Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Nahjul Balaghah. Show all posts
Showing posts with label Nahjul Balaghah. Show all posts

Agama dan Keteraturan Umum, Fitrah Manusia


Orang-orang berakal dan bijak tidak akan membuang dan membiarkan undang-undang yang bersumber dari hukum alam dan tidak hanya mencukupkan undang-undang buatannya sendiri. Kemestian perkara manusia memutuskan untuk tidak berpaling dari keteraturan alam sehingga terpaksa menerima resiko-resikonya.
Ayatullah Muhammad Khamenei, Direktur Institut Hikmah Islam Sadra, menulis dalam makalahnya  yang berjudul ‘Filsafat dan Keteraturan Umum’ di dalam acara peringatan filosof besar Mulla Sadra pada hari yang lalu bahwa keteraturan umum, berdasarkan sabda Imam Ali As dalam khutbah 151 Nahjul Balaghah adalah dasar pilar-pilar ketaatan, ibaratnya sebagai tali yang merajut masyarakat untuk menggapai tujuannya sendiri, jika tujuan itu digambarkan sebagai lapisan jiwanya dan lapisan-lapisan ini dijalin dan dirangkai bersama, maka tali ini akan semakin kuat dan manusia dapat menjaga dirinya dari keterjatuhan ke dalam jurang dengan berpegang kepadanya.

Menurutnya ‘keteraturan’ bermakna, menyusun segala sesuatu secara berdampingan dengan sistimatis, teratur, dan sesuai. “Dalam ungkapan lain, keteraturan adalah setiap sesuatu ditempatkan pada posisinya masing-masing, definisi ini juga diterapkan dalam makna keadilan,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, “Jika dipandang secara teliti maka definisi itu sama dengan definisi hikmah dan sejatinya hikmah adalah menguatkan sesuatu dan setiap pilar, dasar, cabang ditempatkan pada posisinya masing-masing.”

Menurutnya kata ‘umum’ berarti tidak terkhusus kepada individu, kelompok, dan suku tertentu melainkan mencakup semua individu, oleh karena itu ‘keteraturan umum’ bermakna suatu keteraturan yang meliputi seluruh individu dan karena dalam bidang hukum tertera bahwa setiap undang-undang mencakup seluruh individu masyarakat untuk keberlangsungan kehidupannya masing-masing.

Mengenai urgensi keteraturan umum ini, ia menegaskan, “Tanpa keteraturan, yang akan muncul adalah kekacauan dan anarkis, dan hal ini buruk bagi semua individu. Di samping keteraturan hukum, kita juga memiliki keteraturan umum alam yang berlangsung di alam eksistensi. Keteraturan di alam ini bersifat alami dan hakiki yang Sang Pencipta alam yang Mahaesa dan Mahatunggal telah mencipta suatu kemajemukan yang teratur dan berhubungan satu sama lain serta saling mempengaruhi dan dipengaruhi, inilah keteraturan hakiki itu.”

Apakah keteraturan hukum dapat dikaitkan dengan keteraturan alam? Ia menjelaskan bahwa Sang Pencipta alam mewujudkan keteraturan hakiki untuk sistem keteraturan kehidupan manusia, Dia mengetahui manusia memerlukan suatu keteraturan, karenanya Dia mengirimkannya yang kemudian kita namakan sebagai agama yang mencakup seluruh persoalan hukum, kewajiban, dan hak manusia serta ibadah. Agama ini dapat menjamin kemakmuran, kebaikan, dan kebahagiaan manusia yang al-Quran mengistilahkannya sebagai fitrah.

“Hubungan antara keteraturan hukum dan keteraturan hakiki (alam) seperti kaitan antara hikmah teoritis dan hikmah praktis,” tandasnya. Dan ia menambahkan bahwa hikmah teoritis adalah rangkaian pandangan-pandangan, perspektif-perspektif, dan pengetahuan-pengetahuan tentang hakikat alam, oleh karena itu pengetahuan tentang hakikat-hakikat inilah yang menyingkap bahwa keteraturan adalah fitrah manusia yang diinginkannya secara hakiki dan mendasar, dari sinilah kemudian muncul akhlak, pengaturan keluarga, pengaturan masyarakat, dan politik sipil (madani). Dan apabila hikmah teoritis itu tidak ada maka hikmah praktis pun tiada.

“Dengan demikian, keteraturan hukum dan sosial secara umum harus bersumber dari keteraturan alam dan pertentangannya dengan keteraturan umum di dalam masyarakat manusia akan mewujudkan kekacauan dan kerusakan, sebagaimana jika keteraturan di alam sudah sirna maka hancurlah alam. Mewujudkan keteraturan umum di dalam masyarakat berangkat dari kaidah alam. Manusia tidak dipaksa mengikuti suatu keteraturan (agama) yang akan menyampaikannya kepada tujuannya sebagaimana makhluk lainnya, melainkan diberikan dan ditunjukkan jalan (agama) dan diberikan kebebasan untuk menitinya. Orang-orang yang berakal niscaya menerima dan mengikutinya secara sukarela,” tegasnya.

(Shabestan)

Wahabi dan kelompok takfiri hakikatnya adalah musuh Ahlul Bait karena berusaha menghentikan laju dakwah Syiah

Wahabi dan kelompok takfiri hakikatnya adalah musuh Ahlul Bait. Mereka menggunakan semua kemampuan yang mereka punya, baik secara materi maupun fisik untuk menghentikan laju dakwah Syiah yang semakin tidak bisa terbendung belakangan ini.

Wasiat Imam Ali bagi Umat Islam

“Putraku Hasan! Engkau dan seluruh anakku serta seluruh yatim dan orang yang menerima pesan ini, aku memberikan wasiat kepada kalian: Bertakwalah kepada Allah Swt dan jangan melupakannya. Berusahalah mempertahankannya hingga kematian menjemputmu. Kalian seluruhnya bersama-sama bersandar pada tali Allah. Bersatulah dalam keimanan dan jangan bercerai-berai. RasulullahSaw bersabda, ‘Mendamaikan sesama manusia lebih utama dari shalat dan puasa tanpa henti. Dan sesuatu yang dikecam dan ditolak dalam agama adalah kerusakan dan perpecahan,”.


Penulis terkemuka Lebanon, Khalil Gibran berkata, “Ali bin Abi Thalib syahid dengan keagungannya.Ia meninggal ketika menunaikan shalat dan hatinya dipenuhi kecintaan kepada Tuhan.” Bahkan di akhir hayatnya pun Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib masih menyebarkan kebenaran ajaran Islam. Dalam wasiat yang disampaikan kepada putranya Imam Hasan, Imam Ali berkata,“Putraku Hasan! Engkau dan seluruh anakku serta seluruh yatim dan orang yang menerima pesan ini, aku memberikan wasiat kepada kalian: Bertakwalah kepada Allah Swt dan jangan melupakannya. Berusahalah mempertahankannya hingga kematian menjemputmu. Kalian seluruhnya bersama-sama bersandar pada tali Allah. Bersatulah dalam keimanan dan jangan bercerai-berai. RasulullahSaw bersabda, ‘Mendamaikan sesama manusia lebih utama dari shalat dan puasa tanpa henti. Dan sesuatu yang dikecam dan ditolak dalam agama adalah kerusakan dan perpecahan,”.

Terkait penafsiran dari wasiat Imam Ali ini, Ayatullah Makarim Shirazi menulis, “Sejak awal wasiat ini, Imam Ali menegaskan keutamaan bertakwa kepada Allah yang merupakan jalan keselamatan selamanya bagi manusia dalam perjalanan menuju akhirat, dan ukuran bagi keutamaan manusia di sisi Allah Swt. Kemudian, Imam Ali dalam wasiatnya menyinggung seluruh sistem keamanan sosial, ekonomi, politik dan ibadah serta urusan yang berkaitan dengan keluarga serta pendidikan dan pengajaran. Keabadiaan alam semesta ini ditentukan oleh sistem yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Setiap masyarakat yang tidak memilikinya, maka akan hancur dan setiap manusia yang memilih jalan di luar yang ditetapkan maka tidak akan sampai kepada tujuannya, meskipun memiliki potensi yang tinggi dan fasilitas yang besar.”

Berkaitan dengan wasiat Imam Ali bahwa mendamaikan sesama manusia lebih tinggi dari shalat dan puasa, hal ini menunjukkan perhatian besar Islam terhadap masalah kemanusiaan dan perdamaian. Islam sangat mengutamakan persatuan dan  membenci permusuhan. Terkait hal ini Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada seorang pun, setelah menjalankan kewajibannya, yang melakukan perbuatan lebih utama dari pada mendamaikan sesama manusia, “.

Kelanjutan pesan Imam Ali ini mengenai masalah penting seperti masalah sosial, ubudiyah serta akhlak, dan sebagiannya dimulai dengan penegasan kalimat “Allah, Allah” yang menunjukkan betapa pentingnya masalah tersebut. Imam Ali juga menegaskan perhatian terhadap yatim. Beliau bersabda, “Allah, Allah! Kalian harus memperhatikan hak yatim, jangan sampai mereka kelaparan dan terhina di hadapanmu.”

Agama Islam sangat menekankan perhatian terhadap hak yatim dan orang-orang yang tertindas dan membutuhkan pertolongan.Dalam kitab al-Kafi disebutkan, “Suatu hari seseorang memberikan hadiah madu dan buah tin kepada Imam Ali. Kemudian Amirul Mukminin memerintahkan anak-anak yatim hadir. Lalu beliau menyuapkan madu itu dengan jarinya kepada anak yatim itu satu persatu. Seseorang bertanya kepada Imam Ali, ‘Mengapa bukan mereka sendiri yang melakukannya?’. Imam Ali menjawab, “Ali adalah ayah anak-anak yatim. Aku menyuapkan madu ini kepada mereka seperti halnya para ayah menyuapi anak-anaknya.”

Mengenai dengan hak tetangga, Imam Ali dalam wasiatnya berkata, “Allah, Allah! Kalian harus berbuat baik kepada para tetangga.Sebab Rasulullah memerintahkan kita untuk bersikap baik terhadap mereka. Saking pentinya berbuat baik kepada tetangga, bahkan Rasulullah bersabda [seolah] kita saling mewarisi dengan para tetangga,”. Tetangga memiliki penghormatan tinggi dalam Islam, sebab agama Islam memiliki perhatian terhadap masalah sosial. Keluarga, kerabat, tetangga dan masyarakat, masing-masing memiliki kedudukan khusus dalam agama samawi ini.

Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali berkata, “Allah, Allah. Kalian jangan melupakan hukum al-Quran, dan jangan sampai orang lain lebih dahulu menjalankannya dari pada kalian.” Terkait wasiat ini, Ayatullah Makarim Shirazi menulis, “Perkataan ini menegaskan bahwa kita jangan sampai hanya cukup dengan membaca al-Quran disertai tajwidnya saja dan melupakan isinya, sedangkan non-Muslim justru mengamalkan isinya. Misalnya mengenai jual beli di pasar, al-Quran memerintahkan untuk jujur dan amanah, tapi kalian melanggarnya. Mereka menuntut berbagai ilmu pengetahuan dan terorganisir mengikuti sistem yang berlaku, tapi kalian tidak memperdulikannya dan akan tertinggal,”. Amat disayangkan berbagai masalah tersebut justru menimpa umat Islam dewasa ini.

