Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Nabi Yakub As. Show all posts
Showing posts with label Nabi Yakub As. Show all posts

Persamaan agama-agama


Sumber Buku: Jalan Kebenaran dan Penuntunnya

Dapat kita katakan bahwa dasar setiap agama langit tidak lebih dari satu hal, yaitu taat di hadapan Allah SWT. Dengan ungkapan lain, sesungguhnya agama-agama lain adalah satu agama, yaitu “Islam”.

Yang jelas bukan berarti segala yang disampaikan dan diajarkan oleh para nabi di setiap periode adalah satu dan tidak ada perbedaannya. Karena mungkin saja beberapa hukum syar’i setiap agama berbeda dengan agama setelahnya; namun dasar dan tujuan semua itu adalah satu, yaitu ibadah dan ketaatan terhadap Allah SWT.

Allah SWT. berfirman:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam.” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran [3] : 19-20).

Jadi, yang menjadi ruh ajaran para nabi adalah Islam. Ada ayat-ayat lain yang dapat menjadi bukti tambahan atas perkara ini:
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Al-Baqarah [2] : 130).

Lalu Ia berfirman:
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Baqarah [2] : 131).

Dengan demikian, tolak ukur terpilihnya seorang hamba oleh Allah SWT. adalah “Islam” (tunduk dan patuh sepenuhnya).

Tidak hanya ajaran nabi Ibrahim AS. saja yang “Islam”, namun ia juga mewasiatkan “Islam” kepada anak-anaknya. Begitu pula dengan nabi Ya’qub AS., ia menasehati anak-anaknya akan perkara ini. Allah SWT. berfirman:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Baqarah [2] : 132).

Lalu di akhir hayatnya, nabi Ya’qub AS. berwasiat kepada anak-anaknya:
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 133).

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hakikat islam dan ruh ajaran para nabi adalah tunduk patuh di hadapan Tuhan[1] dan fitrah manusia pun benar-benar menyadarinya.

Allah SWT. berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; (QS. Ar Ruum [30] : 30).

Ayat di atas menggambarkan kepada kita bahwa tuntutan “Islam” adalah ketaatan, kepatuhan dan kecenderungan diri kepada Allah SWT.


Referensi:
[1] Sering dipertanyakan, apakah perintah-perintah Tuhan selalu satu dan monoton? Ini adalah permasalahan yang lain lagi. Di antara agama-agama terdapat perbedaan-perbedaan hukum syar’i; dan bahkan dalam satu agama saja, di satu saat hukum itu berebeda dengan di saat lainnya. Dalam agama Islam, mulanya umat Islam diperintahkan untuk shalat menghadap Baitul MuqaddAS. Lalu tak lama kemudian turun perintah agar mereka shalat menghadap Baitullah Haram.

Kepemimpinan dalam Agama-agama Ibrahimik


Terlepas dari perbedaan pemahaman imamah antara mazhab Syiah-Ahlusunah berkenaan kepemimpinan umat pasca wafat Nabi saw, Alkitab—Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru—sendiri sangat akrab dengan terminologi imamah. Mene­lusuri imamah dalam Alkitab berarti mempelajari sisi historis ajaran para nabi Tuhan yang telah ada sebelum Nabi Muhammad saw. Dalam Kitab Perjanjian Lama, istilah “imam” pertama kali muncul pada zaman Nabi Ibrahim as di Kitab Kejadian 14:18 yang menceritakan tentang seorang imam Tuhan yang bernama Malkisedek:
Melkisedek, Raja Salem, membawa roti dan anggur; ia se­orang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi. (Kejadian 14: 18-19).

Kata “imam” muncul lagi di zaman Yusuf as. Singkat cerita, ketika tuduhan pelecehan seksual dari seorang wanita yang berasal dari kalangan bangsawan Mesir terhadap Yusuf as tidak terbukti, ke­mudian Yusuf as menafsirkan mimpi raja me­ngenai periode paceklik pangan yang akan melanda wilayah itu, maka penguasa negeri sungai Nil, Fir‘aun, melantik Yusuf as dan memberinya kuasa untuk meng­antisipasi masa-masa sulit yang akan dilalui bangsa Mesir.


Fir’aun juga memberi sebuah gelar atau jabatan, yang dalam istilah bahasa Mesir Kuno (Qibty) disebut Zafnat-Paneah, yang artinya dalam bahasa Inggris treasury of the glorious rest. Yang mungkin menarik dari kisah Yusuf as dalam al-Kitab, diceritakan bahwa Yusuf as menikah dengan seorang putri seorang imam di On (yaitu wilayah da­taran rendah di bagian utara Mesir, Lower Egypt) yang bernama Asenath anak dari Imam Potipherah.

Selanjutnya Fir‘aun berkata kepada Yusuf: “Dengan ini aku me­lantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.” (Kejadian 41: 41).

Lalu Fir‘aun menamai Yusuf: Zafnat-Paneah, serta mem­be­rikan Asnat, anak Po­tifera, imam di On, kepadanya menjadi istrinya. Demikianlah Yusuf muncul se­bagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. (Kejadian 41: 45).

Selanjutnya, Alkitab dalam Kitab Keluaran menceritakan lagi mengenai figur seorang imam di wilayah Midian (Madyan) pada zaman Musa as bernama Yitro (Nabi Syu‘aib as). Perkenalan Musa as dengan Yitro as terjadi setelah Musa as membantu putri-putrinya ketika mereka akan menimba air pada salah satu sumur di Midian. Setelah pertemuan itu, Yitro as juga memutuskan agar Nabi Musa as bersedia menikah dengan salah seorang putrinya, dan tinggal bersama mereka selama beberapa tahun di wilayah itu.

Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perem­puan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka. (Keluaran 2: 16-17).

Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa. (Keluaran 2: 21).

Pada bagian-bagian lanjutan, Alkitab banyak sekali meng­gu­nakan istilah imam. Konteks religiusitas juga mulai sangat kental ikut mewarnai istilah “imam” untuk menunjukkan jabatan tertinggi bagi seseorang yang diberikan wewenang sebagai executor atau pelak­sana hukum-hukum Tuhan di wilayah Kanaan (Pa­lestina-Israel).

Setelah bangsa Israel di bawah pimpinan Nabi Musa as dan Harun as men­dapat perintah Tuhan untuk bermigrasi dari wilayah Mesir ke tanah Kanaan, Tuhan juga telah memantapkan suatu ren­cana melalui kedua Rasul-Nya agar bangsa Israel dalam kehidupan mereka dapat bernaung kepada sistem Peme­rintahan Tuhan yang bisa mewujudkan ajaran-ajaran-Nya.

Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah se­muanya firman yang harus kau katakan ke­pada orang Israel. (Keluaran 19: 6).

Kata kerajaan imam menurut versi Ibraninya adalah “mam­lakah kohen”. Kata kohen berasal dari kahan, kata ini sama sekali tidak identik dengan pendeta, pastor dan paderi. Seperti pada kisah Abraham as dengan Malkisedek, Yusuf as dan juga Yitro as, Per­jan­jian Lama tetap konsisten menggunakan kata yang sama. Arti kohen juga berbeda dengan rabbi (apabila direlasikan kepada Islam, kata ini ditujukan hanya kepada seorang mujtahid atau faqih).

Pada masa Musa as dan Harun as, Tuhan membagi bangsa Israel menjadi 12 kelompok masyarakat berdasarkan keturunan mereka (suku). Pembagian itu me­ngikuti garis keturunan masing-masing yang berasal dari 12 orang putra Ya‘qub as (Israel). Tanpa harus memasuki secara lebih mendalam mengenai berbagai pe­nyim­pa­ngan terhadap ajaran Tuhan kepada bangsa Israel di kemu­dian hari (ter­masuk dalam hal imamah), yang perlu dipahami di sini bahwa: kenabian Israel paska Ya‘qub as pertama kali diperankan oleh Yusuf as. Mimpi Yusuf as yang diperlihatkan oleh Tuhan mengenai 11 kaukab (bintang) bersujud kepadanya menunjukkan orde imam bangsa Israel yang pertama.

Artinya; setelah Yusuf as wafat, peran imamah bangsa Israel dipegang oleh putra sulungnya yaitu Manasye dan diikuti oleh keturunan mereka. Setelah berla­lunya masa yang cukup lama dan bangsa Israel menetap di wilayah Mesir hingga periode perbudakan oleh Fir‘aun, bangsa Israel telah dikunjungi kembali oleh 2 orang nabi Tuhan yang sangat berperan dalam menetapkan aturan serta pengajaran-pengajaran Tuhan. Ke­dua Nabi itu adalah Musa as dan Harun as. Melalui Musa as, bangsa Israel telah diberikan sebuah Kitab Tuhan yang bernama Torah (Taurat) atau yang disebut Pentateukh (5 Kitab pertama dari Per­janjian Lama).

Musa as dan Harun as adalah Nabi yang berasal dari suku Lewi (salah seorang putra Ya‘qub as), ketika kedua nabi itu menyam­paikan pengajarannya kepada bangsa Israel, Tuhan memerintahkan Musa as agar mengangkat Harun as dan keturunannya untuk men­jadi imam (kohen) atas segenap bangsa Israel.

Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku—Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar. (Keluaran 28: 1).

Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku. (Keluaran 30: 30).

Pengangkatan itu tidak sekadar seperti mengangkat seorang pe­mimpin dari suatu kelompok suku yang majemuk ataupun seperti seorang pemimpin untuk sebuah bangsa. Jabatan kohen kepada Harun as dan keturunannya adalah pilihan Tuhan dan bukan ini­siatif Musa as. Selain itu, periode ini juga menunjukkan transisi ke-kohen-an (imamah) dari keturunan Yusuf as kepada suku Lewi melalui Harun as dan keturunannya.

Pengangkatan mereka ditandai dengan pengurapan (pensucian, pengudusan atau pentahiran) secara langsung oleh Tuhan terhadap Harun as dan keturunan mereka. Pada saat itu, Tuhan meme­rin­tahkan Musa as untuk mengumpulkan Harun as dan anak-anaknya agar dikenakan pakaian yang kudus sebagai tanda pensucian atas diri-diri mereka dan pertanda bahwa imamah Tuhan atas Israel dideklarasikan.

Kau kenakanlah pakaian yang kudus kepada Harun, kau urapi dan kau kuduskanlah dia supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku.
Maka semuanya itu haruslah kau kenakan kepada abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya, kemudian engkau harus mengurapi, mentahbiskan dan menguduskan mereka, se­hingga mereka dapat memegang jabatan imam bagi-Ku. (Keluaran 28: 41).

Urapilah mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku; dan ini terjadi, supaya berdasarkan pengurapan itu mereka meme­gang jabatan imam untuk selama-lamanya turun-temurun. (Keluaran 40: 15).

Setelah pengangkatan Harun as dan keturunannya sebagai imam bangsa Israel, suku Lewi juga diperintahkan oleh Tuhan untuk melayani Harun as dan keturunan mereka.

Suruhlah suku Lewi mendekat dan menghadap imam Harun, supaya mereka melayani dia. (Bilangan 3: 6).

Banyak keutamaan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada suku Lewi, khususnya kepada Harun as beserta keturunannya. Di sini, kita tidak akan menguraikannya secara lengkap, tapi terhadap mereka, Tuhan telah memerintahkan agar para imam dan suku Lewi mem­peroleh persembahan persepuluhan (10%) dari harta atau pusaka yang dimiliki bangsa Israel.

Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan. (Bilangan 18: 21).

Selain keutamaan dalam hal pendapatan, wilayah mereka juga tidak ditentukan pada satu daerah tertentu. Setelah wilayah Kanaan dikuasai oleh Yoshua, wilayah itu dibagi berdasarkan masing-masing suku yang berjumlah 12, tapi terhadap suku Lewi, Tuhan tidak memberikan satu daerah khusus sebagai konsesi mereka se­perti yang diberikan kepada suku-suku lainnya. Wilayah suku Lewi justru tersebar di daerah masing-masing suku yang diatur ber­dasar­kan kotanya masing-masing.

Selain menetapkan Harun as dan keturunannya, Tuhan juga mengangkat imam untuk masing-masing suku Israel lainnya de­ngan Harun as dan keturunannya berperan sebagai imam tertinggi bangsa Israel.

Katakanlah kepada orang Israel dan suruhlah mereka mem­be­rikan kepadamu satu tongkat untuk setiap suku. Semua pemimpin mereka harus memberikannya, suku demi suku, seluruhnya dua belas tongkat. Lalu tuliskanlah nama setiap pemimpin pada tongkatnya. (Bilangan 17: 2).

Setelah Musa berbicara kepada orang Israel, maka semua pe­mimpin mereka memberikan kepadanya satu tongkat dari setiap pemimpin, menurut suku-suku mereka, dua belas tongkat, dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu. (Bilangan 17: 6).

Pada materi pengantar kali ini, tentu tidak bisa dijelaskan secara komprehensif mengenai makna imamah menurut al-Kitab dan hu­bungan-hubungannya, tapi perlu dipahami bahwa kata kohen juga identik dengan nasiy. Pada ayat Bilangan 17: 2 dan 6 di atas, kata pemimpin tidak disebut kohen, tapi nasiy. Kata nasiy berasal dari nasa’, artinya dalam bahasa Inggris: to lift up, to be lifted up, to exalt, to lift oneself up. Seluruh makna-makna itu menunjukkan kepada meninggikan derajat, penyanjungan dan terangkat. Kata nasiy juga berarti captain yang secara luar biasa berkorespondensi secara tepat dengan ayat Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa Tuhan telah mengangkat 12 orang Naqib dari bangsa Israel!

Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pe­mimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesung­guhnya jika kamu mendirikan salat dan me­nunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pin­jaman yang baik se­sung­guhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Ku masukkan ke dalam surga yang mengalir di da­lamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu se­sudah itu, sesung­guhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. al-Maidah: 12).

Kesimpulan mengenai hubungan 2 kata itu bahwa walaupun para penerjemah Alkitab (khususnya di Indonesia) menggunakan kata imam untuk kohen dan nasiy untuk pemimpin, secara umum tidak salah, tapi sebenarnya kurang tepat. Kohen terkait dengan tugas untuk menjadi penerus para nabi. Seorang pengganti (kha­lifah) atau penerus dari seorang nabi selayaknya memiliki kuali­fikasi dan we­we­nang yang sama dengan yang diberikan kuasa akan hal itu. Dalam hal ini, kata kohen sebenarnya lebih tepat disebut dengan wali. Karena, wali untuk suatu umat dari seorang nabi, memang semes­tinya memiliki kualifikasi dan kekuasaan yang sama dengan sang nabi. Sedangkan kata nasiy adalah sebutan untuk ja­batan yang di­pegang oleh sang wali tersebut, yaitu: imam.

Pengangkatan para imam juga dilakukan pada periode-periode lanjutan dari para nabi (rasul) dan imam bangsa Israel setelah Musa as hingga periode Isa as. Dalam pemahaman yang lebih luas, kata “pemimpin” juga sering direfleksikan secara simbolis sebagai batu dalam arti “gembala”.

Maka sekarang, pilihlah dua belas orang dari suku-suku Israel, seorang dari tiap-tiap suku. (Yosua 3: 12).

Pilihlah dari bangsa itu dua belas orang, seorang dari tiap-tiap suku, dan perintahkanlah kepada mereka, demikian: Angkatlah dua belas batu dari sini, dari tengah-tengah sungai Yordan ini, dari tempat berjejak kaki para imam itu, bawalah semuanya itu ke seberang dan letakkanlah di tempat kamu akan bermalam nanti malam. (Yosua 4: 2-3).

Maka orang Israel itu melakukan seperti yang diperintahkan Yosua. Mereka mengangkat dua belas batu dari tengah-tengah sungai Yordan, seperti yang difirmankan Tuhan kepada Yosua, menurut jumlah suku Israel. Semuanya itu dibawa merekalah ke seberang, ke tempat bermalam, dan diletakkan di situ. (Yosua 4:8).

Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub—Kepada Yakub ini telah datang firman Tuhan: “Engkau akan bernama Israel.” (1 Raja-raja 18: 31).

Lalu aku memilih dua belas orang pemuka imam. (Ezra 8: 24).

Murid-murid Isa as atau Hawariyyun juga berjumlah 12 orang.
Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, se­sung­guhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah meng­ikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk meng­hakimi kedua belas suku Israel. (Matius 19: 28)
Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil. (Markus 3: 14).

Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul. (Lukas 6: 13).

Nabi terakhir untuk umat manusia, Muhammad saw juga me­nya­takan bahwa akan ada 12 orang khalifah setelah dirinya, seba­gaimana disebutkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Bukhari di dalam Shahih-nya, pada awal kitab al-Ahkam, bab al-Umara min Quraisy (Para Pemimpin dari Quraisy), juz IV, ha­laman 144; dan di akhir kitab al-Ahkam, halaman 153, sedangkan dalan Shahih Muslim di­sebutkan di awal kitab al-Imarah, juz II, halaman 79. Hal itu juga disepakati oleh Ashhab ash-Shihhah dan Ashhab as-Sunan, bahwa­sanya diriwayatkan dari Rasulullah saw: “Agama masih tetap akan tegak sampai datangnya Hari Kiamat dan mereka dipimpin oleh 12 khalifah, semuanya dari Quraisy.”

Juga diriwayatkan dari Jabir bin Samrah, dia berkata: “Aku bersama ayah­ku datang menjumpai Rasulullah saw. Lalu aku mendengar beliau bersabda, ‘Urusan ini tidak akan tuntas sehingga datang kepada mereka 12 orang khalifah.’ Kemudian dengan suara pelan beliau mengatakan sesuatu kepada ayahku. Aku pun bertanya kepada ayahku, ‘Apa yang telah beliau katakan wahai ayah?’ Ayahku men­jawab, ‘Bahwa mereka semua dari kalangan Quraisy.’”

Pengantar singkat ini tentu tidak bisa memberikan kita ruang untuk membahas secara mendalam mengenai sistem kepemimpinan para nabi dan rasul Tuhan melalui perspektif Alkitab dengan pan­duan cahaya Al-Qur’an. Akan tetapi, diharapkan dapat menggugah kesadaran dan intelektualisme terhadap wawasan ilmiah dan pe­ngetahuan “keislaman” yang ternyata masih banyak yang mesti ditelusuri lagi secara lebih seksama. Wallahu‘alam. Wa Sallallahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘Ala Alihi ath-Thayyibin ath-Thahirin.

Heboh Lagi, Ulama Senior Saudi Haramkan Pelaknatan Israel


Di tengah gempita serangan Rezim Zionis Israel ke Jalur Gaza, ulama Arab Saudi kembali memicu kontroversi, setidaknya di jejaring sosial dunia maya. Setelah sebelumnya beredar fatwa pengharaman demo anti Israel atau peduli Gaza dengan alasan menimbulkan kegaduhan dan dapat menjurus kepada anarki, kini beredar pula fatwa baru yang mengharamkan pelaknatan terhadap Israel. (Baca juga: Mufti Agung Saudi “Haramkan” Unjuk Rasa Peduli Gaza)

Fatwa kedua ini dikabarkan berasal dari ulama senior dan khatib termasyhur Arab Saudi Syekh Saleh al-Fawzan. Dia mengharamkan pelaknatan Israel dengan alasan bahwa Israel (Israil) adalah nama lain dari Nabi Ya’qub as.

“Tidak boleh melaknat Israel karena ‘Israil’ adalah nama Nabi Allah Ya’qub as,” ungkap seseorang dalam sebuah rekaman audio yang disebut-sebut sebagai suara al-Fawzan yang juga merupakan anggota Dewan Ulama Senior Arab Saudi, sebagaimana diberitakan Eremnews, Ahad (3/8).

“Sebagian orang mengatakan, ‘Ya Allah, laknatlah Israel’, ini berarti bahwa laknat diminta turun terhadap Ya’qub as,” lanjut suara itu sembari mengingatkan bahwa hal ini harus diketahui oleh setiap Muslim. Dia menyarankan supaya umat Islam menggunakan kalimat, “Semoga Allah melaknat Yahudi”, atau “Laknat Allah atas Yahudi,” dan bukannya menghujat “Israil”.

Fatwa ini tak pelak menimbulkan kontroversi luas di tengah warga Saudi pengguna media sosial Twitter. Mereka terbelah dalam dua kelompok pro dan kontra fatwa tersebut. Kontroversi merebak beberapa jam setelah beredar hastag “#Al-Fawzan: Jangan laknat Israel”, dan ini menjadi salah satu hastag yang paling heboh di Saudi.

Menanggapi hastag itu, seseorang dengan akun Khaled al-Mahawish menolak fatwa itu dengan memosting tulisan, “Ya Allah, musuhilah Israel, guncangkanlah mereka. Ya Allah musuhilah Yahudi, sesungguhnya amalan tergantung pada niatnya.”

Banyak akun lain yang menolak fatwa itu dengan alasan yang sama, yakni bahwa segala perbuatan bergantung pada niat pelakunya. Mereka menyatakan bahwa siapapun jelas mengetahui bahwa ketika seseorang menyebutkan kata “Israel”, apalagi di tengah krisis Gaza sekarang, jelas yang dimaksud adalah suatu negara atau rezim, bukan Nabi Ya’qub as.

Sumber: http://liputanislam.com/

Cara Dajjal Menubuhkan Negara Yahudi Israel

Menyedari bahawa suatu platform antarabangsa dan komuniti diperlukan untuk perlaksanaan matlamat One World Government. Dajjal telah melakukan suatu perancangan rapi untuk menubuhkan negara Yahudi Israel melalui kaedah-kaedah perundangan antarabangsa dan sekiranya tidak berjaya kaedah paksaan akan digunakan.

Melalui pergerakan Illuminati yang majoriti ahli-ahlinya berkelulusan Undang-Undang, Dajjal dari pejabatnya di Segitiga Bermuda (menurut Muhammad Isa Dawud) telah merancang bahawa negara Yahudi perlu ditubuhkan melalui suatu gerakan NGO yang kuat yang dapat mempengaruhi ahli-ahli politik dunia. Maka keputusan yang dibuat ialah menubuhkan pertubuhan Zionis. Pertubuhan ini akan berfungsi sebagai agen penggerak utama dalam menubuhkan negara Israel dan akhirnya bertindak sebagai pemerintah negara tersebut. Oleh itu seseorang perlu dipertanggungjawabkan untuk melaksanakan kerja-kerja ini.

Sejarah Pertubuhan Zionist Antarabangsa

Pertubuhan Zionist diasaskan oleh seorang bekas peguam yang berbangsa Yahudi iaitu Theodor Herzl (Gambar). Herzl dilahirkan di Budapest, Hungary. Dia menerima ijazah dalam perundangan tetapi memilih untuk menceburi bidang penulisan.

Theodor Herzl

Theodor Herzl
  
Bagaimana timbul idea menubuhkan Zionist ?
Menurut suatu sumber, pada 1891 semasa Herzl berumur 31 tahun, dia telah berhijrah ke Paris sebagai tetamu undangan bagi persidangan akhbar Vienna Neue Presse. Dia menganggap peningkatan sikap anti-sematik (anti yahudi) timbul kerana fahaman dan sikap orang yahudi sendiri yang tidak mahu berubah. (Sumber ini mungkin rekaan sahaja untuk menutup cerita bahawa Herzl sebenarnya sedang diarah “seseorang” bukannya suka-suka pergi Paris).

Semasa di Paris, dia menyaksikan sikap anti-sematik yang menebal di Francis semasa cuba membela Dreyfus yang cuba menyatakan kesaksian bagi kes penindasan Yahudi. Bila Herzl meninjau kelibat Alfred Dreyfus, dia terdengar suara sumbang dari para hadirin mengatakan “Death to the Jews!, death to the Jews!“. Dreyfus ialah seorang Yahudi sejati serta berpangkat besar dalam ketenteraan negara Perancis.

 Alfred Dreyfus

Namun begitu, orang Perancis sangat maju, berbudaya di dunia. Sifat anti-sematik mereka susah untuk dihakis. Herzl berasa kurang senang dan menyimpulkan bahawa penyelesaian terhadap sifat anti-sematik ialah menempatkan semula mereka (minoriti Yahudi) di tanah bumi asal mereka iaitu Palestin.
Anti-Sematik akan pudar, dia percaya, hanya bila Yahudi mempunyai negara mereka sendiri. Daripada itu, Herzl menubuhkan gerakan politik Zionist.

Selepas berjumpa Dreyfus, Herzl telah menggunakan sepenuh masa hidupnya untuk mencapai matlamatnya iaitu membina sebuah Negara Yahudi merdeka. Dia mula membuat risalah (brochure) dan mengedarkan risalah-risalah berikut dikalangan Yahudi Eropah. Risalahnya itu mendapat sambutan yang menggalakkan dari masyarakat Yahudi Eropah dari pelbagai negara.

Dalam tahun 1897, kongres pertama Dunia Zionist telah diadakan di Bassel, Switzerland. Ia merupakan kali pertama orang-orang Yahudi seluruh dunia berjumpa untuk membincangkan agenda politik. Bahasa perantaraan yang digunakan dalam kongress tersebut ialah bahasa Jerman. Mereka sedar bahawa organisasi politik perlu dibentuk untuk mencari negara baru. Kongress sebulat suara mengundi Herzl sebagai Presiden organisasi. Mereka mula menetapkan tarikh akhir, menetapkan corak bendera, dan bersetuju membuat perjumpaan setahun sekali. Pada pejumpaan pertama tersebut, Herzl telah berucap dengan mengatakan “Jika kamu semua berkendak, maka ia bukan lagi fantasi.”


Herzl berucap dalam Kongres ke-2 Zionis di Bassel.

Tidak dinafikan bahawa hasrat Herzl menubuhkan negara Yahudi iaitu Israel didorong oleh arahan dari pemimpinnya dalam pergerakan Illuminati. Cara Herzl bekerja adalah luar biasa. Dia tidak lagi menghiraukan akan kerjayanya dan keluarganya, malah yang lebih aneh ialah ia tidak perlu mencari sumber kewangan untuk bergerak ke serata dunia. Dari mana dia mendapatkan semua kos pengangkutannya ke sana ke mari itu?

Tidak lain adalah dari jutawan-jutawan yang juga ahli Illuminati. Jutawan-jutawan ini telah diarahkan untuk membantu Herzl dari sumber kewangan sebagai jalan memudahkan kerja-kerja Herzl. Jutawan-jutawan ini juga berbangsa Yahudi atau dikenali sebagai financiers.

Herzl Diherdik Khalifah

Persetujuan yang diperoleh tentang kawasan negara Israel ialah bumi Palestin. Pemilihan ini dibuat berasaskan disitulah tempat lahirnya Nabi Yaakub a.s. yang juga digelar bapa Bani Israel (Nama Israel adalah gelaran kepada Nabi Yaakub). Namun begitu, hasrat ini terhalang kerana ketika itu Palestin di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Turki Uthmaniah. Khalifah Islam ketika itu ialah Sultan Abdul Hamed II (1876-1909) iaitu khalifah yang sangat tegas dan patuh kepada ajaran Islam.

 Sultan Abdul Hamed ketika berumur 30-an

Sultan Abdul Hamed ketika berumur 60-an

Herzl berangkat ke Turki pada Mei 1901 untuk berjumpa Khalifah. Misi Herzl ke sana ialah memujuk Khalifah menyerahkan bumi Palestin kepada orang-orang Yahudi. Malangnya, Khalifah enggan menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi, malah permintaan Herzl itu dibalas dengan kata-kata berikut;
Beta lebih rela ditikam dengan besi daripada melihat Palestin hilang.

Herzl terkejut dengan pendirian Sultan Abdul Hamed, perasaan dendamnya pada khalifah tidak dapat dibendung lagi. Tetapi dendamnya perlu disimpan dahulu, jalan lain harus difikirkan sebagai menunaikan hasrat menubuhkan negara Israel.

Selepas itu, Herzl berhijrah ke seluruh dunia untuk mencari tempat yang sesuai bagi menubuhkan negara Israel. Herzl tahu itulah tugas yang diberi oleh pemimpinnya (Dajjal) sepanjang hidupnya, jika gagal mungkin ia akan ditimpa masalah.

Pada 1903 Joseph Chamberlain dari British Royal Commission telah menawarkan khidmat berunding dengan kerajaan Mesir bagi mendapatkan tempat di Selatan Palestin iaitu Semenanjung Sinai. Malangnya, rundingan gagal. Kerajaan British selepas itu menawarkan kawasan di Utara Afrika iaitu Uganda dan Cyprus. Herzl membawa cadangan ini kepada Kongres Zionis di Bussel.

Keputusan yang dibuat pada kongres ke-6 itu ialah persidangan sebulat suara tidak bersetuju dan bumi Palestin adalah kawasan terbaik untuk penempatan negara Israel memandangkan ia adalah bumi sejarah Yahudi dan makam Nabi Yaakub.

Herzl gagal dalam melaksanakan misi Illuminati, Zionis dan pemimpinnya Dajjal. Pada 1904, Herzl telah mati akibat serangan sakit jantung. Mayat beliau ditanam di Edlach, Selatan Austria. Herzl mati ketika berumur 44 tahun.

Taktik Akhir Dajjal Mendapatkan Palestin

Satu arahan diturunkan oleh Dajjal kepada pemimpin Zionis (pengganti Theodor Herzl) dalam melaksanakan misi mendapatkan Palestin. Arahan tersebut ialah “merencanakan revolusi menjatuhkan Kerajaan Khalifah Uthmaniah pimpinan Sultan Abdul Hamed IV. Tugasan ini diberikan kepada ahli freemason Yahudi Turki iaitu Mustapha Kamal Attartuk. Misi Mustafa Kamal mendapatkan Palestin berjaya apabila berjaya menggulingkan kerajaan Khalifah Islam terakhir itu dalam Revolusi Turki pada 27 April 1920.


 Semasa Revolusi 1919



Ketika menjadi kapten dalam Perang Gallipoli 1915 

Namun negara Yahudi tidak dapat ditubuhkan lagi atas sebab-sebab tertentu.


Khalifah terakhir Sultan Abdul Hamed IV meninggalkan istana atas arahan Presiden Turki pertama Mustafa Kamal Attartuk pada 1922.

Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi-Nabi Sebelumnya


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Adam As.

Aku akan bertanya kepadamu, siapkanlah jawabannya! Ujar si Yahudi itu.

“Sampaikan pertanyaanmu, tegas Sayyidina Ali bin Abi Thalib AS.
Yahudi berkata, “Lihatlah Adam as, Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya. Apakah Allah SWT berbuat yang sama terhadap Muhammad?”

Sayyidina Ali AS menjawab,“Ya”. Ketika Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam as bukan berarti mereka menyembah Adam as, tetapi mereka mengakui keutamaan Adam as dan karena kasih sayang Allah SWT kepadanya. Namun Nabi Muhammad SAWW telah diberi kehormatan yang lebih dari itu. Allah SWT bersholawat atasnya di alam jabarut dan juga malaikat seluruhnya. Bahkan Allah SWT menjadikan sholawat atasnya sebagai suatu ibadah bagi orang-orang mukmin. Itu adalah suatu keistimewaan Muhammad SAWW, wahai orang Yahudi.” Jawab Sayyidina Ali AS.

Sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni Adam As setelah melakukan kesalahan,” kata si Yahudi.

“Benar. Allah SWT memberi ampunan kepada Muhammad SAWW tanpa Beliau melakukan kesalahan. Allah azza wa jalla telah berfirman, “Allah hendak mengampunimu dosa yang telah lalu dan yang akan datang.”(QS. Al-Fath : 2)

Sesunggguhnya Muhammad SAWW di hari kiamat kelak tidak akan membawa dosa dan tidak dituntut karena dosa.


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Idris As

Yahudi berkata , “Lihatlah Idris as, Allah SWT telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi dan memberinya makanan surga setelah dia wafat.”

“Ya, itu benar. Jawab Sayyidina Ali AS. Muhammad SAWW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu.” Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman:

Dan telah kami angkat sebutanmu (QS. Alam Nasyrah : 4)

Itu sudah cukup untuk dijadikan sesuatu kemuliaan. Kalau Idris as diberi makanan surga setelah dia wafat, maka Muhammad SAWW diberi makanan surga ketika dia hidup di dunia.Pernah ketika Beliau lapar, datang Malaikat Jibril menemuinya membawa hidangan dari syurga. Hidangan itu ternyata bertahlil, bertasbih, bertahmid dan bertakbir di tangan Beliau. Kemudian Beliau memberikannya kepada Ahlulbaitnya, lalu hidangan itu juga bertahlil, bertasbih, bertahmid dan bertakbir.

Malaikat Jibril berkata bahwa hidangan ini hadiah dari surga yang diberikan Allah SWT khusus kepada Muhammad SAWW. Hidangan ini tidak layak diberikan kecuali kepada Nabi dan penggantinya.

Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Nuh As

“Lihatlah Nabi Nuh as. Dia bersabar karena Allah SWT, dan dia memaafkan kaumnya disaat mereka mendustakannya.” Kata Si Yahudi.

“Ya, itu benar!” jawab Sayyidina Ali AS. “Demikian pula Nabi Muhammad SAWW bersabar karena Allah SWT telah memaafkan kaumnya pada saat mereka mendustakannya, mengusirnya dan melemparinya dengan kerikil. Abu Lahab pernah meletakkan diatas kepalanya kotoran kambing, lalu Allah SWT memerintahkan Malaikat Ja’abil (malaikat penjaga gunung) untuk menemui baginda Muhammad SAWW. Malaikat Ja’abil mengatakan kepada baginda Muhammad SAWW “bahwa dirinya diperintahkan oleh Allah SWT untuk mentaatimu. Apabila Anda ingin agar aku menghimpit mereka dengan gunung, maka akan aku binasakan mereka,” kata Ja’abil.

“Aku diutuskan sebagai rahmat,” ucap Beliau. Nabi bahkan mendoakan mereka: “Ya, Allah SWT, berikan umatku ini hidayah karena mereka belum mengetahui.”

Orang Yahudi itu kembali berkata, “Nabi Nuh as berdoa kepada Tuhannya, lalu turunlah hujan deras dari langit.”

“Ya itu benar. Nabi Nuh as berdoa dalam keadaan marah sementara hujan deras diturunkan Allah SWT karena kasih sayang,” jawab Sayyidina Ali AS.“ Ketika Nabi Muhammad SAWW hijrah ke Madinah, datang penduduk Madinah pada hari Jumaat kepada Beliau. “ Wahai Rasulullah, sudah lama hujan tidak turun. Pohon-pohon menguning (kering), dedaunan berjatuhan,” keluh mereka. Lalu Beliau mengangkat kedua tangannya sehingga nampak putih lipatan pangkal kedua tangannya. Langit yang semula bersih tidak berawan tiba-tiba menjadi gelap dan turunlah hujan yang deras, begitu derasnya sehingga seorang pemuda yang gagah perkasa hampir mati ketika pulang ke rumahnya karena derasnya hujan yang mengakibatkan banjir. Kejadian itu berlangsung selama seminggu.

Mereka kembali mendatangi Beliau pada hari Jumaat berikutnya, “ Ya Rasulullah, rumah-rumah menjadi hancur, kenderaan-kenderaan terhenti!” keluh mereka lagi. Beliau tersenyum sejenak,” Beginilah cepatnya manusia bosan,” kata Beliau. Lalu Beliau berdoa, “Ya Allah SWT, jadikanlah ini semua menguntungkan kita dan tidak membahayakan kita.”

Maka hujanpun mulai reda di sekitar kota Madinah sendiri hujan berhenti secara total. Itulah mukjizat Nabi Muhammad SAWW.”


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Hud As

Yahudi berkata “Lihatlah Nabi Hud as, karena Allah SWT telah menolongnya dengan mengirimkan angin, apakah Allah SWT berbuat yang serupa terhadap Nabi Muhammad?” tanyanya.

“Ya itu benar!” jawab Sayyidina Ali AS. “ Nabi Muhammad SAWW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Allah SWT juga telah menolongnya dari musuh-musuhnya dengan angin dalam perang Khandaq. Allah SWT mengirimkan angin kencang sehingga kerikil-kerikil berterbangan, lebih dari itu Allah SWT memperkuatkan pasukan Beliau dengan delapan puluh ribu pasukan malaikat. Allah SWT berfirman:

Wahai orang-orang beriman, ingatlah nikmat Allah SWT atas kalian, ketika datang kepada kalian tentera-tentera, lalu Kami kirim kepada mereka angin dan pasukan yang tidak kalian lihat. (QS. Al- Ahzab:9)

Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Saleh As

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Saleh as, “ujar Yahudi. “Allah SWT telah menciptakan untuknya seekor unta dari batu sebagai mukjizat.”

Sayyidina Ali AS menjawab, “Ya itu benar.” Kemudian Beliau melanjutkan, “Nabi Muhammad SAWW telah diberikan sesuatu yang lebih dari itu. Kalau unta Nabi Saleh tidak berbicara dan tidak bersaksi akan kenabiannya, maka ketika kita bersama Beliau dalam sebuah peperangan, tiba-tiba datang seekor unta mendekatinya bersuara dan berbicara, “Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan telah menggunakanku sampai aku besar dan kini hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu darinya. Orang itu memberikannya kepada Beliau.

Juga ketika kami bersama Beliau, tiba-tiba datang seorang Arab dari pendalaman menuntun untanya. Orang pendalaman itu hendak dipotong tangannya karena ulah para saksi yang telah memberikannya saksi palsu. Kemudian unta itu berbicara dengan Beliau, “Ya Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak berdosa. Para saksi yang ada ini memberikan kesaksian secara paksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi.”


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Ibrahim as

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Ibrahim as, karena dia telah mengetahui Allah SWT dengan perenungan (I’tibar). PembuktianNya telah meliputi keimaman terhadap-Nya.”

Sayyidina Ali As berkata,“Ya benar. Nabi Muhammad SAWW telah diberikan sesuatu yang lebih dari itu. Beliau telah mengenal Allah SWT dengan i’tibar sebagaimana Nabi Ibrahim as. Namun, Nabi Ibrahim as mengenal Allah SWT dalam usia lima belas tahun sementara Nabi saw mengenal-Nya semenjak usia tujuh tahun. Pernah sejumlah pedagang Nasrani datang. Mereka menurunkan dagangan mereka di antara bukit Shafa dan Marwa.’ Sebagian dari mereka melihat Beliau, Muhammad SAWW lalu mereka mengetahui sifat, karakter, dan berita akan kebangkitannya sebagai nabi dan mereka mengetahui beberapa mukjizatnya.

Para pedagang Nasrani itu bertanya kepada Muhammad SAWW “Wahai anak kecil, siapa namamu?” Beliau menjawab, “Muhammad.” Mereka bertanya , “Siapa nama ayahmu?” Beliau menjawab,”Abdullah.” Mereka bertanya, “Apakah nama ini (mereka bertanya sambil menunjuk bumi)?” Beliau menjawab, “Bumi.”

Mereka bertanya, “Apakah nama itu (mereka bertanya sambil menunjuk langit )?” Beliau menjawab, “Langit.” Mereka bertanya, “Siapa yang menciptakan bumi dan langit?” Beliau menjawab, “Allah SWT.” Lalu Muhammad SAWW menyentak mereka, “Apakah kalian meragukanku tentang Allah SWT? Celaka kamu, wahai Nasrani.” Beliau telah mengetahui Allah SWT dengan i’tibar pada saat kaumnya kufur, bersumpah dan meyembah patung-patung, tetapi Beliau berkata, “Tiada Tuhan selain Allah SWT.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Ibrahim as telah terhijabi dari mata Namrud sebanyak tiga kali.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya benar. Namun Nabi Muhammad SAWW telah terhijabi dari mata orang-orang yang hendak membunuhnya sebanyak lima kali. Sama tiga jumlahnya dan bahkan lebih dua.

Kelima hijab yang dimaksudkan adalah ketika Allah SWT berfirman,

"Dan Kami jadikan penutup dihadapan mereka", adalah hijab (penutup) yang pertama. “Dan dari belakang mereka,” adalah hijab yang kedua. Lalu Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat, (QS. Yaasin: 9) adalah hijab yang ketiga.

Hijab yang keempat adalah firman Allah SWT yang berbunyi,

"Dan jika kamu membaca Al-Quran, Kami jadikan di antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman dengan akhirat sebuah hijab yang menutupi" ( QS. Al-Isra’ :45)

Sedangkan hijab yang kelima adalah firman Allah SWT yang berbunyi, Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. (QS.Yaasin:8)

Orang Yahudi berkata, “Sesungguhnya Nabi Ibrahim as telah membungkam mulut orang kafir dengan kenabiannya.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Benar! Pernah Nabi Muhammad SAWW didatangi orang yang hendak mendustakan hari kebangkitan setelah kematian, orang itu adalah Ubai in Khalaf al-Jumahi, dia membawa tulang yang hancur lalu berkata, “Wahai Muhammad, siapakah yang akan menghidupkan kembaki tulang-belulang ini padahal sudah hancur?” Lalu Allah SWT menurunkan atas Muhammad SAWW sebuah ayat yang membungkam mulut orang itu,

Yang akan menghidupkannya kembali adalah Yang menciptakannya kali pertama. Dia Maha Mengetahui akan segala sesuatu (QS Yasin : 79)

Akhirnya orang itu pun pergi terbungkam.

Orang Yahudi berkata, “Nabi Ibrahim telah menghancurkan patung-patung kaumnya dengan marah karena Allah SWT.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad telah merobohkan tiga ratus enam puluh patung di dalam Ka’abah dan membersihkan semenanjung Arabia dari patung-patung serta mengalahkan orang-orang yang menyembah patung dengan pedang.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Ibrahim as pernah dilemparkan oleh kaumnya ke dalam api, tetapi dia pasrah dan bersabar, akhirnya Allah SWT menjadikan api itu dingin dan menyelamatkannya. Apakah Allah SWT berbuat yang sama terhadap Muhammad?”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya benar. Ketika Nabi Muhammad pergi ke Khaibar, seorang wanita Khaibar meracuninya, tetapi Allah SWT menjadikan racun itu dingin (tidak bereaksi) di dalam perutnya sampai di akhir ajalnya. Padahal racun itu, jika berada di dalam perut akan membakar seperti api membakar. Itu adalah kekuasaanNya, janganlah kamu mengingkarinya.”


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Yaqub as

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Yakub as. Dia mendapatkan nasab yang sangat besar. Allah SWT menjadikan para Nabi dari tulang rusuknya. Maryam putri Imran adalah termasuk keturunannya.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad SAWW mendapatkan nasab yang lebih besar darinya. Allah SWT menjadikan Fathimah, wanita penghulu alam raya, sebagai putrinya, al-Hasan dan al-Husain sebagai cucunya.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Yaqub as bersabar karena perpisahan Putranya sampai-sampai dia hampir sakit parah karena sedih.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Yaqub as benar-benar sedih, namun kesedihannya berakhir dengan perjumpaan. Tetapi Nabi Muhammad Saww ketika Putranya yang tersayang, Ibrahim, diambil selagi Beliau masih hidup. Allah SWT mengujinya agar Beliau mendapat simpanan yang besar nanti. Beliau bersabda, “Jiwa pilu dan hati terluka. Dan kami sangat sedih atasmu wahai Ibrahim. Kami tidak mengatakan sesuatu yang memurkakan Allah SWT.” Dalam semua itu, Beliau mengutamakan kerelaan terhadap Allah SWT dan pasrah kepada-Nya dalam segala perbuatan.”


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Yusuf as

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Yusuf as, dia menyimpan pahitnya perpisahan. Dia di jerumuskan ke dalam penjara demi menghindari kemaksiatan. Dia di lemparkan kedalam lubang yang gelap sebatang kara.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad Saww menyimpan pahitnya keterasingan. Beliau meninggalkan keluarga, anak dan harta untuk berhijrah dari Haramullah (Ka’abah, Mekah). Ketika Allah SWT melihat kesedihan dan perasaan pilu Beliau, Allah SWT memperlihatkan kepadanya sebuah mimpi yang menyamai mimpinya Nabi Yusuf as dalam takwilnya dan Allah SWT membuktikan kebenaran mimpinya kepada seluruh alam raya. Allah SWT berfirman,

Sungguh Allah SWT telah membuktikan Rasulnya akan mimpinya yang benar. Kalian pasti akan masuk Masjid Al-Haram dengan kehendak Allah SWT dalam keadaan aman dan kepada kalian digundul atau (rambut kalian) dipotong. Janganlah kalian takut

Kalau Nabi Yusuf as ditahan dalam penjara, maka Rasulullah Saww dipenjara di Syi’ib selama tiga tahun. Beliau diasingkan dari sanak keluarga dan kerabatnya. Allah SWT telah memperdaya mereka (orang-orang kafir Quraisy) dengan mengutuskan makhluk-Nya yang paling lemah (rayap), lalu rayap itu memakan surat perjanjian yang mereka tulis.

Kalau Nabi Yusuf as dilemparkan kedalam lubang yang gelap, maka Nabi Muhammad Saww telah menyembunyikan dirinya di dalam gua karena ulah musuhnya, sampai-sampai Beliau berkata kepada sahabatnya, “Janganlah kamu sedih. Sesungguhnya Allah SWT bersama kita.” Allah SWT memujinya dalam kitab-Nya.


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Musa as

Orang Yahudi berkata,”lihatlah Nabi Musa bin Imran as, karena Allah telah memberinya Taurat yang memuat hukum-hukum.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAWW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Nabi Muhammad SAWW telah diberi surat al-Baqarah dan al- Maidah yang sama dengan Kitab Injil, Beliau juga diberi surat Thawasin (surat-surat yang didahului dengan huruf Tha, Sin), surat Thaha, sebagian surat-surat al-Mufashshal (yang sedang sehingga sering dipisah-pisah ) dan al-Hawamin (surat-surat yang dimulai dengan Ha, Min) yang sama dengan Kitab Taurat; Beliau diberi sebagian surat-surat al-Mufashshal dan surat-surat yang didahului dengan Sabbaha yang sama dengan Kitab Zabur; Beliau diberi surat Bani Israil dan surat Bara’at yang sama dengan shuhuf Ibrahim as dan shuhuf Musa as, kemudian Allah SWT menambah Beliau dengan as-Saba’ ath-Thiwal (tujuh surah yang panjang) dan surah al-Fatihah.

Orang Yahudi berkata,”Sesungguhnya Nabi Musa as dipanggil untuk bermunajat kepada Allah di atas bukit Sina.”

Sayyidina Ali AS berkata, ”Ya’ itu benar. Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAWW di Sidhratul Muntaha’ disebut-sebut.”

Orang Yahudi berkata, Nabi Musa as telah diutus untuk menghadapi Firaun dan memperlihatkan kepadanya tanda yang besar.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Itu benar. Nabi Muhammad SAWW juga diutus untuk menghadapi beberapa Firaun, seperti abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah, Abi al-Bukhturi, Nidhir bin Harits, Ubai bin Khalaf, dan diutus kepada lima orang yang di kenal dengan para pengolok, al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi, al-‘Ash bin Wa’il al-Suhami, Aswad bin Abd Yaghuts az-Zuhri, Aswad bin al-Muthalib, dan al-Harist bin Thalathilah. Maka Beliau memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda yang besar di alam raya ini dan di dalam diri mereka sendiri sehingga jelas bagi mereka bahwa Dia itu benar.”

Orang Yahudi berkata, “Sesungguhnya Musa bin Imran telah diberi tongkat yang berubah menjadi seekor ular.”

Sayyidina Ali menjawab, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAWW telah di beri sesuatu yang lebih hebat dari itu. Pernah ada seseorang menuntut hutang kepada Abu Jahal bin Hisyam seharga seekor kambing yang dia beli dari orang itu. Tetapi Abu Jahal tidak memperdulikannya. Dia tengah asyik duduk sambil minum-minuman keras. Setiap kali orang itu menagihnya, tetapi tidak berdaya sama sekali dan selalu diacuhkan oleh Abu Jahal. Beberapa orang disekitar itu berkata kepada orang tersebut sambil menghina, “Siapa yang kamu tagih?”

“Amr bin Hisyam (Abu Jahal). Dia mempunyai hutang kepadaku. ”Mereka berkata, “Maukah kami tunjukkan orang yang menjalankan hak-hak?” Orang itu berkata. “Ya”. Mereka lalu menunjukkan Nabi Muhammad SAWW, Abu Jahal berkata dalam hatinya, “Mudah-mudahan Muhammad datang kepadaku dan melutut kepadaku, sehingga aku dapat memalukannya.” Orang yang sedang menuntut haknya itu datang kepada Nabi Muhammad seraya berkata, “Wahai Muhammad, aku mendengar bahwa hubungan antara Anda dengan Amr bin Hisyam baik. Aku datang meminta bantuan darimu.”

Kemudian Beliau pergi bersamanya menghadap Abu Jahal. Bangunlah wahai Abu Jahal. Berikan orang ini haknya.” (Sejak saat itu Amr bin Hisyam dipanggil Abu Jahal, yang berarti bapak kebodohan).

Lalu Abu Jahal segera bangun dan memberikan orang itu haknya. Ketika Abu Jahal kembali ke tempatnya semula, teman-temannya berkata, “Kamu mengerjakan itu karena takut kepada Muhammad?” Abu Jahal berkata, “Celaka kalian, maafkan aku. Sesungguhnya ketika dia datang, aku lihat di sebelah kanannya orang-orang membawa pisau yang bersinar dan disebelah kirinya ada dua ekor ular yang menampakkan giginya dan dimatanya keluar sinar. Sekiranya aku menolak, maka perutku tidak aman dari tikamannya dan aku akan diterkam ular itu, dan itu lebih berat bagiku dari memberikan hak.”

Ketika Nabi Muhammad SAWW mengajak ketauhidan dan membasmikan kemusyrikan, para tokoh kaum musyrikin marah, lalu Abu Jahal berkata, “Demi Allah mati lebih baik bagi kita dari pada hidup. Tidak adakah diantara kalian, wahai kaum Quraisy, seorang yang akan membunuh Muhammad?” Mereka menjawab, “Tidak ada.” “Kalau begitu saya yang akan membunuhnya.” Seandainya keluarga Abdul Mutalib akan menuntut balas, biarlah aku yang terbunuh, kata Abu Jalal. Mereka lalu berkata, “Sesungguhnya jika kamu melakukan itu, maka telah berbuat kebaikan yang akan selalu diingati.”

Kemudian Abu Jahal pergi ke Masjid al-Haram dan melihat Rasulullah berthawaf sebanyak tujuh putaran, kemudian Beliau solat dan sujud sangat lama.Kemudian Abu Jalal mengambil batu dan membawanya kearah kepala Nabi Muhammad SAWW, ketika dia telah mendekatinya, datanglah unta jantan dari arah Beliau dengan membuka mulutnya ke arah Abu Jalal. Melihat itu Abu Jalal ketakutan dan dia pun gementar maka batu itu jatuh melukai kakinya kemudian dia pulang dengan muka yang pucat dan berkeringat. Kawan-kawannya bertanya, “Kami tidak pernah melihat kamu seperti sekarang ini.” Abu Jalal berkata,” Maafkan aku, aku sungguh melihat unta jantan yang membuka mulutnya dari arah Muhammad, ia hampir menelanku maka aku lempar batu itu dan mengenai kakiku.”

Orang Yahudi berkata, ” Nabi Musa telah diberi tangan yang keluar darinya cahaya putih. Apakah Muhammad mempunyai kuasa seperti itu?”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya terpancar dari sebelah kanan dan sebelah kirinya cahaya setiap kali Beliau duduk. Cahaya itu disaksikan oleh semua orang.”

Orang Yahudi berkata,” Nabi Musa dapat membuat jalan di laut. Apakah Muhammad dapat berbuat semacam itu?”

Sayyidina Ali AS menjawab,”Itu benar. Nabi Muhammad SAWW telah berbuat yang sama. Ketika kami keluar dari perang Hunain, kami menghadapi danau yang kami perkirakan sedalam empat belas kali dari ketinggian badan manusia. Mereka berkata,”Ya Rasulullah musuh di belakang kita sedangkan danau di depan kita seperti yang dikatakan kaum Musa as, “Kami akan terkejar.” Lalu Rasulullah saw turun dan berdoa,”Ya Allah sesungguhnya Engkau jadikan setiap utusan sebuah bukti maka perlihatkanlah kepadaku kekuasaan-Mu.”

Kemudian kami mengarungi lautan dengan menunggangi kuda dan unta yang kakinya tidak basah. Lalu kami pulang dengan kemenangan.

Orang Yahudi berkata, ”Nabi Musa as telah diberi batu, kemudian batu itu mengeluarkan dua belas mata air.”

Sayyidina Ali AS berkata, ”Ya itu benar.” Ketika Nabi Muhammad SAWW turun di Hudaibiyyah dan diboikot oleh penduduk Mekah, Beliau diberi sesuatu yang lebih hebat dari itu. Pada waktu itu, sahabat-sahabat Beliau mengadu kepada Beliau. Mereka kehausan sehingga pangkal tulang paha kuda mereka menonjol. Kemudian mereka mengambil kain Yaman dan meletakkan tangannya di atas kain itu lalu keluarlah air dari celah-celah jari jemari Beliau. Kami merasa kenyang demikian pula kuda-kuda kami bahkan kami penuhi kantong-kantong air.”

Orang Yahudi berkata,”Nabi Musa as telah diberi burung dan manisan dari langit (al-manna wa salwa’). Apakah Muhammad juga diberi sesuatu yang sama seperti itu?”

Sayyidina Ali As berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya Allah SWT menghalalkan harta rampasan perang untuk Beliau dan umatnya dan tidak dihalalkan untuk sesiapa pun sebelumnya. Dan ini lebih utama dari manna dan salwa’. Kemudian lebih dari itu Allah SWT menganggap niat Beliau dan umatnya sebagai amal kebaikan dan tidak menganggapnya amal kebaikan untuk seseorang sebelum Beliau. Oleh karena itu jika seseorang hendak berbuat kebaikan tetapi belum mengerjakannya maka ditulis untuknya suatu kebaikan dan jika dia mengerjakannya maka ditulis sepuluh kebaikan.”


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Daud As

Orang Yahudi berkata,” Lihatlah Nabi Dawud as sebab Allah telah memberinya kekuatan untuk melunakkan besi kemudian dengan kekuatannya dia membuat baju besi.”

Sayyidina Ali AS berkata,” Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Allah SWT telah memberinya kekuatan untuk membuat gua dari batu gunung yang keras. Batu Shakhrah di Baitul Maqdis menjadi cekung dengan tangan Beliau dan kami telah melihatnya.”

Orang Yahudi berkata, ” Nabi Dawud as menangis karena kesalahan dan kekhilafannya sehingga gunung bergetar karena takut tangisan darinya.”

Sayyidina Ali AS berkata, ”Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya Beliau jika mendirikan salat terdengar dari dadanya suara gemuruh seperti gemuruh bejana yang berisi air panas yang mendidih karena isak tangisnya yang sangat pada hal Allah telah membebaskannya dari siksaan-Nya. Beliau berdiri salat di atas kakinya puluhan tahun sehingga bengkak kedua telapak kakinya dan pucat lasi mukanya. Beliau salat sepanjang malam sehingga Allah menegurnya.”

Thaha. Tidaklah Kami turunkan Al-Qur’an agar kamu bersusah payah (QS.Thaha:1-2)

Terkadang Beliau menangis sampai pingsan. Seorang bertanya kepadanya,” Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab, ”Benar. Namun tidakkah aku pantas menjadi hamba yang banyak bersyukur.”


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Sulaiman As

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Sulaiman as, karena dia telah diberi kerajaan yang tidak layak diberikan kepada sesiapa pun setelahnya.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW telah diberikan sesuatu yang lebih dari itu. Telah turun kepadanya satu malaikat yang tidak pernah turun kepada sesiapa pun sebelumnya, yaitu malaikat Mikail. Malaikat Mikail berkata kepada Beliau, “Ya Muhammad. Hiduplah kamu menjadi seorang raja yang senang. Untukmu kunci-kunci khazanah bumi. Tunduk kepadamu gunung dan batu dari emas dan perak. Itu semua tidak mengurangi apa yang tersimpan untukmu di akhirat kelak sedikit pun.” Lalu dia menunjuk Malaikat Jibril as dan meminta darinya agar bertawadhu. Kemudian Nabi Muhammad SAWW berkata, “Tidak, tetapi aku tetap ingin hidup sebagai nabi dan hamba. Sehari makan dan dua hari tidak makan. Aku ingin bergabung dengan saudara-saudaraku dari kalangan Nabi sebelumku.” Maka Allah memberinya telaga kautsar dan hak-hak syafaat. Ini lebih besar tujuh puluh kali lipat dari kerajaan dunia dari permulaan sampai akhir. Dan Allah menjanjikan kedudukan yang terpuji (al-maqam al-Mahmud). Di hari kiamat nanti Allah akan menundukkannya di atas Arsy. Itu semua lebih mulia dari yang di berikan kepada Nabi Sulaiman bin Daud as.”

Orang Yahudi berkata, “Angin telah diciptakan untuk Nabi Sulaiman as Angin itu membawa pergi Sulaiman di negerinya dalam sebuah perjalanan, perginya satu bulan dan pulangnya satu bulan.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW telah diberikan sesuatu yang lebih dari itu. Dia telah diisra’kan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang biasa ditempuh satu bulan, lalu ia dibawa naik ke kerajaan langit, yang memerlukan waktu lima puluh ribu tahun, dalam waktu kurang dari sepertiga malam.

Orang Yahudi berkata, “Telah di ciptakan jin-jin untuk taat kepada Nabi Sulaiman as. Mereka bekerja untuk Sulaiman ketika membuat mihrab dan patung.”

Sayyidina Ali AS berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW telah diberikan sesuatu yang lebih dari itu. Jin-jin diciptakan untuk taat kepada Nabi Sulaiman as, tetapi mereka didalam keadaan kafir, sementara jin-jin diciptakan untuk taat kepada Nabi Muhammad SAWW dalam keadaan beriman. Telah datang kepada Beliau sembilan tokoh jin dari Yaman dan dari Bani Amr bin Amir.Mereka itu adalah Syashot, Madhot, Hamlakan, Mirzaban, Mazban, Nadhoat, Hashib, Hadhid dan Amr. Merekalah yang disebutkan dalam Quran,

Dan ketika Kami palingkan kepadanya (Muhammad) sekelompok jin mereka mendengarkan Al-Quran (QS. Al- Jin: 1)

Mereka berbaiat kepada Beliau untuk menjalankan puasa, salat, zakat, haji dan jihad. Ini lebih hebat dari yang diberikan kepada Nabi Sulaiman as.”

Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Yahya As

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Yahya bin Zakaria as karena diwaktu masih kecil telah diberi hikmah, kebijaksanaan dan pemahaman. Dia menangis tanpa berbuat kesalahan dan dia sentaiasa berpuasa terus menerus.”

Sayyidina Ali AS berkata,“Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW telah diberikan sesuatu yang lebih dari itu.Nabi Yahya as hidup pada masa tiada berhala-berhala dan kejahiliahan.

Sementara Muhammad pada masa kecilnya telah diberi hikmah dan pemahaman di tengah penyembah berhala dan syaitan. Beliau sama sekali tidak menyukai berhala, tidak pernah aktif dalam upacara-upacara mereka dan tidak pernah berdusta sama sekali. Beliau senantiasa menyambung puasa dalam seminggu, terkadang kurang dan terkadang lebih. Beliau pernah berkata, “Aku tidak seperti kalian. Aku berada disamping Tuhanku. Dia Yang memberiku makan dan minum.” Beliau selalu menangis sehingga air matanya membasahi tempat salatnya karena takutkan kepada Allah SWT tanpa kesalahan.”


Perbandingan Rasulullah SAWW dengan Nabi Isa As

Orang Yahudi berkata,” Lihatlah Nabi Isa bin Maryam as. Mereka meyakini bahwa dia dapat berbicara dalam buaiannya dalam keadaan masih bayi.”

Sayyidina Ali AS berkata,” Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAWW keluar dari perut Ibunya sambil meletakkan tangan kirinya di atas tanah dan tangan kanannya diangkat ke atas. Beliau menggerakkan kedua bibirnya dengan ucapan tauhid. Lalu terpancarlah dari mulutnya cahaya sehingga penduduk Mekah dapat melihat istana-istana Bashrah dan istana-istana merah di negeri Yaman dan sekitarnya, serrta istana-istana putih di Persia dan sekitarnya. Dunia menjadi terang benderang di malam kelahiran Nabi Muhammad SAWW sehingga jin, manusia dan setan ketakutan. Mereka berkata,”Telah terjadi peristiwa besar di muka bumi ini.” Pada malam kelahiran Beliau, para malaikat naik-turun dari langit, bertasbih dan memuji Allah SWT.

Orang Yahudi berkata,”Mereka menyakini bahwa Nabi Isa as telah menyembuhkan orang bisu dan orang yang menderita penyakit belang dengan izin Allah SWT.”

Sayyidina Ali AS berkata,” Ya itu benar. Muhammad telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Beliau telah menyembuhkan orang dari penyakitnya. Ketika Beliau duduk, Beliau bertanya tentang seorang sahabat Beliau lalu para sahabat Beliau berkata,” Ya Rasulullah, dia terkena musibah sehingga dia seperti seekor anak burung yang tidak berbulu.” Kemudian Beliau mendatanginya , ternyata orang itu benar-benar seperti anak burung yang tidak berbulu karena beratnya musibah. Beliau berkata,” Apakah kamu telah meminta sesuatu dengan sebuah doa?”

Dia menjawab,”Ya. Aku pernah berdoa kepada Allah agar segala siksaan yang akan menimpaku di akhirat nanti disegerakan di dunia ini.”

Kemudian Nabi berkata, Bacalah doa ini,”Ya Allah berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan jagalah kami dari azab neraka.” Maka orang itu mengucapkannya lalu dia segara bangun dan sehat.

Juga pernah seseorang datang dari Juhainah yang menderita lepra. Dia mengadu kepada Beliau. Lalu Beliau mengambil mangkuk berisi air dan Beliau meludahinya kemudian Beliau berkata,”Basuhlah badanmu dengan air ini!” Orang itu lalu mengerjakannya dan kemudian sembuh seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Orang Yahudi berkata,”Mereka menyakini bahwa Nabi Isa as telah menghidupkan orang yang telah mati dengan izin Allah.”

Sayyidina Ali AS berkata,”Ya itu benar. Sungguh telah bertasbih sembilan kerikil di tangan Nabi Muhammad SAWW suaranya sampai terdengar padahal kerikil itu tidak bernyawa. Beberapa orang yang sudah mati berbicara dengannya dan meminta bantuan darinya dari siksaan kematian. Kamu menyakini bahwa Nabi Isa as berbincang-bincang dengan orang-orang yang sudah mati dan Nabi Muhammad SAWW mempunyai pengalaman yang lebih mengagumkan dari itu. Ketika Beliau singgah di Thaif sementara kaum Thaif memboikot Beliau. Mereka mengirim seekor kambing yang sudah dipanggang dan dicampuri racun lalu kambing itu berbicara,”Wahai Rasulullah, janganlah engkau makan aku karena aku talah diberi racun. Beliau telah di ajak bicara oleh kambing yang sudah disembelih dan dibakar. Beliau juga pernah memanggil pohon lalu pohon itu menghampirinya. Binatang-binatang buas berbicara dengan Beliau dan bersaksi atas kenabian Beliau. Ini semua lebih besar dari yang diberikan kepada Nabi Isa as.”

Orang Yahudi berkata,” Nabi Isa as telah memberitahu kaumnya tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka.”

Sayyidina Ali AS menjawab, “Itu benar. Nabi Muhammad SAWW telah berbuat sesuatu yang lebih besar dari itu. Kalau Nabi Isa as memberitahu apa yang ada di belakang tembok maka Nabi Muhammad SAWW telah memberi tahu tentang perang Mu’tah, padahal Beliau tidak menyaksikannya dan Beliau menjelaskan tentangnya dan orang-orang yang syahid di sana padahal jarak antara tempat perang dengan Beliau sejauh perjalanan sebulan.”

Akhirnya orang Yahudi itu mengucapkan dua kalimat syahadat dan bersaksi bahwa tiada kedudukan dan keutamaan yang Allah berikan kepada seorang Nabi melainkan Dia berikan juga kepada Rasulullah saw dengan tambahan.

Ibnu Abbas berkata,”Aku bersaksi, wahai ayah al-Hasan, bahwa engkau adalah orang yang sangat dalam pengetahuannya.”

Sayyidina Ali AS menjawab,”Bagaimana aku tidak mengatakan tentang seorang yang Allah sendiri mengagungkannya dalam Al-Qur’an, Sesungguhnya engkau ( al Musthofa SAWW ) memiliki akhlak yang agung.”
.

Nasab Rasulillah Saww Bersih.. !! Lengkap dengan Datanya Dan Anda Putra Ali bukan Putra Rasul Saw!


Isu ini terangkat kala sebagian umat islam mengaku pengikut Rasulillah Saww justru memusyriknya ayahanda Rasulullah Saww. (Innalillah..)

Dalam menjawabnya saya sampaikan 2 jawaban sekaligus bahwa :

Nama ayahanda Rasulullah Saww adalah Sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib r.a yang artinya Hamba ALLAH.

Definisinya jelas bahwa ayahanda Rasul Saww sangat mengenal ALLAH AWJ
karena nama ini yang membedakan antara penyembah berhala dengan penyembah Illah SWT.

Contoh Nama nama Jahiliyah (mirip mirip Tuhan mereka Latta dan Udza):
Uta, Abul Udza, dll

Jadi jelaslah bahwa Ayahanda Mulia Ar Rasul Saww bukan seperti claim mereka..!

Ayah Nabi Ibrahim As tidak Kafir


Banyak orang yang memaknai bahwa Azar adalah ayahnya Nabi Ibrahim demi memuluskan upaya mereka menampilkan 'cacatnya' Nasab Nabi Saww.

Namun sekali Lagi Hujjah ALLAH AWJ membungkam sekaligus membongkar kebohongan bertingkat kaum hipokrit pendengki Ar Rasul Saww..

Dalam Nasab Umum inilah Nasab Ayahanda Rasul Saww :
Sayyidina Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim (AMR) bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu ' Ayy bin Isma 'ell (Ismail) bin ibrahim bin Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin Idris bin Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S
Rantai Nasab diatas ada Nama Azar {tarih}

sesungguhnya keduanya adalah orang yang berbeda. Azaar adalah paman Nabi Ibrahim yang bekerja tuk Namrud dalam membuat Patung. Sedang Tarikh adalah Ayahanda Nabi Ibrahim As.

Lamanya sejarah serta berlapisnya pengkaburan membuat orang sulit mencari jawaban siapa Ayah Nabi Ibrahim As sebenarnya, Padahal Jawabannya ada di Depan mata

Kuncinya ada pada QS al An'am ayat 74 dalam kata Ab' (ayah dalam makna luas)

Penggunaannya :

Abu jabir (ayah Jabir)
Abu Abdillah (ayah Hamba Allah)
atau :

Abaaika (Kakek)

metode ini sederhana, namun banyak yang tidak faham, artinya penggunakaan kata ab' pada orang tertentu tidak menyatakan bahwa orang tersebut adalah Ayah dalam nasab.

Dalil yang dijadikan sebagai dasar pengkafiran ayah Nabi Ibrahim adalah ayat yang menyebutkan Azar sebagai " ab " Ibrahim. Misalnya :

" Ingatlah ( ketika ), Ibrahim berkata kepada " ab "nya Azar, " Apakah anda menjadikan patung-patung sebagai tuhan ?. Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu berada pada kesesatan yang nyata ".( al An'am 74 ).

Atas dasar ayat ini, ayah Ibrahim yang bernama Azar adalah seorang kafir dan sesat. Kemudian ayat lain yang memuat permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya ditolak oleh Allah dikarenakan dia adalah musuh Allah ( al Taubah 114). Dalam menarik kesimpulan dari ayat di atas dan sejenisnya bahwa ayah nabi Ibrahim adalah seorang kafir sungguh sangat terlalu tergesa-gesa, karena kata " abun " dalam bahasa Arab tidak hanya berarti ayah kandung saja.

Kata ab' bisa juga berarti, ayah tiri, paman, dan kakek.

contoh lain

Misalnya al Qur'an menyebutkan Nabi Ismail sebagai " ab " Nabi Ya'kub as., padahal beliau adalah paman NabiYa'kub as.

"Adakah kalian menyaksikan ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, " Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? ". Mereka menjawab, " Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri ".( al Baqarah 133 )

Dalam ayat ini dengan jelas kata "aabaaika " bentuk jama' dari " ab " berarti kakek ( Ibrahim dan Ishak ) dan paman ( Ismail ).

Dan juga kata " abuya " atau " buya " derivasi dari " ab " sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan, termasuk panggilan untuk almarhum Buya Hamka, misalnya.

Dari keterangan ringkas ini, kita dapat memahami bahwa kata " ab " tidak hanya berarti ayah kandung, lalu bagaimana dengan kata " ab " pada surat al An'am 74 dan al Taubah 114 ?

Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama " Azar ", penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya atau ayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya dan Ia adalah pembuat Patung tuk Raja Namrud

Pada permulaan dakwahnya, Nabi Ibrahim as. mengajak Azar sebagai orang yang dekat dengannya, "Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah " ( Maryam 44 ).

Namun Azar menolak dan bahkan mengancam akan menyiksa Ibrahim. Kemudian dengan amat menyesal beliau mengatakan selamat jalan kapada Azar, dan berjanji akan memintakan ampun kepada Allah untuk Azar. " Berkata Ibrahim, " Salamun 'alaika, aku akan memintakan ampun kepada Tuhanku untukmu " ( Maryam 47 ).

Kemudian al Qur'an menceritakan bahwa Nabi Ibrahim As menepati janjinya untuk memintakan ampun untuk Azar seraya berdoa,

" Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku ( abii ), sesungguhnya ia adalah termasuk golongan yang sesat. Jangnlah Kamu hinakan aku di hari mereka dibangkitkan kembali, hari yang mana harta dan anak tidak memberikan manfaat kecuali orang yang menghadapi Allah dengan hati yang selamat ".(al Syua'ra 83-89 ).

Allamah Thaba'thabai menjelaskan bahwa kata " kaana " dalam ayat ke 86 menunjukkan bahwa doa ini diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as. setelah kematian Azar dan pengusirannya kepada Nabi Ibrahim as. ( Tafsir al Mizan 7/163).

Setelah Nabi Ibrahim as. mengungkapkan doa itu, dan itu sekedar menepati janjinya saja kepada Azar, Allah AWJ menyatakan bahwa tidak layak bagi seorang Nabi memintakan ampun untuk orang musyrik, maka beliau berlepas tangan ( tabarri ) dari Azar setelah jelas bahwa ia adalah musuh Allah swt. (lihat surat al Taubah 114 )

Walid = Ayah Nasab (kandung)

  • Bedakan dengan kata walid (sebutan ayah dalam makna nasab/ kandung) seperti doa yang diajarkan Khalil ALLAH Ibrahim As. dan Doa ini muktabar dikalangan kita. Jelaslah bahwa Walid menunjukkan bahwa ia menuju pada Orang tua asli (kandung)

Ketika Nabi Ibrahim datang ke tempat suci Mekkah dan besama keturunan membangun kembali ka'bah, beliau berdoa,

"Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua walid- ku dan kaum mukminin di hari tegaknya hisab"( Ibrahim 41 ).

Kata " walid " hanya mempunyai satu makna yaitu yang melahirkan.

Dan yang dimaksud dengan " walid " disini tidak mungkin Azar, karena Nabi Ibrahim telah ber-tabarri (berlepas diri) dari Azar setelah mengetahui bahwa ia adalah musuh Allah (al taubah 114)

Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan walid disini adalah orang tua yang melahirkan beliau, dan keduanya adalah orang-orang yang beriman. Selain itu, kata walid disejajarkan dengan dirinya dan kaum mukminin, yang mengindikasikan bahwa walid- beliau bukan kafir. Ini alasan yang pertama.

  • Alasan yang kedua, adalah ayat yang berbunyi, " Dan perpindahanmu ( taqallub) di antara orang-orang yang sujud ".( al Syua'ra 219 ). Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa diri nabi Muhammad saww. berpindah-pindah dari sulbi ahli sujud ke sulbi ahli sujud.
Artinya ayah-ayah Nabi Muhammad dari Abdullah sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada Allah. (lihat tafsir al Shofi tulisan al Faidh al Kasyani 4/54 dan Majma' al Bayan karya al Thabarsi 7/323 ).

Nabi Ibrahim as. beserta ayah kandungnya termasuk kakek Nabi Muhammad saww. Dengan demikian, ayah kandung Nabi Ibrahim as. adalah seorang yang ahli sujud kepada Allah swt.

Tentu selain alasan-alasan di atas, terdapat bukti-bukti lain dari hadis Nabi yang menunjukkan bahwa ayah kandung Nabi Ibrahim as. bukan orang kafir.

Hingga timbul Pertanyaan Besar Siapa Ayah kandung Nabi Ibrahim As ?

As Sayyid Nikmatullah al Jazairi menjawabnya dalam kitab an Nur al Mubin fi Qashash al An biya wal Mursalin hal 270 mengutip az Zujjaj bahwa Ayahanda Nabi Ibrahim As bernama Tarikh


Salam atas Khalil ALLAH yang suci..
Salam atas Nabi ALLAH Ibrahim alaihissalam..


Source :
Dinukil dari Buletin al Jawad edisi 1421 dan Kitab Adam hingga Isa (Sayyid Jazairi)


Dalam artikel ana jabarkan secara global seperti pemahaman umumnya. dalam penjabaran semi detail :

00 IBRAHIM
01 Isma'eel
02 Nabit
03 Yashjub
04 Tayrah
05 Nahur
06 Muqawwam
07 Udad
08 'Adnan
09 Mu'ad
10 Nizar
11 Mudar
12 Ilyas
13 Mudrika
14 Khuzayma
15 Kinana
16 Al Nadr (Al Quraysh)
17 Malik
18 Fihr
19 Ghalib
20 Lu'ayy
21 Ka'ab
22 Murra
23 Kilab
24 Qussayy (Real name: Zayd)
25 'Abdu Manaf (Real name: Al Mughira)
26 Hashim (Real name: 'Amr) as Banu Hashim
27 'Abdu Al Mutallib (Real name: Shaiba)
28 'Abdullah
29 MUHAMMAD saw

Fokus penjabaran Artikel adalah pemisahan dan pembedaan Nama Azaar (pembuat patung) dengan Ayahanda Mulia Nabi Ibrahim As Tarikh (seorang Muslim).

Anda Putra Ali bukan Putra Rasul Saw!


Raja Harun al-Rasyid merasa terganggu jika mendengar masyarakat Muslim banyak memanggil Imam Musa al-Kazhim as dengan panggilan “Ibnu Rasul” yang artinya putra Rasulullah Saw, padahal menurutnya Rasulullah Saw tidak mempunyai keturunan laki-laki, sehingga menurut dia nasab Nabi Saw terputus.
Pada suatu kesempatan Harun al-Rasyid meminta Imam Musa al-Kazhim as untuk menemuinya.
Harun : “Mengapa Anda membiarkan masyarakat menasabkan diri Anda kepada Nabi Saw dan mereka memanggil Anda, “Ya Ibna Rasul – Wahai Putra Rasulullah” padahal, Anda adalah putra Ali (bukan putra Rasul), dan seseorang hanya dinasabkan kepada ayahnya. Sementara Fatimah hanyalah wadah. Nabi Saw adalah kakek atau moyang Anda dari pihak ibu Anda.”
Imam Musa : “Kalau Nabi Saw dibangkitkan, lalu menyampaikan kemuliaan Anda kepada Anda, akankah Anda menyambutnya?”
Harun : “Subhanallah! Mengapa saya tidak menyambut beliau? Saya akan membanggakan diri di hadapan bangsa Arab dan kaum non-Arab.”
Imam : “Akan tetapi, beliau tidak mengatakannya kepada saya dan saya pun tidak ingin mendahuluinya.”
Harun : “Anda benar. Akan tetapi, mengapa Anda sering mengatakan, “Kami keturunan Nabi Saw” padahal Nabi tidak memiliki keturunan? Sebab, keturunan itu dari pihak laki-laki, bukan dari pihak perempuan. Anda dilahirkan oleh putri Nabi (Fathimah). Oleh karena itu beritahukan kepada saya argumen Anda dalam masalah ini, wahai putra Ali. Anda dapat menegaskannya kepada saya dengan dalil dari Kitab Allah. Anda, wahai putra Ali, mengaku bahwa tidak turun dari kalian sedikit pun dari Kitab Allah itu, baik alif maupun wawu melainkan memiliki penakwilannya. Kalian berargumen dengan firman-Nya ‘Azza wa Jalla, “Tidaklah Kami alfakan sesuatu pun di dalam al-Kitab.” (QS al-An’am [6]: 38). Jadi, kalian tidak lagi memerlukan pendapat dan qiyas dari ulama lain.”
Imam : “Izinkanlah saya untuk menjawab.”
Harun : “Silahkan”
Imam : “Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. “Dan dari keturunannya (Nuh) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Isa, dan Ilyas semuanya termasuk orang-orang yang shalih.” (QS al-An’am [6]: 84-85). Lalu, siapa ayah Nabi Isa?
Harun : “Isa tidak memiliki ayah.”
Imam : “Tetapi, mengapa Allah Azza wa Jalla menisbatkannya kepada keturunan para nabi melalui ibunya, Maryam as? Maka demikian pula kami (Ahlul-Bayt) dinisbatkan kepada keturunan Nabi Saw melalui ibu kami, Fathimah as! Maukah saya tambahkan penjelasannya?”
Harun: “Tentu!”
Imam : “Allah Swt berfirman, “Siapa yang membantahmu tentang kisah `Isa sesudah datang pengetahuan yang meyakinkanmu maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, perempuan kami dan perempuan kamu, diri kami dan diri kamu. Kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” (QS Ali Imran [3]: 61). Tidak seorang pun mengaku bahwa ia disertakan Nabi Saw ke dalam jubah (al-kisa) ketika bermubahalah dengan kaum Nasrani kecuah Ali bin Abi Thalib as, Fatimah as, al-Hasan as, dan al-Husain as. Seluruh kaum Muslim sepakat bahwa maksud dari kalimat abna’ana (anak-anak kami) di dalam ayat mulia tersebut adalah Hasan dan Husain as, dan maksud nisa’ana (perempuan kami) adalah Fathimah al-Zahra as dan maksud kata anfusana (diri kami) adalah Ali bin Abi Thalib as.”
Harun : “Anda benar, wahai Musa!”
________________________________
Dikutip dari Allamah al-Tabarsi Abu Manshur Ahmad bin Ali di dalam kitabnya al-Ihtijaj JUz 2.

BENARKAH NABI SAW TERPUTUS KETURUNANNYA?


KETIKA Thahir, putra Nabi Saw dari Khadijah lahir dan langsung meninggal dunia, Amr bin Ash dan Hakam bin Ash justru bergembira ria sambil mengejek Nabi Saw dengan sebutan Al-Abtar, orang yang terputus keturunannya. [ 1]

Ejekan-ejekan mereka menyebar di kalangan kaum kafir Quraisy dan hal ini membuat Nabi Saw dan istri tercintanya, Khadijah as semakin berduka. Bagaimana tidak, tidak lama setelah kedua manusia mulia ini kehilangan seorang anak laki-lakinya, dua manusia berhati Iblis ini justru menyebarkan penghinaan terhadap Nabi Saw dengan sebutan yang sangat menyakitkan : Al-Abtar!

Namun Allah Swt tidak membiarkan kedua manusia (Rasul Saw & Khadijah as) yang dicintai-Nya ini terus dilarut duka. Allah Yang Maha Pemurah menurunkan sebuah surah yang diturunkan khusus untuk menghibur keduanya : Surah Al-Kautsar!

Tahukah Anda apakah Al-Kautsar itu? Apa isi surah ini sehingga Nabi Saw serta Sayyidah Khadijah merasa terhibur karenanya?

APAKAH AL-KAUTSAR ITU?

AL-KAUTSAR secara literal bermakna : Yang Berlimpah (abundance). Dengan wafatnya putra Rasulullah Saw dari Khadijah as tersebut, Allah SwT menghibur keduanya dengan Al-Kautsar, yaitu Sayyidah Fathimah! [2]

Melalui Sayyidah Fathimah as inilah keturunan Muhammad Saw berlanjut berlimpah-ruah sampai akhir zaman. [3]

Fakhrur Razi mengatakan bahwa, “Surah (Al-Kautsar) ini diturunkan untuk membantah pernyataan seorang kafir yang mencela Nabi Saw karena tidak mempunyai anak laki-laki, menjadi jelas bahwa makna yang diberikan di sini adalah bahwa Allah Swt memberi Nabi Saw keturunan yang akan abadi. Kita harus mengingat bahwa banyak pembantaian telah dilakukan terhadap keluarga Nabi, namun dunia masih dipenuhi oleh mereka; sementara Bani (keturunan) Umayyah punah kecuali beberapa orang yang tak berharga…” [4]

Al-Kautsar juga berarti sebuah sumber mata air atau telaga di Surga yang khusus Allah anugerahkan kepada Rasul Saw. Kadang-kadang Rasulullah Saw menyebut telaga karunianya ini dengan sebuatan : al-Haudh.
Diriwayatkan oleh Abu Bisyr di dalam Shahih Bukhari bahwa Said bin Jubair mengatakan bahwa Ibn Abbas menceritakan tentang al-Kautsar : “Al-Kautsar itu adalah “anugerah” yang Allah karuniakan kepada Rasulullah Saw.”. Lalu Abu Bisyr berkata kepada Said, “Tapi banyak orang mengatakan bahwa al-Kautsar itu adalah salah satu sungai (mata air) di surga.” Said menjawab, “Mata air surga itu adalah salah satu anugerah yang berlimpah ruah yang Allah karuniakan kepada Rasulullah Saw.” [5]

Masih di dalam Shahih Bukhari, Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw meminta seorang Anshar agar mengumpulkan mereka (para sahabat Nabi) untuk berkumpul di sebuah tenda lalu beliau pun bersabda, “Bersabarlah sampai kalian menjumpai Allah dan Rasul-Nya dan aku akan menunggu kalian di Telaga (Al-Kautsar)” [6]

Dan yang paling menarik, masih di dalam kitab yang sama – Shahih Bukhari – Anas bin Malik menambahkan kalimat di atas dengan : “Namun kami tidak bersabar”[ 7]

NABI SAW TERPUTUS KETURUNANNYA?

Siapa pun yang menganggap Nabi Saw tidak memiliki keturunan dalam arti “silsilah beliau terputus karena beliau tidak memiliki seorang pun anak laki-laki” maka berarti ia tidak berbeda dengan kaum kafir Quraisy yang telah menghina Nabi Saw dengan sebutan al-Abtar. Allah SwT menyebut orang-orang yang berpikir bahwa Rasulullah Saw telah terputus keturunannya sebagai orang-orang yang membenci Rasulullah Saw, dengan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu (Muhammad) dialah yang terputus (keturunannya)” (Al-Quran Surah Al-Kautsar:3)

Apakah Anda juga berpikir bahwa Nabi Saw tidak memiliki keturunan yang berlanjut? Saya berlindung kepada Allah SwT dari pemikiran seperti itu!

Al-Ash bin Wa’il, Abu Jahal dan Abu Lahab yang ketika mendengar putra Rasulullah saw, Al-Qasim wafat dalam usia balita, mereka mengejek Rasulullah sambil menyebarkan kabar bahwa “Muhammad adalah seorang al-abtar..!” (lelaki yang terputus keturunannya). Mendengar hal itu Rasulullah saw sangat bersedih hati. Maka turunlah ayat:
“Inna a’thaina kal kautsar. Fa shalli li Rabbika wan har. Innasya niaka huwal abtar.”
“Sungguh (hai Muhammad), Kami anugerahkan kepadamu “nikmat yang banyak”. Maka hendaklah engkau dirikan shalat semata-mata karena Tuhanmu., dan sembelihlah (ternak kurban). Sesungguhnya pembencimu itulah orang yang abtar (terputus keturunannya),

Sayyid Thabathaba’i, didlm Tafsir al Mizannya mengatakan bahwa makna “al-Kautsar” adalah “keturunan yang banyak” karena jika al-Abtar dimaknai “nikmat yang banyak”, maka maknanya menjadi tidak relevan dg asbabun nuzul atau latar belakang sebab turunnya ayat tsb.

BENARKAH PEREMPUAN TIDAK DAPAT MEMBERIKAN GARIS KETURUNAN?

Benarkah perempuan tidak dapat memberikan garis keturunan? Secara umum ya, tetapi secara khusus, Allah Swt memberikan keistimewaan kepada perempuan2 tertentu, misalnya Maryam as, ibunda Nabi Isa as.
“.. Dan dari keturunannya (Nabi Ibrahim a.s) ialah Daud, Sulaiman, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah kami beri balasan kepada ornag-orang yang berbuat baik. Kemudian (menyusul) Zakariya, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.” (Quran Surah Al-An’am : ayat 84-85)
Ayat di atas memasukkan Isa putera Maryam sebagai putera keturunan Nabi Ibrahim as, padahal kita mengetahui bahwa Nabi Isa as tidak memiliki ayah.

Dan pada ayat Mubahalah :
“Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu , maka katakanlah : “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS Ali Imran ayat 61)

Di dalam Shahih Muslim, kitab al-Fadhail, bab min fadhail ‘Ali bin Abi Thalib, Juz. 2 hal. 360, Cet. Isa al-Halaby, disebutkan bahwa pada saat itu yang dibawa serta oleh Rasulullah Saw adalah : Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan dan Husain, padahal ayat di atas tidak menyebutkan cucu2 Nabi Saw, tapi “anak-anak kamu”. [7b]

Dan simak hadits di bawah ini dengan sungguh-sungguh :
“…Setiap anak memiliki penisbatan keturunan melalui ayahnya (‘ishbah) , kecuali kedua putra Fatimah (Hasan dan Husain) . Karena sesungguhnya akulah wali dan ishbah untuk keduanya!” (Hadits Riwayat al-Hakim dari Jabir) [8]

Di dalam Shahih Bukhari pun diriwayatkan bahwa suatu waktu Rasulullah Saw membawa al-Hasan (putra Fatimah) lalu beliau Saw bersabda, “Sesungguhnya anakku ini adalah seorang Sayyid!” (Shahih Bukhari Jil. 4, Fadhail Al-Shahabah, Bab Manaqib al-Hasan, hadits no. 3746. Dalam edisi bahasa Inggris hadits no. 823) [9]

Dan memang di dalam kitab-kitab hadits mau pun sejarah telah tercatat bahwa Rasulullah saw senantiasa memanggil putra-putra Fatimah dengan panggilan: waladiy (anakku).
Jadi sekali lagi, jika sesorang berpikir bahwa keturunan Rasulullah Saw tidak berlanjut, maka orang itu sama dengan para pembenci Rasul Saw!

Saya berlindung dari yang demikian itu!
Allahumma shalli ‘ala Muhammadin wa aali Muhammad!

CATATAN KAKI :
1. Tafsir Ayatullah Mahdi Pooya ttg Surah Al-Kautsar. Sedangkan menurut Tafsir Singkat Ayatullah Makarim Syirazi, beliau mengatakan bahwa orang yang menghina Nabi Saw dengan perkataan Al-Abtar adalah : Al-Ass ibn Wa’il al-Sahmi. (Tafsir Singkat Ayatullah Makarim Syirazi ttg Surah al-Kautsar)
2. Fakhrur Razi di dalam Tafsir Fakhrur Razi-nya; Al-Thabarsi di dalam Majma al-Bayan-nya, dan Ayatullah Makarim Syirazi di dalam tafsir singkatnya.
3. Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 30, Surah Al-Kautsar.
4. Abu Muhammad Ordoni, Fatima The Gracious, Ahlul Bait Digital Library.
5. Shahih Bukhari Jil. 6, hadits no. 490. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Hakim, Ibn Jarir, dan Al-Suyuthi di dalam Durr al-Mantsur-nya.
6. Ibid, Jil. 9, hadits no. 533
7. Ibid, Jil. 4, hadits no. 375
Tentu saja maksud Anas bin Malik dengan kata-kata “Namun kami tidak bersabar” berhubungan erat dengan pesan terakhir Rasulullah Saw pada saat Hajji Wada’. Saat itu Rasulullah Saw berpesan, “Kiranya telah dekat saatnya aku dipanggil (oleh Tuhanku) dan aku segera memenuhinya. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian al-Tsaqalain (2 perkara yang berharga) Kitab Allah dan ‘Itrah, Ahlul Baitku. Kitab Allah adalah tali yang terbentang daripada langit ke bumi dan ‘Itrahku Ahlu l-Bait. Sesungguhnya Allah SWT memberitahuku tentang kedua-duanya. Sesungguhnya kedua-duanya tidak akan berpisah sampai dikembalikan kepadaku di (telaga) al-Haudh. Maka kalian jagalah baik-baik kedua peninggalanku itu.” (Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya dari Sa’id al-Khudri. Sedangkan Tirmidzi, Al-Hakim dan Al-Thabari juga meriwayatkannya namun dari Zaid bin Arqam)
7b. Hadis2 lainnya yg meriwayatkan peristiwa Mubahalah tsb antara lain :
– Shahih Tirmidzi Juz 4, hal. 293, hadis no. 3085, dan Juz 5, hal. 103, hadis no. 3808.
– Mustadrak ala Shahihain li al-Hakim, 3:150.
– Musnad Ahmad bin Hanbal 1:185, dan 3:97.
– Tafsir al-Thabari 3:299
– Tafsir al-Kasyaf li al-Zamakhsyari 1:368
– Tafsir Ibn Katsir 1:370-371
– Fathul Qadir li al-Syaukani 1:347
– Tafsir Al-Fakhrur Razi 2:699
– Dan masih banyak lagi yang belum saya cantumkan.
8. Thabrani juga meriwayatkan hadits serupa dari Sayyidah Fatimah Az-Zahra as. Thabrani juga meriwayatkan hadis lainnya dari Umar dengan lafaz yang berbeda: “…Setiap anak penisbatan keturunan mereka ikut sang ayah, kecuali putra Fatimah. Akulah ‘ishbat (marga) mereka sekaligus ayah mereka!”
Al-Hakim juga meriwayatkan hadits ini di dalam kitab haditsnya Mustadrak Al-Shahihain Jil. 3 hlm. 54.
9. Lihat Fathul Bari 7:94
- Tirmidzi, Al-manaqib Bab Manaqib al-Hasan wal Husain Jil.5 hlm. 616, hadits no. 3773.
- Abu Dawud misalnya di dalam kitabnya : Sunan Abu Dawud, Bab. 31, hadits no. 4276; Bab 35, hadits no. 4645.

*** SELESAI ***

- Al-Nasaiy 3 : 107 dalkam Al-Jumu’ah Bab : Khutbah Pemimpin Kepada Rakyatnya di atas mkimbar.
- Thabarani hadits no. 2588, 2592, 2593.
- Ahmad hadits 5:38, hadits no. 44, 49, 51.

Terkait Berita: