Pesan Rahbar

Home » , , , , » Di masa pernerintahan Banu ‘Umayyah selama 92 tahun, telah dibuat banyak sekali hadis palsu yang direncanakan untuk mengucilkan Ali dan membesarkan ketiga khalifah Rasyidun yang lain, atas perintah Mu’awiyah, raja pertama dalam sejarah Islam…. Fazlur Rahman dalam Buku Membuka Pintu Ijtihad, terjemahan Anas Mahyuddin, Pustaka Bandung, 1984. Pada hlm. 137, ia menulis, “Orang orang Sunni hampir selalu menjadi pendukung setiap pemimpin Negara”

Di masa pernerintahan Banu ‘Umayyah selama 92 tahun, telah dibuat banyak sekali hadis palsu yang direncanakan untuk mengucilkan Ali dan membesarkan ketiga khalifah Rasyidun yang lain, atas perintah Mu’awiyah, raja pertama dalam sejarah Islam…. Fazlur Rahman dalam Buku Membuka Pintu Ijtihad, terjemahan Anas Mahyuddin, Pustaka Bandung, 1984. Pada hlm. 137, ia menulis, “Orang orang Sunni hampir selalu menjadi pendukung setiap pemimpin Negara”

Written By Unknown on Sunday 14 September 2014 | 21:15:00

Hampir pada semua pengantar buku tentang sejarah  hitam Saqifah, para penulis sejarah tradisional sunni  menutupi fakta  sejarah  memulai dengan hadis tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar. Misalnya, tulisan Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah (M. 270 H/883 M.) dalam kitab tarikhnya alImamah wa’sSiyasah yang terkenal dengan Tarikh Khulafa’ur Rasyidin wa Daulah Banii Umayyah jilid pertama.
Dalam kata pengantarnya yang berjudul “Keutamaan Abu Bakar dan Umar”, ia mengemukakan empat hadis tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar, dengan rangkaian isnad yang lengkap. Hadis yang pertama dilaporkan oleh Ali bin Abi Thalib, kedua oleh Abdullah bin Abbas, ketiga oleh Ali lagi, sedang yang keempat oleh Qasim bin Abdurrahman.

Sebagai contoh, baiklah kita ikuti hadis pertama secara lengkap, sekaligus sebagai contoh bagaimana pencatat sejarah zaman dulu merangkaikan isnad atau jalur pelapor dalam Ibnu Qutaibah, Tarikh alKhulafa’ur Rasyidin, Mesir, tanpa tahun, hlm. 12. : “Telah disampaikan kepada kami oleh Abi Mariam yang berkata: telah disampaikan kepada kami oleh Asad bin Musa yang berkata: telah disampaikan kepada kami oleh Waqi’ dari Yunus bin Abi Ishaq, dari AsySya’bi, dari Ali bin Abi Thalib, karramallahu wajhahu; “Aku sedang duduk bersama Rasul Allah saw ketika datang Abu Bakar dan Umar maka bersabdalah Rasul Allah saw kepadaku: ‘Mereka berdua itulah penghulu orang dewasa di surga, sejak orang terdahulu sampai pada orang terakhir, kecuali para Nabi dan para Rasul as; dan janganlah engkau sampaikan berita ini kepada mereka berdua, wahai Ali.’


Lafal ketiga hadis lainnya sejenis itu pula. Hadis seperti ini sangat banyak. Para penulis itu ingin menunjukkan bahwa pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah pertama berlangsung secara lancar dan wajar, karena yang berhak menjadi khalifah sekurang kurangnya menurut penulis itu adalah  Sahabat paling utama; dan yang paling utama di antara seluruh umat manusia, selain para Nabi dan Rasul, adalah Abu Bakar dan Umar.
Karena itu maka merekalah yang paling pantas menjadi khalifah; dan Ali sendiri.

konon mendengar hal ini langsung dari Rasul. Tetapi, dalam bab ‘Bagaimana Baiat Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu’, Ibnu Qutaibah memulai dengan kalimat-kalimat berikut: “Sesungguhnya Abu Bakar merasa kehilangan suatu kaum yang enggan membaiatnya, yang sedang berkumpul di rumah Ali. Mereka tidak mau keluar untuk membaiat Abu Bakar. Umar lalu mengumpul kayu bakar, seraya berkata:
‘Demi Allah, Pemilik jiwa Umar, kalau kalian tidak segera keluar, aku akan bakar rumah ini dengan seluruh isinya’. Orang lalu berkata kepada Umar: ‘Wahai, Ayah Hafshah (Umar), Fathimah (puteri Rasul Allah) ada di dalam!’ Dan Umar menjawab: Sekalipun!” ( Ibnu Qutaibah, Tarikh, ibid, hlm. 12. ).

Hadis hadis  keutamaan seperti itu sungguh sangat tidak adil, bertentangan dengan fakta sejarah. Sekiranya benar Ali bin Abi Thalib pernah mendengar Rasul Allah bersabda demikian, jalannya sejarah tidak akan seperti itu. Dalam kumpulan khotbah, ucapan dan tulisan Ali yang dikumpulkan dalam Nahju’l Balaghah, tidak ditemukan hadis semacam itu. Bila kita hendak berlaku jujur, hadis seperti ini haruslah dianggap sebagai “hadis hadis politik” yang muncul untuk membenarkan kekuasaan de facto.

Ini merupakan preseden timbulnya kebiasaan mendukung pemerintahan de facto oleh kebanyakan ulama Sunni, seperti yang dikemukakan oleh Fazlur  Rahman. (  Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, terjemahan Anas Mahyuddin, Pustaka Bandung, 1984. Pada hlm. 137, ia menulis, “Orang orang Sunni hampir selalu menjadi pendukung setiap pemimpin Negara” ).

Mu’awiyah, politikus penipu ulung itu, telah memerintahkan untuk mengumpul ‘para Sahabat’, agar menyampaikan hadis hadis yang mengutamakan para Sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman untuk mengimbangi keutamaan Abu Turab (Ali bin Abi Thalib).. Para penguasa dan para pendukungnya membawa hadis hadis tentang keutamaan sahabat untuk ‘membungkam’ kaum oposisi, dan demikian pula sebaliknya.. Untuk itu, Mu’awiyah memberikan imbalan berupa uang dan kedudukan kepada mereka.

Para peneliti juga mengetahui bahwa Mu’awiyah, politikus penipu yang ulung itu, telah memerintahkan untuk mengumpul ‘para Sahabat’, agar menyampaikan hadishadis
yang mengutamakan para Sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman untuk mengimbangi keutamaan Abu Turab (Ali bin Abi Thalib). Untuk itu, Mu’awiyah memberikan imbalan berupa uang dan kedudukan kepada mereka.

Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Abi Saif alMada’ini, dalam bukunya, alAhdats,
Mengutip sepucuk surat Mu’awiyah kepada bawahannya: ‘Segera setelah menerima surat ini, kamu harus memanggil orang orang, agar menyediakan hadis-hadis.

tentang para Sahabat dan khalifah; perhatikanlah, apabila seseorang Muslim menyampaikan hadis tentang Abu Turab (Ali), maka kamu pun harus menyediakan hadis yang sama tentang Sahabat lain untuk mengimbanginya. Hal ini sangat menyenangkan saya, dan mendinginkan hati saya dan akan melemahkan kedudukan Abu Turab dan Syi’ahnya’.

Ia juga memerintahkan untuk mengkhotbahkannya di semua desa dan mimbar (fi kulli kuratin wa’ala kulli minbarin). Keutamaan para Sahabat ini menjadi topik terpenting di kalangan para Sahabat, beberapa jam setelah Rasul wafat, sebelum lagi beliau dimakamkan. Keutamaan ini juga menjadi alat untuk menuntut kekuasaan dan setelah peristiwa Saqifah topik ini masih terus berkelanjutan. Para penguasa dan para pendukungnya membawa hadis hadis  tentang keutamaan sahabat untuk ‘membungkam’ kaum oposisi, dan demikian pula sebaliknya.

Dalam menulis buku sejarah, seperti tentang peristiwa Saqifah, yang hanya berlangsung beberapa jam setelah wafatnya Rasul Allah saw, harus pula diadakan penelitian terhadap para pelapor, prasangka prasangkanya, keterlibatannya dalam kemelut politik, derajat intelektualitas, latar belakang kebudayaannya, sifat sifat pribadinya, dengan melihat bahan bahan sejarah tradisional yang telah dicatat para penulis Muslim sebelum dan setelah peristiwa itu terjadi. Tulisan sejarah menjadi tidak bermutu apabila penulisnya terseret pada satu pihak, dan memilih laporan laporan tertentu untuk membenarkan keyakinannya.

Sebagai contoh, hadis hadis dan laporan lainnya dari Abu Hurairah. Laporannya sangat berharga untuk memahami kemelut politik pada zaman itu, bagaimana sikap masa bodoh penguasa terhadap agama setelah Khulafa’urRasyidin dan pengaruhnya terhadap perkembangan keagamaan. Tetapi mutu laporannya sendiri terhadap suatu peristiwa ‘politik’, haruslah diragukan.

Sunni bilang “Pedomanilah Sahabat”… Termasuk mempedomani Abdullah bin Umar yang tidak mau membaiat Ali di kemudian hari, malah membaiat Mu’awiyah dan Yazid bin Mu’awiyah dan gubernur Hajjaj bin Yusuf yang membuat buat hadis yang memojokkan Ali ????????????? Hadis Sunni Banyak Di Produksi Untuk Menjustifikasi Tindakan Para Khalifah / Sahabat…

Ibnu Umar: Ali Tidak Masuk Khalifah Rasyidun


Seluruh sejarawan baik dari pihak syiah maupun sunni mengatakan bahwa ahlulbait Nabi tinggal bermukim di kota madinah. Mengapa sedikit sekali orang-orang Madinah yang katanya sunni itu mengambil hadis dari para Imam Ahlul Bait?.

Abdullah bin Umar tidak mau membaiat Ali di kemudian hari, malah membaiat Mu’awiyah dan Yazid bin Mu’awiyah dan gubernur Hajjaj bin Yusuf. Keduanya membuat hadis hadis yang memojokkan Ali…Abu Hurairah menyampaikan 5374 hadis, Ibnu ‘Umar 2630, Anas bin Malik 2286 dan ‘A’isyah 2210.


Abdullah bin Umar, yang sering disebut Ibnu Umar, anak khalifah Umar bin Khaththab, tidak mau membaiat Ali, tapi ia membaiat Mu’awiyah setelah ‘Tahun Persatuan’, Yazid dan ‘Abdul Malik. Ia juga shalat di belakang Hajjaj bin Yusuf, gubernur ‘Abdul Malik. Diceritakan tatkala ia mengulurkan tangan untuk membaiat Hajaj, Hajjaj bin Yusuf memberikan kakinya. Ibnu Umar adalah pembuat hadis terbanyak sesudah Abu Hurairah. Ummu’l mu’minin Aisyah nomor empat.

Ibnu Umar juga dituduh menghidupkan ijtihad ayahnya. Beberapa hadisnyamengenai kuutamaan (fadha’il) akan dikemukakan disini:
Ibnu Umar berkata: ‘Kami tidak memilih milih antara sesama  kami dizaman Rasul saw dan kami memilih Abu Bakar, kemudian Unar bin Khaththab kemudian Utsman bin ‘Affan ra’. 177

Dan di bagian lain 178 : ‘Kami di zaman Nabi saw tidak mendahulukan Abu Bakar dengan siapapun, kemudian Umar kemudian Utsman, kemudian kami meninggalkan sahabat Nabi yang lain, kami tidak saling mengutamakan di antara mereka’ dan lain lain. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Thabrani dari Ibnu Umar: ‘Kami berbicara pada saat Rasul Allah saw masih hidup: ‘Yang paling utama di antara manusia adalah Nabi saw, setelah beliau Abu Bakar, kemudian Umar dan kemudian Utsman. Rasul Allah mendengarnya dan beliau tidak mengingkarinya. 179

Ibnu Umar tidak menyebut Ali karena ia tidak membaiat Ali.
Ibnu Umar baru berumur 15 tahun waktu pecah perang Khandaq. Oleh karena itu Ali bin alJa’d misalnya mengatakan: Lihat anak itu, mengurus istri saja tidak bisa, lalu dia berani mengatakan ‘Kami mengutamakan..! 180

Maka bila ada hadis yang berpasangan, misalnya, yang satu untuk Ali dan yang satu lagi untuk ‘Abu Bakar atau Umar atau Utsman maka telitilah. Lihatlah konteks keluarnya hadis itu. Misalnya ada hadis ‘Rasul menutup semua pintu kecuali pintu (bab) untuk Ali. Tapi ada pula hadis serupa ‘Rasul menutup semua pintu kecuali pintu (Khaukhah) untuk Abu Bakar.

Atau hadis yang diucapkan Rasul pada saat akan wafat: ‘Bawalah kemari tinta dan kertas agar kutuliskan bagimu surat agar kamu tidak akan pernah tersesat sepeninggalku’.

Hadis di atas ada pasangannya yang dimuat dalam shahih Bukhari, Muslim dan shahih shahih lain yang diriwayatkan Aisyah bahwa Rasul saw pada saat sakit berkata kepadanya: ‘Panggil ayahmu, aku akan menulis untuk Abu Bakar sebuah surat, karena aku takut seseorang akan mempertanyakan
atau menginginkan (kekhalifahan), karena Allah dan kaum mu’minin menolakinya, kecuali Abu Bakar’. 181

Rujuk:
177. Shahih Bukhari dalam Kitab alManaqib, bab Keutamaan Abu Bakar sesudah Nabi, dari jalur ‘Abdullah bin ‘Umar, jilid 5, hlm. 243.
178. Shahih Bukhari dalam Kitab alManaqib, bab Keutamaan ‘Utsman, dari jalur ‘Abdullah bin ‘Umar jilid 5, hlm. 262.
179. Fat’halBari, jilid 7, hlm. 13.
180. Khatib, Tarikh, jilid 11, hlm. 363.
181. Lihat juga Ibn AbilHadid,Syarh Nahju’lBalaghah,jilid 6, hlm. 13.

Malapetaka  besar  ibarat  bumerang  menimpa  umat Islam yang  tidak mau taat pada wasiat  Imamah  Ali…. Pada  masa  Yazid  la’natullah  berkuasa, tahun 63 H/683 M pasukan Yazid bin Mu’awiyah menduduki Madinah, membunuh ribuan kaum Anshar dan keluarga mereka dan menghamili 1000 perempuan mereka.


Anehnya  Ibnu  Umar  justru  dengan  senang hati  mengakui  keimamahan  Yazid !!!

dalam Ahlussunnah wal Jamaah, ternyata memiliki juga 12 Imam yg berbeda dengan versi Syiah. Meski hal ini sudah jarang diketahui, tapi sempat terdokumentasikan oleh Al Suyuthi dalam Tarikh al Khulafa h.140 diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, bersabda Nabi SAAW: “Para khalifah setelahku ada 12 dan semuanya berasal dari Quraisy,”Ia kemudian mengatakan;”12 Imam tersebut adalah Abu Bakar, Umar, Usman, Muawiyah, Yazid, al-Sifah, Salam, Mansur, Jabir, al Mahdy, al Amin dan Amir Ashab. Mereka semuanya adalah orang-orang saleh yang tidak ada duanya di muka bumi”.

jelas dalam riwayat tersebut di atas, nama Imam Ali AS apalagi keturunannya tidak masuk dalam hitungan .

=================================================
Bagaimana mungkin Anda mematuhi para pemimpin yang dilantik oleh Bani Umayyah atau Bani Abbasiah lalu meninggalkan para imam yang telah dilantik oleh Rasulullah SAWW lengkap dengan jumlah nya yang dua belas orang….

Mencengangkan Sikap Ibnu Umar yang membai’at Yazid :
Shahih Bukhari | No. 6744 | KITAB FITNAH-FITNAH (UJIAN/SIKSAAN) Dari Nafi’ (maula Ibnu Umar), dia berkata: Ketika penduduk Madinah ingin menanggalkan (menurunkan jabatan) Yazid ibn Mu’awiyah, Ibnu Umar mengumpulkan jama’ahnya dan putra-putranya, lalu di berkata: “Sungguh aku mendengar Nabi saw. bersabda: “Akan dipasang sebuah bendera bagi setiap pengkhianat pada hari kiamat”. Dan sungguh kita telah membai’atkan laki-laki (Yazid) ini atas dasar berbai’at kepad Allah dan Rasul-Nya, dan sungguh aku tidak mengetahui suatu pengkhianatan yang lebih besar dari pada bai’atnya seorang laki-laki atas dasar berbai’at kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian dia menyatakan berperang kepadanya. Dan sungguh aku tidak mengetahui seorang dari kamu yang menanggalkan dia (Yazid) dan tidak berbai’at (kepada seseorang) dalam urusan (kepemimpinan) ini kecuali adalah pemisah antara aku dengan dia (seorang dari kamu)”.

——————————–
Inilah Bukti Kekejaman Perawi Hadis Aswaja Sunni :
Shahih Bukhari | No. 6744 | KITAB FITNAH-FITNAH (UJIAN/SIKSAAN)
Dari Nafi’ (maula Ibnu Umar), dia berkata: Ketika penduduk Madinah ingin menanggalkan (menurunkan jabatan) Yazid ibn Mu’awiyah, Ibnu Umar mengumpulkan jama’ahnya dan putra-putranya, lalu di berkata: “Sungguh aku mendengar Nabi saw. bersabda: “Akan dipasang sebuah bendera bagi setiap pengkhianat pada hari kiamat”. Dan sungguh kita telah membai’atkan laki-laki (Yazid) ini atas dasar berbai’at kepad Allah dan Rasul-Nya, dan sungguh aku tidak mengetahui suatu pengkhianatan yang lebih besar dari pada bai’atnya seorang laki-laki atas dasar berbai’at kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian dia menyatakan berperang kepadanya. Dan sungguh aku tidak mengetahui seorang dari kamu yang menanggalkan dia (Yazid) dan tidak berbai’at (kepada seseorang) dalam urusan (kepemimpinan) ini kecuali adalah pemisah antara aku dengan dia (seorang dari kamu)”.

Karena keimamam itu bukanlah berdasarkan pemilihan sahabat Nabi SAW, tapi berdasarkan Nash dari Rasulullah SAW…

Apa bukti Ahlul bait sampai matipun menolak Abubakar sebagai pemimpin keagamaan dan pemimpin negara secara yuridis ??? Ya, buktinya Sayyidah FAtimah sampai mati pun tidak mau memaafkan Abubakar dan Umar cs.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: