Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Syekh Saleh Al-Fawzan. Show all posts
Showing posts with label Syekh Saleh Al-Fawzan. Show all posts

PENGHINAAN ULAMA WAHABI TERHADAP ULAMA BESAR AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH


Wahhabi (ibn al-Fauzan) : al-Baihaqi tidak dapat dipercaya dalam menukil, karena dia suka mentakwil ayat shifat. Ibnu Hajar ucapannya tidak ada nilainya dalam masalah ayat shifat karena dia terpengaruh dengan madzhab asy’ariyyah.

Di antara kelicikan ulama wahhabi-salafi untuk menjaring korban supaya banyak pengikut dan tidak percaya dengan ulama besar Ahlus sunnah adalah dengan cara memperingatkan agar menjauhi ulama-ulama besar Ahlus sunnah seperti Imam Abu Bakar al-Baqilani (sudah saya posting), imam As-Subuki (sudah saya posting), imam Nawawi, imam Suyuthi dan lainnya.Kali ini imam al-Hafidz al-Baihaqi dan imam al-Hafidz Ibnu Hajar yang menjadi korban kebusukan lisan ulama wahhabi-salafi.


Kitab ” Ta’qiibaat ‘alaa kitaab as-Salafiyyah laisat madzhaban ” karya seorang ulama wahhabi yaitu om Shaleh bin Fauzan al-Fauzan, pada halaman 44-45 om Fauzan mengatakan :
” Karena al-Baihaqi lebih condong metakwil ayat shifat, maka penukialnnya tidak bisa dipercaya, karena dia terkadang menggampangkan dalam menukil “.

pada halaman 45 om Fauzan menyinggung al-Hafidz Ibnu Hajar :
” Al-Hafidz Ibnu Hajar terpengaruh dengan madzhab asy-‘Ariyyah, maka ucapannya tidak bernilai sama sekali dalam masalah ini “,
==================
Imam Baihaqi (384-458 H) adalah seorang besar ahli hadits dan fiqih. Imam adz-Dazhabi (murid Ibnu Taimiyyah) memuji beliau : ” kalau Al-Baihaqi menghendaki, maka ia mampu membuat mazhab sendiri karena keluasan ilmu dan pemahamannya akan masalah-masalah khilafiyah “.

Imam al-Haramain al-Juwaini berkomentar tentang pemahamanImam Baihaqi terhadap mazhab Syafi’i:”Tidak ada pengikut mazhab Syafi’i yang mempunyai keutamaan melebihi Baihaqi, karenakaryanya dalam mengembangkan mazhab dan pendapat Syafi’i.”.

Imam Ibnu Hajar (773-852 H) Seorang ulama besar yang hafal 300 ribu lebih hadits beserta matan dan sanadnya. Al-‘Allamah Al-’Iraqi berkomentar tentang Al-Hafizh –ketika menyifati dan memujinya: “(Al-Hafizh) adalah seorang syaikh yang berilmu,… Al-Fadhil (memiliki keutamaan), Al-Muhaddits (ahlul hadits), Al-Mufid (yang memberikan faedah), Al-Mujid (yang suka mengerjakan sesuatu dengan baik), Al-Hafizh yang mutqin (teliti), yang dhabith (kuat, teliti, seksama), yang tsiqah (terpercaya), yang ma`mun (dapat dipercaya, aman).…”.

Murid Al-‘Allamah Al-’Iraqi yang lain yakni Al-‘Allamah Al-Biqa’i berkata tentang Ibnu Hajar: ”(Al-Hafizh) adalah Syaikhul Islam, perhiasan bagi semesta alam, pemimpin para imam yang ternama, cahaya bagi para pencari petunjuk dari pengikut-pengikut seluruh imam (yang ada), hafizhnya zaman, ustadznya masa, pimpinan para ulama dan raja bagi para fuqaha…”.

Nah siapa kah si om Shaleh bin Fauzan al-Fauzan yang lahir tahun 1933 M Ini ?? apakah dia hafal 30 hadits beserta matan dan sanadnya (apalagi 300 rbu hadits) ??? hebat ya kaum muda zaman skrg suka mengkritik imam-imam besar zaman terbaik..merasa lebih pinter dan lebih alim lagi dr imam Baihaqi dan imam Ibnu Hajar…menyuruh orang lain tidak percaya dengan ucapan imam Baihaqi dan Ibnu Hajar, terus harus percaya omongamu om Fuazan ??? Wauw githu…

Nabi bersabda :
Akan ada di akhir zaman suatu kaum yang usianyamuda, dan pemahamannya dangkal, merekamengucapkan perkataan manusia yang paling baik(Rasulullah), mereka lepas dari Islam sebagaimanalepasnya anak panah dari busurnya, iman merekatidak sampai ke tenggorokan..” (HR Bukhari).

Mereka mewarisi akhlak Dzul Khuwaishirah yang tidak menghormati Nabi Saw ketika membagikan harta. Dan sekrang para genarasinya pun dengan ringan mencaci dan menghina para ulama besar Ahlus sunnah sperti Imam Nawawi, imam Ibnu Hajar, imam Fakhru Razi, imam Ash-Shawi, imam Baihaqi, imam Subuki dan lainnya.

Heboh Lagi, Ulama Senior Saudi Haramkan Pelaknatan Israel


Di tengah gempita serangan Rezim Zionis Israel ke Jalur Gaza, ulama Arab Saudi kembali memicu kontroversi, setidaknya di jejaring sosial dunia maya. Setelah sebelumnya beredar fatwa pengharaman demo anti Israel atau peduli Gaza dengan alasan menimbulkan kegaduhan dan dapat menjurus kepada anarki, kini beredar pula fatwa baru yang mengharamkan pelaknatan terhadap Israel. (Baca juga: Mufti Agung Saudi “Haramkan” Unjuk Rasa Peduli Gaza)

Fatwa kedua ini dikabarkan berasal dari ulama senior dan khatib termasyhur Arab Saudi Syekh Saleh al-Fawzan. Dia mengharamkan pelaknatan Israel dengan alasan bahwa Israel (Israil) adalah nama lain dari Nabi Ya’qub as.

“Tidak boleh melaknat Israel karena ‘Israil’ adalah nama Nabi Allah Ya’qub as,” ungkap seseorang dalam sebuah rekaman audio yang disebut-sebut sebagai suara al-Fawzan yang juga merupakan anggota Dewan Ulama Senior Arab Saudi, sebagaimana diberitakan Eremnews, Ahad (3/8).

“Sebagian orang mengatakan, ‘Ya Allah, laknatlah Israel’, ini berarti bahwa laknat diminta turun terhadap Ya’qub as,” lanjut suara itu sembari mengingatkan bahwa hal ini harus diketahui oleh setiap Muslim. Dia menyarankan supaya umat Islam menggunakan kalimat, “Semoga Allah melaknat Yahudi”, atau “Laknat Allah atas Yahudi,” dan bukannya menghujat “Israil”.

Fatwa ini tak pelak menimbulkan kontroversi luas di tengah warga Saudi pengguna media sosial Twitter. Mereka terbelah dalam dua kelompok pro dan kontra fatwa tersebut. Kontroversi merebak beberapa jam setelah beredar hastag “#Al-Fawzan: Jangan laknat Israel”, dan ini menjadi salah satu hastag yang paling heboh di Saudi.

Menanggapi hastag itu, seseorang dengan akun Khaled al-Mahawish menolak fatwa itu dengan memosting tulisan, “Ya Allah, musuhilah Israel, guncangkanlah mereka. Ya Allah musuhilah Yahudi, sesungguhnya amalan tergantung pada niatnya.”

Banyak akun lain yang menolak fatwa itu dengan alasan yang sama, yakni bahwa segala perbuatan bergantung pada niat pelakunya. Mereka menyatakan bahwa siapapun jelas mengetahui bahwa ketika seseorang menyebutkan kata “Israel”, apalagi di tengah krisis Gaza sekarang, jelas yang dimaksud adalah suatu negara atau rezim, bukan Nabi Ya’qub as.

Sumber: http://liputanislam.com/

Terkait Berita: