Khadafi Bukan Pemimpin Yang Patut Diteladani.
Sejak 1972, rezim Khadafi melarang partai politik. Media massa
nasional pun dibelenggu agar tidak “menyesatkan” rakyat dengan
pemberitaan kritis kepada pemerintah. Seperti Mao Zedong di China pada
1960an, Khadafi pada 1975 menerbitkan buku panduan ideologi bagi pejabat
dan rakyat Libya. Dia menyebutkan sebagai “Kitab Hijau” (Green Book).
Muammar Khadafi adalah seorang kolonel tanpa urat takut. Pada 1969,
di usia muda, dengan nyali yang menyala, dia menjungkalkan tahta raja
Libya, satu kudeta yang berhasil, dan membalikkan gerak sejarah negeri
itu.
Khadafi akrab dengan kekerasan. Begitu meraih kekuasaan, dia bertahan
selama 40 tahun lebih, dengan cara brutal. Tak heran, bila dia kini
memakai segala cara, mulai dari menyewa milisi bayaran, hingga
memberikan sogokan akan menaikkan gaji pegawai negeri sebesar 150
persen, dan memberi santunan tunai bagi keluarga yang loyal.
Rabu, 24/08/2011 08:08 WIB
Pemberontak Kuasai Markas Khadafi.
Tripoli – Pemberontak Libya telah menyerbu kompleks
markas milik Presiden Moammar Khadafi di Bab Al Azizya, Tripoli.
Penyerbuan dilakukan setelah melalui perlawanan sengit dengan pasukan
setia Khadafi.
“Para pemberontak menerobos gerbang Bab al-Aiziya dan sejumlah
pasukan oposisi berhasil memasuki benteng pemerintah di ibukota Libya,”
kata koresponden, Al Jazeera, Zeina Khodr seperti dikutip dari Al
Jazeera, Rabu (24/8/2011).
Aksi saling tembak dan suara desing peluru masih terus terdengar.
Bahkan informasi menyebut ada gudang senjata yang sedang dijarah. Nampak
seorang anggota pasukan kubu oposisi terlihat menendang dan merusak
patung Khadafi di sekitar areal kompleks.
Dalam sebuah wawancara dengan radio, Khadafi mengatakan bahwa
penarikan dirinya dari markas besarnya adalah ‘langkah taktis’ setelah
markas tersebut diluluhlantakan oleh serangan udara NATO 64.
Dalam pidatonya, Khadafi berjanji mati syahid dan memperoleh kemenangan dalam perang melawan NATO.
Disebutkan ada 400 orang tewas dan 2.000 terluka dalam tiga hari
pertempuran antara pemberontak dan pasukan setia kepada Khadafi di
ibukota Libya, Tripoli.
Mustafa Abdel Jalil, ketua Dewan Transisi Nasional, mengatakan kepada
televisi Prancis-24 bahwa 600 pasukan pro-Khadafi telah ditangkap.
Jalil mengatakan bahwa Khadaffi telah melarikan diri.
“Saya berharap bahwa ia bisa ditangkap hidup-hidup sehingga dunia dapat mengetahui tentang kejahatannya,” kata Jalil.
Iran Ucapkan Selamat Kepada Rakyat Libya.
Pemerintah Iran menyampaikan ucapan selamat kepada rakyat Iran atas
keberhasilan para pemberontak menembus jantung kota Tripoli, ibukota
Libya.
“Republik Islam Iran mengucapkan selamat pada rakyat muslim Libya
yang sikap tegasnya dalam beberapa bulan terakhir menggambarkan simbol
lain gerakan populer di wilayah tersebut,” demikian statemen Kementerian
Luar Negeri Iran seperti diberitakan kantor berita resmi Iran,
IRNA.
“Pergerakan populer di Libya sekali lagi menunjukkan bahwa mengikuti
tuntutan sah rakyat dan menghormati opini mereka merupakan keharusan
yang tak terbantahkan,” demikian statemen kementerian seperti dilansir
kantor berita
AFP, Selasa (23/8/2011).
“Seperti biasa, Republik Islam Iran siap berbagi pengalamannya
tentang jalan untuk mewujudkan kebebasan, keadilan dan pembangunan
dengan saudara bangsa Libya,” tandas kementerian.
Sejak pergolakan di Libya terjadi pada pertengahan Februari lalu,
pemerintah Iran mengadopsi dua pendekatan sekaligus. Yakni, mengkritik
rezim Muammar Khadafi atas serangan-serangannya terhadap para
pemberontak namun di saat yang sama, Iran juga mengecam intervensi
militer NATO di Libya.
Pasca sebagian besar wilayah ibukota Libya, Tripoli dikuasai pasukan
pemberontak, rezim Muammar Khadafi diklaim telah berakhir. Ribuan rakyat
Libya melakukan perayaan kemenangan atas runtuhnya rezim yang bertahan
selama 42 tahun tersebut.
Namun, di balik keriuhan perayaan rakyat tersebut, sebenarnya
keberadaan Khadafi hingga saat ini masih menjadi misteri. Ada banyak
versi menyebut keberadaan Khadafi, antara bertahan di dalam markas
terakhirnya yang terletak di Bab al-Aziziya, Tripoli atau telah
melarikan diri dari Tripoli dan bersembunyi di suatu tempat.
Seperti dilansir
dailymail.co.uk, Senin (22/8/2011),
sejumlah pihak mempercayai Khadafi dipercaya bersembunyi di markasnya
saat pasukan pemberontak berhasil menguasai Tripoli dalam 24 jam
terakhir.
Baku tembak senjata berat terjadi ketika pasukan pro-Khadafi membalas
serangan yang dilancarkan ke markas Bab al-Aziziya. Tank-tank
pemerintah muncul dari kompleks tersebut dan memulai serangan
besar-besar terhadap para pemberontak hingga fajar menjelang.
Warga setempat mengungkapkan, bahwa pasukan pemberontak berusaha
merubuhkan tembok markas Khadafi tersebut. Namun serangan balik pasukan
pro-Khadafi menghalangi mereka. Khadafi bahkan menempatkan penembak jitu
di sekitar markas untuk menghalau para pemberontak.
Kendati demikian, pasukan pemberontak kini mengklaim pihak mereka
menguasai 95 persen wilayah Tripoli. Mereka juga menyebut sekitar 1.300
orang tewas terbunuh dalam baku tembak hebat semalam. Hal ini disebabkan
oleh penggunaan tank dan truk dengan senjata mesin yang melancarkan
serangan ke segala arah.
Versi lain menyebutkan bahwa Khadafi telah melarikan diri dari
Tripoli saat pertempuran antara pasukan pemberontak dan pasukan
pro-Khadafi pecah. Khadafi disebut-sebut bersembunyi di sebuah bunker di
luar kota Tripoli.
Sebagai seorang pemimpin rezim diktator yang berada di ambang
kehancuran, Khadafi diberitakan oleh sebuah stasiun televisi lokal telah
melarikan diri layaknya seorang pengecut.
Sementara itu, mantan tangan kanan Khadafi, Abdel-Salam Jalloud
bahkan berani menyebut Khadafi sebagai pemimpin yang tidak berani
bersikap tegas seperti Hitler yang memutuskan bunuh diri.
“Saya pikir tidak mungkin dia akan menyerah. Dia tidak seperti
Hitler, yang berani membunuh dirinya sendiri. Saya pikir, revolusi yang
tejadi di kota Tripoli tidak akan membantu dia bertahan. Saya percaya
rezimnya hanya akan bertahan selama seminggu, atau maksimal 10 hari,
tapi mungkin kurang dari itu,” ujar Jalloud yang sebelumnya melarikan
diri ke Tunisia dan kini menetap di Roma, Italia, Jumat (19/8) lalu,
kepada stasiun televisi Italia.
“Tidak mungkin dia meninggalkan Tripoli. Semua jalan ditutup. Dia
hanya bisa pergi dengan adanya perjanjian internasional dan saya rasa
pintu itupun sudah tertutup,” imbuh Jalloud.
Bunker persembunyian Khadafi sebenarnya sudah menjadi cerita rakyat
di Libya. Diketahui terdapat banyak terowongan bawah tanah yang
menghubungkan ke sejumlah wilayah Libya. Bahkan dilaporkan ada
ruangan-ruangan besar yang mampu menampung tank, pesawat dan juga
menjadi gudang senjata. Khadafi diketahui sering menetap di bunker yang
berbeda-beda.
Rahasia terowongan ini terungkap saat pasukan pemberontak berhasil
menguasai kota Benghazi pada Maret lalu. Mereka berhasil menemukan
serangkaian terowongan dan ruangan-ruangan yang dibangun seluas 100
yards di bawah tanah.
Namun, kompleks bunker yang ada di Tripoli dipercaya jauh lebih besar
dibanding lokasi lain. Sejumlah eks tangan kanan Khadafi mengungkapkan,
banyak terowongan sepanjang ratusan kilometer yang mengarah ke wilayah
selatan Libya, yang dimungkinan menjadi jalur melarikan diri.
Tripoli Dikuasai Pemberontak, Era Khadafi Diklaim Telah Berakhir.
Dewan Transisi Nasional Libya mengumumkan berakhirnya era
pemerintahan Muammar Khadafi yang berjalan selama hampir 4 dekade. Hal
ini menyusul para pasukan pemberontak yang menguasai sebagian besar
wilayah ibukota Tripoli.
“Era Khadafi telah berakhir,” ujar Pemimpin Dewan Transisi Nasional
Libya, Mustafa Abdel Jalil dalam konferensi pers di Benghazi, Libya
timur, seperti dilansir
AFP, Senin (22/8/2011).
Lebih lanjut, Abdel Jalil berharap agar Khadafi bisa ditangkap
hidup-hidup untuk selanjutnya menjalani proses hukum di pengadilan.
Diketahui bahwa sebelumnya Mahkamah Pidana Internasional telah
mengeluarkan surat perintah penangkapan atas Khadadi.
Secara khusus, Abdel mengucapkan selamat terhadap rakyat Libya atas
‘kemenangan bersejarah’ ini. Dia juga berterima kasih terhadap tentara
NATO atas dukungan militernya selama ini bagi pasukan pemberontak.
Namun, Abdel Jalil menyebut bahwa momen kemenangan sebenarnya diraih
saat Khadafi berhasil ditangkap. Sementara saat ini tidak diketahui
keberadaan pemimpin Libya selama 4 dekade tersebut.
“Momen kemenangan yang sebenarnya adalah ketika Khadafi berhasil ditangkap,” tambahnya.
Kendati demikian, Abdel juga mengakui bahwa belum seluruh wilayah
Tripoli berada di bawah kendali pasukan pemberontak. Masih ada sedikit
kekuatan pasukan pro-Khadafi di Tripoli, hanya saja dalam kondisi yang
sangat ‘lemah’.
“Ada sejumlah kekuatan pasukan Khadafi yang mencoba melawan. Dan
pasukan pemberontak masih harus melakukan satu dorongan kuat untuk
menguasai Bab al-Azizyah (diduga lokasi markas Khadafi),” ujar salah
satu koresponden
Al Jazeera, Zeina Khodr.
Seperti diberitakan
Al Jazeera, Senin (22/8/2011), baku
tembak dan pertempuran antara pemberontak dengan pasukan pro-Khadafi
yang pecah pada Senin di sejumlah wilayah Tripoli, berujung pada
terdesaknya pasukan pro-Khadafi. Wilayah persembunyian Khadafi di Bab
al-Azizyah juga dilaporkan ikut terdesak.
Namun sayangnya keberadaaan Khadafi sendiri pasca pertempuran tersebut tidak diketahui pasti.
Uni Eropa: Rezim Khadafi Segera Berakhir.
Uni Eropa meyakini rezim Muammar Khadafi di Libya telah mendekati
akhir. Khadafi pun diminta untuk menyerahkan kekuasannya guna
menghindari pertumpahan darah lebih jauh.
“Kita sepertinya sedang menyaksikan berakhirnya rezim Khadafi,” kata
Michael Mann, juru bicara untuk kepala urusan luar negeri Uni Eropa
Catherine Ashton.
“Khadafi harus menyerahkan kekuasaan sekarang dan menghindari pertumpahan darah lebih jauh,” imbuh Mann seperti dilansir
AFP, Senin (22/8/2011).
Mann juga mengimbau pasukan pemberontak untuk menghormati hukum HAM
dan kemanusiaan serta melindungi warga negara. Ditegaskannya, Uni Eropa
siap mendukung Libya dengan cara-cara praktis dan konkret dalam beberapa
pekan, bulan dan tahun-tahun mendatang.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menyerukan
Khadafi untuk mengundurkan diri sekarang. Menurut Obama, rezim Khadafi
telah berada di titik ujung dengan berhasilnya pasukan pemberontak
menembus jatung kota Tripoli.