Mengenai shalat, Imam Ali dalam wasiatnya berkata, “Allah, Allah. Dirikanlah shalat, karena shalat merupakan tiang agama.”Shalat menjadikan manusia terhubungan dengan Allah dan mengingat-Nya. Shalat juga menghidupkan spirit takwa. Oleh karena itu, shalat menjauhkan manusia dari kerusakan dan kemunkaran. Untuk sebabnya shalat disebut sebagai tiang agama. Sebaliknya meninggalkan shalat  akan “melupakan Tuhan”, dan orang yang melupakan Tuhan cenderung mudah untuk melakukan dosa dan kemaksiatan.

Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali juga menyinggung mengenai haji. Beliau berkata, “Allah, Allah!. Mengenai Kabah, baitullah, jangan sampai kalian meninggalkanya dan kesempatan tidak akan diberikan lagi, dan orang lain akan menggantikanmu.” Masalah ini bukan hanya memiliki dimensi ubudiyah semata tapi lebih luas dalam aspek sosial dan politik. Salah seorang perdana menteri Inggris di akhir abad 19 bernama William Gladstone berkata, “Kaum Muslim membaca al-Quran dan bertawaf di Baitullah. Nama Muhammad dikumandangkan setiap pagi dan sore oleh muadzin, maka Kristen menghadapi ancaman besar. Untuk itu kalian harus membakar al-Quran dan merusak Kabah serta menghapus nama Muhammad dari azan, “.Ucapan orang-orang yang memusuhi Islam seperti William Gladstone ini menunjukkan pentingnya al-Quran, shalat dan haji serta nama Nabi Muhammad Saw yang harus dijaga oleh umat Islam.

Imam Ali dalam wasiat lainnya berkata, “Allah, Allah! Kalian jangan mengabaikan jihad dengan harta, jiwa dan lisanmu di jalan Allah”. Maksud jihad dengan jiwa adalah maju ke medan perang demi membela Islam dan negara-negara Islam dari serangan musuh. Sedangkan jihad dengan harta adalah memberikan bantuan finansial untuk membantu pasukan Muslim, dan dalam konteks kekinian adalah penggunaan media massa. Tapi perlu diperhatikan bahwa penyalahgunaan kata jihad untuk menciptakan perpecahan di tengah umat Islam dan pembantaian terhadap Muslim maupun menunjukkan wajah buruk Islam seperti kejahatan anti-kemanusiaan yang dilakukan kelompok-kelompok takfiri seperti ISIS berbeda dengan makna Jihad sebenarnya dalam Islam.

Masalah ikatan persahabatan dan kasih sayang juga memiliki kedudukan khusus dalam Islam. Menurut Imam shadiq, ketika dua orang Muslim bermusuhan, maka setan bersuka cita, tapi ketika mereka berdamai, setan tidak berdaya. Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali memberikan nasehat supaya umat Islam jangan  sampai meninggalkan Amr Maruf dan Nahi Munkar. Beliau berkata, “Amr maruf dan nahi Munkar jangan sampai ditinggalkan, sebab kejahatan akan menguasai kalian dan ketika berdoa tidak akan terkabul,”. Sejumlah riwayat menjelaskan bahwa salah satu penyebab doa tidak terkabul disebabkan mengabaikan Amr Maruf dan Nahi Munkar.

Di akhir kata, wasiat mulia Imam Ali bagi umat Islam ini menunjukkan hakikat keagungan beliau sebagai Amirul Mukminin. Harus diakui, jika wasiat Imam Ali ini dijalankan dengan baik oleh kaum Muslimin saat ini, maka umat Islam akan hidup mulia di dunia dan akhirat. Tapi amat disayangkan, wasiat yang diucapkan Imam Ali menjelang kesyahidannya itu tidak diperdulikan oleh umat Islam.Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.


Ayatullah al-Uzhma Nuri Hamadani dalam pertemuannya dengan anggota Komite Penyiaran program siaran keagamaan dan dakwah stasiun TV Ahlul Bait As sabru pagi [3/1] di kantor pribadinya mengatakan, “Pekerjaan kalian betapa sangat mulia, penting dan insya Allah sangat bermanfaat bagi umat.”

Ulama marja taklid tersebut selanjutnya menambahkan, “Pemimpin keagamaan kita, yaitu para Maksumin As adalah pribadi-pribadi yang maksum, yang dengan itu setiap perkataan dan perbuatannya adalah hujjah bagi para pengikutnya. Yang itu mencakup dua dimensi, material dan spiritual. Dua dimensi ini dibagi lagi dalam 10 unsur yaitu: aqidah, ibadah, akhlak, masalah ekonomi, kebudayaan, kewarganegaraan, politik, masalah hukum, peradilan, dan masalah jihad atau pertahanan.”

“Pekerjaan kalian sangat luas cakupannya, ketika tema yang kalian bahas mengenai kehidupan Nabi Saw dan para Aimmah As, karena kehidupan para Maksumin As tersebut mencakup kesemua sisi yang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannya.” tambahnya lagi.

“Diantara tema penting yang harus lebih banyak mendapat perhatian dan program yang lebih dikedepankan adalah membangun semangat persatuan Islam. Sebab mempersatukan umat adalah diantara pekerjaan Nabi yang paling penting. Beliau menyatukan kaum Arab yang sebelumnya terjadi perang dan saling bantai antar kabilah. Demikian pula setiap langkah dari Ahlul Bait adalah dalam rangka mewujudkan umat yang penuh kedamaian. Imam Shadiq As diriwayatkan senantiasa memberikan bantuan kepada kaum fakir, meskipun ia bukan syiah dan pengikut Ahlul Bait As.” lanjut ulama besar Iran ini.

Ayatullah al-Uzhma Nuri Hamadni kembai melanjutkan, “Tema yang berkenaan dengan Ahlul Bait tidak ada habis-habisnya, bisa digali dari Al-Qur’an, Nahjul Balaghah dan Sahifah Sajjadiyah. Meskipun ini memiliki tema yang sangat luas dan beragam, bukan berarti mudah untuk dilakukan. Kalian harus tetap mampu menampilkan tayangan yang sebaik mungkin, dan menggunakan riwayat-riwayat dan penukilan yang paling valid dan diterima secara masyhur dikalangan ulama dan sejarahwan.”

“Pasca Revolusi Islam Iran, pihak musuh senantiasa berupaya keras untuk memadamkan semangat kebangkitan itu. Termasuk mencegahnya agar tidak menular dan mempengaruhi Negara-negara lain. Saya mendapat kabar, 30 warga Syiah Mesir, ditangkap oleh pemerintah dengan alasan, pergi ke Karbala pada saat Arbain tahun ini secara illegal.” lanjutnya.

“Inilah diantara upaya mereka, yang menunjukkan betapa mereka khawatir dengan ajaran Ahlul Bait. Wahabi dan kelompok takfiri hakikatnya adalah musuh Ahlul Bait. Mereka menggunakan semua kemampuan yang mereka punya, baik secara materi maupun fisik untuk menghentikan laju dakwah Syiah yang semakin tidak bisa terbendung belakangan ini. Mereka tidak hanya melakukan agresi secara militer namun juga perang pemikiran, dan tugas kalianlah diantaranya memberikan pemahaman dan pengenalan yang sesungguhnya kepada masyarakat luas akan konspirasi ini. Semoga yang kalian lakukan, selalu meningkat dalam keadaan yang lebih baik.” pesannya.


“Takfiri merupakan sebuah musibah dan penyakit yang muncul dalam masyarakat Islam. Jadi sebagaimana penyakit pada umumnya, maka takfiri juga membutuhkan penyembuhan termasuk pencegahan.”

Ayatullah Ja’far Subhani dalam mejelis penutupan Kongres Gerakan Ekstremisme dan Takfiri Dalam Pandangan Ulama Islam berkata, “Sebagian karya ditulis untuk mendukung kemunculan Takfiri. Kita juga mendengar ucapan mereka yang semua ini cenderung ke arah Takfiri, yang mana para hadirin yang terhormati melalui forum ini telah menyampaikan pengecaman dan mengutuknya. Masing-masing percaya bahwa Allah Swt tidak ridha dengan apa yang mereka lakukan. Para ulama fikih Islam juga mempunyai bukti tentang adanya konspiarsi ini. Mereka meyakini, bahwa melalui pengadilan syariat saja seseorang dapat diklasifikasikan dan divonis kafir.”

Setelah itu beliau menyampaikan sambutan dalam bahasa Arab dengan menyatakan masalah Takfiri merupakan sebuah urusan yang dikecam sepenuhnya dalam Islam dan tidak mendapatkan tempat dan hujjah oleh nash-nash syariat, “Takfiri merupakan sebuah musibah dan penyakit yang muncul dalam masyarakat Islam. Jadi sebagaimana penyakit pada umumnya, maka takfiri juga membutuhkan penyembuhan termasuk pencegahan.”

Ayatullah Subhani kemudian menceritakan beberapa perkara penting sebagai jalan penyelesaian krisis Takfiri yaitu tidak cukup dengan hanya menulis artikel dan mengeluarkan fatwa, “Kita perlu menyediakan langkah-langkah strategis untuk mencabut akar persoalan ini; oleh karena itu, diusulkan untuk membuat membuat rencana-rencana alternatif untuk menghadapi gerakan takfiri.”

Beliau juga menganggap tindakan menyadarkan masyarakat di negara-negara Islam melalui media dan minbar-minbar masjid tentang bahaya gerakan dan pemahaman Takfiri merupakan langkah strategis yang cukup mampan demi menghadapi masalah Takfiri, “Sekiranya terdapat kemungkaran dalam masyarakat, maka kita perlu berdiri menghadapinya. Hari ini pengkafiran atas ahli kiblat yang juga menunaikan ibadah shalat dan haji terkategori sebagai kemungkaran yang paling besar. Bahkan lebih dari itu, dengan dalih kafir, mereka berlaku kejam atas saudara seagama. Mereka membantai dan bertindak dengan tidak berprikemanusiaan. Ini disebabkan kesalah pahaman atas nash-nash agama, yang justru memberi keuntungan kepada pihak musuh.”

Ulama besar yang juga marja taklid terkenal di kota Qom ini kembali berkata, memperkenalkan ajaran Islam yang sebenarnya adalah langkah strategis kedua, yaitu Islam yang ramah dan pemberi rahmat sesuai dengan tuntunan Nabi Saw. “Ajaran Islam yang sesungguhnya adalah menyeru kepada ajakan yang memanusiakan manusia, untuk lebih mengutamakan persaudaraan dan keharmonisan antara kalangan masyarakat Islam.Anjuran untuk saling memuliakan bukan hanya untuk sesama muslim, namun juga untuk penganut agama lain. Berdasarkan ajaran Islam ini, maka secara tegas dikatakan, darah umat Islam haram hukumnya untuk ditumpahkan. Namun takfiri dan gerakannya telah menodai ajaran Islam ini, dengan menggunakan simbol-simbol Islam mereka memperkenalkan kemasyarakat dunia bahwa Islam adalah ajaran teror dan penuh kekerasan.”

