videos.wittysparks.com/id/547936479
.
klik video diatas ya !!!!.
Saddam
menolak untuk ditutupi wajahnya dan mulai berdoa, salah seorang saksi
meneriakkan “Muqtada, Muqtada, Muqtada,” merujuk kepada Muqtada al-Sadr,
seorang ulama syiah radikal yang ayahnya diyakini dibunuh oleh rezim
Saddam.
Imam Khomeini lah yang pertama meramalkan bahwa Saddam Hussein akan mati dalam keadaan hina…
Ucapan itu ketika PERANG IRAK – IRAN
……………….
‘Hati-hati dengan Amerika dalam Sekejap Bisa Jadi Musuh,’ Tulis Saddam
Saddam Hussein, mantan diktator Irak dalam suratnya kepada pemimpin
Arab Saudi mengakui bahwa dirinya boneka Amerika Serikat (AS). Dalam
suratnya Saddam menyebutkan, Amerika yang menyatakan keinginannya untuk
berkoalisi dengannya ternyata malah memanfaatkan dirinya untuk
menjalankan kepentingan Washington, tulis Kantor Berita
ISNAmengutip
an-Nakhil.
Saddam menambahkan, 25 Juli tahun 1990 saya bertemu dengan dubes AS
di Irak dan Washington melalui dubesnya ini memberikan saya lampu hijau
untuk menduduki Kuwait. Dubes AS sambil tersenyum kepada saya
mengatakan, kami tidak memiliki sikap soal friksi antara kamu dengan
bangsa Arab seperti yang terjadi dengan Kuwait. Saya sendiri menyadari
bahwa kami memiliki kepentingan yang sama.
Dalam suratnya Saddam menambahkan, awalnya saya berpendapat bahwa
Washington adalah sekutu dan mitra, oleh karena itu satu pekan kemudian
saya langsung menyerang Kuwait. Namun ternyata AS berpaling dan malah
menyerang saya. Amerika dengan buas membakar kamp al-Imarah dan
membantai wanita serta anak-anak yang berlindung di sana. Washington pun
merusak total infrastruktur Irak.
Selanjutnya AS memboikot Irak dan membantai ratusan ribu anak-anak.
Tahun 2003 akhirnya AS menduduki Irak dan menangkap saya. Amerika
memberikan Irak kepada musuh-musuh saya. Saddam menambahkan, saya
menulis surat ini untuk kamu (Raja Arab Saudi), karena kamu adalah
satu-satunya pemimpin Arab yang layak menerima surat ini. Adapun
pemimpin Arab lainnya jika mereka bukan menjadi boneka AS, pasti sangat
memusuhi Islam.
Abdul Aziz, saya memperingatkan kamu untuk berhati-hati menghadapi AS
karena kamu menyaksikan bagaimana Washington mengkhianati diriku. Meski
mereka mendukung saya menyerang Iran, namun sekejap kemudian Gedung
Putih berubah menjadi musuh.
Kini anda tengah bersekutu dengan AS, padahal Washington tidak
serius. Kapanpun kamu bisa dicampakkan dan dianggap musuh oleh AS jika
mereka menghendaki. Jika hal ini kamu teruskan maka kamu akan bernasib
sama seperti saya. Sebagaimana AS membunuh saya, maka mereka pun akan
melakukan hal serupa kepada kamu. Rakyat pun akan memusuhi dirimu,
minyak melimpah di negerimu pun akan dikuras habis oleh mereka dan istri
serta keluargamu akan dihinakan.
Surat ini saya tulis karena kamu memiliki pengaruh di kalangan
pemuda, oleh karena itu dekatilah kaum muda jika musuh sewaktu-waktu
datang para pemuda negerimu dapat menghadapinya. Jangan melakukan
korupsi dan kebejatan lainnya, para pemuda ini adalah amanat yang
diletakkan di atas pundakmu. Mereka adalah harta karun yang tidak
dimiliki oleh pemimpin Arab lainnya.
Saddam Digantung, Kaum Syiah Menari.
Sabtu, 30 Desember 2006 12:34:33
Mantan Presiden Iraq, Saddam Hussein akhirnya benar-benar digantung
sesaat menjelang fajar guna menghindari eksekusi di hari raya Idul Adha
1427 Hijriyah. Eksekusi dilakukan setelah pengadilan tingkat pertama
Iraq menyatakan Saddam bersalah atas kejahatan kemanusiaan pada 1982.
Jaringan televisi BBC dan CNN melaporkan bahwa berita eksekusi Saddam
ini pertamakali disiarkan jaringan televisi Al-Hura.
Kantor Berita Agence France-Presse (AFP) melaporkan, eksekusi hukuman
mati Saddam dilaksanakan pada pukul 07.00 waktu setempat atau menjelang
pukul 10.00 WIB. Saddam divonis hukuman mati dengan cara digantung oleh
pengadilan tingkat pertama pada 5 November silam. Ia dinyatakan
bersalah atas dalam pembantaian 148 warga Kurdi di Dujail pada tahun
1982.
Hukuman ini lalu diperkuat oleh Mahkamah Agung Iraq pada Kamis silam.
MA Iraq bahkan memerintahkan eksekusi hukuman mati Saddam maksimal 29
hari, terhitung mulai Jumat kemarin. Pengadilan Tertinggi Iraq
memperkuat vonis hukuman mati bagi mantan Presiden Iraq tersebut dan dua
terpidana lainnya dalam kasus Dujail.
Padahal sebelumnya, kementerian Kehakiman Iraq membantah pernyataan
yang menyebut Saddam Hussein akan digantung hari Sabtu (30/12).
Di Bagdad, kaum Syiah menari gembira di jalan-jalan mendengar mantan
orang nomor satu Iraq ini digantung. Sementara warga Syiah lainnya
menembakkan senjata ke udara menandai kegembiraanya.
Ali Hamza, seorang warga Syiah di kota Baghdad, segera keluar rumah
dan menembakkan senjata ke udara berkali-kali sesaat mendengar Saddam
sudah di eksekusi.
Beda lagi dengan Jawad Abdul-Aziz, ia menganggap, kematian Saddam
berarti habisnya sejarah buruk di masa lalu. Jawab mengaku, ia telah
kehilangan ayahnya, tiga saudara, 22 kemenakan yang terbunuh di Dujail
di saat Saddam masih berkuasa.
Berbeda dengan warga Sunni, menganggap kematian Saddam adalah sebuah
martir. “Presiden Saddam Hussein adalah martir dan Tuhan akan
menempatkan bersama pahlawan lainnya”, ujar Syeikh Yahya al-Attawi.
Sementara Presiden Bush mengatakan, pasca pengadilan Saddam rakyat
Iraq akan memulai demokrasi. Bush juga mengatakan, dengan dieksekusinya
Saddam, bukan berarti kekerasaan di Negeri 1001 mimpin itu akan
berhenti.
Sebagaimana diketahui, pengadilan Saddam ini penuh dengan rekayasa dari pihak Amerika Serikat (AS).
Januari 3, 2007 pukul 10:58 pm
CRAWFORD, SABTU-
Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, diberitahu pada pukul
18:15 malam waktu setempat, (Sabtu 00.15 GMT) bahwa mantan Presiden Irak
Saddam Hussein akan digantung beberapa jam lagi.
Namun saat eksekusi dilaksanakan, Bush tengah terlelap dalam
tidurnya. “Presiden mengakhiri harinya dengan mengetahui bahwa tahap
akhir mengadili Saddam sedang dilakukan,” kata Deputi Sekretaris Pers
Gedung Putih, Scott Stanzel.
Ketika ditanya apakah Bush sedang tidur ketika eksekusi dilakukan?
Stanzel menjawab “Itu benar.” Stanzel mengatakan Bush akan dibangunkan
jika ada yang tidak sesuai rencana namun eksekusi berjalan sesuai
rencana.
Penasehat Keamanan Gedung Putih Stephen Hadley lewat telepon pukul
6:15 malam (Sabtu 0015 GMT) memberitahu Bush tentang “seluruh proses”
membawa Saddam ke tiang gantung, kata Stanzel.
Hadley sendiri mengetahui hal tersebut dari Dubes AS untuk Irak,
Zalmay Khalilzad, yang mendapat informasi dari Perdana Menteri Irak Nuri
al-maliki bahwa “eksekusi akan dilakukan beberapa jam ke depan,”
katanya.
