Pesan Rahbar

Home » » Nasrani Tionghoa Bicara tentang Kebencian Takfiri Kepada Syiah

Nasrani Tionghoa Bicara tentang Kebencian Takfiri Kepada Syiah

Written By Unknown on Sunday, 1 November 2015 | 20:38:00


Sebelum kita memulai, ijinkanlah saya memperkenalkan diri. Saya bernama Dr. Huang, seorang umat Katolik, juga seorang warga negara Indonesia keturunan Tionghoa. Dua fakta itu saja, tentunya akan membuat sebagian khalayak menilai TIDAK PANTAS untuk beropini terhadap perpecahan dalam tubuh agama Islam. Tapi, di era modern dimana terjadi asimilasi budaya antar suku bangsa, agama dan latar belakang, dan juga di era yang sering digadang-gadang sebagai era keterbukaan dan kebebasan ini, saya rasa tidak ada kendala bagi saya yang seorang Tionghoa Nasrani yang perduli terhadap permasalahan dunia untuk ikut beropini. Semua orang di dunia bebas mengeluarkan pendapat, asalkan (alangkah baiknya) tidak menyesatkan, kan? Hehe.

Okay, sekian perkenalan dan alasan “terjunnya” saya dalam hiruk pikuk yang tengah melanda dunia ini. Sebelum 2011, ketika masa perang ‘saudara’ Syria dimulai, saya masih buta soal apa saja perbedaan-perbedaan fundamental antara mazhab Sunni & Syiah dalam tubuh Islam. Seiring berjalannya waktu, semakin kencanglah segala pernyataan sarat kebencian berhembus di media sosial, maupun media massa mainstream, yang intinya memojokkan Syiah. Syiah diklaim sebagai penyebab mulainya Perang Syria, lewat aksi pembantaian keji terhadap rakyat Syria. Dan tanpa perlu kujabarkan lagi, dari sana lah makin banyak dan makin lancarlah segala fitnah yang ditujukan terhadap Syiah.

Saya sebagai ‘orang luar’, tentunya merasa janggal, koq segitu bencinya antar sesama kaum muslimin. Efek yang paling terasa kentara, adalah ketika bahkan teman-teman Muslim dari komunitas sepermainanku juga mulai ikut-ikutan menampakkan tendensi takfiri dan menebarkan kebencian (tak berdasar) kepada sesama Muslimin mereka (baca: Muslimin Syiah). Dari situ, saya merasa ada yang janggal dengan segala fitnah mereka, maka dari situlah saya mulai inisiatif menggali lebih dalam soal terpisahnya Islam menjadi dua mazhab besar, Ahlusunnah & Ahlulbait.

Tidak ketinggalan juga belajar soal peristiwa Karbala yang menjadi salah satu kejadian penting dalam sejarah Islam. Semakin dipelajari dari aspek sejarah, dan dibandingkan dengan alur berjalannya sejarah, saya menemukan beberapa kontradiksi dan semakin merasa segala kebencian yang tiba-tiba muncul dari dalam tubuh Islam ini, bukan tanpa sebab. Dan penyebabnya, saya tekankan disini, bukanlah kaum Syiah seperti yang selama ini difitnah kan oleh kaum takfiri yang selalu mengklaim penegakan tauhid, dan dalam proses penegakan itu, tidak segan-segan menghalalkan darah sesama saudara Muslimin mereka. Penyebabnya justru kaum takfiri yang selama ini nyaring menyerukan kebencian terhadap Syiah.

Sekarang, mari kita lihat kembali pada tahun 2006, ketika Israel dipercundangi oleh Hezbollah di pertempuran Lebanon selatan. Seingatku, pada masa itu eforia diantara teman-teman Muslimin ku sangatlah tinggi dan mengelu-elukan Hezbollah sebagai mujahidin sejati, beserta sosok pemimpinnya, yakni Sayyid Hassan Nasrallah. Tidak ketinggalan adalah pengidolaan masif terhadap Ahmadinejad, dan negara Republik Islam Iran. Tetapi hanya berselang 5 tahun, ketika perang Syria meletus, seolah ‘semua kenangan manis tentang Iran & Hezbollah’ teman-temanku, dan juga mungkin sebagian besar muslimin di dunia, seolah lenyap ditelan bumi. Atau ditelan gelombang fitnah yang sedemikian besar. Hezbollah kerap dicaci maki sebagai Hezbosyaithan, Iran kerap dicaci maki sebagai bangsa kafir & pelaknat Islam, Syiah kerap difitnah secara keji dan tidak adil.

Wahai teman-temanku, jika kalian membaca ulasanku ini, sudah lupakah kalian betapa bahagianya kalian ketika Hezbollah dengan gagahnya menendang zionis dari Lebanon, dan sudah lupakah kalian betapa besarnya bantuan Iran & Syria terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina, yang ironisnya juga kalian dukung sepenuh hati itu?

Sebegitu pendeknya kah daya ingat kalian, hingga ‘kenangan manis’ yang baru berlalu 5 tahun pun tidak sanggup kalian ingat kembali? Sebegitu agungnyakah setiap perintah ulama-ulama Salafi Wahhabi, sehingga kalian tanpa ragu-ragu mengkafirkan dan menyerukan pertumpahan darah terhadap Muslimin Syiah? Sebegitu sucinya kah rejim Al Saud, sehingga tidak boleh dibantah dengan alasan mereka adalah Khadim al Haramain? Toh gelar Khadim al Haramain juga mereka peroleh lewat cara haram, yakni serangkaian kudeta dan pembunuhan massal dengan bantuan ‘kafirin’ Inggris untuk memperlemah Utsmaniyah?

Saya, sebagai seorang Nasrani, prihatin dengan ‘amnesia’nya kalian dan terlebih lagi, prihatin dengan betapa teganya kalian menghabisi sesama Muslimin sambil meneriakkan bahwa Islam kalian adalah Islam pembawa rahmatan lil al amin. Tahu apa yang kupikirkan dengan tindakan dan perkataan kalian yang serba kontradiktif ini? Jika kalian saja begitu tega mengkafirkan sesama Muslimin, bagaimana kami selaku ahlul kitab, dan juga umat beragama lainnya, bisa tenang dan percaya dengan motto “rahmatan lil al amin” kalian? Ibaratnya, saudara sendiri saja kalian habisi, apalagi tetangga, kan?

Dan sebelum saya mengakhiri ‘celotehan’ ini, ada beberapa hal yang hendak kusampaikan. Pertama adalah, terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberkahi kita dengan akal sehat dan hati nurani. Manfaatkanlah kedua pemberian tersebut, saudara-saudara. Kedua, permohonan maaf sebesar-besarnya apabila ada pihak yang tersinggung dengan ‘mulut lancang si non-Muslim’ ini, saya juga masih harus terus belajar lebih banyak lagi koq. Ketiga, terima kasih sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada kaum takfiri yang selama ini tidak berhenti dalam menebarkan dakwah kebencian terhadap sesama muslimin kalian. Karena itu jadi pemicu bagi saya, dan juga banyak khalayak awam (namun berakal) di dunia ini, agar mencari tahu lebih dalam soal sejarah Islam. TERIMA KASIH, WAHAI TAKFIRI! Selamat berakhir pekan, semuanya..!

Salam.
(Dr. Huang)

(Oke-Zone/Satu-Islam/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: