Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Golan. Show all posts
Showing posts with label Golan. Show all posts

Rezim Zionis Mengaku Hizbullah Mampu Memblokade Lautnya


Setelah aturan main antara Hizbullah dan rezim Israel tidak berlaku, kini rezim Zionis mengakui bahwa Hizbullah mampu mengepung Palestina yang terjajah melalui laut.
KBS melaporkan, pasca operasi khusus yang dilakukan oleh Hizbullah diperkebunan Syaba’a menjadi jelas bahwa aturan-aturan pertempuran antara Hizbullah dan rezim zionis mengalami perubahan sedemikian sehingga media-media rezim Israel dan pusat-pusat penelitiannya terus meningkatkan upayanya untuk meluaskan informasi tentang kemampuuan-kemampuan militer Hizbullah dan kerugian-kerugian spiritual dan material yang ditanggung oleh rezim ini.

Amus Haril, analis koran Harish, mengatakan bahwa tidak diragukan kami akan berkonflik dalam dua tahun ke depan.

Amir Buhabuth, analis strategis rezim Israel, telah mengumumkan upaya-upaya saat ini untuk memperkuat angkatan laut rezim ini demi melindungi pusat-pusat pengeboran minyak dan gas laut di laut Mediterania.

Sumber-sumber informasi milik rezim Israel mengakui, angkatan laut Israel khawatir penembakan roket ke sekitar wilayah perairan Israel. Hizbulah berusaha maksimal menggunakan roket-roket untuk membuat blokade laut terhadap rezim Israel. Hal ini sangat penting mengingat 99 persen impor-impor rezim Israel melalui laut. Israel hingga saat ini belum merasakan konsekuensi-konsekuensi dari pengepungan dan blokade laut, dan ini sangat membahayakan kepentingan rezim zionis.

Menurut sumber rezim Israel ini, roket-roket akan digunakan dengan jarak jangkau lebih dari 3 mil untuk menargetkan pantai-pantai Lebanon dan tidak penting targetnya harus kapal-kapal perang Israel. Tujuan Hizbullah adalah menjauhkan kapal-kapal dagang dari laut Israel yang tindakan-tindakan Hizbullah ini berkonsekuensi sangat besar bagi rezim Israel yang berujung membahayakan keamanan nasionalnya.

Sumber zionis ini mengisyaratkan tentang kekhawatiran meningkatnya pengalaman, kemampuan militer, dan senjata-senjata baru yang diperoleh Hizbullah di Suriah.  Aksi Hizbullah akan menjadi bencana bagi Israel untuk membahayakan keamanan nasional.

Sumber inipun meyakini, roket-roket Yakhunat Suriah tergolong ancaman besar. Sumber ini menjelaskan, Hizbullah Lebanon memiliki roket laut-darat jenis C 802 buatan Iran yang digunakannya menyerang kapal perang Israel dalam perang tahun 2006 yang telah menewaskan 4 tentara.

Rezim zionis mengakui bahwa Hizbullah mampu menembakkan roket ke laut Haifa yang memiliki banyak pabrik dan kilang minyak, hal ini bisa menjadi penghalang masuknya kapal-kapal dagang ke Palestina yang dijajah.

Isu ini tampak penting ketika diperhatikan bahwa pasca operasi Hizbullah terhadap rezim zionis di perkebunan Syaba’a tantangan-tantangan Hizbullah meningkat dua kali, dan isu ini menjadi jelas di dalam upacara perpisahan Benny Gantez, Kepala Staf Militer rezim Israel, dan penyerahan jabatan ini kepada Izunkut bahwa Benny menyebutkan tantangan-tantangan ke depan rezim ini adalah Gaza, Lebanon, dan Golan. Dan Perdana Menteri Israel Netanyahu juga menegaskan hal yang sama.

Israel adalah suatu rezim yang didirikan di atas wilayah tanpa rakyat dan rakyat tanpa wilayah yang berada dalam tantangan dan ancaman. Rezim zionis setelah mengalahkan negara-negara Arab dalam beberapa perang telah menghentakkan cemeti sehingga Hizbullah muncul dan hadir dalam tataran dan percaturan Timur Tengah. Hizbullah memiliki kedisiplinan, keharmonisan, dan keteraturan yang cukup besar dan inilah yang memberikan kepada Hizbullah kemampuan manuver dan mobilitas yang tinggi.

Puncak kekhawatiran rezim zionis atas kekuatan Hizbullah menjadi nyata setalah helikopter Israel yang membunuh beberapa tentara Hizbullah telah menghadirkan ketakutan yang sangat dalam tubuh rezim zionis terhadap reaksi Hizbullah dan ketakutan ini memiliki refleksi yang besar di medan internal rezim ini. Dan jika terjadi perang besar terjadi maka apa yang akan terjadi terhadap Zionis?

Noam Chomsky: Kebijakan Amerika untuk Suriah Tragis dan Absurd

Noam Chomsky
Berikut adalah sebagian wawancara ahli bahasa, filsuf sekaligus pengamat politik Amerika Profesor Noam Chomsky dengan Frank Barat dari Ceasefire Magazine http://ceasefiremagazine.co.uk/noam-chomsky-syria-descends-suicide-israel-enjoying-spectacle/ . Seperti biasa, Profesor Chomsky sangat kritis terhadap pemerintahan di Washington dengan pernyataan-pernyataannya yang faktual sekaligus sarkastis. Islam Indonesia menerjemahkannya secara ringkas untuk Anda.

Tentang apa yang terjadi di Suriah saat ini, dan apa akibatnya bagi kawasan secara lebih luas? 
“Well, Suriah kian merosot ke arah “bunuh diri”. Ini sebuah kisah horor yang makin buruk dan buruk saja dari hari ke hari. Tak ada setitik cahaya pun di sana saat ini. Kalau ini terus terjadi, mungkin Suriah akan terbagi ke dalam tiga kawasan: kawasan Kurdi—yang saat ini sudah mulai terbentuk—yang akan memisahkan diri dan bergabung dengan berbagai cara dengan Kurdi Irak yang semi otonom, atau mungkin mereka bersepakat dengan Turki.

Sisanya akan terbagi menjadi kawasan yang didominasi rezim Assad—rezim yang brutal dan mengerikan—dan bagian lain didominasi oleh berbagai kelompok militan, yang merentang dari kelompok keras militan hingga kelompok sekuler dan demokrat.  Sementara itu, Israel akan dengan senang menikmati pemandangan itu. Di koran New York Times Anda pasti membaca kutipan seorang pejabat Israel yang menyatakan kegembiraannya melihat warga Arab saling bunuh satu sama lain. http://www.nytimes.com/2013/09/06/world/middleeast/israel-backs-limited-strike-against-syria.html?pagewanted=all&_r=1&

Amerika Serikat juga tampak tak menginginkan adanya penyelesaian. Kalau saja Amerika dan Israel ingin membantu pemberontak—pada kenyataannya tidak—mereka bisa melakukannya, bahkan tanpa intervensi militer. Sebagai contoh, Israel bisa saja memobilisasi tentara di Dataran Tinggi Golan (betul, ini Dataran Tinggi Golan milik Suriah, tetapi dunia sekarang cenderung menoleransi pendudukan Israel yang ilegal). Kalau mereka lakukan itu, kubu Assad akan terdesak ke selatan dan mengurangi tekanan pada pihak pemberontak. Tapi tak ada tanda-tanda soal itu. Amerika juga tak melakukan upaya bantuan kemanusiaan kepada pengungsi yang berjumlah demikian besar, tak melakukan bahkan hal sederhana yang dapat mereka lakukan untuk meringankan penderitaan orang-orang malang itu.

Semua ini menunjukkan Amerika dan Israel sama-sama menyukai situasi sekarang ini. Sementara itu Israel dapat merayakan status mereka yang mereka sebut sebagai sebuah “Villa di Tengah Hutan”. Ada artikel menarik oleh editor Haaretz (surat kabar Israel), Aluf Benn, yang menulis tentang bagaimana warga Israel pergi ke pantai dan bersenang-senang, saling  memberi selamat satu sama lain karena mereka menikmati tinggal di “Villa di Tengah Hutan”  sementara hewan-hewan liar di luar sana saling cakar dan bunuh. Tentu saja dalam gambaran ini Israel tak melakukan apa pun kecuali mempertahankan diri. Mereka menyukai gambaran itu, dan Amerika pun tampaknya tak keberatan. Hal-hal lain yang terjadi ya semacam “bertinju dengan bayangan”.

Tentang Serangan Amerika ke atas Suriah:
Pengeboman? Ya, itu menjadi debat menarik di Amerika. Kalangan ultra kanan, para ekstremis sayap kanan yang kehilangan spktrum internasional, menentang rencana serangan itu, meskipun dengan alasan yang tak terlalu saya sukai. Mereka menentang serangan itu karena: “Mengapa kita mau bersusah-susah menyelesaikan masalah orang lain, menggunakan sumber daya kita sendiri?” Itu berarti mereka mempertanyakan, “Siapa yang akan membela kita karena kita membantu orang lain?” Itulah kalangan ultra kanan. Kalangan kanan moderat lebih suka agar Amerika menarik tentaranya dari kawasan (Timur Tengah) dan tak usah ikut campur atau mengambil peran penengah. Menurut kalangan ini, saat tentara Amerika di kawasan tersebut, terjadi mereka dapat menjadi penengah yang memperbaiki keadaan, misalnya, di Irak. Namun saat tentara ditarik, maka upaya sebagai penengah itu tak bisa dilakukan dan kita tak bisa membuat keadaan lebih baik. Itulah pandangan standar para tokoh kanan moderat-intelektual.

Banyak yang harus kita diskusikan menyangkut  “apakah kita harus melatih “Tanggung Jawab Kita Untuk Melindungi” (Responsibility to Protect)?”  Coba lihat bagaimana catatan Amerika dalam hal ‘Responsibility to Protect’ ini. Fakta bahwa istilah itu muncul saja sudah membuktikan sesuatu yang luar biasa tentang kultur intelektual dan moral Amerika—serta Dunia Barat, sebenarnya.

Ini jauh berbeda dengan fakta bahwa hal itu merupakan pelanggaran keras terhadap hukum internasional. Kata-kata termutakhir Obama menyatakan dia tak menetapkan sebuah “garis merah” namun dunialah yang melakukan itu melalui konvensi tentang perang kimia. Well, memang dunia puny aperjanjian soal itu, di mana Israel TIDAK menandatangani dan Amerika mengabaikannya semisal saat mendukung penggunaan senjata kimia oleh Saddam Hussein. Kini fakta itu digunakan untuk mengecam Saddam Hussein, mengabaikan fakta bahwa ketika itu bukan hanya penggunaan senjata kimia Saddam ditoleransi oleh Pemerintahan Reagan, tetapi juga didukung. Dan, tentu saja, seperti biasa, konvensi senjata kimia itu tak memiliki mekanisme implementasi dan kontrol.

“Responsibility to Protect” itu omong kosong, ia hanyalah semacam tipuan yang menyusup ke dalam budaya Barat. Ada sebuah catatan tentang hal ini, atau malah dua catatan, pertama yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB, yang tidak bicara tentang “Responsibility to Protect” tetapi justru melarang segala bentuk intervensi kecuali yang diperintahkan oleh piagam PBB. Ada versi lain, yang diadopsi oleh Barat, Amerika dan sekutunya, yang bersifat unilateral dan mengatakan bahwa “Responsibility to Protect”  mengizinkan “intervensi militer oleh organisasi regional di kawasan yang menjadi otoritas mereka tanpa perlu izin Dewan Keamanan.”

Well, terjemahan sederhananya, hal itu memungkinkan Amerika dan NATO menggunakan kekerasan sekehendak hati mereka tanpa perlu minta izin Dewan Keamanan. Itulah yang disebut “Responsibility to Protect” dalam wacana Barat.  Kalau tak boleh dibilang tragis, ini sungguh absurd. (pn/ceasefiremagazine)

Sumber: http://www.islamindonesia.co.id/index.php/wawancara/1674-noam-chomsky-kebijakan-amerika-untuk-suriah-tragis-dan-absurd

Terkait Berita: