Hadis
tanduk setan menjadi polemik yang berkepanjangan diantara pengikut
salafy dengan orang-orang yang kontrasalafy. Hadis ini seringkali
dijadikan dasar bahwa salah satu yang dimaksud fitnah Najd adalah dakwah
wahabi yang ngaku-ngaku salafy. Kami sendiri tidak berminat untuk
membahas apakah benar wahabi adalah fitnah Najd yang dimaksud atau
bukan?, bagi kami pembahasan seperti itu hanya spekulasi belaka, mungkin
benar mungkin juga tidak. Fokus pembahasan kami disini adalah cara
pembelaan salafy yang absurd. Pengikut salafy yang merasa tersinggung
alias tidak terima menyatakan pembelaan bahwa Najd yang dimaksud bukan
Najd tempat lahirnya wahabi melainkan Iraq. Betapa anehnya sejak kapan
Najd menjadi Iraq? Sejak munculnya orang-orang yang mengaku salafy.
Berikut pembahasan yang menunjukkan kekeliruan salafy.
عن
عبيدالله بن عمر حدثني نافع عن ابن عمرأن رسول الله صلى الله عليه و سلم
قام عند باب حفصة فقال بيده نحو المشرق الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن
الشيطان قالها مرتين أو ثلاثا
Dari
Ubaidillah bin Umar yang berkata telah menceritakan kepadaku Nafi’ dari
Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di
pintu rumah Hafshah dan berkata dengan mengisyaratkan tangannya kearah
timur “fitnah akan datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan”
beliau mengatakannya dua atau tiga kali. [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].
Nafi’
memiliki mutaba’ah yaitu dari Salim bin ‘Abdullah bin Umar sebagaimana
yang disebutkan dalam Shahih Muslim melalui periwayatan Az Zuhri,
Ikrimah bin Ammar dan Hanzalah dengan lafaz “timur”. Arah timur yang
dimaksud adalah Najd sebagaimana yang disebutkan dalam hadis shahih.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ
قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا
وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي
يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ
وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah
menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah
keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para
sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul
kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Shahih
Bukhari 2/33 no 1037].
Husain
bin Hasan memiliki mutaba’ah yaitu Azhar bin Sa’d yang meriwayatkan
dari Ibnu ‘Aun dari Nafi dari Ibnu Umar secara marfu’ juga dengan lafaz
Najd [Shahih Bukhari 9/54 no 7094].
حدثنا
الحسن بن علي المعمري ثنا إسماعيل بن مسعود ثنا عبيد الله بن عبد الله بن
عون عن أبيه عن نافع عن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم قال اللهم
بارك لنا في شامنا، اللهم بارك في يمننا، فقالها مراراً، فلما كان في
الثالثة أو الرابعة، قالوا يا رسول الله! وفي عراقنا؟ قال إنّ بها الزلازل
والفتن، وبها يطلع قرن الشيطان
Telah
menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Ma’mariy yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ismaail bin Mas’ud yang berkata telah
menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun dari
ayahnya, dari Naafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda “Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam
kami dan pada Yamaan kami”. Beliau [shallallaahu ‘alaihi wa sallam ]
mengatakannya beberapa kali. Ketika beliau mengatakan yang ketiga kali
atau yang keempat, para shahabat berkata “Wahai Rasulullah, dan juga
Iraq kami?”. Beliau bersabda “Sesungguhnya di sana terdapat kegoncangan
dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Mu’jam Al Kabiir
Ath Thabrani 12/384 no 13422].
Hadis
ini mengandung illat [cacat] Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Aun dalam
periwayatan dari Ibnu ‘Aun telah menyelisihi para perawi tsiqat yaitu
Husain bin Hasan [At Taqrib 1/214] dan ‘Azhar bin Sa’d [At Taqrib 1/74].
Kedua perawi tsiqat ini menyebutkan lafaz Najd sedangkan Ubaidillah bin
Abdullah bin ‘Aun menyebutkan lafaz Iraq. Ubaidillah bukan seorang yang
tsiqat, Bukhari berkata “dikenal hadisnya” [Tarikh Al Kabir juz 5 no
1247], Abu Hatim berkata “shalih al hadits” [Al Jarh Wat Ta’dil 5/322 no
1531] dimana perkataan shalih al hadits dari Abu Hatim berarti hadisnya
dapat dijadikan i’tibar tetapi tidak bisa dijadikan hujjah. Terdapat
hadis lain yang dijadikan hujjah salafy untuk menetapkan bahwa yang
dimaksud sebenarnya adalah Iraq.
حدثنا
علي بن سعيد قال نا حماد بن إسماعيل بن علية قال نا ابي قال نا زياد بن
بيان قال نا سالم بن عبد الله بن عمر عن ابيه قال صلى النبي صلى الله عليه و
سلم صلاة الفجر ثم انفتل فأقبل على القوم فقال اللهم بارك لنا في مدينتنا
وبارك لنا في مدنا وصاعنا اللهم بارك لنا في شامنا ويمننا فقال رجل والعراق
يا رسول الله فسكت ثم قال اللهم بارك لنا في مدينتنا وبارك لنا في مدنا
وصاعنا اللهم بارك لنا في حرمنا وبارك لنا في شامنا ويمننا فقال رجل
والعراق يا رسول الله قال من ثم يطلع قرن الشيطان وتهيج الفتن
Telah
menceritakan kepada kami ‘Ali bin Sa’id yang berkata telah
menceritkankepada kami Hammaad bin Ismaa’iil bin ‘Ulayyah yang berkata
telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah mencertakan
kepada kami Ziyaad bin Bayaan yangberkata telah menceritakan kepada kami
Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar dari ayahnya yang berkata Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat shubuh, kemudian berdoa,
lalu menghadap kepada orang-orang.
Beliau
bersabda “Ya Allah berikanlah keberkatan kepada kami pada Madinah kami
berikanlah keberkatan kepada kami pada mudd dan shaa’ kami. Ya Allah,
berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam kami dan Yaman kami”.
Seorang laki-laki berkata “dan ‘Iraq, wahai Rasulullah ?”. Beliau diam,
lalu bersabda “Ya Allah berikanlah keberkatan kepada kami pada Madinah
kami berikanlah keberkatan kepada kami pada mudd dan shaa’ kami. Ya
Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada tanah Haram kami, dan
berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam kami dan Yaman kami”.
Seorang laki-laki berkata “dan ‘Iraq, wahai Rasulullah ?”. Beliau
bersabda “dari sana akan muncul tanduk setan dan bermunculan fitnah”
[Mu'jam Al Awsath Ath Thabraani 4/245 no 4098].
Hadis
ini juga mengandung illat [cacat]. Ziyaad bin Bayaan dikatakan oleh Adz
Dzahabi “tidak shahih hadisnya”. Bukhari berkata “dalam sanad hadisnya
perlu diteliti kembali” [Al Mizan juz 2 no 2927] ia telah dimasukkan Adz
Dzahabi dalam kitabnya Mughni Ad Dhu’afa no 2222 Al Uqaili juga
memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa Al Kabir 2/75-76 no 522. Ziyad bin
Bayaan Ar Raqiy memiliki mutaba’ah yaitu dari Taubah ‘Al Anbari dari
Salim dari Ibnu Umar secara marfu’.
حدثنا
محمد بن عبد العزيز الرملي حدثنا ضمرة بن ربيعة عن ابن شوذب عن توبة
العنبري عن سالم عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اللهم
بارك لنا في مدينتنا وفي صاعنا، وفي مدِّنا وفي يمننا وفي شامنا. فقال
الرجل يا رسول الله وفي عراقنا ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم بها
الزلازل والفتن، ومنها يطلع قرن الشيطان
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdul Aziiz Ar Ramliy yang
berkata telah menceritakan kepada kami Dhamrah bin Rabi’ah dari Ibnu
Syaudzab dari Taubah Al Anbariy dari Salim dari Ibnu ‘Umar yang berkata
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ya Allah berikanlah
keberkatan kepada kami pada Madinah kami, pada shaa’ kami, pada mudd
kami, pada Yaman kami, dan pada Syaam kami”. Seorang laki-laki berkata
“Wahai Rasulullah, dan pada ‘Iraaq kami ?”. Beliau menjawab “di sana
terdapat kegoncangan dan fitnah dan di sana pula akan muncul tanduk
setan” [ Ma’rifah Wal Tarikh Yaqub Al Fasawiy 2/746-747].
Secara
zahir tidak ada masalah pada sanad ini hanya saja Taubah Al Anbary
walaupun seorang perawi yang tsiqat, ia dikatakan oleh Al Azdi sebagai
munkar al hadits [At Tahdzib juz 1 no 960]. Kesalahan besar salafy
adalah menyatakan berdasarkan hadis ini bahwa Najd adalah Iraq. Telah
disebutkan dari jama’ah tsiqat dari Salim dari Ibnu Umar secara marfu’
dengan lafaz timur dan telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari
Nafi’ bahwa yang dimaksud adalah Najd. Tentu saja jika dilihat dari
fakta geografis Najd memang terletak sebelah timur dari Madinah
sedangkan Irak terletak lebih ke utara. Jadi jika menerapkan metode
tarjih maka sangat jelas hadis Najd merupakan penjelasan bagi arah Timur
yang dimaksud apalagi hadis Najd memiliki sanad yang lebih kuat
daripada hadis Iraq. Tidak ada alasan bagi salafy untuk menetapkan Najd
adalah Iraq, gak ada logikanya sama sekali. Bagaimana mungkin Najd
sebagai tempat yang berbeda dengan Iraq mau dikatakan sebagai Iraq.
حدثنا
محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن علي عن
المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله صلى الله
عليه وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة ولأهل العراق
ذات عرق ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli
yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim Muhammad bin
‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari Aisyah yang
berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi
penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di
Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan
bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i no 2656].
Hadis
ini sanadnya shahih telah diriwayatkan oleh para perawi terpercaya dan
menjadi bukti atau hujjah bahwa Najd dan Iraq di masa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dua tempat yang berbeda. Berikut
keterangan mengenai para perawinya.
*
Muhammad bin ‘Abdullah bin Ammar Al Maushulli seorang hafizh yang
tsiqat. Ahmad, Yaqub bin Sufyan, Shalih bin Muhammad, Nasa’i,
Daruquthni, Ibnu Hibban, Masalamah bin Qasim menyatakan tsiqat. Abu
Hatim berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 9 no 444].
Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat hafizh” [At Taqrib 2/98].
*
Muhammad bin ‘Ali Al Asdy adalah perawi Nasa’i dan Ibnu Majah yang
tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Abu Zakaria menyatakan ia seorang
yang shalih dan memiliki keutamaan [At Tahdzib juz 9 no 592]. Ibnu Hajar
menyatakan ia seorang ahli ibadah yang tsiqat [At Taqrib 2/116]. Adz
Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 5067].
*
Al Mu’afy bin Imran adalah perawi Bukhari yang dikenal tsiqat. Abu
Bakar bin Abi Khaitsamah berkata “ia orang yang jujur perkataannya”.
Ibnu Ma’in, Al Ijli, Abu Hatim, Ibnu Khirasy dan Waki’ menyatakan
tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 10
no 374]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat ahli ibadah seorang yang fakih
[At Taqrib 2/194].
*
Aflah bin Humaid adalah perawi Bukhari dan Muslim yang tsiqat. Ahmad
berkata “shalih”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Abu Hatim berkata “tsiqat
tidak ada masalah padanya”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”.
Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat
banyak meriwayatkan hadis” [At Tahdzib juz 1 no 669]. Ibnu Hajar
menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/108].
*
Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar adalah seorang tabiin yang dikenal
tsiqat, ia adalah salah seorang dari fuqaha Madinah sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Hajar [At Taqrib 2/23]
Hadis Aisyah RA di atas juga dikuatkan oleh hadis Jabir yang membedakan miqat bagi penduduk Najd dan miqat bagi penduduk Iraq.
أبو
الزبير أنه سمع جابر بن عبدالله رضي الله عنهما يسأل عن المهل ؟ فقال سمعت
( أحسبه رفع إلى النبي صلى الله عليه و سلم ) فقال مهل أهل المدينة من ذي
الحليفة والطريق الآخر الجحفة ومهل أهل العراق من ذات عرق ومهل أهل نجد من
قرن ومهل أهل اليمن من يلملم
Abu
Zubair mendengar dari Jabir bin ‘Abdullah radiallahu ‘anhum ketika
ditanya tentang tempat mulai ihram. Jabir berkata ‘aku mendengar
[menurutku ia memarfu’kannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam] berkata “tempat mulai ihram bagi penduduk Madinah dari Dzul
Hulaifah dan bagi penduduk yang melewati jalan yang satunya di Juhfah,
dan tempat mulai ihram bagi penduduk Iraq dari Dzatul ‘Irq dan tempat
mulai ihram penduduk Najd dari Qarn dan tempat mulai ihram penduduk
Yaman dari Yalamlam [Shahih Muslim 2/840 no 1183] .
Walaupun
para ulama berselisih apakah perkataan Jabir RA ini marfu’ atau tidak
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam [pendapat yang rajih
adalah marfu’] tetap saja membuktikan kalau Najd dan Iraq adalah dua
tempat yang berbeda sehingga para sahabat seperti Jabir RA membedakan
antara penduduk Najd dan penduduk Iraq. Para ulama juga telah membedakan
antara Najd dan Iraq, An Nasa’i ketika membahas hadis tentang miqat ia
memberi judul Miqat Ahlul Najd kemudian di bawahnya ada judul Miqat
Ahlul Iraq. Bagaimana mungkin Najd dikatakan Iraq?.
Fakta
lain yang tidak terpikirkan oleh salafy adalah orang-orang yang berada
di Riyadh [Najd] jika melaksanakan ibadah haji miqatnya adalah di Qarn
Manazil dan orang-orang Iraq jika beribadah haji miqatnya di Dzatul
‘Irq. Kenapa? Karena para ulama termasuk ulama salafy sendiri berdalil
dengan hadis shahih di atas kalau miqat bagi penduduk Najd adalah Qarn
Manazil dan bagi penduduk Iraq adalah Dzatul ‘Irq. Kalau memang Najd
adalah Iraq ngapain orang-orang di Riyadh miqat di Qarn Manazil lha itu
seharusnya jadi miqat bagi orang Iraq. Fakta kalau orang-orang di Riyadh
miqat di Qarn Manazil itu menjadi bukti nyata kalau Najd itu ya tepat
di sebelah timur Madinah yaitu Riyadh dan sekitarnya. Nah penduduk
Riyadh sendiri merasa kalau yang dimaksud Najd yang dikatakan Nabi
adalah tempat mereka tinggal bukannya Iraq.
Jadi
jika telah terbukti dari dalil shahih bahwa Najd dan Iraq adalah nama
dua tempat yang berbeda maka logika salafy yang mengatakan Najd adalah
Iraq jelas salah besar. Walaupun kita menerima hadis Iraq maka itu tidak
menafikan keshahihan hadis Najd. Dengan kata lain jika kita mau
menerapkan metode jama’ maka ada dua tempat yang dikatakan sebagai
tempat munculnya fitnah yaitu Najd dan Iraq [dan kami lebih cenderung
pada pendapat ini]. Kalau salafy masih tidak mengerti maka kita beri
contoh yang mudah. Misalnya ada orang berkata “di Jawa ada gempa bumi”
kemudian di saat lain ia berkata “di Jakarta ada gempa bumi”, terus di
saat yang lain orang itu berkata “di Surabaya ada gempa bumi”. Orang
yang ngakunya salafy mikir begini nah itu berarti Jakarta adalah
Surabaya. Bagaimana? Bahkan anak SD pun tahu kalau kesimpulan seperti
ini tidak ada logikanya sama sekali. Justru cara berpikir yang benar
[dengan dasar kesaksian orang tersebut benar] adalah di Jakarta dan
Surabaya terjadi gempa bumi dan ini tidak bertentangan dengan perkataan
di Jawa terjadi gempa bumi, toh kedua kota itu memang terletak di Jawa.
Lucunya
para pengikut salafy menganggap dalil salafy terang benderang seterang
matahari padahal jelas-jelas fallacy [kapan salafy mau belajar tentang
fallacy]. Justru dalil Najd jauh lebih terang benderang karena memang
sebelah timur dari Madinah itu ya Najd sedangkan Iraq lebih kearah utara
[timur laut]. Pengikut salafy mengatakan kalau Iraq juga adalah timur
madinah karena pada zaman orang arab dahulu tidak ada istilah utara
selatan, timur laut dan sebagainya yang ada hanya timur dan barat atau
kanan kiri. Pernyataan salafy ini bisa saja benar tetapi logikanya
terbalik, zaman dahulu orang menentukan timur dan barat tergantung
dengan arah matahari terbit atau terbenam. Jadi jika seseorang mau
menunjuk kearah timur ia tahu dengan jelas kearah mana ia akan menunjuk
apalagi jika orang tersebut adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang jelas adalah utusan Allah SWT yang dijaga dan diberi
petunjuk langsung oleh Allah SWT.
Apakah
jika ada orang arab disuruh menunjuk kearah timur, mereka akan menunjuk
ke berbagai macam arah termasuk miring ke ke utara atau miring ke
selatan?. Apakah ketika mereka menunjuk ke arah timur mereka mengarahkan
tangannya ke utara yang miring 10 derajat ke arah timur ?. kayaknya
tidak, mereka akan sama-sama menunjuk tepat kearah matahari terbit yaitu
arah timur. Jadi Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
menunjuk ke arah timur harus dipahami secara zahir tepat timur Madinah
dan ini sesuai dengan hadis Najd karena Najd memang terletak tepat di
timur madinah. Para sahabat bisa langsung mempersepsi arah timur karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tepat menunjuk kearah
timur atau arah matahari terbit [ alias gak pakai miring ke utara atau
selatan ]. Salam Damai Saudaraku.
Post a Comment
mohon gunakan email