Jawaban:
Minimal tiga kebutuhan manusia dipenuhi oleh pakaian; pertama, pakaian menjaganya dari cuaca dingin dan panas. Kedua, pakaian membantu melindungi kesucian dan kemaluannya. Dan ketiga, pakaian menghiasinya dan memberinya kebesaran tersendiri. Model dan gaya berpakaian orang laki dan perempuan di setiap masyarakat, selain mengikuti kondisi ekonomi, sosial dan iklim masyarakat itu sendiri, juga mengikuti pandangan dunia dan norma-norma yang dominan di tengah budaya mereka. Gaya berpakaian manusia satu sama yang lain berbeda-beda tergantung pada bagaimana dia memaknai dunia, bagaimana dia memandang entitas dirinya, dan masa depan apa yang dia gambarkan untuk kebahagiaannya.
Seperti yang telah saya katakan di atas, pakaian memberi keindahan tersendiri kepada manusia, dan penghiasan diri bukan saja berdampak positif pada psikologi orang lain serta memberi ketenangan jiwa kepada mereka, melainkan juga berdampak positif pada psikologi pelakunya. Itulah sebabnya, model berpakaian seseorang mencerminkan kepribadiannya, bahkan berperan aktif dalam membentuk atau mengubah kepribadian dia.
Berikut ini saya akan sebutkan beberapa contoh hubungan antara gaya berpakaian seseorang dan kepribadiannya:
1- Berpakaian rapih dan sikap menghindari segala bentuk kegelisahan diri atau gangguan jiwa adalah pertanda eksistensi sebuah sistem berpikir dan kejiwaan yang sehat pada diri manusia. Oleh karena itu, bisa juga dikatakan sebaliknya bahwa penampilan seseorang yang kacau menunjukkan kegelisahan dalam dirinya; sebab, orang yang memiliki kepribadian natural dan sehat pasti berusaha menghindari kegelisahan dan kekacauan, baginya ketertiban dan keteraturan serta kebersihan adalah prioritas, bukan keberantarakan atau kejorokan.
2- Anti rapih dan berhias diri serta sebaliknya suka kotor dan berantakan adalah sifat yang bertentangan dengan tuntutan fitrah manusia dan sudah barang tentu akan menaruh dampak yang negatif pada psikologinya, sehingga secara berlahan-lahan hal itu akan menyebabkan depresi psikologis, merusak nalurinya yang bersih, dan membuat kejiwaannya jadi labil, sampai-sampai menurunkan tingkat keinginan dia untuk hidup di tengah anugerah yang berlimpah di sekelilingnya dan merubahnya menjadi sosok yang terpencil dan mengurung diri.
3- Penampilan yang rapih dan bersih, apabila dibarengi dengan kerapihan jiwa dan kebersihannya, adalah satu-satunya kunci kesuksesan seseorang dalam menarik perhatian orang lain dan mengambil tempat yang istimewa di lubuk hati mereka. Sebaliknya, siapa saja yang tidak menjaga penampilan dan jiwanya untuk tetap bersih dan rapih, maka jangan berharap dia akan dicintai oleh orang lain.
Sekarang, saya akan mengajak Anda untuk menelaah sebagian keriteria busana yang berhubungan erat dengan kepribadian manusia dari kacamata literatur hadis Islam:
1- Busana yang indah menyebabkan kedekatan diri pada Allah swt.; Imam Ja'far Shadiq as. berkata, 'Indahkanlah diri kalian dengan pakaian, karena Allah Maha Indah dan mencintai keindahan.' [1] Oleh karena itu, ketika seseorang merasa bahwa Allah swt. sedang mencintainya, maka perasaan itu pasti menaruh dampak yang positif pada kepribadiannya.
2- Imam Ali bin Abi Thalib as. berkata, 'Pakaian yang bersih berperan menolak kegelisahan dan kemurungan –pada diri seseorang-, dan berperan sebagai satu bentuk kesucian dalam ibadah shalat.' [2] Maka dari itu, salah satu faktor keceriahan jiwa manusia adalah memakai busana yang bersih.
3- Busana yang bersih menyebabkan musuh jadi hina dan membuat pemakainya jadi mulia di hadapan mereka. Imam Ja'far Shadiq as. berkata, 'Busana yang bersih membuat musuh jadi hina.' [3]
4- Busana yang sesuai membuat pemakainya jadi mulia dan terhormat di tengah masyarakat. Imam Ali bin Abi Thalib as. berkata, 'Sungguh sebaik-baik busana adalah busana yang menyerupakanmu dengan masyarakat dan membuatmu jadi indah di tengah mereka serta mencegah mereka untuk berkata tidak senonoh tentang kamu.' [4]
5- Busana seseorang harus menunjukkan jenis dia, lelaki atau perempuan. Oleh karena itu, busana lelaki seyogianya dibedakan dari busana perempuan, masing-masing harus memakai busana yang khusus untuk jenis mereka. Rasulullah saw. mengutuk orang laki yang mengenakan busana perempuan, dan sebaliknya beliau juga mengutuk perempuan yang memakai busana lelaki.' [5]
6- Busana seseorang harus lumrah di tengah masyarakatnya, dengan kata lain busana itu bukan termasuk busana kebesaran atau busana popularitas. Adakalanya seseorang memilih busana tertentu atas dasar kecongkakan dirinya, dia memilih busana yang sekiranya tidak ada tandingan atau saingannya. Imam Ja'far Shadiq as. berkata, 'Cukup kiranya pertanda kehinaan seseorang bahwa dia memakai busana tertentu agar menjadi orang yang terkenal.' [6]
Maka, pakaian kebesaran atau busana popularitas adalah alamat pribadi yang congkak dan sombong. Di dalam sejarah kita menyaksikan bagaimana Rasulullah saw. dan para imam agama menentang gaya hidup mewah dan apa saja yang menandakan kesombongan diri. Suatu ketika, kelompok delegasi kaum kristen Najran datang ke kota Madinah untuk bernegosiasi dengan Rasulullah saw., ketika itu mereka memakai baju mewah yang terbuat dari sutera dan mengenakan cincin emas di tangan serta kalung salib emas di leher, mereka masuk ke masjid, tapi gaya mereka yang menjijikkan dan mencerminkan kesombongan itu membuat Rasulullah saw. enggan untuk menerima kedatangan mereka. Mereka tidak tahu kenapa beliau tidak menyambut mereka, maka mereka menanyakan sebabnya kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as., beliau menjawab bahwa sebaiknya kalian melepas pakaian mewah dan perhiasan emas kalian untuk kemudian bertemu Rasulullah saw., maka mereka berbuat sesuai petunjuk Imam Ali as. dan akhirnya pun Rasulullah saw. menerima kedatangan mereka dengan hormat dan mulia.
7- Menghindari busana peradaban asing. Seorang muslim yang mengabaikan budaya Islamnya lalu berpakaian dengan gaya peradaban asing –seperti Barat- berarti sedang menunjunggan status dirinya yang tidak independen dan bergantung kepada orang lain. Orang seperti tengah menderita penyakit jiwa kerdil atau kepribadian yang hina. Imam Ali as. berkata, 'Kondisi umat ini akan senantiasa baik selama mereka tidak mengenakan pakaian orang asing atau menkonsumsi makanannya, tapi ketika mereka berbuat demikian maka Allah akan menghinakan mereka.' [7]
8- Pilihan warna busana yang ceriah secara tidak langsung berpengaruh dalam meningkatkan kegiatan seseorang dan menjaga keselamatan psikologisnya. Rasulullah saw. bersabda, 'Pakailah busana putih, karena itu faktor ketenangan dan kebersihan kalian.' [8] Itulah sebabnya, orang yang memilih warna ceriah dalam berpakaian relatif mempunyai psikologi yang lebih tenang. Imam Ali Zainul Abidin as. berkata, 'Ketika Imam Hasan as. lahir, mereka bungkus beliau dengan kain warna kuning dan membawanya ke sisi Rasulullah saw. untuk diberi nama, maka beliau berkata kepada mereka, 'Bukankah telah kularang kalian untuk membungkus bayi dengan kain warna kuning! Akhirnya mereka melepaskan kain kuning itu dan membungkusnya dengan kain putih, lalu mereka membawanya ke sisi beliau untuk diberi nama.' [9]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model busana dan gaya berpakaian merupakan salah satu pertanda kepribadian seseorang, betapa banyak orang yang kehilangan kepribadian aslinya akibat dia mengenakan busana tertentu, sehingga sepak terjangnya pun berubah dari yang sebelumnya.
Referensi:
1.Wasâ'il Al-Syî‘ah, jld. 3, hal. 340.
2.Ibid., hal. 346.
3.Ibid.
4.Ghuror Al-Hikam, hal. 152.
5.Sunan Abî Dâwûd, jld. 4, hal. 60.
6.Bihâr Al-Anwâr, jld. 78, hal. 252.
7.Wasâ'il Al-Syî‘ah, jld. 6, hal. 356.
8.Ibid., hal. 355.
9.Muntahâ Al-Âmâl, jld. 1, hal. 411.
(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email