Ayatullah Subhani turut menerangkan beberapa langkah efektif lain dalam menangani kemelut yang diciptakan kelompok takfiri, “Demi merealisasikan misi tersebut, pertemuan-pertemuan seperti ini perlu diteruskan dan digalakkan. Pertemuan yang dilakukan hendaklah lahir dari keinginan dan tekad kuat bersama untuk menyelesaikan persoalan ini. Sehingga yang hadir di pertemuan seperti ini, ketika kembali ketengah-tengah masyarakatnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Umat Islam tidak boleh dibiarkan lalai dari persoalan, mereka tidak boleh dibiarkan buta dengan kondisi dunia Islam hari ini. Ulama-ulama Islamlah yang paling bertanggungjawab untuk mengakhiri episode tragis umat Islam.”

Mengenai langkah strategis keempat, Ayatullah Subhani berkata, “”Tidak diragukan lagi, di kalangan umat Islam ada perbedaan pandangan dalam bidang fikih termasuk sejumah entri dari bahasan akidah, dan masing-masing pandangan memiliki hujjah yang kuat. Namun sekiranya kita ingin mengenali sebuah mazhab, hendaklah kita melihat sumber-sumber asli yang dipegang mazhab tersebut yaitu berdasarkan apa yang dijelaskan oleh ulamanya. Salah satu argumen yang menjadi jurang pemisah adalah kita tidak melihat sumber asli mazhab tersebut dan bagaimana ulama yang paling berwenang dalam hal tersebut menjelaskannya.”

“Langkah selanjutnya, adalah membersihkan silabus materi pelajaran Islam disekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan yang mengandung unsur-unsur pemahaman takfiri, seperti pandangan yang menyebutkan bertawassul kepada para Nabi hukumnya syirik, berziarah kubur haram hukumnya dan sebagainya. Tidak dapat dipungkiri, materi Islam yang diajarkan sekolah memberikan pengaruh besar terhadap generasi muda Islam. Kita tidak bisa pungkiri, adanya peran agen-agen Barat dalam penyusunan materi-materi kurikulum pelajaran Islam di sekolah-sekolah. Dan ini harus mendapatkan langkah antisipasi yang sifatnya segera dan mendesak.” tambahnya lagi.
Ayatullah Subhani menambahkan, “Akar dari pemahaman takfiri adalah kesalahan dalam memaknai kufir, tauhid, syirik dan bid’ah. Ini yang harus diluruskan.”

Di ujung penyampaiannya, Ayatullah Ja’far Subhani berkata, “Hal yang sangat mengherankan adalah sikap Barat yang bermuka dua. Disatu sisi mereka mengecam aksi terorisme dan menyebutnya sebagai aksi yang menciderai Islam, namun disaat yang sama mereka memberikan dukungan bahkan membiayai gerakan-gerakan terorisme di Negara-negara lain.”

“Kepada Allah Swt jualah akhirnya kita memohon agar para hadirin dalam konferensi ini senantiasa mendapatkan kesehatan dan keselamatan sehingga dapat menjalankan amanah-amanah dari pertemuan ini.” tutupnya.

Konferensi Internasional Gerakan Ekstremisme Dan Takfiri dalam Pandangan Ulama Islam telah terselenggara selama dua hari di kota Qom pada 23 dan 24 November lalu yang diprakarsai Ayatullah Makarim Syirazi dan Ayatullah Ja’far Subhani dengan kerjasama  Majma’ Jahani Ahlul Bait, Jamiatul Mustafa al-Alamiyah dan lembaga-lembaga Islam lainnya dengan tujuan membincangkan akar krisis Takfiri serta mencari jalan penyelesaiannya. Konferensi ini setidaknya dihadiri kurang lebih 350 ulama Sunni dan Syiah yang mewakili 80 negara.

Setan dalam Al-Qur’an


Ada satu makhluk yang selalu menyertai manusia. Dia adalah musuh paling berbahaya. Dia menyimpan dendam pada seluruh anak Adam. Dendam yang tak pernah terbalaskan.

Kita semua tau, dia adalah setan. Dia tidak pernah lepas dari manusia tapi kita sering melupakannya. Dia selalu berusaha menjerumuskan anak Adam namun kita kurang mengenalnya. Kita jarang membicarakan musuh yang satu ini padahal dia lah yang paling bersemangat menghancurkan kita.
Para Ahli Tafsir menyebutkan bahwa Allah swt menyebut kata Syaiton (dalam bentuk mufrod dan jama’) sebanyak 88 kali. Dan kata iblis disebut sebanyak 11 kali. Allah selalu mengingatkan karena Iblis adalah musuh Adam dan musuh seluruh keturunan Adam sampai hari kiamat. Musuh yang harus selalu diwaspadai.

Ketika Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud pada Adam, semua malaikat bersujud kecuali Iblis.

فَسَجَدَ الْمَلآئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ -٣٠- إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى أَن يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ -٣١-

“Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali Iblis. Ia enggan ikut bersama-sama para (malaikat) yang sujud itu.”
(Al-Hijr 30-31)

Semenjak itulah dimulai peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Namun apakah Iblis itu termasuk malaikat sehingga termasuk yang mendapat perintah sujud kepada Nabi Adam as?
Iblis bukanlah dari golongan malaikat, tapi mereka hidup bertaun-taun bersama malaikat. Beribadah bersama mereka hingga disebut burung meraknya para malaikat. Karena banyaknya ibadah mereka kepada Allah. Bahkan dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali bin Abi tholib pernah menyebutkan bahwa Iblis pernah solat selama 6000 tahun.

Karena itu, ketika malaikat mendapat perintah sujud kepada Nabi Adam, iblis pun termasuk didalam perintah itu. Karena ia selalu bersama malaikat. Jika malaikat saja mendapat perintah apalagi iblis yang derajatnya dibawah malaikat. Buktinya adalah ketika Allah menegur iblis karena tidak menuruti perintah-Nya.

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ-١٢-

(Allah) Berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku Menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau Ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau Ciptakan dari tanah.”
|(Al-A’raf 12)

 ⇒ Makna kata Iblis dan Setan
Secara bahasa, Iblis berasal dari kata ablasa yang artinya putus asa dan menyesal. Saat dia mendapat kutukan dari Allah, saat itu pula dia telah putus asa dari rahmat Allah. Dia juga menyesal tapi bukan menyesali kesalahannya. Dia menyesal karena Allah menciptakan Adam yang membuatnya mendapat kutukan Allah swt.

Sementara kata Syaiton (atau dalam bahasa indonesia “setan”) berasal dari kata Syatona yanga artinya jauh. Karena dia jauh dari rahmat Allah swt.

Menurut istilah, syaiton adalah setiap makhluk yang melanggar hukum Allah dan melampaui batas ketentuan Allah swt. Baik dari bangsa jin atau manusia. Dan segala sesuatu berupa kejelekan dan keburukan dinisbatkan kepadanya.

 

 ⇒ Tercipta dari apakah setan itu?

Setan itu termasuk dari golongan jin. Allah berfirman,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ -٥٠-

“Dan (ingatlah) ketika Kami Berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhan-nya.”
(Al-Kahfi 50)

Iblis itu adalah setan. Dan dia lah yang pertama menolak untuk sujud kepada Nabi Adam as. Dia telah putus asa dari rahmat Allah dan jauh dari kasih sayang-Nya, karena itu disebut setan. Dan golongan jin itu diciptakan dari api.

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ -١٥-

“Dan Dia Menciptakan jin dari nyala api tanpa asap.”
(Ar-Rahman 15)

وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ -٢٧-

“Dan Kami telah Menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
(Al-Hijr 27)

Iblis dan setan-setan yang lain termasukd dari golongan jin. Kenapa jin itu dinamakan jin? Karena mereka tersembunyi dari kita.

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ -٢٧-

“Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”
(Al-A’raf 27)

Kata jin itu bermakna tersembunyi. Apa yang tersembunyi dalam perut ibu misalnya, disebut Janin dalam bahasa arab. Semua itu berawal dari kalimat Janna yang bermakna sembunyi.

Pendapat lain menyebutkan bahwa setan pertama tercipta dari api tapi keturunannya belum tentu. Seperti manusia pertama diciptakan dari tanah tapi keturunannya tercipta dari air sperma. Namun Al-Qur’an tidak menjelaskan hal itu. Hanya saja, Al-Qur’an dengan jelas menyebutkan bahwa mereka memiliki keturunan yang lebih banyak dari manusia.

 ⇒ Mengapa Allah ciptakan setan?

Mungkin kita akan bertanya kenapa Allah menciptakan setan? Andaikan setan itu tidak tercipta, manusia akan aman dan damai tanpa pengganggu.

Pertama, tidak ada ciptaan Allah yang buruk. Seluruh ciptaan-Nya selalu yang terbaik. Tidak ada yang keluar dari Allah kecuali yang terindah.

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ -٧-

“Yang Memperindah segala sesuatu yang Dia Ciptakan”
(As-Sajdah 7)

Termasuk ciptaan Allah yang bernama setan. Pada awalnya dia adalah ciptaan yang indah seperti makhluk yang lain. Tampak kebesaran Allah pada dirinya. Beribu taun dia beribadah. Namun ketika Adam tercipta, dia sombong dan berpaling. Dan dia pun menjadi makhluk terkutuk karena perbuatannya. Bukan karena asal ciptaannya.

Kedua, Allah ciptakan manusia dan jin untuk beribadah. Karena itu Allah jadikan dunia ini tempat ujian. Ada perintah yang dibaliknya berbonus pahala, ada larangan yang dibaliknya ada ancaman siksa.

Manusia dan seluruh makhluk yang diberi taklif (termasuk jin), diberi kemampuan untuk taat dan kemampuan untuk bermaksiat. Mereka mampu melakukan keduanya dan Allah memberi mereka kebebasan untuk memilih.

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ -١٠-

“Dan Kami telah Menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan).”
(Al-Balad 10)

Di dunia ini, jika tidak ada makhluk seperti setan maka tidak akan dikenal yang bernama ketaatan. Ketika ada panas maka dingin mulai dikenal. Ketika ada pelanggaran maka ketaatan mulai tampak.
Ketiga, setelah setan melanggar, Allah swt memberinya kemampuan untuk “mengajak” manusia, bukan “memaksa”. Mereka yang tertipu dengan rayuan setan akan ikut bersamanya. Namun Allah telah menurunkan para nabi, memberi kita fitrah untuk mencari kebenaran dan memberi akal sehat untuk selalu mengingatkan kita bahwa setan adalah musuh. Tinggal sekarang, pilihan ada ditangan kita.

 ⇒ Nama-nama setan

Dalam Al-Qur’an, ada beberapa nama untuk setan. Yang pertama Iblis, setan, was was (karena selalu membisikkan kejahatan), Khonnas (yang bersembunyi) dan Safih (dungu) seperti Firman Allah swt ketika mengutip perkataan jin yang berkomentar tentang setan,

وَأَنَّهُ كَانَ يَقُولُ سَفِيهُنَا عَلَى اللَّهِ شَطَطاً -٤-

“Dan sesungguhnya orang yang bodoh di antara kami dahulu selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.”
(Al-Jin 4)
Sementara dalam riwayat, nama-nama setan adalah azazil, thowusul malaikat (burung meraknya malaikat ketika masih belum berpaling), abu murroh, al-muhlik (yang membinasakan), al-hobits (yang busuk) dan al-hawiyah.

 ⇒ Musuh yang Nyata

Al-Qur’an berulang kali menjelaskan bahwa setan adalah musuh manusia. Dia adalah musuh yang nyata. Selalu berusaha menghancurkan kehidupan anak Adam. Allah mengulangnya berkali-kali agar manusia sadar dan waspada untuk tidak mengikuti ajakannya.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ -٥-

“Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”
(Yusuf 5)

إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوّاً مُّبِيناً -٥٣-

“Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
(Al-Isra’ 53)

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً -٦-

“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh.”
(Fathir 6)

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ -٦٠-

“Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu”
(Yasin 60)

 ⇒ Apa yang diserukan oleh Setan?

Apa yang diserukan setan sehingga lebih banyak dari anak Adam yang mengikutinya dari pada mengikuti Allah swt?
Allah berfirman,
   » Setan mengajak manusia untuk berbuat keji.

إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاء وَأَن تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ -١٦٩-

“Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.”
(Al-Baqarah 169)
   » Menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan.
Manusia paling takut dengan kemiskinan, melalui selah ini setan mengambil kesempatan untuk menakut-nakuti manusia agar dia menghalalkan segala cara untuk lepas dari kemiskinan. Dengan cara ini juga setan mengajak manusia untuk kikir dan menimbun hartanya.

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء -٢٦٨-

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir).”
(Al-Baqarah 268)
  
   » Janji palsu dan Angan-angan kosong.

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلاَّ غُرُوراً -١٢٠-

“(Setan itu) memberikan janji- janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.”
(An-Nisa’ 120)
  
   » Menciptakan kebencian dan permusuhan.

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللّهِ وَعَنِ الصَّلاَةِ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ -٩١-

“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat maka tidakkah kamu mau berhenti?”
(Al-Ma’idah 91)

Setan punya cara-cara khusus untuk melancarkan tipu dayanya. Bagaimanakah cara itu?
Kita harus mengenali trik-trik setan agar tidak tertipu dengan strategi yang mereka lakukan.
Bagaimana cara agar lolos dari rayuannya?

Setan memiliki trik khusus untuk merayu manusia. Dia termasuk penyabar dalam usahanya menggelincirkan manusia. Selain itu, dia juga memiliki bala tentara. Jika kita tidak mengenal pasukan setan, kita akan mudah terjebak dalam tipu dayanya. Rasulullah saw bersabda,

“Tidak ada pasukan Iblis yang lebih dahsyat daripada wanita dan kemarahan.”

Salah satu pasukan Iblis yang disebut Rasulullah paling berbahaya adalah wanita dan kemarahan. Tapi bukan semua wanita, karena kita tidak ingin mendzolimi kaum hawa. Yang dimaksud Rasulullah saw adalah wanita yang mau dikuasai oleh setan hingga menjadi pasukannya. Jika seorang wanita telah menjadi pasukan setan, maka dia akan menjadi senjata paling dahsyat untuk menyesatkan manusia.

Begitupula dengan kemarahan. Rasulullah saw bersabda,

“Hati-hatilah dengan kemarahan karena ia adalah pasukan terbesar dari bala tentara iblis”

Karenanya, kita dianjurkan berwudhu ketika marah karena dalam kemarahan itu ada setan. Sementara setan itu dari api. Dan untuk memadamkan api itu kita menggunakan air wudhu’.

  ♦ Titik Serangan Setan

Setan selalu berusaha menggoda manusia. Dia mengganggu manusia dari segala penjuru. Depan,belakang,kanan dan kiri. Semua ia lakukan untuk membalaskan dendamnya kepada Nabi Adam as. Ketika dia berkata dalam Al-Qur’an,

ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ -١٧-

“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
(Al-A’raf 17)

Hanya sisi atas dan bawah yang tidak bisa ditembus setan karena sisi itu adalah hubungan antara hamba dengan tuhannya ketika bermunajat dan bersujud. Bukan hanya dari semua penjuru, setan juga masuk kedalam kehidupan manusia. Dalm harta dan anak-anak mereka. Bahkan ketika suami istri berhubungan tanpa menyebut nama Allah, setan hadir disitu.

وَشَارِكْهُمْ فِي الأَمْوَالِ وَالأَوْلادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلاَّ غُرُوراً -٦٤-

“Dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka.” Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.
(Al-Isra’ 64)

  ♦  Tahapan Penyesatan Setan

Setan bukan tipe makhluk yang terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Dia bersabar melakukan berbagai tahapan agar manusia benar-benar terseret untuk mengikutinya. Karena itu, Allah swt tidak langsung melarang kita untuk mengikuti setan. Namun melarang kita untuk mengikuti langkah-langkahnya.

وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ -١٦٨-

“Dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.”
(Al-Baqarah 168)
Setan memiliki tahapan dalam mengajak manusia menjadi pengikut setianya. Perlahan tapi pasti dia merekrut manusia sebanyak-banyaknya agar bernasib sama dengannya. Berikut ini tahapan setan dalam menggoda manusia.

    ⊗ Waswasah

Tahap pertama adalah al-waswasah atau bisikan. Dalam bahasa arab, waswas itu juga memiliki arti suara gemericik emas dan perak. Artinya, bisikan setan itu disenangi manusia karena terlihat indah dan nikmat.

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ -٥-

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia”
(An-Nas 5)

Cara membedakan antara bisikan setan dan bisikan yang lain sangatlah mudah. Caranya dengan mengukur apakah bisikan itu mengajak untuk melanggar ketentuan Allah atau tidak. Walau terlihat indah, jika bisikan itu mengajak kita melewati batas larangan Allah maka itu pasti bisikan setan.
Waswas yang dimaksud bukanlah penyakit yang menimpa orang peragu. Yang menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berwudhu. Yang ketakutan dengan najis hingga membasuh berulang kali. Walau sebenarnya keraguan ini murni ulah setan.

   ⊗ Hamazah

Tahap kedua ini mirip dengan yang pertama. Masih berupa bisikan untuk menggoda dan merayu manusia.

وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ -٩٧-

“Dan katakanlah, “Ya Tuhan-ku, aku berlin-dung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan”
(Al-Mukminun 97)

   ⊗ An-Nasghuh

Dalam bahasa arah nasghoh adalah masuk diantara 2 sesuatu untuk merusaknya. Ini adalah tahapan selanjutnya setelah bisikan-bisikan kejahatan.
Mungkin kita memiliki teman akrab yang sering kita temui. Tapi suatu saat ada perasaan buruk bahwa selama ini teman itu pura-pura baik. Dia sebenarnya tidak suka kepada kita dan bermacam perasaan buruk lainnya.
Al-Qur’an mencontohkan kisah Nabi Yusuf as, ketika beliau menceritakan apa yang dilakukan saudaranya kepadanya.

مِن بَعْدِ أَن نَّزغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي -١٠٠-

“Setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku.”
(Yusuf 100)
Dalam ayat lain Allah berfirman,

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ -٥٣-

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka.”
(Al-Isra’ 53)

Terkadang kita sering suudzon dengan teman kita. Ketika kita mengucapkan salam dan dia tidak menjawab kita langsung berprasangka buruk. Mungkin saja dia sedang ada masalah atau tidak mendengar salam kita. jika prasangka itu mulai muncul maka cepatlah berlindung kepada Allah dari godaan setan yang kita membuat kita saling bermusuhan.

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ-٢٠٠-

“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah.”
(Al-A’raf 200)


   ⊗ Iztizlal                 

Setelah melalui beberapa tahap diatas setan mulai menjadikan manusia tergelincir dari jalan kebenaran. Allah berfirman,

إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُواْ-١٥٥-

“Sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau).”
(Ali Imran 155)

Al-Ghowiyah

Tahapan selanjutnya adalah penyesatan. Coba perhatikan, dia tidak langsung menyesatkan manusia. Dia melalui berbagai tahapan. Perlahan tapi pasti, manusia yang terlepas dari Allah pasti akan terjerat dalam rayuan setan.

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ -١٦-

(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah Menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.”
(Al-A’raf 16)

Al-Muqoronah (Menjadi teman)

Setelah disesatkan, hubungan antara manusia ini dengan setan semakin akrab. Setan mulai menjadi temannya. Bisikan-bisikan setan semakin mudah merasukinya. Hal-hal yang buruk ditampilkan seakan menjadi baik dan indah.

وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاء فَزَيَّنُوا لَهُم مَّا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ-٢٥-

“Dan Kami Tetapkan bagi mereka teman-teman (setan) yang memuji-muji apa saja yang ada di hadapan dan di belakang mereka.”
(Fussilat 25)
Allah swt berfirman mengenai mereka yang berteman dengan setan,

وَمَن يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِيناً فَسَاء قِرِيناً -٣٨-

“Barangsiapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah teman yang sangat jahat.”
(An-Nisa’ 38)
Kapan manusia menjadi teman setan?
Ketika kita mulai melupakan Allah swt. Bukankah Allah berfirman,

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَاناً فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ -٣٦-

“Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (al-Quran), Kami Biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.”
(Az-Zukhruf 36)

Mungkin manusia merasakan berbagai kenikmatan dunia ketika berteman dengan setan. Namun ketika di akhirat dia akan benar-benar menyesal, tapi tak ada waktu lagi untuk merubah keadaan. Tugas setan telah selesai.

حَتَّى إِذَا جَاءنَا قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ -٣٨-

Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Wahai! Sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling jahat (bagi manusia).”
(Az-Zukhruf 38)

⊗ Menjadi Anggota Partai Setan

Tak cukup menjadi teman, setan juga memiliki partai. Pendirinya adalah setan dan anggotanya adalah orang-orang yang mau diajak bekerja sama untuk merusak anak Adam. Dan tujuan partai ini hanya satu, yaitu menyesatkan anak Adam sampai akhir masa. Allah berfirman,

أُوْلَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ -١٩-

“Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa golongan setan itulah golongan yang rugi.”
(Al-Mujadalah 19)

⊗ Menjadi Saudara

Setelah dijadikan teman oleh setan, direkrut dalam partainya, kini ia menjadikan manusia yang mulai tergoda ini sebagai saudara.

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ-٢٧-

“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan.”
(Al-Isra’ 27)
Jangan pernah meremehkan perbuatan mubadzir atau menghambur-hamburkan harta bukan pada tempatnya karena akibatnya adalah menjadi saudara setan.

   ⊗ Masuk dalam Cengkaraman Setan

Saat seorang telah masuk dalam cengkraman setan, sangatlah sulit untuk lepas darinya. Karena setan telah menguasai jiwanya.

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ -١٩-

“Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah.”
(Al-Mujadalah 19)
Nabi Musa as pernah bertemu dengan Iblis, ia bertanya, “Hai Iblis, beritahukan kepadaku tentang dosa yang jika dilakukan oleh anak Adam maka engkau telah menguasainya?”
Iblis menjawab, “Ketika dia bangga diri, merasa banyak amal baiknya dan merasa sedikit dosa-dosanya.”
Dalam Hadist Qudsi, Allah swt pernah berfirman kepada Nabi Daud as,
“Wahai Dauh, berilah kabar gembira kepada para pendosa dan berilah peringatan kepada orang-orang yang taat !”
Daud bertanya, “Ya Allah, bagaimana aku harus memberi kabar gembira kepada pendosa dan memberi peringatan kepada orang yang taat?”
Allah menjawab, “Wahai Daud, berilah kabar gembira kepada para pendosa karena aku akan mengabulkan taubat mereka. Dan berilah peringatan kepada orang yang taat karena aku tidak akan mentolerir kecongkakan dan merasa sudah beramal dihadapan-Ku”
Inilah bahaya orang yang ujub dan bangga diri.

   ⊗ Menjadikannya Pengikut Paling Setia.

Setelah setan menguasai jiwa seseorag, dia akan menjadi wali baginya. Dalam bahasa arab, kata wala’ (sumber dari kata wali) adalah taat dan cinta. Karena itu, para auliya’ Allah adalah mereka yang taat dan mencintai Allah.
Sementara Allah swt berfirman untuk para Auliya’ Setan,

إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ -٢٧-

“Sesungguhnya Kami telah Menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(Al-Baqarah 27)

وَمَن يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيّاً مِّن دُونِ اللّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَاناً مُّبِيناً -١١٩-

“Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata.”
(An-Nisa’ 119)
Setelah setan menjadi pemimpin para pengikutinya, dia menggunakan manusia-manusia ini untuk menyesatkan saudaranya yang lain. Setan tidak akan berhenti sampek mereka menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh sehingga mereka tidak bisa kembali lagi.

وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيداً -٦٠-

“Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.”
(AN-Nisa’ 60)

   ⊗ Tidak Menyembah kecuali Setan

Dan tahap terakhir pada serangkaian tahap di atas adalah menjadikan manusia menyembah setan dan tidak boleh menyembah selainnya. Jika telah sampai pada tahap ini, maka tugas setan telah berhasil.

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ -٦٠-

“Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu.”
(Yaasin 60)

Itulah step-step setan untuk menggiring manusia menjadi hambanya. Namun mereka juga memiliki cara yang menggiurkan untuk mengelabui manusia. Bagaimanakah cara-cara itu?
Bagaimanakah cara kita terjaga dari godaannya?

Sebelumnya kita telah membahas tahapan setan menjerumuskan manusia. Bagaimana dia begitu sabar melewati step by step usahanya agar manusia menjadi budaknya yang setia. Selain berbagai tahapan itu, setan juga memiliki strategi dalam merayu anak Adam. Tanpa mengenal capek, Iblis berserta prajuritnya selalu berusaha membalas dendamnya pada Adam as. Apa saja cara yang mereka lakukan? Semoga dengan mengenal cara-cara itu, kita semakin waspada dengan tipuan setan.

Strategi Setan

Al-Qur’an sering membocorkan strategi yang digunakan setan untuk menipu manusia. Dengan adanya informasi strategi setan, diharapkan manusia yang membaca Al-Qur’an tidak tertipu lagi dengannya. Kita akan sebutkan beberapa ayat yang bisa menjadi senjata kita dalam mendeteksi rayuan setan.


1. Menghias Keburukan.


Cara paling ampuh yang dimiliki setan adalah menghias keburukan seakan terlihat indah. Menghias kebatilan terlihat sebagai kebenaran. Al-Qur’an mencontohkan mereka yang telah mendapat petunjuk, bisa kembali murtad karena setan merubah kebatilan itu terlihat seperti seuatu yang indah.

إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ -٢٥-

“Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran) setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.”
(Muhammad 25)

Kita mungkin pernah merasakan, berbuat dosa tapi kita menganggapnya hal yang baik. Berbuat maksiat tapi perasaan kita membela perbuatan itu. Seakan perbuatan itu adalah hal yang wajar. Jika kita pernah dalam posisi ini, berarti setan telah berhasil menipu kita. Dia menghias dosa kita terlihat seperti hal yang wajar dan sah sah saja. “Ah, kalo cuma ini saja tidak berdosa”. Perasaan-perasaan ini sejatinya adalah strategi setan untuk mengelabui kita.

فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ-٦٣-

“Tetapi setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan mereka (yang buruk).”
(An-Nahl 63)

وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ -٢٤-

“Dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk.”
(An-Naml 24)

2. Menjadikan Manusia Lupa kepada Allah.

Setan tidak bisa bekerja pada seorang yang masih bersama Allah. Karenanya, dia melakukan berbagai cara untuk membuat korbannya lupa kepada Tuhannya. Berbagai barang yang ada disekeliling kita bisa digunakan setan untuk membuat kita lupa. Bisa dengan music, game, film, hiburan, harta dan selainnya. Oleh karena itu, kita boleh melakukan berbagai hal dengan batasan tidak sampai melupakan kita kepada Allah swt. Jika kita lupa, setan pun leluasa mendorong kita ke jurang kemaksiatan.

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ-١٩-

“Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah”
(Al-Mujadalah 19)

3. Mengajak Manusia Merubah Agama.

“Aturan agama itu sudah ketinggalan zaman. Tidak cocok untuk zaman sekarang.” Kata-kata ini terlihat ringan tapi akibatnya berat. Sadar atau tidak, dia telah menganggap dirinya lebih pintar dari Pecipta Alam. Mungkin dia tidak merasa bahwa kata-kata itu berawal dari bisikan setan. Karena salah satu strategi setan adalah membuat manusia meremehkan agama dan ingin merubah aturannya. Karena setan telah bersumpah,

وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّهِ-١١٩-

“Dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).”
(An-Nisa’ 119)
Imam Muhammad Al-Baqir ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan bahwa yang disebut ciptaan Allah adalah Agama Allah.

4. Makanan Haram.

Makanan haram adalah media terbaik untuk mematikan hati manusia dan membuatnya lupa kepada Allah. Karenanya, setan mendorong manusia untuk memakan harta hasil riba, harta anak yatim dan harta haram lainnya. Karena perut yang telah ditempati oleh makanan haram akan merusak jiwa manusia.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ الرِّبَا أَضْعَافاً مُّضَاعَفَةً وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ -١٣٠-

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
(Ali Imran 130)

5. Minuman Keras dan Perjudian.

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللّهِ وَعَنِ الصَّلاَةِ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ -٩١-

“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat maka tidakkah kamu mau berhenti?”(Al-Ma’idah 91)

Ternyata dibalik kenikmatan minuman keras dan perjudian, setan punya rencana lain untuk merusak persaudaraan antar manusia melalui keduanya.

6. Bisikan untuk Menunda Taubat.

Setan akan mengalihkan perhatian kita dari penyesalan dan taubat. Dia membisikkan di telinga kita untuk menunda taubat. “Engkau masih muda, nikmati masa mudamu. Masih banyak waktu untuk bertaubat.”

7. Membuat hati sedih.

Pernahkah anda merasa sedih tanpa sebab?
Semua orang pernah merasakan hal ini. Tiba-tiba datang perasaan sumpek dan sedih tapi tidak tau apa sebabnya. Perasaan itu muncul dari bisikan setan, karena salah satu pekerjaan mereka adalah membuat hati manusia bersedih.

إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا -١٠-

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati.”
(Al-Mujadalah 10)


Bagaimana Cara Lepas dari Tipuan Setan?

Walaupun memiliki berbagai strategi, sebenarnya setan itu lemah dan bodoh. Allah befirman,

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفاً -٧٦-

“(karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.”
(An-Nisa’ 76)

Kapan tipu daya setan itu lemah?
Ketika kita berada dalam wilayah Allah swt. Kita mendapat penjagaan dari-Nya. Dalam posisi ini setan begitu kerdil dan tak mampu melakukan apa-apa.
Cara terbaik untuk lepas dari godaan setan adalah berlindung kepada Allah swt. Berulang kali Allah berpesan dalam Al-Qur’an,

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ -٢٠٠-

“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah.”
(Al-A’raf 200)

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ -١-

Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan-nya manusia.”
(An-Nas 1)

Dan masih banyak lagi ayat yang menyuruh kita berlindung kepada-Nya. Setan menjadi lemah saat manusia bersama Allah dan menjadi sangat kuat saat manusia meninggalkan-Nya.
Berlindung kepada Allah bisa dengan memperbanyak dzikir, solawat dan memperpanjang sujud. Imam Ja’far As-Shodiq pernah berpesan,

Jika seorang hamba memanjangkan sujudnya, Iblis berteriak “Celaka aku, dia taat (kepada Allah) semenatara aku melawan(-Nya). Dia bersujud sementara aku enggan”

Cara lain adalah meninggalkan amarah karena saat kemarahan menguasai, setan pasti ada di dalamnya. Meninggalkan hasud, iri dan dengki serta tidak sendirian bersama wanita non muhrim. Karena ketiganya adalah setan.

Namun bagi seorang yang bertakwa, mungkin sesekali setan dapat menggodanya. Tapi tak butuh waktu lama, dia akan segera ingat kepada Allah dan meninggalkan bisikan busuk setan.

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ -٢٠١-

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)”
(Al-A’raf 201)

Pembahasan ini akan ditutup dengan pesan Rasulullah saw saat setan berbisik kepada kita.
Ketika dia datang dan berbisik, “Hei, anakmu telah mati !” Katakanlah, “Sesungguhnya Allah menciptakan yang hidup untuk mati. Dan aku gembira sepenggal dariku telah masuk surga.”
Ketika dia datang dan berkata, “Hei, hartamu habis!” Katakanlah, “Syukur kepada Allah yang telah memberi kemudian menghilangkan kewajiban zakat dariku.”
Ketika dia datang kepadamu, “Hei, banyak orang yang mendzolimimu !” Katakanlah, “Orang yang ku dzolimi lebih banyak !”
Ketika dia datang dan memuji, “Berapa banyak kau berbuat baik untuk orang lain?” Katakanlah, “Keburukanku lebih banyak dari dari kebaikanku.”
Ketika dia datang, “Alangkah banyaknya solatmu.” Katakanlah, “Kealpaanku lebih banyak dari solatku”
“Kau terlalu banyak memberi sedekah kepada orang lain !” Katakanlah, “Yang aku ambil dari mereka lebih banyak dari yang aku berikan.”
“Banyak sekali kau ber amal !” Katakanlah, “Berapa banyak aku bermaksiat kepada Allah?”
Akhirnya, jangan pernah memberi kesempatan kepada setan untuk melancarkan bisikannya kepada kita. Melawan setan memang sulit, tapi akan menjadi amat mudah bagi orang yang dekat dengan Allah swt. Karena setan tidak akan bertanggung jawab ketika manusia telah menjadi pengikutnya. Di akhirat kelak dia akan meninggalkan manusia yang dulu setia kepadanya di dunia. Dia tidak mau disalahkan atas kesesatan mereka. Setan berkata,

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأَمْرُ إِنَّ اللّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلاَّ أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلاَ تَلُومُونِي وَلُومُواْ أَنفُسَكُم مَّا أَنَاْ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ -٢٢-

“Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah Menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih.”
(Ibrahim 22)

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ -١٦-

“Seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, “Kafirlah kamu!” Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”
(Al-Hasyr 16)

George Jordac Tutup Usia, George Jordac: Saya Menganggap Diri Saya bagian dari Syiah Ali As

“Saya adalah pecinta ideologi dan ajaran kemanusiaan Imam Ali, dan patut saya katakan, dengan pandangan dan keyakinan saya ini, maka saya menganggap diri saya adalah bagian dari Syiah [pengikut] Imam Ali As.”.


Menurut Kantor Berita ABNA, Hasan Sehhat, staff divisi kebudayaan Iran di Lebanon pada tahun terakhir usia George Jordac, sastrawan, pemikir dan penulis Kristen Lebanon yang menulis buku terkenal “Ali Suara Keadilan Manusia” sempat melakukan wawancara seputar aktivitas penulisan dan kegiatan sosial yang ia geluti.

Sebelum memulai wawancara Hasan Sehhat menginformasikan kepada George Jordac akan sambutan yang luar biasa rakyat Iran sebelum revolusi akan terbitnya buku “Ali Suara Keadilan Manusia” yang ditulis penulis Kristen Lebanon tersebut. Disebutkan pula betapa rezim Syah Pahlevi berupaya keras mencegah penerbitan dan peredaran buku tersebut dalam bahasa Persia di Iran.

George Jordac menanggapi kabar tersebut dengan mengatakan, “Ada dua alasan menurut saya mengapa Syah Pahlevi melarang penyebaran buku itu di Iran dan menentangnya habis-habisan. Pertama, karena saya menulis mengenai ciri-ciri dan sifat-sifat pemimpin yang zalim yang ditentang oleh Imam Ali dan kesemua ciri tersebut terdapat pada diri Syah. Dan yang kedua, karena saya menuliskan kepribadian Imam Ali As yang sedemikian besar memberikan perhatian dan pembelaan kepada masyarakat kecil dan kaum musthadafien yang tertindas. Yang sifat ini tidak dimiliki oleh Syah Pahlevi. Adanya dua alasan ini memancing pihak keamanan Negara Iran melarangnya karena menganggap tujuan penulisan buku itu adalah menyebarkan pemikiran dan ide-ide sosialis dan komunis di tengah-tengah masyarakat.”

“Sementara yang saya tulis sepenuhnya hanya berkisar mengenai kehidupan Imam Ali As dan apa yang beliau perjuangkan. Semua perbuatan dan yang diperjuangkan Imam Ali berkaitan dengan hak-hak kemanusian dan tegaknya nilai-nilai keadilan. Bagaimana kebesaran jiwa beliau ketika memaafkan Muljam yang telah melalukan tindakan yang menyebabkan kematiannya, bagaimana beliau tetap bertindak adil meskipun menjadi penyebab kemarahan musuh-musuhnya yang kemudian mengangkat pedang untuk memeranginya, atau bagaimana beliau sedemikian hati-hati dan amanah dalam menggunakan harta Baitul Mal dan bagaimana dalam periode kekhalifaannya yang meskipun sangat singkat namun telah meninggalkan warisan besar dalam dunia Islam.” Lanjutnya.

“Saya lahir di bagian selatan Lebanon. Sewaktu sekolah di tingkat dasar saya sama sekali tidak punya minat besar terhadap pelajaran di kelas. Begitu seterusnya sampai saya menyelesaikan sekolah tingkat menengah. Sampai kemudian suatu hari, kakak tertua saya membawakan kitab Nahjul Balaghah dengan maksud untuk menyemangati saya belajar dan agar saya punya minat terhadap ilmu. Sayapun kemudian membaca kitab tersebut, dan benar-benar membuatku sangat tertarik untuk menelaah dan mendalaminya. Saya membaca kitab itu berkali-kali sembari menggaris bawahi kalimat-kalimat yang menarik hatiku.” Tambahnya lagi.

George Jordac lebih lanjut mengatakan, “Waktu itu, meskipun telah berkali-kali membacanya, masih banyak dari bagian Nahjul Balaghah itu yang sulit untuk saya pahami. Saat itu saya merasa Imam Ali sedang memperhatikanku dan saya serasa begitu dekat, sampai akhirnya saya putuskan untuk larut dalam kesibukan melakukan penelitian terhadap periode kehidupan Imam Ali. Saya kemudian mengumpulkan banyak kitab mengenai kehidupan Imam Ali dari Mesir dan sejumlah Negara lainnya. Namun dari kesemua kitab-kitab itu tidak ada  satupun menurut saya yang memuat kehidupan Imam Ali secara lengkap dan komprehensif. Hal itulah kemudian yang mendorongku untuk menghasilkan karya sendiri mengenai biografi Imam Ali dan seluruh periode kehidupannya. Sampai akhirnya lahirlah buku “Al-Imam Ali Shaut al-Adalat al-Insaniyah.”

Ketika ditanyakan, dengan sedemikian telitinya dan larut dalam penelaahan mengenai kehidupan Imam Ali, aktivitas dan ide-idenya apakah George Jordac tetap bertahan dengan iman Kristennya?.
George Jordac menjawab, “Saya adalah pecinta ideologi dan ajaran kemanusiaan Imam Ali, dan patut saya katakan, dengan pandangan dan keyakinan saya ini, maka saya menganggap diri saya adalah bagian dari Syiah [pengikut] Imam Ali As.”

Pada Rabu [5/11], George Jordac meninggal dunia dalam usia 84 tahun di Beirut, ibukota Lebanon. Buku “Ali Suara Keadilan Manusia” yang telah membuatnya terkenal telah dicetak sebanyak 5 juta jilid dalam banyak bahasa seperti Persia, Urdu, Inggris, Perancis dan Spanyol.

Jordac menulis karyanya ini dalam lima jilid buku yang masing-masing berjudul Ali as dan Hak Asasi Manusia, Ali as dan Revolusi Perancis, Ali as dan Era-nya, dan Ali as dan Kaum Arab. Sebagai lampiran buku-buku ini, ia juga menulis Riwayat-riwayat Nahjul Balaghah.

Jenazah George Jordac setelah melalui proses ritual keagamaan, Jumat (7/11/2014) di Gereja Ortodoks Roma di wilayah Achrafieh , Beirut, dan dibawa ke tempat kelahirannya di Marjeyoun, Selatan Lebanon untuk dikebumikan di pekuburan keluarga.

IRNA (6/11/2014) melaporkan, Kedubes Iran di Lebanon, Kamis (6/11/2014) dalam pernyataannya mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya sastrawan, pemikir besar dan penulis Kristen Lebanon yang melahirkan karya besar koleksi buku Imam Ali as Suara Keadilan Manusia.

Dalam statemennya, Kedubes Iran di Beirut menegaskan bahwa Iran layaknya Lebanon dan belahan dunia lainnya, merasa kehilangan seorang intelektual dan sastrawan yang telah memperkaya nilai-nilai kemanusiaan dengan sastra dan pemikiran kreatifnya.

Kedubes Iran juga menyampaikan duka cita yang mendalam kepada rakyat Lebanon dan keluarga George Jordac.

Thomas Alva Edison dengan menemukan listrik ia telah memberikan kontribusi terbaik kepada umat manusia; milyaran manusia memanfaatkan temuan tersebut. Akan tetapi seorang ruhani yang hanya membaca al-Qur’an di salah satu sudut masjid dan belajar Fikih ata






Terkadang orang-orang di luar berkata, misalnya, Thomas Alva Edison dengan menemukan listrik ia telah memberkan kontribusi terbaik dan terbesar kepada umat manusia; milyaran manusia memanfaatkan temuan tersebut. Akan tetapi seorang ruhani hanya dengan membaca al-Qur'an di salah satu sudut masjid dan belajar fikih atau filsafat atau menyampaikan pelajaran tafsir, apa pengaruhnya bagi masyarakat? Atau mereka berkata, seorang ruhani hanya duduk, menyampaikan pelajaran dan paling maksimal menulis sebuah risalah Fikih. Kontribusi apa yang telah ia lakukan untuk masyarakat? Namun lihatlah seorang pastor alangkah besarnya sumbangsih yang mereka lakukan untuk umat manusia. Alangkah banyaknya orang-orang sakit memperoleh kesembuhan dan masih banyak tindakan kemanusiaan lainnya. Kira-kira jawaban apa yang harus diberikan dalam menghadapi ucapan-ucapan seperti ini?

Jawaban Global:
Dalam klasifikasi ilmu, dari sudut pandang kedudukan dan tingkatan, tingkatan pertama adalah ilmu-ilmu Ilahi. Ilmu-ilmu Ilahi adalah ilmu-ilmu yang marak dipelajari di seminari-seminari dan hauzah-hauzah ilmiah. Kemudian setelah itu, giliran ilmu-ilmu lainnya.

Menurut hemat kami, pekerjaan-pekerjaan kaum ruhaniawan, dosen-dosen, guru-guru dan cendekiawan ilmu-ilmu humaniora tentu lebih tinggi kontribusinya (keilmuan) dari kontribusi yang hanya berdimensi material (meski pekerjaan mereka juga tetap mengandung nilai); karena kebutuhan-kebutuhan mental, psikologikal dan spiritual manusia lebih prioritas daripada kebutuhan-kebutuhan material.

Pekerjaan kaum ruhaniawan adalah mengerangka dan membangun dimensi mental dan spiritual manusia dan masyarakat. Apabila sebuah komunitas mengalami kemajuan yang sangat pesat dari sudut pandang material, namun pada sisi moral dan spiritual berada pada derajat sedimenter dan rendah, tentu sangat tidak berharga. Dan boleh jadi produk-produk material yang mereka ciptakan alih-alih mendatangkan manfaat malah menimbulkan bencana bagi masyarakat. Karena itu, jenis perkerjaan para alim dan cendekiawan tentu berbeda satu sama lain. Dan kita harus secara proporsional menilai mereka berdasarkan jenis pekerjaannya masing-masing.

Jawaban Detil:
Kebutuhan-kebutuhan manusia terdiri dari dua jenis, kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Setiap orang atau kelompok dengan memperhatikan kemampuan, minat dan bakatnnya, masing-masing memilih dua bidang kebutuhan ini. Dengan melakukan penelitian dan usaha dalam bidang tersebut mereka memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa dalam klasifikasi ilmu, dari sudut pandang kedudukan dan tingkatan, tingkatan pertama adalah ilmu-ilmu Ilahi. Ilmu-ilmu Ilahi adalah ilmu-ilmu yang marak dipelajari di seminari-seminari dan hauzah-hauzah ilmiah. Kemudian setelah itu, giliran ilmu-ilmu lainnya.

Menurut hemat kami, pekerjaan-pekerjaan kaum ruhaniawan, dosen-dosen, guru-guru dan cendekiawan ilmu-ilmu humaniora tentu lebih tinggi kontribusinya (keilmuan) dari kontribusi yang hanya berdimensi material (meski pekerjaan mereka juga tetap mengandung nilai); karena kebutuhan-kebutuhan mental, psikologikal dan spiritual manusia lebih prioritas daripada kebutuhan-kebutuhan material.

Apabila sebuah komunitas mengalami kemajuan yang sangat pesat dari sudut pandang material, namun pada sisi moral dan spiritual berada pada derajat sedimenter dan rendah, tentu tidak akan ada nilai dan harganya. Dan boleh jadi produk-produk material yang mereka ciptakan alih-alih mendatangkan manfaat malah menimbulkan bencana bagi masyarakat. Karena itu, jenis perkerjaan para alim dan cendekiawan tentu berbeda satu sama lain. . Dan kita harus secara proporsional menilai mereka berdasarkan jenis pekerjaannya masing-masing.

Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para nabi datang untuk mengobati pelbagai penyakit mental, moral dan spiritual masyarakat, "Nabi Saw adalah tabib yang berkelana yang telah menyiapkan obat-obatannya dan memanaskan peralatannya. Beliau menggunakannya bilamana timbul keperluan untuk menyembuhkan hati yang buta, telinga yang tuli, dan lidah yang kelu. Beliau menyelamatkan manusia dari kematian spiritual."[1]

Al-Qur'an dalam hal ini menyatakan, "Wa man ahyâha fakannama ahyânnâsa jami'ân." "Barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang maka seolah-olah ia telah menghidupkan seluruh manusia." (Qs. Al-Maidah [5]:32).

Yang dimaksud dengan "menghidupkan" (ahyâ) pada ayat ini bukanlah, "menghidupkan satu manusia hidup atau menghidupkan seorang manusia yang telah mati, melainkan yang dimaksud adalah menghidupkan dalam kebiasaan orang-orang berakal. Tatkala dokter mengobati sebuah penyakit atau menyelamatkan seseorang supaya tidak tenggelam atau melepaskan seorang tawanan dari tangan musuh, orang-orang berakal berkata bahwa ia telah menghidupkan seseorang (atau berkata memberikan hak hidup kepadanya).

Allah Swt juga dalam firman-Nya menggunakan ungkapan-ungkapan misalnya membimbing kepada kebenaran sebagai "ahyâ" (menghidupkan) dan menyatakan,"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia." (Qs. Al-An'am [6]:122)[2]

Apabila demikian adanya sebagaimanya yang telah mengemuka dalam pertanyaan maka dapat diambil kesimpulan bahwa ayah dan ibu yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan baik, para guru dan dosen juga yang sibuk dengan ilmu-ilmu humaniora tentu mereka tidak melakukan pekerjaan baik dan memberikan kontribusi berharga kepada masyarakat. Orang-orang yang melakukan kebaikan dan memberikan kontribusi berharga hanyalah orang-orang yang mempersembahkan sesuatu dari sisi material saja dan mengabaikan sisi-sisi lainnya. Tentu saja penilaian seperti ini tidak dapat dibenarkan.

Karena itu, pekerjaan kaum ruhaniawan harus ditinjau dan dianalisa dari sisi risalah dan tugas kaum ruhaniawan, tidak seperti penilaian sebagian orang, karena kalau demikian adanya, harus dikatakan (naudzubillah) bahwa para nabi Ilahi, para imam, para guru, arif besar juga tidak melakukan pekerjaan positif dan tidak memberikan kontribusi berharga kepada masyarakat; karena mereka hanya membenahi sisi moral dan spiritual masyarakat.

Referensi:
[1]. Nahj al-Balâghah, hal. 156, Fitnah Bani Umayyah.
[2]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, terjemahan Persia oleh Sayid Musawi Hamadani, jil. 5, hal. 317, Intisyarat Islami, Qum.

Dunia Lisan: Menceritakan Rahasia Pribadi


Oleh: Emi Nur Hayati

Membuka rahasia pribadi sejatinya membuat lisan manusia terjatuh ke jurang ketidakpercayaan.

Imam Ali as berkata, "Rahasia pribadimu akan membuatmu tetap ceria dan gembira selama masih kau tutupi dan tertutupi. Namun bila sudah terbuka, maka akan membuatmu gundah dan sedih." (Ghurar al-Hikam, hal 436)

Dalam riwayat-riwayat Islam, ada dua hal yang patut untuk diperhatikan; pertama, membuka rahasia pribadi itu dilarang, sementara kedua dan sebaliknya, menyembunyikan rahasia pribadi mendapatkan pujian dan penghargaan.

"Berkumpulnya kebaikan dunia dan akhirat itu ada pada saat menyembunyikan rahasia dan bersikap baik pada orang-orang yang baik. Sementara berkumpulnya semua keburukan itu ada pada saat membuka rahasia dan berkawan dengan orang-orang yang jelek." (Safinah al-Bihar, jilid 2, hal 649)

Di dalam Nahjul Balaghah Imam Ali as berkata, "Orang yang menyembunyikan rahasia pribadinya akan senantiasa menjadi pemegang kendali urusan dirinya." (Nahjul Balaghah, hikmah 162).

Sumber: Donya-ye Zaban; 190 Gonah Zaban, Kareem Feizi, Qom, Tahzib, 1386, cetakan ke-4.

Dunia Lisan: Melontarkan Pertanyaan Mengganggu


Oleh: Emi Nur Hayati

Melontarkan Pertanyaan Mengganggu

Melontarkan pertanyaan-pertanyaan mengganggu dalam riwayat-riwayat Islam disebut dengan "Ta'annut".

Terkait masalah ini Imam Ali as berkata:

"Sal Tafaqquhan Wa La Tas'al Ta'annutan, Wa Innal ‘Jaahilal Muta'allima Syabiihun Bil'Aalimi, Wa Innal ‘Aalimal Muta'assifa (Muta'annifa) Syabiihun Bil Jaahilil Muta'anniti..."

Bertanyalah untuk memahami dan janganlah bertanya untuk mengganggu. Karena sesungguhnya seorang jahil yang belajar sama seperti seorang yang pandai. Sebaliknya, seorang pandai yang menyimpang sama seperti seorang jahil yang mengganggu dan keras kepala." (Nahjul Balaghah, kata-kata hikmah, 320)

Di bagian lain beliau berkata:

"Orang-orang akan mengalami penurunan dan gangguan akal karena kecenderungan tabiatnya, kecuali orang yang dijaga oleh Allah Swt. Orang-orang yang mengalami kekurangan dan gangguan akal ini kalau bertanya isinya hanya ingin mengganggu dan mencari cela orang lain, namun bila menjawab pertanyaan mereka akan mengalami kesusahan." (Nahjul Balaghah, kata-kata hikmah, 343).

Sumber: Donya-ye Zaban; 190 Gonah Zaban, Kareem Feizi, Qom, Tahzib, 1386, cetakan ke-4.

KETUHANAN DALAM NAHJUL BALAGHAH


Di antara alumni-alumni lulusan akademi dan khalaqah Rasulullah saww. Ali as. adalah lulusan terbaiknya. Dengan potensi suci dan sempurna Ali as. mampu menangkap semua pelajaran sang guru, tidak ada satu hurufpun yang tidak difahami olehnya bahkan setiap satu huruf yang diajarkan oleh Rasul saww. terbuka baginya seribu pintu ilmu. Hal ini menjadikan Ali as. pemilik kesempurnaan akal dan iman.Di kalangan para arif, Ali as. adalah wujud tajalli tertinggi dari Haq yang maha tinggi. Karena ketinggian wujud suci alawi ini, hanya ka’bah yang mampu menerima tajalli wujudnya dan hanya mihrab yang sanggup menahan berat beban shahadah wujud suci ini. Hijab dunia dan tabir akherat dihadapan pandangan hakekat Ali as. tidak lagi memiliki warna. Pandangan Ali as. mampu menembus alam malakut serta tidak ada lagi yang tersembunyi dari pandangannya. 

Beliau berkata : “ Sesungguhnya aku telah melihat alam malakut dengan izin Tuhanku, tidak ada yang ghaib ( tersembunyi ) dariku apa-apa yang sebelumku dan apa-apa yang akan datang sesudahku.”[1] Ali as. adalah ayat kubra Haq yang maha tinggi, insan kamil yang memiliki ilmu kitab, seperti yang disabdakan oleh Rasulallah saww.: “ salah seorang misdaq dari ayat ( katakanalah! Cukuplah Allah swt. sebagai saksi antara aku dan kalian serta orang yang memiliki ilmu kitab )[2] adalah saudaraku Ali.”[3]
 
Para arif serta ahli bathin dengan bangga mengaku diri mereka sebagai murid dari sang murod agung ini, dan menjadikan Ali as. sebagai qutub dari silsilah mursyidnya. Imam Hadi as. berkata : Ali as. adalah kiblat kaum Arifiin[4]
Dikalangan ahli hikmah, hikmah alawi merupakah hikmah tertinggi. Wujud, perbuatan serta kalam Ali as. sarat dengan hikmah yang memancar dari maqam imamahnya serta menjadi lentera bagi para pengikutnya. Dalam filsafat ketuhanan Ali as. adalah orang pertama dalam islam yang meletakkan batu pondasi burhan dan membukakan pintu argumtasi falsafi bagi para filusuf dan ahli hikmah sesudahnya. Selain dari itu Ali as. adalah orang pertama yang menggunakan istililah-istilah falsafi arab dalam menjelaskan masalah-masalah filsafat. Menurut pandangan Ali as. makriaf ketuhanan merupakan makrifat tertinggi dan merupakan paling sempurnanya makrifat. Seperti dalam ucapannya : “ Makrifat tentang Allah Ta’ala adalah paling tingginya makrifat[5] serta ucapannya : “ Barang siapa yang mengenal Allah swt. maka sempurnalah makrifatnya “.[6]
Ucapan-ucapan fasih Ali as. dalam Nahjul Balaghah sangat sarat dengan hikmah dan makrifat tertinggi. Ucapan seperti ini tidak mungkin keluar kecuali dari orang yang memiliki kedudukan khusus dan tinggi tentang pengetahuan dan makrifatnya terhadap Tuhan.
 
Tahapan Pengenalan Tuhan Dalam Ucapan Imam Ali as.
Ali as. dalam khutbah pertama dari Nahjul Balaghah menjelaskan urutan tahapan pengenalan terhadap Tuhan, mulai dari tahapan sederhana hingga berakhir kepada tahapan yang sangat dalam dan detail.
 
1. Mengenal Tuhan dan mengakui akan ketuhananNya. Sebuah pandangan dunia yang dimiliki semua keyakinan dan agama baik yang muwahid ataupun yang musyrik mulai dari agama primitive sampai kepada islam. Yang tertera dalam ucapannya : “awwal ( asas ) dari agama adalah mengenal Tuhan”.[7]Ali as. dalam beberapa khutbahnya berusaha mengajukan beberapa argument untuk pembuktian akan keberadaan sang pencipta dari alam semesta, seperti dalam ucapan singkatnya : “setiap sesuatu yang bersandar kepada selainnya maka ia adalah sebab”.[8] Ucapan singkat akan tetapi memiliki kandungan yang luas ini ingin menjelaskan hokum kausalitas dan menjelaskan bahwa semua yang ada di dunia ini sebab, karena wujud mereka bukanlah dzati ( mumkin ). Oleh karenanya harus ada sesuatu yang keberadaanya dzati (wajib alwujud).Dalam khutbah lain Ali as. berkata : “Celakalah orang yang mengingkari sang maha muqaddir dan tidak meyakini mudabbir[9] kelanjutan dari kutbah ini : “Apakah mungkin ada bangunan tanpa ada yang membangun dan apakah mungkin ada perbuatan tanpa adanya pelaku?[10] Dalam pandangan Ali as. keyakinan akan keberadaan Tuhan merupakan sesuatu yang fitri dan dengan sekedar melihat wujud makhluknya, manusia akan mempu mengungkap keberadaan sang pencipta, seperti dalam ucapannya : “Aku merasa heran dengan orang yang mengingkari Allah swt., sementara dia melihat ciptaanNya !”[11]
 
2. tashdiq
Tashdiq adalah satu konsep yang lebih khusus dibanding dengan makrifat, karena makrifat merupakan konsep mencakup pengetahuan yang bersifat dlanni serta pengetahuan yaqinni. Seperti halnya makrifat, tashdiq juga memiliki beberapa tingkatan :

Pertama : tasawwur ibtidai dari bagian-bagian ( maudlu dan mahmul ) proposisi dan keyakinan sederhana akan kebenaran hukum dari nisbah tiap bagian tadi. Keyakinan orang awam terhadap proposisi-proposisi seperti “Tuhan ada” atau “Tuhan maha melihat” tidak didasari oleh kemantapan pengetahuan setiap bagian dari proposisi atau hukum nisbah antara bagian-bagian tersebut. Artinya pengetahuan mereka tentang bagian dari proposisi serta hukum dari nisbah antara keduanya sangatlah ijmal. Oleh karenanya keykinan mereka sangatlah rapuh.

Kedua : Tashdiq yang muncul setelah pengetahuan yang nisbi terhadap bagian-bagian proposisi serta keyakinan yang muncul dari pengakuan akan kebenaran nisbah antara bagian-bagian tersebut. Akan tetapi keyakinan nisbi ini masih belum bisa menjadi faktor penggerak kehidupannya, artinya keyakinan ini masih tergantung kepada perhitungan untung rugi. Kalau proposisi tersebut membawa keuntungan bagi keberadaannya maka proposisi tersebut sempurna dan kalau tidak maka dia akan berpaling dari keyakinan ini.

Ketiga : Tashdiq yang muncul dari kejelasan terhadap bagian-bagian proposisi dan tidak ada sedikitpun keraguan terhadapnya serta keyakinan yang mantap terhadap hukum nisbah antara bagian-bagian proposisi tadi. Akan tetapi keyinanan tersebut belum malakah dan menjadi darah dagingnya, artinya walaupun dengan segala kejelasan akan bagian proposisi serta hukumnya akan tetapi keykinan ini tidak merasuk ke dalam kehidupan dan tujuan hidupnya.
Keempat : Tashdiq atau keyakinan yang dihasilkan dari pengetahuan sempurna terhadap bagian-bagian proposisi serta hukum nisbah antara bagain-bagian ini. Dan keyakinan ini sudah mendarah daging, malakah dan sudah menjadi faktor penggerak yang besar dalam kehidupannya. Ini merupakan keyakinan hakiki yang muncul dari kesempurnaan makrifar. Keyakinan seperti ini yang dianjurkan oleh Ali as. dalam salah satu khutbahnya : “jangan jadikan ilmu kalian kebodohan dan keyakinan kalian menjadi syak, jika kalian sudah mengetahui maka amalkanlah dan jika kalian sudah meyakininya maka praktekanlah[12] Atau dalam salah satu hadits Ali as. berkata : “Ilmu selalu bergandengan ( maqrun ) dengan amal ; barang siapa yang sudah mengetahui maka ia akan mengamalkan dan barang siapa yang mengamalkan berarti ia telah mengetahui. Ilmu selalu bergandengan dengan amal, ( jika ia mengamalkannya ) maka ilmu akan menjawabnya dan jika tidak maka ia pun akan meninggalkannya[13]
 
3. Tauhid.
Setelah manusia melewati ketiga tahapan tashdiq dan masuk kepada tingkatan keempat, maka kelazimannya dia akan mengakui keesaan Tuhan. Karena pada tingkatan keempat dari tashdiq, manusia sudah memiliki pengetahuan sempurna terhadap bagian-bagian proposisi, Argumentasi akan keberadaan wajib al-wujud merupakan argumentasi terhadap keesaannya. Pembuktian akan keberadaan wajib al-wujud ( dalam istilah falsafi ) yaitu Allah swt. ( dalam istilah agama ) adalah pembuktian akan keberadaan Dzat yang maha sempurna dan tidak terbatas. Dan kelaziman dari ketidak terbatasanNya adalah keesaanNya. Dalam salah satu hadistnya : “mengetahuinya berarti mengesakannya[14] ( seperti argumentasi yang dikemukakan oleh Mulla Sadra ). Dalam pandangan Ali as. yang dimaksud dengan esa dan satunya Tuhan bukanlah satu dalam bilangan sehingga Dia terpisah dari yang lain dengan batasan, akan tetapi artinya tidak ada sekutu bagiNya dan Tuhan adalah wujud yang bashit dan tidak tersusun dari bagian seperti dalam ucapannya : “Satu akan tetapi bukan dengan bilangan[15]
 
4. Ikhlas
Tahapan selanjutnya adalah Ikhlas tentang Tuhan ; “kesempurnaan tuahid adalah ikhlas terhadapNya[16] Ibnu Abi Hadid ( diyakini juga oleh Allamah Ja’fari ); maksud dari ikhlas dalam khutbah ini – dengan melihat kalimat-kalimat berikutnya dari khutbah ini- adalah mensucikan ( akhlasha/khalis danestan ) wujud Tuhan dari segala kekurangan dan sifat-sifat salbi.[17]
 
5. Penafian Sifat
Tuhan merupakan wujud yang mutlak serta maha tidak terbatas, oleh karenanya kekuatan akal dengan konsep-konsep dzihn-nya setiap kali hendak memberikan sifat ( dengan konsep-konsep ) tidak akan bisa mensifati Tuhan dengan sempurna dan mensifati Tuhan dengan apa yang seharusnya. Karena setiap konsep dari satu sifat berbeda dengan konsep dari sifat lain ( terlepas dari misdaq ), maka kelazimannya adalah keterbatasan. Artinya kalau kita memberikan sifat kepadaNya berarti kita telah membandingkan ( satu sifat dengan yang lain atau antara Dzat dengan sifat ). Ketika kita telah membandingkan berarti kita menduakannya, ketika kita menduakannya berarti kita men-tajziah, ketika kita men-tajziah berarti kita tidak mengenalNya dan seterusnya seperti yang uraikan dalam khutbahnya.[18] Wujud Tuhan yang maha tidak terbatas tidak mungkin bisa diletakkan dalam satu wadah, baik wadah berupa suatu wujud atau dicakup dalam wadah berupa konsep kulli yang dihasilkan dari perbuatan akal. Oleh karenanya golongan yang meyakini adanya hulul pada dzat Tuhan, mereka telah membatasi Tuhan dalam satu wujud makhluk tertentu. Seperti keyakinan bahwa Isa as. atau Ali as. adalah wadah bagi wujud Tuhan, sangat jelas bahwa pandangan seperti itu sudah menyimpang dari Tauhid dan bertetangan dengan akal serta teks-teks agama seperti ucapan Ali as. : “ barang siapa yang berkata bahwa Tuhan ada pada sesuatu maka ia telah menyatukanNya dengan sesutau itu, dan barang siapa yang menyatakan bahwa Tuhan diatas ( diluar ) dari sesutau berarti ia telah memisahkan Tuhan darinya “.  

Wujud yang maha tidak terbatas, tidak berakhir dan memiliki wahdat ithlaqi memiliki dua kekhususan; pertama ‘ainiah wujudi dan hadir secara wujud dengan semua makhluk sebagai tajalli isim-Nya akan tetapi tidak dalam artian hulul. Kedua : fauqiah wujudi , karena wujudnya yang tidak terbatas tidak mungkin bisa dibatasi hanya pada makhluk yang terbatas ( hulul ). Artinya wujud mutlak ini selian hadir di dalam wujud makhluk juga berada di luar wujud makhluk, sebab kalau tidak maka wujudNya akan terbatas. Seperti yang diutarakan oleh Imam Husein bin Ali as. ketika menafsirkan ayat “ Allah al-shamad “ maknanya adalah “ laa jaufa lahu “ atau wujudNya tidak memiliki kekosongan artinya tidak ada bagianpun dari wujud ini yang kosong dariNya. Hal ini juga dijelaskan dalam khutbah selanjutnya : “ bersama segala sesuatu akan tetapi tidak dengan muqaranah dan bukan segala sesuatu akan tetapi tidak jawal dan terpisah darinya.Kesimpulannya bahwa filsafat yang bersenjatakan akal dengan segala kekuatannya tidak akan bisa memahami Tuhan dengan apa adaNya ( ihathah ). Begitu pula kekuatan amal manusia yang terbatas, lewat irfannya, tidak akan sampai pada shuhud dan hudzur pada kedalaman sifat dari wujud yang maha Agung ini. Pengetahuan manusia tentang Tuhan selalu diiringi dengan pengakuan ketidak mampuan dan kelemahan. 

Pada kutbah lain Ali as. berkata : “kekuatan fikr manusia tidak sampai kepada sifatNya, dan hati tidak akan bisa meraih kedalamNya[19] penjelasan lain dari penafian sifat, adalah menafikan sifat sebagai sesuatu yang terpisah dari mausuf. Penafsiran ini dikuatkan oleh kalimat sesudahnya : “dengan kesaksian bahwa setiap sifat bukanlah mausuf dan setiap mausuf bukanlah sifat “ atau kalimat sebelumnya dari khutbah ini : : “Dzat yang sifatnya tidak memiliki batasan yang membatasinya” 

Manabi’:
1. hikmat-e alawi . Jawadi Aamuli
2. Tarjumeh wa tafir-e Nahjul Balaghah , Muhammad Taqi Ja’fari
3. Al-Insan wa Al-Aqidah : Muhammad Husein Tabhatbha’i
4. Zandagi-e ‘arifaneh-e Ali, Jawwadi Aamuli
5. Irfan Islami, Ali Fadzli


Referensi:
[1] Aamaal Syekh Thusi : hal 205.
[2] Al-Ra’d : 43
[3] Nur Al-Staqalain : jilid 2 hal. 523.
[4] Misbah Al-Zaair : 477.
[5] Gurar wa Durar : Hadist no. 1674
[6] Ibid : Hadist no. 7999.
[7] Nahjul Balaghah : 1
[8] Nahjul Balaghah : 186
[9] Nahjul Balaghah : 185
[10] Ibid
[11] Nahjul Balaghah : 126
[12] Nahjul Balaghah : 523, hikmah : 274.
[14] Al-Ihtijaj : 1/201 dan Bihar Al-Anwar : 4/253.
[15] Nahjul Balaghah : 279 khutbah no. 185.
[16] Nahjul balaghah :1
[17] Syarh Nahjul Balaghah : 2/57 ( Muhammad Taqi Ja’fari )
[18] Nahjul Balaghah : 1
[19] Nahjul Balaghah : 85.

Terkait Berita: