Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Belajar. Show all posts
Showing posts with label Belajar. Show all posts

Dunia Lisan: Melontarkan Pertanyaan Mengganggu


Oleh: Emi Nur Hayati

Melontarkan Pertanyaan Mengganggu

Melontarkan pertanyaan-pertanyaan mengganggu dalam riwayat-riwayat Islam disebut dengan "Ta'annut".

Terkait masalah ini Imam Ali as berkata:

"Sal Tafaqquhan Wa La Tas'al Ta'annutan, Wa Innal ‘Jaahilal Muta'allima Syabiihun Bil'Aalimi, Wa Innal ‘Aalimal Muta'assifa (Muta'annifa) Syabiihun Bil Jaahilil Muta'anniti..."

Bertanyalah untuk memahami dan janganlah bertanya untuk mengganggu. Karena sesungguhnya seorang jahil yang belajar sama seperti seorang yang pandai. Sebaliknya, seorang pandai yang menyimpang sama seperti seorang jahil yang mengganggu dan keras kepala." (Nahjul Balaghah, kata-kata hikmah, 320)

Di bagian lain beliau berkata:

"Orang-orang akan mengalami penurunan dan gangguan akal karena kecenderungan tabiatnya, kecuali orang yang dijaga oleh Allah Swt. Orang-orang yang mengalami kekurangan dan gangguan akal ini kalau bertanya isinya hanya ingin mengganggu dan mencari cela orang lain, namun bila menjawab pertanyaan mereka akan mengalami kesusahan." (Nahjul Balaghah, kata-kata hikmah, 343).

Sumber: Donya-ye Zaban; 190 Gonah Zaban, Kareem Feizi, Qom, Tahzib, 1386, cetakan ke-4.

Belajar dari saudaranya


Pada bulan Januari 1990, Ayatullah Khaery, seorang ulama Iran, berkunjung ke Indonesia dalam rangka silaturahmi dengan ormas-ormas Islam di Indonesia. Dalam satu kunjungannya ke PP Muhammadiyah di Jakarta, beliau memberikan ceramah tentang pentingnya persatuan dan ukhuwah di kalangan umat Islam tanpa membeda-bedakan madzhab yang dianutnya. Berikut cuplikan dari ceramah Beliau.

...........

Masalah persatuan merupakan masalah yang amatpenting bagi umat Islam Indonesia. Karena, hanya dengan persatuan maka pelaksanaan dakwah Islam bisa berjalan dengan lancar, penuh semangat, serta memungkinkan diterimanya sumbangan-sumbangan pemikiran dari luar dengan baik.

Di sini tentunya kita tidak akan berbicara tentang perbedaan madzhab, atau membicarakan kejelekan madzhab lain dengan hujjah yang membenarkan madzhabnya sendiri, tanpa disertai bukti-bukti yang sahih. Kalau i’ikad baik semacam ini tidak ada pada semua pihak, maka semua orang tidak akan puas terhadap bentuk pengadilan ini. Apalagi bila setiap pertanyaan tidak terjawab dengan jelas dan komprehensif. Kalau kita sudah bisa menerima kebenaran yang disampaikan oleh kelompok lain, maka kita akan termasuk orang-orang yang mencari ilmu dari sumber aslinya, seperti yang digambarkan oleh al-Qur’an:

“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: “Ambillah, bacaah kitabku ini.” (QS 69:19)

Pembahasan yang bermanfaat bagi kita adalah pembahasan tentang keutamaan saling berbagi ilmu dan pengalaman serta saling mendidik di anatara berbagai madzhab, bukan pembahasan tentang kelebihan madzhab satu terhadap madzhab lain. Pembahasan tentang kelebihan madzhab satu terhadap madzhab yang lain merupakan benih-benih prasangka buruk, perpecahan, permusuhan dan kegagalan. Allah berfirman:

“Dan taalah kepada Allah dan Rasulnya, dan janganlah kalian berbantah-bantahan yang menyebabkan kalian gentar dan kehilangan kekuatan. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS 3:103).

Oleh karenanya, sekarang kita memilih membahas kautamaan saling berbagi ilmu dan mendidik antara satu madzhab dengan madzhab yang lain. Siapa yang mau mengambil pelajaran dari saudaranya, dialah yang akan maju. Sebaliknya, siapa yang menutup diri dan tidak mau (mampu) melaksanakan hal tersebut, maka ia akan ketinggalan. Maka yang ketinggalan harus mengambil pelajaran dari yang sudah maju, dan tidak perlu khawatir terhadap kemajuan saudaranya, karena (saudaranya itu) tidak mungkin akan menjadi saingan yang merugikan dirinya. Dalam hal ini Allah berfirman:

“Merekalah orang-orang yang bersegera untuk melakukan kebaikan, dan merekalah yang lebih dulu memperolehnya." (QS 23:61)

Terkait Berita: