------------------------------------------------------------ "Apa kata HAMKA mengenai Ahmadiyah dan yang sejenis" ------------------------------------------------------------ Sebuah kutipan dari buku HAMKA untuk teman-teman hikmah@isnet.org yang dikutip oleh luknanto@yogya.wasantara.net.id Yogyakarta, 08 Desember 1996 ------------------------------------------------------------ Buku Acuan: HAMKA (Hadji 'Abdulmalik bin Abdulkarim Amrullah), 1956, "Peladjaran Agama Islam," Penerbit "Bulan-Bintang," Djakarta, Tjetakan Pertama. Catatan (luknanto@yogya.wasantara.net.id): (1) HAMKA (almarhum) adalah salah seorang ulama besar dan seorang susatrawan besar Indonesia, (2) Saya gunakan buku di atas sebagai acuan karena pengarangnya orang cukup kompeten di bidang agama Islam, (3) Mengapa buku sekuno ini (yang diterbitkan saat saya baru lahir) saya gunakan: untuk memberi gambaran bahwa masalah Ahmadiyah adalah masalah lama yang menurut saya sudah usang, namun karena hikmah@isnet.org baru membahas ya saya posting untuk informasi kita semua. Catatan khusus mengenai diskusi Ahmadiyah di hikmah@isnet.org: Menurut pendapat saya teman-teman Ahmadiyah di hikmah@isnet.org merupakan orang-orang yang rajin dan pandai, mereka mengemas "dagangannya" (meminjam istilah teman-teman Ahmadiyah) sedemikian rupa menyerupai reklame pil Tuntas di Indonesia yang bunyinya TAS ... TAS ... TAS. Kemasan dagangan dan refreshment yang disajikan sudah memenuhi standar ISO-9000, namun mungkin belum mendapat label "Halal" dari MUI, yang perlu diperhatikan lagi kalau membeli barang ini adalah masa kedaluarsanya (istilah keren-nya expiration date) ... mengapa?, karena barang usang yang mereka jual! ... perut bisa sakit kalau makan, ... dan sama sekali tidak membuat kita kuat (... maaf ya ini memang betul-betul yang saya rasakan dalam hati ...). Wah ... wah memang di dunia ini macam-macam ... coba kalau di Indonesia, malahan ada yang lebih aneh ... tuh inget 'ngga? ada orang jualan jin ... wah pasti lebih rame lagi kalau dianya jualan jin di hikmah@isnet.org, apalagi kalau kemasannya memenuhi ISO-JIN ... bakalan rame. ... namun demikian karena mereka tetap jual dagangan, maka meminjam istilah grup rock masa lalu yang terkenal ... "The Show Must Go On" ... by Three Dog Night ... so what ... well, let's do it ... Kutipan di bawah ini berasal dari buku diatas dari halaman 191 sampai dengan halaman 201. Buku diatas ditulis dalam ejaan Indonesia lama; dalam kutipan saya (luknanto@yogya.wasantara.net.id) di bawah ini saya gunakan ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sekarang, dengan menghilangkan setiap huruf Arab yang ada di dalam buku aslinya. Gaya bahasa yang saya gunakan hampir 99% sesuai dengan aslinya yaitu gaya bahasa tahun 50-an, harap maklum. ISI KUTIPAN: - TAK ADA NABI SESUDAH MUHAMMAD - PERCOBAAN MENGAKU NABI LAIN SESUDAH MUHAMMAD - AL-BAB, BAHAULLAH DAN GHULAM AHMAD - AHMADIYAH - PENDAPAT KITA - HADIST MAHDI DAN ISA STATISTIK ARTIKEL KESELURUHAN: Characters: 34005 Lines: 710 Words: 4292 Sentences: 341 Paragraphs: 125 File: 42 KBytes Karena besarnya, posting ke hikmah@isnet.org direncanakan dalam empat bagian, harap maklum. ******** BAGIAN I/IV ******** Semoga menjadi bacaan yang berguna. ... Atas nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang ============================================================ halaman 191 TAK ADA NABI SESUDAH MUHAMMAD ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ Tak ada lagi nabi sesudah Muhammad, dan tidak ada rasul. Baik nabi yang akan dinamai "pengiring" Muhammad, atau nabi yang membawa syariat baru. Demikian kepercayaan Ummat sejak Quran diturunkan. Nabi Muhammad pun bersabda: "Tidak ada nabi lagi sesudahku." Tak ada nabi atau rasul lagi, sebab tidak ada SOAL lagi. Soal apa lagi yang akan dibawa oleh nabi yang baru? Sedang masyarakat manusia sudah lebih maju, dan ada jalan kesanggupan buat mencari Kebenaran Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa dengan sendirinya. Bukan saja Quran, bahkan kitab Taurat dan Injil dan Zabur telah dicetak bermilliun banyaknya. Meskipun menurut kepercayaan Islam, dalam Quran telah terkumpul intisari dari kitab-kitab terdahulu itu. Memang! Manusia senantiasa maju dalam mencari Ilmu pengetahuan. Senantiasa maju didalam mencari rahasia isi bumi, bahkan bulan dilangitpun telah diselidiki orang. Tentang kemajuan disudut ini, tidaklah ada diantara kita yang membantahnya. Tetapi bagaimanapun kemajuan Ilmu pengetahuan, namun inti dari ilmu pengetahuan itu sudah ada dalam ajaran Tauhid, yang sudah genap diajarkan oleh Muhammad. Inti kepercayaan kepada Tuhan sudah cukup, tidak perlu tambahan lagi dari orang yang mengatakan dirinya nabi atau dikatakan oleh pengikutnya nabi. halaman 191 PERCOBAAN MENGAKU NABI LAIN SESUDAH MUHAMMAD ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ Berkali-kali telah dicoba orang juga mendakwakan dirinya Nabi pula, ada yang sengaja hendak menandingi Muhammad, dan ada pula yang mengatakan syariat Muhammad telah putus, sebab nabi baru telah datang membawa syariat baru. Dan ada pula yang mengatakan bahwa dia, atau guru ikutannya, adalah nabi pula sesudah Muhammad. Tetapi bukan membawa syariat baru. Kedatangannya hanyalah hendak menyempurnakan syariat Muhammad saja. Berkali-kali orang seperti ini telah datang, tetapi kemudian ternyata seruannya hilang saja, tidak hidup. Karena kebesaran Tauhid ajaran Muhammad menelan habis satu percobaan yang lain. Nabi-nabi dusta tumbang dengan sendirinya, tidak dapat berurat di bumi ini. Mereka gagal, karena dustanya, dan karena soal yang dibawanya itu tidak cukup satu seperseratus dari soal Nubuwwat Muhammad. halaman 191 AL-BAB, BAHAULLAH DAN GHULAM AHMAD ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ Di Iran (Persia), sangatlah berpengaruh Mazhab Syiah. Mazhab ini pada mulanya adalah satu faham politik yang timbul karena membela hak Ali ibn Abi Thalib menjadi kalifah. Kaum Syiah terbagi menjadi tiga golongan besar yaitu Kisaniyah, Ismailiyah dan Itsna' Asyriyah. Ketiganya mempunyai kepercayaan bahwa Imam mereka yang akhir adalah ghaib dari dunia dan kelak akan datang lagi ke dunia. Kaum Kisaniyah percaya bahwa yang ghaib itu adalah Muhammad Ali Hanafiah. Sekarang dia masih sembunyi di salah satu gua di gunung Ridhwan. Ismailiyah percaya bahwa yang ghaib itu adalah Imam Ketujuh yaitu Ismail sendiri. Diapun akan datang kembali. Aga Khan yang terkenal adalah pemimpin mereka. Ketiga adalah Itsna' Asyriyah. Inilah mazhab Syiah yang paling besar pengikut dan pengaruhnya, terutama di tanah Iran. Apalagi setelah Syah Ismail dapat mendirikan Kerajaan Shafawi di Iran dan menetapkan mazhab Syiah sebagai mazhab resmi kerajaan, maka bertambah tertanamlah pengaruh mazhab ini. Mazhab ini mempunyai dasar dan tiang kepercayaan bahwa imam ke-12 yaitu Muhammad bin Hasan Al-'Askary adalah ghaib pula, dan akan datang kembali di akhir jaman, dan dialah Mahdi. Apabila dunia ini sudah sangat kacau, apabila kelaliman sudah bersimaharajalela di dunia, waktu itulah dia akan datang kembali ke dunia. Adapun sekarang beliau masih ghaib. Segala raja yang memerintah adalah mewakili beliau. Ketika Imam ke-12 itu ghaib, beliau meninggalkan empat orang wakil. Dan setelah wakil-wakil itu wafat, beberapa masa kemudian Imam yang ghaib akan datang. Lalu dihitung-hitung tahunnya menurut ilmu huruf (abjad). Sudah berkali-kali bahaya menimpa Islam; Imam belum juga datang. Sudah jatuh Baghdad ketangan musuh. Sudah patut dia datang, tapi tak juga datang. Bermacam-macam cobaan, Imam tidak juga datang. Dihitung-hitung tahunnya, rupanya sudah berlebih, Imam tidak juga datang. Waktu itu timbulah satu firkah yang melepaskan diri dari Syiah umum, bernama firkah "Syaichiyah." Mereka akhirnya membulatkan kepercayaan bahwa Mahdi atau Imam Ghaib itu telah membuat kontak dengan Alam, dengan perantaraan diri Said Ali Muhammad, yang bergelar Al-Bab atau Bab-Allah. Dia menyatakan bahwa mahdi yang ditunggu itu adalah dia. Dan dia membawa syariat baru. Dengan datangnya syariatnya, putuslah syariat Muhammad. Diapun mempunyai kitab baru. Namanya "Al-Bayan." Dia lahir pada tahun 1235H. Tetapi Al-Bab telah membuat pengakuan berlebih dari yang diharapkan. Sebagian pengikutnya hanya mengakui bahwa dia Al-Bab. Seba itu terbitlah pertentangannya dengan Haji Muhammad Karim Chan Al-Karmani, yang mengakuinya hanya sebagai Al-Bab (pintu) menghubungkan Imam yang ghaib dengan mahluk. Sedang dia mengaku bahwa dia sendirilah Mahdi itu dan dialah Imam yang ghaib. Pengikutnya bernama Babiyah. Oleh Sultan Nasiruddin Syah, kaum Babiyah ini disapu bersih. Bab itu sendiri dihukum bunuh. Bahai-yah. Setelah Al-Bab mati dibunuh, dipercayakanyalah pimpinan sisa-sisa pengikutnya kepada Bahaullah, muridnya yang terpandai. Setelah pimpinan jatuh ketangannya, tiba pulalah bahwa dia adalah rasul dan nabi yang berdiri sendiri, membawa syariat sendiri dan berkitab suci sendiri. Adapun Al-Bab hanyalah nabi mendahului dia, serupa Yahya mendahului Isa. Maka kalau Al-Bab sebagai Mahdi "Al-Muntazar" (yang ditunggu), dia adalah Al-Masih, "Al-Mau'ud" (yang dijanjikan akan turun), Al-Bab membawa kitab bernama Al-Bayan. Diapun membawa kitab pula. Katanya bernama Al-Aqdas. Dengan kedatangannya maka habis pulalah --katanya-- tugas agama Bab Allah! Dia lahir tahun 1817 dan meninggal 1892. Bukan saja dia Bahaullah, tetapi diapun Jamamullah. Al-Bab bergelar Al-Qaim. Dia bergelar Al-Qayyum. Wadjahnya bersinar diantara langit dan bumi sebagai intanpermata yang gilang-gemilang. Syariat Muhammad, terutama tentang jihad, telah di-mansuch-kan, karena kedatangan syariatnya. Oleh Sultan Nasiruddin Syah dia dibuang ke Baghdad, kemudian dipindahkan oleh pemerintah Turki, mulanya ke Istambul, kemudian ke Adrianopel, dan akhirnya ke Acre. Sebagaimana pecahnya dengan Al-Bab dan pecahnya Al-Bab dengan Muhammad Karim Chan, maka Bahaullah pun berpecah pula dengan saudara kandungnya Mirza Yahya yang bergelar Shubhi Azal. Agama Bahai ini dapat hidup di Eropa dan Amerika. Terutama setelah puteranya Abdul Baha' datang ke Amerika di tahun 1912. Dia menarik hati beberapa orang Amerika, sebab dia "menghapuskan syariat Muhammad," terutama jihad. Artinya, kalau menurut syariat Bahaullah, apapun yang terjadi, kita tidak boleh mempertahankan agama kita dengan kekerasan, kecuali kalau sudah sangat terdesak. (Bukankah Agama Islam pun memakai kekerasan kalau sudah sangat terdesak?). ******** BAGIAN II/IV ******** halaman 193 AHMADIYAH ^^^^^^^^^ Mirza Ghulam Ahmad di Qadiyan India-pun mendakwakan pula dirinya Mahdi dan Isa. Jadi sekaligus keduanya, berbeda dengan Al-Bab dan Bahaullah. Diapun menerima wahyu-wahyu Illahi, menurut dakwanya. Tetapi ada perbedaan sedikit, karena Mirza Ghulam Ahmad, katanya, bukanlah menghapuskan syariat Muhammad dengan syariat yang baru. Dia adalah Nabi Pengiring. Dialah Mahdi yang ditunggu dan Isa yang dijanjikan, dan dia pulalah Mujaddid yang mesti datang tiap seratus tahun sekali. Pengikut Mirza Ghulam Ahmad pun pecah menjadi dua pula. Keduanya sama-sama bernama Ahmadiyah. Pertama, Ahmadiyah Qadiyan, mempunyai Kalifatul-Masih yaitu Kalifah dari Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Golongan Lahore memisahkan diri dan mengakui Mirza Ghulam Ahmad hanyalah semata-mata guru dan mujaddid. Terjadi pertentangan diantara keduanya, karena golongan Qadiyan menuduh kafir golongan Lahore karena hanya mengakui mujaddid saja. Golongan Lahore yang memisahkan diri itu dikepalai oleh Maulana Mohammad Ali dan Kawaya Kamaluddin. Kedua golongan Ahmadiyah ini sama-sama berusaha menyiarkan Islam, tetapi melalui dasar faham mereka lebih dahulu, yaitu Mirza Ghulam Ahmad (Al-Masih al-Mau'ud) bagi Qadiyani, dan Mirza Ghulam Ahmad (Mujaddid Abad ke-20) bagi kaum Lahore. halaman 194 PENDAPAT KITA ^^^^^^^^^^^^^ Haruslah kita selidiki bagaimana besarnya pengaruh kepercayaan kaum Syiah, terutama di Iran dan juga di Hidustan. Menunggu kedatangan Imam yang Ghaib, Imam Mahdi akan datang kembali dan Nabi Isa akan turun, dan Isa dan Mahdi itu ialah yang seorang itu juga, demikian mendalam di kalangan Syiah, sehingga menjadi salah satu rukun kepercayaan yang tidak dapat dipisahkan lagi dari agama. Kadang-kadang Ahli Sunnah-pun turut juga menerima kepercayaan ini, walupun tidak menjadi dasar benar-benar. Dan inipun kadang-kadang bertemu didalam sebagian kepercayaan kaum Sufi, seperti Ibnu 'Arabi. Maka tidaklah kita heran, kalu dari kedua negeri inilah timbul orang-orang yang mendakwakan dirinya nabi, atau rasul, atau Mahdi, atau Al-Bab (pintu), atau Imam yang Ghaib telah datang, atau didakwakan oleh muridnya. Kita tetap memegang pendirian Ahli Sunnah, bahwa sesudah Muhammad tidak akan datang nabi lagi. Karena soalnya sudah habis. kalau akan kita terima kedatangan itu, manakah yang akan kita tetapkan? Apakah Mirza Ghulam Ahmad, atau Mirza Ali Muhammad (Al-Bab), atau Bahaullah? Atau kita akui semuanya, padahal diantara satu sama lain berlawanan pula. Atau kita akui semuanya, dan kita akui pula yang lain yang akan mendakwakan dirinya menjadi nabi pula nanti. Kalau dikatakan karena dia menyerukan perdamaian Dunia, maka dia membawa syariat baru, tidak bolehkah Mahatma Gandhi dikatakan pula nabi? Atau Krisna Vedanta di Colorado? yang juga menyerukan perdamaian dunia. Kaum Ahmadi dan Bahai mengemukakan alasan yang sama untuk menolak pendirian umum bahwa Nabi Muhammad "Penutup Segala Nabi," dengan ayat "Khataman Nabiyyin." Menurut qiraat (bacaan) yang umum ayat itu dibaca "Khatam," bukan "Khatim." Tetapi artinya adalah "Khatim." Khatam artinya cincin, dan Khatim artinya penutup. Khataman Nabiyyin artinya cincin permata segala nabi. Kalau sekiranya kita perturutkan rasa bahasa, tentu Nabi Muhammad itu tidak nabi lagi, hanyalah cincin perhiasan segala nabi-nabi. Yang mempunyai cincinlah yang nabi, bukan cincin itu sendiri. Didalam keterangan yang biasa mereka kemukakan, adalah bahwa tidaklah perkara yang mustahil bahwa Allah akan berkata-kata dengan hambanya. Tidaklah akan putus sampai hari kiamat orang yang dipilih Allah buat menumpahkan katanya. Tidaklah akan hilang begitu saja wahyu sampai kiamat. Tentang itu Ahli Sunnah-pun mengakui juga. Di kalangan sahabat Nabi, ketika Nabi masih hidup terdapatlah orang istimewa yang demikian. Yaitu Umar bin Khattab. Sehingga Nabi Muhammad pernah mengatakan, bahwasanya jika ada nabi sesudahku, niscaya Umarlah orang itu. Tetapi tidak ada lagi nabi sesudahku. Mengapa tidak? Nabi Muhammad sendiri menjelaskan bahwa "Ulama-ulama umatku adalah sama derajatnya dengan nabi-nabi Bani Israil." Kalau kata nabi yang demikian akan diperluas, maka seluruh ulama yang berjasa membangun Islam, patutlah disebut nabi. Imam Al-Ghazali, Imam ul Haramain, Ibnu Taimiyah, dan muridnya Ibnu Qayyim, dan Syeh Muhammad ibnu Abdil Wahhab, dan Said Jamaluddin Al-Afghani, dan Syeh Muhammad Abduh dan Said Rasyid Ridha, patutlah disebut sebagai nabi. Karena mereka dalam sifat keulamaannya samalah jasanya dengan nabi-nabi Bani Israil. Dan orang Indonesia dalam kalangan Nahdhatul Ulama patutlah menyebut kyai besarnya Hasyim Ashari sebagai nabi, sebab jasanya besar pula. Demikian pula Muhammadiyah dengan Kyai H.A. Dahlannya. Banyak diantara ulama mendapat ilham dari Tuhan, seakan-akan wahyu Illahi. Karena mereka berfaham Ahli Sunnah, tidaklah mereka berani mengatakan dirinya nabi. Dan kalau mereka mendakwakan dirinya nabi, akan musnahlah mereka. Kalimat wahyu suci yang diberikan Tuhan, oleh faham Ahli Sunnah telah ditentukan buat rasul dan nabi. Setinggi-tinggi martabat manusia ini hanyalah mendapat hatif atau ilham, atau mimpi yang benar, atau mahaddas. Kalau wahyu itu dikatakan akan putus selama-lamanya, perkataan itu benar juga dari segi lain. Lebah menurut Sabda Tuhan didalam Quran, mendapat wahyu untuk membuat sarangnya di bukit dan di bubungan rumah. Ibu Musa mendapat wahyu Tuhan supaya melemparkan puteranya dalam peti di sungai Nil. Dan lebah bukanlah nabi, padahal sampai sekarang tidaklah putus dia mendapat wahyu itu, selama dia masih bersarang di bukit dan di bubungan rumah. Dan ibu Nabi Musa bukanlah nabi. ******** BAGIAN III/IV ******** halaman 195 HADIST MAHDI DAN ISA ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ Al-Quran tidaklah memberikan tuntunan yang tegas tentang akan turunnya Mahdi dan Isa di akhir jaman. Padahal tiga orang yang mengaku dirinya Nabi atau Rasul di jaman ini (Mirza Ghulam Ahmad, Miza Ahli Muhammad dan Bahaullah), belum dapat menegakkan pendakwaan itu, kalau tidak berdasar kepada hadis-hadis tentang turunnya Mahdi dan Isa itu. Seratus tahun sesudah Nabi Muhammad wafat, barulah orang mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan hadis. Yang lebih dahulu dikumpulkan hanyalah Quran. Jadi dalam masa 100 tahun adalah masa "kosong" yang merupakan kesempatan untuk membuat hadis bagi golongan-golongan yang bertentangan. Terutama kaum Syiah. Payahlah ulama hadis menjaring hadis mana yang masyhur, mana yang shahih, mana yang dhaif dan mana yang maudhu. Pertentangan-pertentangan yang maha hebat di waktu itu di antara beberapa firkah yang timbul karena politik, menimbulkan golongan-golongan yang sampai hati membuat hadis-hadis palsu, sehingga payah menjaringnya setelah ilmu hadis muncul sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Ibnu Khuldun didalam "Muqaddamah" tarikhnya mengkaji satu-persatu hadis Mahdi itu dan menyelidiki sanad serta matannya sedalam-dalamnya, sehingga kemudian diambil kesimpulan bahwasanya sebagian besar dari hadis ini tidak dapat diterima. Oleh sebab itu maka kaum Ahli Sunnah tidaklah menjadikan hadis-hadis Mahdi atau nuzul Isa itu menjadi pokok kepercayaan prinsipiil. Ulama tafsirpun berbincang hebat tentang turunnya Nabi Isa. Lebih-lebih telah tersebut pula dalam satu hadis, bahwa "Mahdi itu tidak lain adalah Isa." Mereka perbincangkan apakah Isa itu masih hidup, lalu diangkat Tuhan kelangit, ataukah dia telah meninggal dunia sebagaimana kebanyakan manusia. Tuhan bersabda tentang Nabi Isa: "Sesungguhnya Aku mewafatkan engkau dan mengangkatkan engkau kepadaKu." Orang yang memegang kepercayaan bahwa Nabi Isa belum mati, dan hanya menguatkan bahwa Nabi Isa diangkat ke langit dengan tubuhnya, terpaksa mesti mencari arti yang lain dari kata "wafat" itu. Tetapi yang berpendapat bahwa Nabi Isa mati, langsung saja mengartikan ayat itu menurut zahir bunyinya. Mula-mula beliau wafat, setelah itu beliau diangkat ke hadirat Tuhan, sebagaimana setiap insan yang mulia. Sebab itu ke-angkat-an itu tidak mesti ke langit, melainkan ke hadirat Tuhan. Baik orang Bahai dan orang Ahmadi memegang tafsir yang menyatakan bahwa Nabi Isa telah wafat, telah mati. Dan kemudian dari hal itu, merekapun menguatkan bahwa Nabi Isa akan datang kembali. Yang datang itu bukan Isa Israili yang dahulu, karena dia telah jelas meninggal. Yang ditunggu kedatangannya sebagaimana tersebut dalam hadis adalah orang lain yang membawa sifat-sifat Isa. Kata orang Bahai orang itu adalah Bahaullah. Kata orang Ahmadi, orang itu adalah Mirza Ghulam Ahmad. Sebenarnya kepercayaan tentang akan datangnya Mahdi diakhir zaman, atau Nabi Isa akan datang kembali, atau Messiah menurut kepercayaan Yahudi, atau Buddha Gautama bagi orang beragama Buddha, mendalam juga dalam kalangan kaum Syiah yang selalu menunggu-nunggu kembalinya Imam mereka yang ghaib. Ismailliyah menunggu Ismail. Istna Asyriyah menunggu Muhammad bin Hasan Al-Askary, Imam Syiah ke-12. Kisaniyah menunggu datangnya kembali Muhammad bin Ali Hanafiyah. Semuanya itu sekarang tengah ghaib dan akan datang kembali! Kepercayaan seperti inipun mendalam pula pada setengah penganut tasawuf, yang mempercayai bahwa alam diatur oleh wali-wali Allah yang bernama "Watad," dan "Badal," dan "Quthub." "Quthub" itu adalah ghaib pula. Di Indonesia kepercayaan ini sangat mendalam dalam filsafat kejawen yang menunggu kedatangan Ratu Adil. Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa dialah yang ditunggu-tunggu itu. Dialah Isa Al-Masih yang dijanjikan, dia pula Mahdi yang ditunggu-tunggu. Dan karena ada pula sebuah hadis menyatakan bahwa setiap 100 tahun akan datang seorang mujaddid (pembaharu keagamaan), maka dia pulalah mujaddid itu. Pendeknya segala yang ditunggu-tunggu itu, tidak ada orang lain, melainkan dirinya sendirilah. Oleh karena dialah Al-Masih, tentu dialah nabi. Kadang-kadang Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa dia bukanlah membawa syariat baru. Dia dengan Nabi Muhammad saw adalah bagaikan Harun terhadap Musa belaka. Penguat syariat Muhammad, bukan pengubahnya. Tetapi satu hal dia menyatakan memang berubah yaitu jihad. Jihad tidaklah dengan senjata, cukup dengan mengemukakan alasan-alasan belaka. Adapun Bahaullah menyatakan dirinya terang-terang nabi lain sesudah Muhammad. Dengan kedatangannya habislah tugas agama Al-Bab dengan kitabnya Al-Bayan. Dan dengan kedatangan Al-Bab dahulu, habis pulalah tugas syariat Muhammad. ******** BAGIAN IV/IV ******** Adapun dasar kepercayaan kita dengan berpegang kepada ayat yang tertulis di atas tadi nyatalah bahwa Nabi Isa telah wafat. Nabi Isa telah wafat, dengan berdasarkan kepada "mutawaffika" tadi. Dan dia telah diangkat ke hadirat Allah, (wa rafi'uka ilayya), sebagaimana setiap roh yang suci senantiasa diangkat menghadap ke hadirat Allah. Adapun tentang turunnya kembali beliau ke dunia, sebelum hari kiamat datang, adalah hadis yang bernama "Al-Uhad." Tidak termasuk kedalam hadis yang mutawatir. Maka menurut pertimbangan ahli-ahli hadis, kalau sekiranya tidak kita jadikan menjadi pokok kepercayaan, sebagaimana pokok kepercayaan yang enam perkara (rukun iman), tidaklah kita keluar dari Agama Islam. Meskipun demikian tidaklah boleh kita menolak kekuasaan Tuhan. Turunnya Nabi Isa kembali ke dunia, tidaklah hal yang mustahil, walaupun tulangnya telah hancur. Bukanlah didalam Al-Quran ada tersebut cerita burung-burung yang telah dicincang lumat oleh Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan. Burung itu empat ekor banyaknya. Lalu dihantarkan ke puncak empat buah bukit. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim supaya empat burung itu dipanggil kembali. Maka datanglah keempat burung itu, dengan izin Allah! Dipandang dari segi kepercayaan ini, datangnya Nabi Isa kembali ke dunia setelah beribu tahun beliau wafat, hanyalah permulaan saja dari kebangkitan mahluk Tuhan yang lain. Seluruh insan dihari kemudian akan dibangkitkan. Hanya Isa Al-Masih didahulukan. Hal ini biasa saja bagi Tuhan. Oleh sebab itu, maka pendakwaan orang-orang seperti Mirza Ghulam Ahmad dan Bahaullah, bahwa merekalah Isa Al-Masih yang dijanjikan itu, tidaklah kita percayai. Kita memandang mereka itu hanyalah sebagai pendakwa-pendakwa kenabian yang lain juga. Sebelum merekapun telah ada juga pendakwa kenabian itu. Menggelegak menggejala setahun dua tahun, taruhlah sepuluh-duapuluh tahun, kemudian padam lagi. Dan kelak akan begitu pula. Bukan saja yang seperti ini ada dalam Islam, juga ada dalam agama Kristen. Bahkan kaum theosofi pernah mengemukakan Khrisna Murti sebagai Al-Masih yang ditunggu-tunggu itu. Kaum Bahai dan kaum Ahmadi mengambil alasan atas kebenaran seruan mereka, ialah karena kian lama faham mereka kian tersiar, terutama di benua Eropa dan Amerika. Ini bukan alasan! Sebab kehausan manusia di kedua benua itu akan tuntunan rohani, setelah terlalu tenggelam dalam hidup kebendaan, menyebabkan ada diantara mereka yang lekas saja menerima suatu propaganda baru. Bukan faham Bahai dan Ahmadi saja yang mereka terima, gerakan yang lainpun mendapat pasaran subur juga disana. Di Jerman telah ada pula penganut faham Buddha dan mempunyai biara sendiri. Pelajaran tasawuf dari Inayat Khan mendapat penganut juga. Bahkan seorang yang mendakwakan dirinya Al-Masih dan memakai gelar Khrisna Vedanta di negara bagian Colorado, USA, telah mendapat pengikut pula. Demikian pula seorang kulit hitam di Pennsylvania (Philadelphia) mengaku dirinya Tuhan dan memakai nama Father Divine, tidak pula kurang penganut dan pengikutnya. Di Amerika muncul tidak kurang 200 sekte Kristen. Masing-masing mengatakan bahwa mazhab mereka kian lama kian besar dan melebihi yang lain. Terutama kaum Bahai! Mereka timbul di negeri Iran yaitu pada jaman pemerintahan Sultan Nasiruddin Syah. Seorang syah yang terkenal kejam pemerintahannya dan berkuasa tanpa batas. Dibantu oleh mullah-mullah mazhab Syiah, yang bukan saja menentang satu pendapat baru, bahkan mazhab Ahli Sunnah-pun mereka tentang. Bahaullah pada mulanya mengajarkan pembelaan hak kaum wanita, menganjurkan penghentian poligami, mengatakan bahwa dalam ajarannya tidak ada kekuasaan kaum mullah. Tentu saja ajaran "baru" dari Bahaullah ini menggoncangkan politik dan susunan masyarakat kerajaan, persekutuan kaum mullah dengan Syah. Kaum ini dikafirkan dan diperangi. Al-Bab sampai dibunuh dan Bahaullah dibuang keluar negeri. Padahal setelah kecerdasan beragama maju kembali, orang telah merasa bahwa tidak perlu ada nabi baru membawa ajaran baru. Seruan-seruan yang diserukan Bhaullah itu memang telah ada dalam tubuh Islam ajaran Muhammad sendiri, dengan tidak usah keluar dahulu dari Islam, dan membuat agama baru. Adapun kaum Ahmadi dan usahanya melebarkan Islam ke benua Eropa dan Amerika, dengan dasar ajaran mereka, faedahnya bagi Islam ada juga. Mereka menafsirkan Quran kedalam bahasa-bahasa yang ada di Eropa. Padahal di jaman 100 tahun yang lalu masih merata kepercayaan tidak boleh mentafsirkan Quran. Pentafsiran Quran dari kedua golongan Ahmadiyah itu membangkitkan minat bagi golongan yang menginginkan kebangkitan Islam ajaran Muhammad kembali untuk memperdalam selidiknya tentang Islam. Orang sekarang telah pandai menimbang. Tafsir kaum Ahmadi itu mereka baca juga. Yang baik mereka terima dan kepercayaan tetang kenabian, kerasulan, kemahdian, ke-Al-Masih-an Mirza Ghulam Ahmad mereka singkirkan ketepi. Dan tafsir-tafsir karangan ulama Islam sendiripun telah muncul, yang isinya jauh melebihi tafsir Ahmadi. Kelebihan tafsir Ahmadi hanyalah karena ditulis dalam bahasa Barat, menarik hati kaum terpelajar cara Barat, tapi kosong ilmunya tentang bahasa Arab. Di Indonesia sendiri, ketika gerakan-gerakan ini mulai masuk, agak ribut juga orang menerimanya. Apalagi mereka suka berdebat-debat sebagai alat propaganda untuk menarik perhatian. Dalam pada itu maka pengertian kaum Islam tentang agama bertambah mendalam, ahli-ahli Islampun telah timbul lebih banyak daripada dahulu. Kian lama kian sepi gerakan mereka. Yang dapat tertarik hanyalah orang-orang yang belum ada pengertiannya tentang Islam. Setinggi-tinggi usaha mereka adalah memelihara pengikut-pengikutnya. Di Tempat yang kuat Islamnya, seperti di Padang Panjang, terpaksa pengikut-pengikutnya itu meninggalkan kampung halaman, dan pindah ke kota Jakarta, sebab "bebas" mengerjakan kepercayaannya. Sikap merekapun telah berubah! Jika semula pada waktu pertama kali mereka suka mengajak berdebat, diakhir-akhir ini mereka mengambil sikap hanya mempertahankan diri jika datang serangan. Tandanya bahwa pasaran mereka telah mulai sepi. Adapun kalau ada tambahan pengikut mereka, tidaklah hal demikian mengherankan kita di Indonesia ini. Buka saja Ahmadiyah, Bahai-pun telah ada pengikutnya disini. Bukan saja Bahai dan Ahmadi, bahkan Katolik dan Protestan-pun ada juga tambahan penganutnya disini. Bahkan orang yang masuk komunis-pun ada. Sebabnya adalah karena Islam di Indonesia pada jaman yang sudah-sudah terdesak oleh beberapa desakan. Baik politik, atau ekonomi atau kejahilan tentang ajaran agama Islam sebenarnya. Semuanya ini adalah cemeti untuk membangkitkan beransang kaum Muslimin, dibawah pimpinan ulama dan pimpinanNya supaya bangkit dan berusaha menegakkan "Dakwah Islamiyah," lebih giat daripada yang sudah-sudah. Alhasil, Muhammad adalah penutup dari segala rasul, dan bukanlah dia mata-cincin dari segala rasul. Sesudah dia tidak ada nabi lagi, baik nabi yang menasikhkan syariat Muhammad, ataupun nabi yang dikatakan "pengiring" Muhammad. Dengan kedatangannya sempurnalah binaan kepercayaan isi alam yang telah dibawa berturut-turut oleh nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum dia. Beliau bersabda: "Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi yang sebelum aku, adalah seumpama seseorang yang membangun bangunan-bangunan. Diperindahnya dan diperbagusnya binaan itu, kecuali (ketinggalan) suatu batu tembok pada sudut daripada sudut-sudutnya itu. Maka manusiapun berkelilinglah dan takjub melihat binaan itu, dan mereka berkata: 'Alangkah baiknya ditutupi sebuah batu tembok yang kurang ini.' Maka akulah batu tembok itu, dan akulah penutup segala nabi-nabi." Maka kalau ada orang mendakwakan dirinya nabi sesudah Muhammad, niscaya bohonglah pendakwaannya itu. Dan barang siapa yang mempercayai akan dakwaan orang itu, mendustakanlah dia akan pernyataan Muhammad. Sebab itu maka tidaklah dia golongan Ummat Islam (Ummat Muhammad). Sesungguhnya demikian, sebagai Ummat Islam yang mengaku adanya keluasan dada (tasamuh), kita akan bergaul juga dengan mereka sebaik-baiknya, sebagaimana kita bergaul dengan Ummat Buddha, Kristen dan Yahudi. Apalagi Nabi Muhammad saw. telah pula memeberi peringatan bagi kita bahwa sesuadh beliau wafat akan datang orang mendakwakan dirinya nabi atau rasul. Padahal mereka adalah pembohong. Nabi bersabda: "Akan ada pada akhir kemudian ummatku orang-orang dajjal pembohong. Membicarakan kepada kamu perkara-perkara yang belum pernah kamu dengar, dan tidak pula pernah didengar oleh nenek-moyangmu. Maka berawas-awaslah kamu dan berawas-awaslah mereka. Janganlah sampai mereka menyesatkan kamu dan jangan memfitnahi kamu." Dan sabda beliau pula: "Sesungguhnya akan ada pada ummatku tigapuluh orang pembohong! Semuanya mengaku bahwa dirinya Nabi. Akulah penutup segala nabi. Tidak ada nabi sesudah aku. Dan akan senantiasalah segolongan dari ummatku tegak diatas kebenaran. Tidak akan memberi bencana atas mereka siapapun yang menentang mereka, sehingga datanglah ketentuan Allah, dan mereka tetap saja demikian." Cukuplah wahyu dengan turunnya penutup segala kitab suci, yaitu Al-Quran. Bereslah risalat dan nubuwwat dengan datangnya penutup segala rasul dan nabi yaitu Muhammad saw. Dengan kepercayaan yang demikianlah hidup kita dan mati kita. * * * Bagaimanapun kepintaran kita dan betapapun ilmu pengetahuan yang didapat oleh manusia di dalam alam ini, namun rahasia yang masih tersembunyi masih lebih banyak. Rahasia yang menjadi rahasia dari segala rahasia adalah lingkungan "ghaib," yang hanya dapat dirasai adanya, tetapi tak dapat dicapai oleh pancaindera atau oleh akal sekalipun dimana letaknya. Kita akui, memang kadang-kadang kecerdasan berfikir dan berakal mendapat kesimpulan tentang adanya, tetapi hanya sebagian kecil dari rahasianya. Sebagaimana Aristoteles dan beberapa filsuf yang lain yang menghitung "yang Ada" dengan filsafat, akhirnya bertemu dengan keyakinan akan adanya Tuhan. Tetapi itu hanya sebagian kecil saja. Lebih banyak yang tidak dapat kita ketahui. Maka datanglah nabi-nabi dan rasul-rasul, dan penutup dari segala nabi dan rasul, bercakap dengan wahyu, menerima "kalimat" dari Allah sendiri. Maka dengan tuntunan beliau hilanglah keraguan kita dan teranglah bagi kita jalan kesana, sesudah payah meraba-raba dan mencari-cari. Maka pikiran yang beliau berikan dan cita yang beliau tanamkan dihati kita adalah pikiran dan cita yang sempurna, yang diwaktu hidup dapat kita pakai dan diwaktu mati dapat kita tumpang. Maka percayalah kita kepadanya dan kita turutlah garis langkah yang beliau tinggalkan, yang patut kita lalui, untuk keselamatan kita pada hidup ini dan hidup setelah ini ... ============================================================ Akhir dari kutipan. ... Alhamdullillah ... |
Fatwa Ulama Sedunia Tentang Kesesatan Ahmadiyah.
Sunday, 20 February 2011, 15:53 WIBREPUBLIKA.CO.ID, Para ulama Islam di berbagai negeri Arab hingga ke India telah sepakat dalam kekafiran Al-Qadiyaniah diantaranya perwakilan dari organisasi Islam yang menghadiri konferensi Rabithah Alam Islamy yang diadakan di Mekkah tahun 1394 H.
Mereka mengumumkan kekafiran Al-Qadiyaniah termasuk Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa (Lajnah Daimah) Saudi Arabia dan Lembaga Ulama Senior Saudi Arabia dan Mujamma Fiqih yang menginduk kepada Rabithah dan Mujamma Fiqih Islam yang menginduk kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Mujamma Riset Islam di Al-Azhar.
Diantara pemimpin umat dari kalangan ulama yang memfatwakan kekafiran mereka adalah Syeikh Bin Bazz, Syeikh Jadul Haq Syeikhul Azhar, Syeikh Al-Albani dan Syeikhul Al-Maududi rahimahumullah.
Sebagaimana Parlemen Pakistan telah mengeluarkan keputusan bahwa mereka kelompok minoritas non-muslim dan saat itu sandaran para ulama dalam kekafiran mereka adalah ucapan Al-Qadiyaniah yang mendustakan isi Al-Qur’an dan menyelewengkan maknanya yang bertentangan ijma umat, seperti mereka telah mengingkari kebanyakan sifat-sifat Allah dan mengingkari
kehidupan Nabi Isa as, turunnya dan diangkatnya beliau ke langit, sebagaimana mereka mengingkari penutup para Nabi dan mengklaim bahwa pemimpin mereka adalah nabi yang mendapat wahyu.
Ucapan Al-Qadiyaniah dalam perkara ini semua dapat ditemukan dalam buku-buku Ghulam Ahmad Al-Qadiyani, sebagaimana ucapan Mujamma dan Lembaga-lembaga disebutkan di atas ada dan tersebar maka tidak ada yang perlu diragukan lagi, termasuk bagaimana sebenarnya biographi Mirza Ghulam Ahmad yang penuh kontroversi sehingga tidak pantas dianggap sebagai seorang nabi atau bahkan imam mahdi sekalipun.
Baca Disini:
1. Wahabi itu Penyebar Fitnah Dan Menjadikan Mereka teroris Serta Membantai Para Muslim. Hati-hati terhadap Isyu Syi’ah Bukan Islam, Akhirnya Sunni juga Dibantai
2. LANDASAN SYIAH DALAM RIWAYAT AHLUS SUNNAH (Pertama)
3. LANDASAN SYIAH DALAM RIWAYAT AHLUS SUNNAH (Kedua)
4. LANDASAN SYIAH DALAM RIWAYAT AHLUS SUNNAH (Ketiga)
5. mari kita telusuri periode pertama dari kehidupan Umat Islam pada zaman Nabi, kita akan menemukan adanya dua garis pemikiran utama yang sangat bertolak belakang dan juga muncul berbarengan dengan timbulnya masyarakat Islam awal
6. Buya SyafiiMenyatakan Kebenaran Bukan Milik Individu, lalu Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj Membolehkan Syiah, Kemudian Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin
7. Amien Rais, Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah, Pernyataan Prof. Dr. KH. Umar Shihab dan serta Tokoh tokoh Indonesia yang menyatakan Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariah Ushuliyah tidak sesat dan merupakan bagian dari Islam.
8. Dua Belas Imam Ahlulbait Syi’ah Seluruhnya Dizalimi Penguasa Sunni !! Syi’ah lah Yang Teguh Memegang Tsaqalain Sesuai Wasiat Nabi SAW
9. Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) Bagian 1
10. Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) Bagian 2
11. Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) Bagian 3
12. Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) Bagian 4
13. Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) Bagian 5
14. Dari Saudi Muncul Dajjal?
15. Syekh & Amir Kaum Penjajah Haramain
16. Persekongkolan Intelejen Arab Saudi dan Israel Hapus Islam Timur Tengah
17. Saudi dan Israel; Kembaran dari Rahim yg berbeda
18. Zionis Israel Yang Tak Kenal Manusia
19. Perbandingan Agama Yahudi, Kristen, dan Islam dalam kategori Agama Samawi