Pesan Rahbar

Home » » Farid Zakaria: Memaksa Iran untuk Menyerah Hanyalah Khayalan

Farid Zakaria: Memaksa Iran untuk Menyerah Hanyalah Khayalan

Written By Unknown on Friday, 31 July 2015 | 04:15:00


Farid Zakaria adalah seorang analis senior Amerika dan memiliki aliran pemikiran kubu Republik dan realisme ofensif. Dalam makalah terbaru yang dimuat Washington Times hari ini, ia mengaku bahwa memaksa Iran supaya menyerah hanyalah sebuah khayalan belaka.
 
Dalam tulisan-tulisan terakhir Farid Zakaria bisa ditarik kesimpulan bahwa kesepakatan nuklir adalah opsi terbaik dan bahkan satu-satunya opsi di atas meja Amerika. Di ufuk Iran dominan sebuah revolusi yang universal. Negara Iran memperoleh dukungan dari seluruh rakyat. Kombinasi antara agama, nasionalisme, dan kekuatan bisa berperan sangat berpengaruh. Embargo yang telah melukai masyarakat lebih dari pemerintah telah mendorong mereka membenci Barat.

Perbedaan antara Farid Zakaria dan analis-analis Amerika yang lain adalah ia bisa melihat realita lebih baik dibandingkan dengan analis-analis yang lain, sekalipun ia bukan sahabat Iran dan Republik Islam. Ia melihat dan mengetahui bahwa Iran pantang menyerah. Embargo lebih keras berarti menambah mesin-mesin nuklir Iran.

Ia paham betul bahwa kegagalan perundingan nuklir Iran tidak akan menguntungkan Amerika, karena Washington tidak memiliki opsi lain kecuali perundingan. Jika Amerika ingin mengambil sebuah hak istimewa dari Iran, maka mereka hanya bisa mengambil hak ini di meja perundingan, dan itu pun hanya dengan cara memberikan hak istimewa yang setimpal kepada Iran.

Zakaria mengakui, apabila Amerika menggagalkan kesepakatan nuklir, maka China dan Rusia tidak akan berjalan bersama mereka. China adalah negara pembeli minyak terbesar Iran, dan Rusia sekarang sedang berunding untuk menjual teknologi reaktor nuklir kepada Tehran. Negara-negara Eropa juga sedang menunggu giliran untuk berkunjung ke Iran.

Penulis: Behnam Khosravi

(Shabestan/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: