi pro AS/israel, bukan berdasarkan ilmu dan pengetahuan.

Bandung -
Tak kurang dari 200 ulama dari berbagai wilayah di Indonesia hadir dalam Musyawarah Ulama dan Umat Islam di Masjid al-Fajr (21/4) Kota Bandung. Acara ini digelar oleh Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) untuk “Merumuskan Langkah Strategis Untuk Menyikapi Penyesatan dan Penghinaan Para Penganut Syi’ah”. Kegiatan ini dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan dihadiri oleh Wali Kota Bandung, Dada Rosada.
 
Ulama-ulama yang hadir tersebut datang dari berbagai pesantren dan ormas Islam yang ada di Indonesia seperti Persis, Muhamadiyah, NU, Hidayatullah, Al Irsyad, DDII, PUI, termasuk MUI Pusat.Melalui musyawarah ulama, diharapkan dapat mengingatkan umat Islam, khususnya di Jawa Barat dan sekitarnya untuk membentengi aqidah yang menyimpang.

Dalam sambutannya Ahmad Heryawan menyambut baik acara tersebut. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa salah satu tugas ulama adalah menjaga aqidah umat.“Fatwa ulama sudah jelas tentang posisi Syi’ah ini dalam keyakinan Ahlu Sunnah wal Jamaah,maka sikap kita juga harus jelas juga,”katanya.

FUUI keluarkan Fatwa Sesatnya Syi’ah karena perintah Wahabi yang memusuhi NU. Yang hadir dalam acara tersebut dan memusuhi syi’ah tidak lebih dari orang orang awam yang tidak tau apa apa tentang agama.

Mufti Agung Mesir:
 Syiah Bukan Ancaman, Fiqih Jafari Diajarkan di Al-Azhar.
Mufti Agung Mesir, Sheikh Ali Jumah memandang Syiah bukan ancaman bagi Mesir dan juga umat Islam dunia.

Menurut Kantor Berita ABNA, Mufti Agung Mesir, Sheikh Ali Jumah memandang Syiah bukan ancaman bagi Mesir dan juga umat Islam dunia. Sheikh Ali Jumat kepada koran al-Ahram Mesir menilai perselisihan antara Sunni dan Syiah tidak perlu dibesar-besarkan.

“Perselisihan antara Sunni dan Syiah bukan perbedaan mengenai prinsip agama, tapi perselishan dalam cabang agama,” kata Mufti Agung Mesir itu menyikapi peringatan Asyura oleh komunitas Syiah di negara Afrika Utara itu.

Terkait perbedaan antara Sunni dan Syiah yang dinilainya wajar, Sheikh Ali Jumah mengatakan, “Antar mazhab di tubuh Sunni sendiri terdapat perbedaan, dan perselisihan itu tidak lebih kecil dari perbedaan antara Sunni dan Syiah.”

Mengenai pengajaran fiqih Syiah di Universitas al-Azhar, Mufti Agung Mesir menuturkan bahwa Universitas al-Azhar merupakan satu-satunya Universitas Islam di kalangan Sunni yang mengajarkan fiqih Jafari.
Menyikapi kekhawatiran segelintir ulama Mesir bahwa Al-Azhar akan menjadi target ekspansi penyebaran Syiah, Sheikh Ali Jumah mengungkapkan, “Saya tidak melihat penyebaran Syiah akan menjadi ancaman di Mesir, sebab muslim negara ini adalah Sunni yang taat.”

“Meski Muslim Mesir Sunni, mereka mencintai Ahlul Bait, dan dalam sejarah orang Mesir tidak pernah memusuhi Syiah,” tegas ulama terkemuka Negeri Piramida itu.

Warta
Al-Zuhaili : Syi’ah Bukan Ancaman
Jakarta,
NU.Online
Pakar Fiqh kenamaan dari Syiria Dr. Wahbah Al-Zuhaili mengatakan syi’ah bukanlah ancaman bagi dunia islam, yang menyebabkan mereka terpisah dari kelompok islam lain adalah akibat pemikiran politik mereka yang telah diwariskan secara turun temurun. Fiqih yang dianut Syiah tak jauh berbeda dengan fiqih yang dianut madzhab-madzhab lain dalam Islam. Mereka tidak berbahaya. ungkap Wahbah kepada NU.Online di Hilton Jakarta, Senin (22/02).

Jika selama ini, kata Wahbah, beberapa kalangan menganggap Syiah sebagai salah satu kelompok sempalan dalam Islam, hal itu tidak bisa dinafikan, namun sejalan dengan waktu dan perkembang pemikiran dalam dunia Islam tentu tidak menutup kemungkinan terjadi paradigma baru dalam berfikir dan bersikap bagi kaum Syi’ah.Bahkan para cendekiawan Syiah dewasa ini menyerukan untuk menyatukan aksi kerja dan pandangan politik dalam satu barisan demi menggalang persatuan untuk menghadapi musuh, tambahnya.
Selain itu sudah ada kecenderungan masyarakat muslim yang menggunakan hukum Positif bukanlah Kafir, “sikap kelompok ini meskipun kecil tapi ada dan mau menerima pemahaman ini,” ungkapnya.

Sementara itu pada bagian lain Al-Zuhaili menolak pendapat sebagian kalangan yang mengkafirkan umat Islam yang tidak menerapkan hukum Islam. Menurutnya, selama umat Islam tidak menganggap hukum positif lebih baik, ia tidak mejadi kafir meskipun ia tidak menggunakan hukum Islam. Namun, harus mempunyai keinginan di masa mendatang untuk menerapkan hukum Allah secara lebih luas.

Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.

 Mufti Mesir: Syiah adalah Mazhab yang Progresif
 
February 5, 2009, 5:04 pm
 
 
Mufti Mesir, Ali Jum’ah, menyatakan bahwa Syiah adalah mazhab Islam. “Setiap Muslim sah menjalankan Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.

Mufti Mesir ini juga mengingatkan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlus Sunnah untuk mengikuti konsep Syiah dalam ijtihad. “Syiah adalah sebuah mazhab Islam yang memiliki pola pikir yang maju dan progresif.”
Beliau menambahkan, “Kita harus mengakui bahwa para pengikuti mazhab ini telah mencapai kemajuan besar dalam banyak segi. Kita harus mengupayakan kerjasama di antara umat Islam demi keuntungan bersama.”

Syaikh Jum’ah juga menyatakan bahwa semua pihak yang mendiskreditkan Syiah adalah elemen yang patut dicurigai sebagai agen yang punya misi-misi buruk. Syaikh Jum’ah lalu mengajak para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bergandeng tangan dengan pengikut Syiah demi kemajuan dan keunggulan umat. Beliau mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sepela yang ada di antara Ahlus Sunnah dan Syiah.

Sumber: alarabiya.net (04/02/09).

Mufti Wahabi Mesir: Penduduk Gaza itu Syiah, jadi Tidak Perlu Dibantu

21 July 2014.
Tala’at Zahran, salah seorang mufti Wahabi di Mesir, menyatakan bahwa rakyat Gaza adalah orang-orang Syiah sehingga kaum muslimin tidak perlu memberikan dukungan atau pembelaan atas mereka. Kontan pernyataan tersebut, menuai kontroversi dan kecaman.


Kelompok wahabi yang berpaham takfirisme melakukan pembelaan atas alasan mereka mengapa tidak memberikan pembelaan terhadap ketertindasan rakyat Gaza Palestina yang sedang mengalami agresi militer Israel yang telah menewaskan ratusan rakyat sipil Gaza. Tala’at Zahran, salah seorang mufti Wahabi di Mesir, menyatakan bahwa rakyat Gaza adalah orang-orang Syiah sehingga kaum muslimin tidak perlu memberikan dukungan atau pembelaan atas mereka. Kontan pernyataan tersebut, menuai kontroversi dan kecaman.

Pernyataan Mufti tersebut bermula dari pertanyaan seorang penanya yang bertanya secara live, “Apa kewajiban kita sebagai muslim menyikapi kejadian di Gaza? Apakah wajib bagi setiap muslim untuk memberikan pertolongan dan bantuan kepada penduduk Gaza yang sedang menghadapi kekejian Israel?”
Mufti tersebut memberikan jawaban, “Pertama, khalifah (maksudnya Abu Bakar al Baghdadi, pemimpin ISIS), mendiamkan masalah ini. Kalau sekiranya rakyat Gaza memang wajib mendapatkan pertolongan, khalifah pasti akan mengirimkan pasukannya untuk menghadapi Israel dan memberikan perlindungan dan pembelaan kepada rakyat Gaza. Kedua, rakyat Gaza bukan hanya tidak memberikan baiat kepada khalifah, mereka tidak memiliki amir dan juga bendera, bahkan mereka sesungguhnya adalah orang-orang Syiah. Ini dibuktikan dengan adanya kerjasama mereka dengan Iran. Mereka menggunakan senjata-senjata yang berasal dari Iran untuk menyerang Israel yang kemudian menyebabkan Israel melakukan agresi militer terhadap warga sipil.”

Kelompok ISIS yang mengklaim kekhalifaan Islam mendapat kecaman dan protes dari umat Islam di seluruh dunia, karena tidak memberikan respon apa-apa atas kekejian Israel atas penduduk Gaza. Kalau sekiranya mereka memang kelompok Islam yang berjihad untuk membela kepentingan kaum muslimin sudah semestinya mereka melakukan pembelaan terhadap kaum muslimin di Gaza yang mengalami penindasan.

Sumber: Abna

Terkait Berita: