Sumber Buku: Jalan Kebenaran dan Penuntunnya
Dapat kita katakan bahwa dasar setiap agama langit tidak lebih dari satu hal, yaitu taat di hadapan Allah SWT. Dengan ungkapan lain, sesungguhnya agama-agama lain adalah satu agama, yaitu “Islam”.
Yang jelas bukan berarti segala yang disampaikan dan diajarkan oleh para nabi di setiap periode adalah satu dan tidak ada perbedaannya. Karena mungkin saja beberapa hukum syar’i setiap agama berbeda dengan agama setelahnya; namun dasar dan tujuan semua itu adalah satu, yaitu ibadah dan ketaatan terhadap Allah SWT.
Allah SWT. berfirman:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam.” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran [3] : 19-20).
Jadi, yang menjadi ruh ajaran para nabi adalah Islam. Ada ayat-ayat lain yang dapat menjadi bukti tambahan atas perkara ini:
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Al-Baqarah [2] : 130).
Lalu Ia berfirman:
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Baqarah [2] : 131).
Dengan demikian, tolak ukur terpilihnya seorang hamba oleh Allah SWT. adalah “Islam” (tunduk dan patuh sepenuhnya).
Tidak hanya ajaran nabi Ibrahim AS. saja yang “Islam”, namun ia juga mewasiatkan “Islam” kepada anak-anaknya. Begitu pula dengan nabi Ya’qub AS., ia menasehati anak-anaknya akan perkara ini. Allah SWT. berfirman:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Baqarah [2] : 132).
Lalu di akhir hayatnya, nabi Ya’qub AS. berwasiat kepada anak-anaknya:
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 133).
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hakikat islam dan ruh ajaran para nabi adalah tunduk patuh di hadapan Tuhan[1] dan fitrah manusia pun benar-benar menyadarinya.
Allah SWT. berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; (QS. Ar Ruum [30] : 30).
Ayat di atas menggambarkan kepada kita bahwa tuntutan “Islam” adalah ketaatan, kepatuhan dan kecenderungan diri kepada Allah SWT.
Referensi:
[1] Sering dipertanyakan, apakah perintah-perintah Tuhan selalu satu dan monoton? Ini adalah permasalahan yang lain lagi. Di antara agama-agama terdapat perbedaan-perbedaan hukum syar’i; dan bahkan dalam satu agama saja, di satu saat hukum itu berebeda dengan di saat lainnya. Dalam agama Islam, mulanya umat Islam diperintahkan untuk shalat menghadap Baitul MuqaddAS. Lalu tak lama kemudian turun perintah agar mereka shalat menghadap Baitullah Haram.
Post a Comment
mohon gunakan email