“Saya adalah pecinta ideologi dan ajaran kemanusiaan Imam Ali, dan patut
saya katakan, dengan pandangan dan keyakinan saya ini, maka saya
menganggap diri saya adalah bagian dari Syiah [pengikut] Imam Ali As.”.
Menurut Kantor Berita ABNA,
Hasan Sehhat, staff divisi kebudayaan Iran di Lebanon pada tahun
terakhir usia George Jordac, sastrawan, pemikir dan penulis Kristen
Lebanon yang menulis buku terkenal “Ali Suara Keadilan Manusia” sempat
melakukan wawancara seputar aktivitas penulisan dan kegiatan sosial yang
ia geluti.
Sebelum memulai wawancara
Hasan Sehhat menginformasikan kepada George Jordac akan sambutan yang
luar biasa rakyat Iran sebelum revolusi akan terbitnya buku “Ali Suara
Keadilan Manusia” yang ditulis penulis Kristen Lebanon tersebut.
Disebutkan pula betapa rezim Syah Pahlevi berupaya keras mencegah
penerbitan dan peredaran buku tersebut dalam bahasa Persia di Iran.
George Jordac menanggapi kabar
tersebut dengan mengatakan, “Ada dua alasan menurut saya mengapa Syah
Pahlevi melarang penyebaran buku itu di Iran dan menentangnya
habis-habisan. Pertama, karena saya menulis mengenai ciri-ciri dan
sifat-sifat pemimpin yang zalim yang ditentang oleh Imam Ali dan kesemua
ciri tersebut terdapat pada diri Syah. Dan yang kedua, karena saya
menuliskan kepribadian Imam Ali As yang sedemikian besar memberikan
perhatian dan pembelaan kepada masyarakat kecil dan kaum musthadafien
yang tertindas. Yang sifat ini tidak dimiliki oleh Syah Pahlevi. Adanya
dua alasan ini memancing pihak keamanan Negara Iran melarangnya karena
menganggap tujuan penulisan buku itu adalah menyebarkan pemikiran dan
ide-ide sosialis dan komunis di tengah-tengah masyarakat.”
“Sementara yang saya tulis
sepenuhnya hanya berkisar mengenai kehidupan Imam Ali As dan apa yang
beliau perjuangkan. Semua perbuatan dan yang diperjuangkan Imam Ali
berkaitan dengan hak-hak kemanusian dan tegaknya nilai-nilai keadilan.
Bagaimana kebesaran jiwa beliau ketika memaafkan Muljam yang telah
melalukan tindakan yang menyebabkan kematiannya, bagaimana beliau tetap
bertindak adil meskipun menjadi penyebab kemarahan musuh-musuhnya yang
kemudian mengangkat pedang untuk memeranginya, atau bagaimana beliau
sedemikian hati-hati dan amanah dalam menggunakan harta Baitul Mal dan
bagaimana dalam periode kekhalifaannya yang meskipun sangat singkat
namun telah meninggalkan warisan besar dalam dunia Islam.” Lanjutnya.
“Saya lahir di bagian selatan
Lebanon. Sewaktu sekolah di tingkat dasar saya sama sekali tidak punya
minat besar terhadap pelajaran di kelas. Begitu seterusnya sampai saya
menyelesaikan sekolah tingkat menengah. Sampai kemudian suatu hari,
kakak tertua saya membawakan kitab Nahjul Balaghah dengan maksud untuk
menyemangati saya belajar dan agar saya punya minat terhadap ilmu.
Sayapun kemudian membaca kitab tersebut, dan benar-benar membuatku
sangat tertarik untuk menelaah dan mendalaminya. Saya membaca kitab itu
berkali-kali sembari menggaris bawahi kalimat-kalimat yang menarik
hatiku.” Tambahnya lagi.
George Jordac lebih lanjut
mengatakan, “Waktu itu, meskipun telah berkali-kali membacanya, masih
banyak dari bagian Nahjul Balaghah itu yang sulit untuk saya pahami.
Saat itu saya merasa Imam Ali sedang memperhatikanku dan saya serasa
begitu dekat, sampai akhirnya saya putuskan untuk larut dalam kesibukan
melakukan penelitian terhadap periode kehidupan Imam Ali. Saya kemudian
mengumpulkan banyak kitab mengenai kehidupan Imam Ali dari Mesir dan
sejumlah Negara lainnya. Namun dari kesemua kitab-kitab itu tidak ada
satupun menurut saya yang memuat kehidupan Imam Ali secara lengkap dan
komprehensif. Hal itulah kemudian yang mendorongku untuk menghasilkan
karya sendiri mengenai biografi Imam Ali dan seluruh periode
kehidupannya. Sampai akhirnya lahirlah buku “Al-Imam Ali Shaut al-Adalat
al-Insaniyah.”
Ketika ditanyakan, dengan
sedemikian telitinya dan larut dalam penelaahan mengenai kehidupan Imam
Ali, aktivitas dan ide-idenya apakah George Jordac tetap bertahan dengan
iman Kristennya?.
George Jordac menjawab, “Saya
adalah pecinta ideologi dan ajaran kemanusiaan Imam Ali, dan patut saya
katakan, dengan pandangan dan keyakinan saya ini, maka saya menganggap
diri saya adalah bagian dari Syiah [pengikut] Imam Ali As.”
Pada Rabu [5/11], George
Jordac meninggal dunia dalam usia 84 tahun di Beirut, ibukota Lebanon.
Buku “Ali Suara Keadilan Manusia” yang telah membuatnya terkenal telah
dicetak sebanyak 5 juta jilid dalam banyak bahasa seperti Persia, Urdu,
Inggris, Perancis dan Spanyol.
Jordac menulis karyanya ini
dalam lima jilid buku yang masing-masing berjudul Ali as dan Hak Asasi
Manusia, Ali as dan Revolusi Perancis, Ali as dan Era-nya, dan Ali as
dan Kaum Arab. Sebagai lampiran buku-buku ini, ia juga menulis
Riwayat-riwayat Nahjul Balaghah.
Jenazah George Jordac setelah
melalui proses ritual keagamaan, Jumat (7/11/2014) di Gereja Ortodoks Roma di
wilayah Achrafieh , Beirut, dan dibawa ke tempat kelahirannya di
Marjeyoun, Selatan Lebanon untuk dikebumikan di pekuburan keluarga.
IRNA (6/11/2014) melaporkan,
Kedubes Iran di Lebanon, Kamis (6/11/2014) dalam pernyataannya mengucapkan
belasungkawa atas meninggalnya sastrawan, pemikir besar dan penulis
Kristen Lebanon yang melahirkan karya besar koleksi buku Imam Ali as
Suara Keadilan Manusia.
Dalam statemennya, Kedubes
Iran di Beirut menegaskan bahwa Iran layaknya Lebanon dan belahan dunia
lainnya, merasa kehilangan seorang intelektual dan sastrawan yang telah
memperkaya nilai-nilai kemanusiaan dengan sastra dan pemikiran
kreatifnya.
Kedubes Iran juga menyampaikan duka cita yang mendalam kepada rakyat Lebanon dan keluarga George Jordac.