Khadafi Bukan Pemimpin Yang Patut Diteladani.
Muammar Khadafi adalah seorang kolonel tanpa urat takut. Pada 1969, di usia muda, dengan nyali yang menyala, dia menjungkalkan tahta raja Libya, satu kudeta yang berhasil, dan membalikkan gerak sejarah negeri itu.
Khadafi akrab dengan kekerasan. Begitu meraih kekuasaan, dia bertahan selama 40 tahun lebih, dengan cara brutal. Tak heran, bila dia kini memakai segala cara, mulai dari menyewa milisi bayaran, hingga memberikan sogokan akan menaikkan gaji pegawai negeri sebesar 150 persen, dan memberi santunan tunai bagi keluarga yang loyal.
Tripoli Dikuasai Pemberontak, Iran Ucapkan Selamat Kepada Rakyat Libya.
Pemberontak Kuasai Markas Khadafi.
Tripoli – Pemberontak Libya telah menyerbu kompleks markas milik Presiden Moammar Khadafi di Bab Al Azizya, Tripoli. Penyerbuan dilakukan setelah melalui perlawanan sengit dengan pasukan setia Khadafi.
“Para pemberontak menerobos gerbang Bab al-Aiziya dan sejumlah pasukan oposisi berhasil memasuki benteng pemerintah di ibukota Libya,” kata koresponden, Al Jazeera, Zeina Khodr seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (24/8/2011).
Aksi saling tembak dan suara desing peluru masih terus terdengar. Bahkan informasi menyebut ada gudang senjata yang sedang dijarah. Nampak seorang anggota pasukan kubu oposisi terlihat menendang dan merusak patung Khadafi di sekitar areal kompleks.
Dalam sebuah wawancara dengan radio, Khadafi mengatakan bahwa penarikan dirinya dari markas besarnya adalah ‘langkah taktis’ setelah markas tersebut diluluhlantakan oleh serangan udara NATO 64.
Dalam pidatonya, Khadafi berjanji mati syahid dan memperoleh kemenangan dalam perang melawan NATO.
Disebutkan ada 400 orang tewas dan 2.000 terluka dalam tiga hari pertempuran antara pemberontak dan pasukan setia kepada Khadafi di ibukota Libya, Tripoli.
Mustafa Abdel Jalil, ketua Dewan Transisi Nasional, mengatakan kepada televisi Prancis-24 bahwa 600 pasukan pro-Khadafi telah ditangkap. Jalil mengatakan bahwa Khadaffi telah melarikan diri.
“Saya berharap bahwa ia bisa ditangkap hidup-hidup sehingga dunia dapat mengetahui tentang kejahatannya,” kata Jalil.
Iran Ucapkan Selamat Kepada Rakyat Libya.
“Republik Islam Iran mengucapkan selamat pada rakyat muslim Libya yang sikap tegasnya dalam beberapa bulan terakhir menggambarkan simbol lain gerakan populer di wilayah tersebut,” demikian statemen Kementerian Luar Negeri Iran seperti diberitakan kantor berita resmi Iran, IRNA.
“Pergerakan populer di Libya sekali lagi menunjukkan bahwa mengikuti tuntutan sah rakyat dan menghormati opini mereka merupakan keharusan yang tak terbantahkan,” demikian statemen kementerian seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (23/8/2011).
“Seperti biasa, Republik Islam Iran siap berbagi pengalamannya tentang jalan untuk mewujudkan kebebasan, keadilan dan pembangunan dengan saudara bangsa Libya,” tandas kementerian.
Sejak pergolakan di Libya terjadi pada pertengahan Februari lalu, pemerintah Iran mengadopsi dua pendekatan sekaligus. Yakni, mengkritik rezim Muammar Khadafi atas serangan-serangannya terhadap para pemberontak namun di saat yang sama, Iran juga mengecam intervensi militer NATO di Libya.
Pasca sebagian besar wilayah ibukota Libya, Tripoli dikuasai pasukan pemberontak, rezim Muammar Khadafi diklaim telah berakhir. Ribuan rakyat Libya melakukan perayaan kemenangan atas runtuhnya rezim yang bertahan selama 42 tahun tersebut.
Namun, di balik keriuhan perayaan rakyat tersebut, sebenarnya keberadaan Khadafi hingga saat ini masih menjadi misteri. Ada banyak versi menyebut keberadaan Khadafi, antara bertahan di dalam markas terakhirnya yang terletak di Bab al-Aziziya, Tripoli atau telah melarikan diri dari Tripoli dan bersembunyi di suatu tempat.
Seperti dilansir dailymail.co.uk, Senin (22/8/2011), sejumlah pihak mempercayai Khadafi dipercaya bersembunyi di markasnya saat pasukan pemberontak berhasil menguasai Tripoli dalam 24 jam terakhir.
Baku tembak senjata berat terjadi ketika pasukan pro-Khadafi membalas serangan yang dilancarkan ke markas Bab al-Aziziya. Tank-tank pemerintah muncul dari kompleks tersebut dan memulai serangan besar-besar terhadap para pemberontak hingga fajar menjelang.
Warga setempat mengungkapkan, bahwa pasukan pemberontak berusaha merubuhkan tembok markas Khadafi tersebut. Namun serangan balik pasukan pro-Khadafi menghalangi mereka. Khadafi bahkan menempatkan penembak jitu di sekitar markas untuk menghalau para pemberontak.
Kendati demikian, pasukan pemberontak kini mengklaim pihak mereka menguasai 95 persen wilayah Tripoli. Mereka juga menyebut sekitar 1.300 orang tewas terbunuh dalam baku tembak hebat semalam. Hal ini disebabkan oleh penggunaan tank dan truk dengan senjata mesin yang melancarkan serangan ke segala arah.
Versi lain menyebutkan bahwa Khadafi telah melarikan diri dari Tripoli saat pertempuran antara pasukan pemberontak dan pasukan pro-Khadafi pecah. Khadafi disebut-sebut bersembunyi di sebuah bunker di luar kota Tripoli.
Sebagai seorang pemimpin rezim diktator yang berada di ambang kehancuran, Khadafi diberitakan oleh sebuah stasiun televisi lokal telah melarikan diri layaknya seorang pengecut.
Sementara itu, mantan tangan kanan Khadafi, Abdel-Salam Jalloud bahkan berani menyebut Khadafi sebagai pemimpin yang tidak berani bersikap tegas seperti Hitler yang memutuskan bunuh diri.
“Saya pikir tidak mungkin dia akan menyerah. Dia tidak seperti Hitler, yang berani membunuh dirinya sendiri. Saya pikir, revolusi yang tejadi di kota Tripoli tidak akan membantu dia bertahan. Saya percaya rezimnya hanya akan bertahan selama seminggu, atau maksimal 10 hari, tapi mungkin kurang dari itu,” ujar Jalloud yang sebelumnya melarikan diri ke Tunisia dan kini menetap di Roma, Italia, Jumat (19/8) lalu, kepada stasiun televisi Italia.
“Tidak mungkin dia meninggalkan Tripoli. Semua jalan ditutup. Dia hanya bisa pergi dengan adanya perjanjian internasional dan saya rasa pintu itupun sudah tertutup,” imbuh Jalloud.
Bunker persembunyian Khadafi sebenarnya sudah menjadi cerita rakyat di Libya. Diketahui terdapat banyak terowongan bawah tanah yang menghubungkan ke sejumlah wilayah Libya. Bahkan dilaporkan ada ruangan-ruangan besar yang mampu menampung tank, pesawat dan juga menjadi gudang senjata. Khadafi diketahui sering menetap di bunker yang berbeda-beda.
Rahasia terowongan ini terungkap saat pasukan pemberontak berhasil menguasai kota Benghazi pada Maret lalu. Mereka berhasil menemukan serangkaian terowongan dan ruangan-ruangan yang dibangun seluas 100 yards di bawah tanah.
Namun, kompleks bunker yang ada di Tripoli dipercaya jauh lebih besar dibanding lokasi lain. Sejumlah eks tangan kanan Khadafi mengungkapkan, banyak terowongan sepanjang ratusan kilometer yang mengarah ke wilayah selatan Libya, yang dimungkinan menjadi jalur melarikan diri.
Tripoli Dikuasai Pemberontak, Era Khadafi Diklaim Telah Berakhir.
“Era Khadafi telah berakhir,” ujar Pemimpin Dewan Transisi Nasional Libya, Mustafa Abdel Jalil dalam konferensi pers di Benghazi, Libya timur, seperti dilansir AFP, Senin (22/8/2011).
Lebih lanjut, Abdel Jalil berharap agar Khadafi bisa ditangkap hidup-hidup untuk selanjutnya menjalani proses hukum di pengadilan. Diketahui bahwa sebelumnya Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan atas Khadadi.
Secara khusus, Abdel mengucapkan selamat terhadap rakyat Libya atas ‘kemenangan bersejarah’ ini. Dia juga berterima kasih terhadap tentara NATO atas dukungan militernya selama ini bagi pasukan pemberontak.
Namun, Abdel Jalil menyebut bahwa momen kemenangan sebenarnya diraih saat Khadafi berhasil ditangkap. Sementara saat ini tidak diketahui keberadaan pemimpin Libya selama 4 dekade tersebut.
“Momen kemenangan yang sebenarnya adalah ketika Khadafi berhasil ditangkap,” tambahnya.
Kendati demikian, Abdel juga mengakui bahwa belum seluruh wilayah Tripoli berada di bawah kendali pasukan pemberontak. Masih ada sedikit kekuatan pasukan pro-Khadafi di Tripoli, hanya saja dalam kondisi yang sangat ‘lemah’.
“Ada sejumlah kekuatan pasukan Khadafi yang mencoba melawan. Dan pasukan pemberontak masih harus melakukan satu dorongan kuat untuk menguasai Bab al-Azizyah (diduga lokasi markas Khadafi),” ujar salah satu koresponden Al Jazeera, Zeina Khodr.
Seperti diberitakan Al Jazeera, Senin (22/8/2011), baku tembak dan pertempuran antara pemberontak dengan pasukan pro-Khadafi yang pecah pada Senin di sejumlah wilayah Tripoli, berujung pada terdesaknya pasukan pro-Khadafi. Wilayah persembunyian Khadafi di Bab al-Azizyah juga dilaporkan ikut terdesak.
Namun sayangnya keberadaaan Khadafi sendiri pasca pertempuran tersebut tidak diketahui pasti.
Uni Eropa: Rezim Khadafi Segera Berakhir.
Uni Eropa meyakini rezim Muammar Khadafi di Libya telah mendekati
akhir. Khadafi pun diminta untuk menyerahkan kekuasannya guna
menghindari pertumpahan darah lebih jauh.
“Kita sepertinya sedang menyaksikan berakhirnya rezim Khadafi,” kata
Michael Mann, juru bicara untuk kepala urusan luar negeri Uni Eropa
Catherine Ashton.“Khadafi harus menyerahkan kekuasaan sekarang dan menghindari pertumpahan darah lebih jauh,” imbuh Mann seperti dilansir AFP, Senin (22/8/2011).
Mann juga mengimbau pasukan pemberontak untuk menghormati hukum HAM dan kemanusiaan serta melindungi warga negara. Ditegaskannya, Uni Eropa siap mendukung Libya dengan cara-cara praktis dan konkret dalam beberapa pekan, bulan dan tahun-tahun mendatang.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menyerukan
Khadafi untuk mengundurkan diri sekarang. Menurut Obama, rezim Khadafi
telah berada di titik ujung dengan berhasilnya pasukan pemberontak
menembus jatung kota Tripoli.