Saat dihukum gantung di kota Baghdad, Saddam tidak sendirian. Bersama
dia juga telah dihukum mati saudara tengahnya Barzan Ibrahim dan mantan
Kepala Dewan Revolusi Awad Hamed al Bandar saat pemerintahan Saddam
Husein. Stasiun televisi Iraqiya dalam pengumumannya, Sabtu (30/12/2006)
menyebutkan, Saddam telah dihukum gantung setelah dilakukan eksekusi
juga terhadap Barzan dan kemudian Awad al-Bandar. Eksekusi terhadap
Saddam Husein dilakukan setelah 56 hari, keputusan pengadilan untuk
menghukum mati Saddam Hussein atas kasus pembunuhan 148 warga Syiah.
Mahkamah Agung Irak menolak upaya banding yang dilakukan Saddam bersama
kuasa hukumnya.
Mahkamah Agung juga menyatakan eksekusi Saddam Hussein harus
dilakukan dalam waktu 30 hari. Badie Aref salah satu pengacara Saddam
Husein seperti dikutip
CNN.com menyatakan, sebelum dieksekusi
Saddam telah ditemui oleh kedua saudaranya. Saddam menyampaikan pesan
khusus kepada keluarganya yang dititipkan kepada keluarganya. Dua
saudaranya yang menemui Saddam adalah Sabawi dan Wathban Ibrahim Hassan
al-Tikriti. Namun Aref mengaku tidak tahun pesan apa yang disampaikan
Saddam kepada keluarganya itu.
ALASAN AMERiKA MENYERANG IRAK:
Alasan 1:
Amerika Serikat tidak menyerang Iraq untuk minyak. Kenyataannya
mereka telah menghabiskan miliaran dolar untuk perang ini dan yang
paling banter mereka dapatkan ketika keluar dari Iraq adalah untuk
mendapatkan uang mereka kembali. Jadi minyak hanyalah sebagai kompensasi
besar saja.Yang benar adalah bahwa sama seperti Israel yang menyerang
Libanon untuk membuat Hizbullah terlihat seperti pahlawan, AS menyerang
Iraq sebenarnya untuk membuat Muqtada al-Sadr sebagai pahlawan Iraq.
Lihatlah,
sejak Pemerintah Saddam Hussein dihancurkan oleh AS, Moqtada al-Sadr
didudukkan untuk mengambil alih Iraq. Inilah sebabnya mengapa kita
melihat bahwa media mainstream (yang dikendalikan oleh orang yang sama
yang mengontrol Pemerintah) berbicara tentang menentang perang dan
pertentangan itu dikendalikan oleh begitu banyak golongan kiri palsu.
Perang di Afghanistan dibungkam oleh media kiri palsu dan mengatur
protes yang mengabaikan Afganistan, dan hampir seluruhnya berkonsentrasi
ke Iraq sebagai gantinya.
Kita juga melihat bagaimana penyiksaan Abu Ghurayb tersebar di semua
surat kabar utama dan TV. Ini adalah surat kabar dan saluran TV yang
sama yang telah menyensor 99% kebenaran tentang peristiwa dunia dan
menutupi sebagian besar kejahatan Pemerintah barat. Semua orang
tiba-tiba tampaknya berbalik melawan perang Iraq.
Kita juga melihat bagaimana Pemerintah AS menuduh Iraq memiliki WMDs
(Weapon Of Mass Destruction), tapi sampai saat ini tak pernah terbukti.
Ini adalah pemerintah yang sama yang telah menutupi apa yang
sebenarnya terjadi pada 9 / 11. Setelah serangan WTC, Pemerintah Amerika
Serikat segera menyalahkan Al-Qaeda, dan Osama bin Laden. Segala cara
dilakukan untuk mencoba dan meyakinkan orang bahwa bin Laden bertanggung
jawab atas serangan tersebut.
Tetapi sekali lagi, ketika menyangkut masalah Iraq, hal-hal itu
menjadi berbeda. Para politisi AS baru saja keluar dan mengakui bahwa
mereka tidak menemukan WMDs, sehingga dengan sengaja dan kebetulan
membuat perang tidak populer.
Bush juga menuduh Saddam terlibat dalam 9 / 11, tapi aneh, ia
kemudian menyangkalnya. Kenapa dia menyangkal? Jika dia berbohong di
fase pertama, mengapa ia tidak terus berbohong? Jika ia tidak punya
bukti di fase pertama, mengapa tidak ia terus berbohong tanpa bukti?
Atau mungkinkah bahwa dia dengan sengaja ingin dilihat sebagai
pembohong, sehingga perang Iraq dan sayap kanan AS akan dilihat sebagai
sesuatu yang lebih tidak populer lagi.
Collin Powell mengakui bahwa Iraq sama sekali tidak memili WMDs. Dan
pertanyaan yang sebenarnya adalah, mengapa Amerika Serikat khawatir
tentang senjata Kimia dan bom Hayati Iraq, ketika justru sebaliknya Iran
telah lama diduga membuat bom nuklir?
Tentu senjata nuklir harus menjadi perhatian yang lebih besar. Tapi
anehnya Amerika dan media Barat hanya berbalik mata terhadap Iran
setelah jelas bagi seluruh dunia bahwa Iraq tidak memiliki WMDs.
Dengan kata lain, jika sekarang Amerika Serikat menuduh Iran membuat
WMDs, tidak ada yang percaya karena mereka telah berbohong tentang Iraq.
Tetapi pertanyaan sebenarnya adalah mengapa mereka tidak menyerang
Iran sebelum Iraq? Padahal, menurut kabar entah darimana, Iran konon
adalah musuh terbesar AS saat ini terbesar di Timur Tengah, dan
sementara Saddam bekas sekutu AS.
Iran juga merupakan tetangga Afghanistan, sehingga lebih mudah bagi
AS untuk memindahkan pasukan dari Iran ke Afghanistan dan begitu pula
sebaliknya dari Afghanistan ke Iran.
Sekarang media berlomba-lomba memberitakan kepada kita agar berpikir
bahwa Amerika ingin menyerang Iran setelah Iraq. Mungkin dalam hal ini
sebenarnya ada sesuatu yang lain. AS tidak menyerang Iran karena mereka
sama sekali tidak ingin menyerang Iran.
Jika kita masih ingat, mungkin kita akan ingat bahwa ketika pertama
AS menyerang Iraq, seorang ulama Syiah dengan nama Moqtada al-Sadr
muncul, dan mengklaim bahwa rakyat bangkit melawan penjajah dan
membebaskan Irak.
Media tiba-tiba berkonsentrasi pada dirinya, meskipun ia dan
pasukannya telah melakukan sangat sedikit usaha dalam memerangi tentara
Amerika. Tentara Moqtada al-Sadr, yang ia sebut sebagai “Tentara Mahdi,”
terlihat sebagai kekuatan yang serius yang harus diperhitungkan. Mereka
dipandang sebagai “Hizbullah” dari Iraq. Kenyatannya, mereka erat
bersekutu dengan “Hizbullah” dan mereka selalu memuji Hasan Nasrallah.
Tidak diragukan lagi bahwa Moqtada al-Sadr dimaksudkan untuk menjadi
Nasrallah dari Iraq. Dengan kata lain, rencananya bahwa ia akan bangkit
melawan AS, dan AS kemudian akan meninggalkan Iraq dengan tiba-tiba.
Sadr kemudian akan dianggap sebagai pahlawan dan penyelamat Iraq, dan
dengan perginya Saddam pergi, Sadr akan mengambil alih Irak dan akhirnya
menyerahkannya kepada Iran. Inilah skenario terburuk yang pernah
dibayangkan oleh semua pengamat politik.
Alasan 2:
Inilah sebabnya mengapa Ayad Allawi berada di urutan pertama yang
ditunjuk sebagai Presiden Iraq. Walaupun Allawi dilahirkan dalam sebuah
keluarga Syiah, ia tidak dipandang sebagai seorang Syiah, karena ia
tidak mempraktikkan “agamanya” dengan cara apapun. Syiah—di Iraq—disebut
sebagai agama yang lain, bahkan bukan merupakan sempalan dari Islam.
Allawi dilihat hanya sekadar boneka AS, dan ini dilakukan untuk membuat
pendudukan AS lebih tidak populer dan meningkatkan dukungan untuk Sadr.
Ini
juga yang melatarbelakangi mengapa jumlah sesungguhnya tentara Amerika
yang tewas di Iraq tidak dilaporkan.
Dalam peperangan, pemerintah selalu
mengklaim bahwa hanya sedikit sekali tentaranya yang tewas daripada
klaim musuh. Namun dalam perang ini, Amerika Serikat melaporan korban
tewas seminimal mungkin, tidak seperti yang lainnya. Tentara Rashideen
(Jaysharrashedeen, salah satu kelompok nasionalis Islam sebelum
perlawanan di Iraq) membuat film dokumenter di mana mereka memberikan
gambaran tentang korban tentara AS yang tewas yang tidak dilaporkan.
Ketika mereka memfilmkan serangan perlawanan mereka terhadap terhadap
pasukan AS, media-media mainstream (dan bahkan Al-Jazeera sekalipun)
mencoba semua cara yang mereka bisa untuk menutupi kebenaran tentang
jumlah orang Amerika yang mati. Sebagai contoh, ada satu serangan di
mana Tentara Rashideen sendirian membunuh 4 orang Amerika, namun media
barat dan (bahkan) Al-Jazeera mengklaim bahwa hanya 1 tentara yang
tewas!
Kelompok-kelompok perlawanan seperti Angkatan Darat Rashideen
mengklaim bahwa mereka telah menewaskan lebih dari 30.000 tentara
Amerika dan mereka melihat angka yang diberikan oleh Pemerintah AS
sebagai sebuah lelucon. Dalam film dokumenter mereka, Tentara Rashideen
mengajukan pertanyaan yang menarik; mereka bertanya kepada Bush
bagaimana ia menutupi kematian yang begitu banyak?
Seperti diketahui,
Amerika Serikat mengklaim jumlah tentara Amerika tewas kurang dari 10%
dari yang sebenarnya.
Jadi mengapa hal ini terjadi?
Dan kenapa juga media mainstream
internasional tampaknya benar-benar mengabaikan Afghanistan dan hampir
tidak pernah menurupkan laporan korban pasukan Amerika di sana?
Banyak
orang di Barat sebenarnya tidak banyak tahu apa yang terjadi di
Afghanistan—itu sebabnya mengapa banyak tentara Amerika sendiri
mengatakan bahwa perang di Afghanistan jauh lebih serius dan jauh lebih
mematikan daripada perang di Iraq.
Pemerintah AS akhirnya melaporkan jumlah korban yang benar, atau
setidaknya mereka harus mengungkapkan lebih dari 10%, tetapi ini hanya
dilakukan setelah Sadr muncul. Dengan kata kemunculan Sadr dengan klaim
20 atau 30 ribu tentara Amerika yang tewas akan memberikan stigma dengan
keberadaan Pasukan Mahdi yang dipunyai oleh Sadr. Lalu ketika
orang-orang di Barat mendengar tentang ini, akan ada keributan dan
protes besar. Bush kemudian akan memiliki alasan untuk mundur dari Iraq,
membuatnya seolah-olah Sadr dan tentaranya tiba-tiba bangkit dan
memperoleh kemenangan yang luar biasa.
Puluhan ribu tentara AS yang telah dibunuh oleh Al-Qaeda (jika ada),
Ansar Sunnah, Tentara Rashideen dan kelompok-kelompok perlawanan Sunni
lainnya, semua akan dihubungkan dengan Sadr. Dengan kata lain, Sadr dan
pasukannya akan bangkit setelah kekalahan kaum Sunni. Kemudian akan
segera muncul klaim bahwa “Tentara Mahdi” telah mendapatkan kemenangan
yang luar biasa dan telah membunuh ribuan tentara Amerika dalam waktu
singkat, walaupun pada kenyataannya hanya ada pertempuran sungguhan yang
sangat sedikit.
Namun satu hal yang terjadi di Iraq dan di luar perhitungan AS adalah
kaum Muslim Sunni membentuk kelompok-kelompok mereka sendiri yang
ternyata jauh lebih kuat daripada tentara Mahdi Sadr, meskipun Tentara
Mahdi memiliki banyak anggota.
Jelas, Amerika sadar betul bahwa Sunni akan bangkit, namun kenyataan
bahwa kaum ini akan begitu kuat dan mendapatkan begitu banyak dukungan
rakyat Iraq, jauh di luar perkiraan mereka. Sunni bahkan berubah menjadi
resistensi yang paling besar terhadap kaum asing di Iraq.
Awalnya AS hanya mencoba untuk menghancurkan kelompok perlawanan
Sunni, tapi itu sama sekali bukanlah sesuatu yang mudah. Para
konspirator yang telah merencanakan perang ini dilanda ketakutan karena
jika kaum Sunni berhasil mengalahkan Amerika Serikat maka mereka akan
dianggap sebagai pahlawan Iraq dan semua rencana mereka akan berantakan.
Alasan 3:
Kemudian kita melihat bagaimana Pemerintah Iraq telah diubah dan
dibuat agar terlihat lebih religius dan ulama Syiah masuk dan
mengendalikan Pemerintah. Pemerintah baru Iraq kemudian menjadi populer
di kalangan Syiah di Iraq dan orang-orang kemudian tertarik bergabung
dengan “Tentara Nasional Iraq.”Dalam rangka mendorong lebih banyak orang
untuk bergabung dengan Tentara Nasional, AS dan Pemerintah baru Iraq
menghajar daerah sipil, membunuh laki-laki, perempuan dan anak-anak, dan
kemudian menyalahkan “pemberontak” Sunni. Jangan heran, jika sekarang
banyak ulama Sunni yang digantung di Iraq—sesuatu yang pada zaman Saddam
Hussein hanya terjadi di negara tetangganya, Iran.
Para
ulama Syiah seperti “Ayatullah” Ali Sistani dan bahkan Pemerintah Iran
mengulangi kebohongan Amerika dan Pemerintah baru Iraq, menuduh apa yang
disebut “ekstrimis Sunni” atas serangan terhadap berbagai masjid dan
sekolah.
Sistani bahkan menyeru kepada pengikutnya agar bergabung dengan
Tentara Nasional untuk melawan “teroris”—yang di kemudian hari berubah
menjadi arena balas dendam Syiah kepada kaum Sunni.
Tapi walau sedikit dan perlahan, kaum Sunni Iraq juga tidak tinggal
diam. Mereka berhasil mengambil alih beberapa lokasi utama di Iraq,
termasuk Fallujah.
Para konspirator ingin benar-benar menghancurkan “kelompok perlawanan
Sunni” dan mereka tidak mau mengambil risiko sehingga mereka membom
Fallujah dan daerah lainnya yang dikuasai oleh kelompok-kelompok
perlawanan Sunni tanpa belas kasihan.
Mereka bahkan menggunakan bom kimia ilegal termasuk Fosfor Putih. Bom
ini membunuh seluruh masyarakat dan sepenuhnya menghancurkan beberapa
daerah. Ribuan warga sipil Sunni tewas dalam pemboman yang dimaksudkan
untuk benar-benar menghabisi perlawanan Sunni dan melapangkan jalan
untuk “tentara Mahdi Moqtada al-Sadr.”
Tapi bukannya musnah, para pejuang Sunni bergerak di bawah tanah,
seperti yang dijelaskan oleh pemimpin ar Jaysh-Raashideen (salah satu
kelompok perjuangan). Dia menyatakan bahwa setelah banyak diserang, kaum
pejuang justru menjadi lebih kuat, dan musuh mereka sulit menemukan
mereka karena tidak mengetahui keberadaan mereka, sementara kelompok
pejuang itu tahu di mana Amerika berada.
Perlawanan Sunni terus berlanjut dan Sadr dipaksa untuk mengatakan
kepada pasukannya untuk menghentikan memerangi Amerika, dan inilah
sebabnya: jika kita mempelajari semua hal yang dilakukan oelh Moqtada
al-Sadr, kita akan melihat bahwa ia telah terus-menerus berseru kepada
pengikutnya untuk berhenti melawan pendudukan asing. Setiap kali
pasukannya masuk ke dalam pertempuran dengan Amerika atau Inggris atau
Pemerintah, ia segera meminta gencatan senjata.
Sebagian besar pengikutnya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia
benar-benar mengatakan kepada mereka untuk menghentikan pertempuran
karena ia ingin Amerika untuk menyingkirkan perlawanan Sunni dahulu.
Namun itu tidak cukup baginya untuk meyakinkan para pengikutnya untuk
tidak melawan pendudukan. Moqtada al-Sadr bahkan menyerukan sesuatu
yang lebih “gila” lagi yaitu membantu pendudukan! Kali ini dengan
‘cover’ (kedok) besar memerangi Al-Qaidah. Karena sekarang ini
Pemerintah Iraq diserahkan kepada golongan Syiah, sehingga Sadr bisa
mengklaim bahwa ia membela “Muslim” dari “Nasibis” (“Nasibi” adalah
istilah yang digunakan kaum Syiah melawan Sunni kapan saja mereka ingin
memerangi mereka).
“Tentara Mahdi” Moqtada al-Sadr kemudian bekerja sama dengan Tentara
Nasional Iraq, melawan kelompok perlawanan Sunni! Mereka bahkan
melindungi pasukan Inggris di Basrah seperti yang dilaporkan oleh Peter
Oborne dalam film dokumenternya—Iraq Reckoning.
Saddam kemudian ditutupi wajahnya, memo mengatakan bahwa Saddam mati
dengan cepat dan tubuhnya dimasukkan ke dalam sebuah kantong. Seorang
pemuka agama kemudian memandikan mayatnya dan melakukan prosedur
pemakaman sesuai agama Islam.
http://video.google.com/googleplayer.swf?docId=-3322737103277359075&hl=en
<img class=”thumbnail” title=”saddam-hussein-execution.jpg ” src=”http://www.documentingreality.com/forum/uploadedimages/1/22173.thumb?d=1222137292″ alt=”saddam-hussein-execution.jpg ” border=”0″ />
Kematian
Saddam Husein masih meninggalkan kehebohan yang mungkin buntutnya akan
panjang. Sejumlah pejabat pemerintah Irak menyingkap informasi
mengejutkan perihal menyusupnya milisi Syiah ke dalam lokasi eksekusi
mati Saddam Husein. Tak hanya itu, mereka bahkan yang menggantikan para
eksekutor resmi yang seharusnya melakukan hukuman mati atas Saddam
Husein.
Pemberitaan ini dilansir olehReutershari
Rabu (3/1), mengutip pernyataan pejabat keamanan terkenal Irak di
kementerian Dalam Negeri. “Eksekusi mati Saddam harusnya dilakukan tim
eksekutor yang berada di bawah Menteri Dalam Negeri. Tapi milisi itu
menyusup dan menggantikan tim eksekutor yang menghukum mati Saddam,”
ujar sumber tersebut. Ia menambahkan, tim eksekutor hukum mati
kementerian dalam negeri telah meninggalkan lokasi saat pelaksanaan
hukuman mati Saddam.
Sementara
itu, Shadiq Rikabi, pembantu PM Nouri Al-Maliky mengatakan, “Sejumlah
penjaga penjara telah diinterogasi. Ada satu orang secara spesifik
tertuduh sebagai pelaku perekam prosesi kematian Saddam secara ilegal.
Rekaman itulah yang lalu mengobarkan kemarahan besar di kalangan Arab
Sunni yang juga menjadi aliran Islam Saddam.”
Seperti
diberitakan, isi rekaman detik-detik terakhir Saddam Husein itu
menampilkan rekaman saat tali gantungan melilit leher Saddam, terdengar
sejumlah kata-kata yang mengandung pelecehan etnik dari sebagian
pemimpin Syiah yang hadir menyaksikan tragedi kematian Saddam itu.
Menurut Muafiq Ar Rabii, konsultan keamanan nasional Irak, siapapun yang
mencuri rekaman itu adalah orang yang ingin memunculkan bahaya bagi
perdamaian nasional di Irak dan bisa memicu pertikaian lebih hebat
antara Sunni dan Syiah. Ar Rabi’i adalah salah satu dari 20 orang
petinggi Irak dan saksi mata yang hadir menyaksikan hukuman mati atas
Saddam Husein. Dia juga mengakui bahwa memang kamar pelaksanaan hukuman
mati Saddam Husein tersebut telah disusupi.
Di
sisi lain, militer AS masih tetap menyampaikan penolakannya atas
tudingan turut campur tangan dalam hukuman mati atas Saddam Husein.
Menurut sejumlah sumber AS, AS punya cara yang berbeda bila Saddam harus
menjalani hukuman mati. Saddam sendiri sebelumnya telah ditahan oleh
pasukan AS selama empat tahun lamanya sebelum akhirnya ia diserahkan
kepada orang-orang Irak beberapa saat sebelum pelaksanaan hukuman.
Surat Saddam Hussein: Para Penguasa Arab Termasuk Dirinya adalah Antek AS |
|
|
|
Thursday, 05 May 2011 13:20
“Adapun pemimpin Arab lainnya jika mereka bukan menjadi boneka AS, pasti sangat memusuhi Islam.‘” Tulis Saddam Hussein kepada Raja Saudi.
mediaumat.com- ‘Saddam
Hussein, mantan diktator Irak dalam suratnya kepada pemimpin Arab Saudi
mengakui bahwa dirinya boneka Amerika Serikat (AS). Dalam suratnya
Saddam menyebutkan, Amerika yang menyatakan keinginannya untuk
berkoalisi dengannya ternyata malah memanfaatkan dirinya untuk
menjalankan kepentingan Washington, tulis Kantor Berita
ISNA mengutip
an-Nakhil.
Saddam menambahkan, 25 Juli tahun 1990 saya bertemu dengan dubes AS
di Irak dan Washington melalui dubesnya ini memberikan saya lampu hijau
untuk menduduki Kuwait. Dubes AS sambil tersenyum kepada saya
mengatakan, kami tidak memiliki sikap soal friksi antara kamu dengan
bangsa Arab seperti yang terjadi dengan Kuwait. Saya sendiri menyadari
bahwa kami memiliki kepentingan yang sama.
Dalam suratnya Saddam menambahkan, awalnya saya berpendapat bahwa
Washington adalah sekutu dan mitra, oleh karena itu satu pekan kemudian
saya langsung menyerang Kuwait. Namun ternyata AS berpaling dan malah
menyerang saya. Amerika dengan buas membakar kamp al-Imarah dan
membantai wanita serta anak-anak yang berlindung di sana. Washington pun
merusak total infrastruktur Irak.
Selanjutnya AS memboikot Irak dan membantai ratusan ribu anak-anak.
Tahun 2003 akhirnya AS menduduki Irak dan menangkap saya. Amerika
memberikan Irak kepada musuh-musuh saya. Saddam menambahkan, saya
menulis surat ini untuk kamu (Raja Arab Saudi), karena kamu adalah
satu-satunya pemimpin Arab yang layak menerima surat ini. Adapun
pemimpin Arab lainnya jika mereka bukan menjadi boneka AS, pasti sangat
memusuhi Islam.
Abdul Aziz, saya memperingatkan kamu untuk berhati-hati menghadapi AS
karena kamu menyaksikan bagaimana Washington mengkhianati diriku. Meski
mereka mendukung saya menyerang Iran, namun sekejap kemudian Gedung
Putih berubah menjadi musuh.
Kini anda tengah bersekutu dengan AS, padahal Washington tidak
serius. Kapanpun kamu bisa dicampakkan dan dianggap musuh oleh AS jika
mereka menghendaki. Jika hal ini kamu teruskan maka kamu akan bernasib
sama seperti saya. Sebagaimana AS membunuh saya, maka mereka pun akan
melakukan hal serupa kepada kamu. Rakyat pun akan memusuhi dirimu,
minyak melimpah di negerimu pun akan dikuras habis oleh mereka dan istri
serta keluargamu akan dihinakan.
Surat ini saya tulis karena kamu memiliki pengaruh di kalangan
pemuda, oleh karena itu dekatilah kaum muda jika musuh sewaktu-waktu
datang para pemuda negerimu dapat menghadapinya. Jangan melakukan
korupsi dan kebejatan lainnya, para pemuda ini adalah amanat yang
diletakkan di atas pundakmu. Mereka adalah harta karun yang tidak
dimiliki oleh pemimpin Arab lainnya.