Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah lama dan perbankan Swiss yang terkenal ketat dalam menangani berbagai transaksi keuangannya ternyata bisa juga dibobol serta diporoti. Pada era 2000-an pembantaian kaum Yahudi oleh rezim Nazi-Hitler (holocaust) dijadikan kartu truf untuk mengeruk dana dalam jumlah yang fantastis oleh World Jewish Congress (WJC).
Norman
G Finkelstein (2000) dalam best seller-nya The Holocaust Industry
mengungkap bagaimana sebuah tragedi kemanusiaan(?) dalam sejarah disulap
sedemikian rupa menjadi komoditas penghasil uang oleh sekelompok orang
Yahudi yang memiliki kekuatan lobi politik serta bisnis bak gurita dalam
lembaga pemerintahan Amerika Serikat (AS).
Tekanan
bertubi-tubi WJC yang menuntut penyelesaian segera klaim yang jatuh
tempo dari para korban Holocaust yang selamat serta ahli waris mereka,
membuat perbankan Swiss akhirnya secara formal pada tahun 1996
mengijinkan dilakukannya sebuah audit eksternal yang komperehensif
(konon ini merupakan audit terluas dalam sejarah – pen.). WJC langsung
merespon hal ini dengan mendesakkan permintaan penyelesaian finansial
bahkan sebelum komite audit yang diketuai Paul Volcker sempat mengadakan
pertemuan pertama. Intinya mereka mati-matian menghalangi pembentukan
Komite Volcker dengan alasan ‘tidak bisa dipercaya' dan ‘para korban
Holocaust miskin tidak bisa menunggu hingga Komite Volcker selesai
mengaudit'.
WJC
tidak main-main dalam upayanya mencegah pembentukan Komite Volcker,
pada 1997 sebuah ‘Memorandum Hukum' melalui tangan Burt Neuborne mereka
sodorkan yang isinya tuntutan pada perbankan Swiss untuk membiayai
proses audit Holocaust senilai $500 juta (belakangan terbukti audit
tersebut fiktif- pen.) dan menolak Komite Volcker yang menurut mereka
hanya akal-akalan perbankan Swiss untuk mementahkan tuntutan ‘kritis'
para korban Holocaust. Pada pertengahan tahun 1998, mereka sukses
memaksa perbankan Swiss untuk menggelontorkan $1,25 miliar untuk
pencairan dana yang tidak bisa ditunda pembayarannya untuk rekening
orang Yahudi non aktif (dormant) di era Holocaust dan pengganti
keuntungan (transaksi perbankan) yang bukan haknya karena berasal dari
aset-aset jarahan maupun eksploitasi tenaga budak Yahudi oleh Nazi.
Pada
akhirnya Komite Volcker berhasil mengatasi semua tekanan dan
menjalankan semua tugas yang dibebankan sampai tuntas dalam menjawab
empat dakwaan utama yang dialamatkan pada perbankan Swiss. Pertama, WJC
menuduh bahwa perbankan Swiss mementahkan secara sistematis tuntutan
para korban Holocaust dan pewaris mereka untuk mengakses rekening bank
mereka paska Perang Dunia II. Penyelidikan Komite Volcker menyimpulkan
bahwa terlepas dari beberapa pengecualian tertentu, tuduhan ini tak
perlu ditanggapi secara serius.
Kedua,
perbankan Swiss juga dituduh telah menghancurkan arsip pencatatan aset
era Holocaust untuk menutupi jejak pengumpulan ‘keuntungan tidak sah'
yang berasal dari rekening para korban Holocaust dan Komite Volcker
sampai pada kesimpulan bahwa tuduhan itu sama sekali tidak berdasar.
Lalu ketiga, Swiss juga didakwa telah menggunakan uang milik korban
Holocaust asal Polandia dan Hungaria sebagai kompensasi atas harta milik
perbankan yang dinasionalisasikan oleh pemerintah Swiss. Komite Volcker
tak terang-terangan menyanggah ini namun berargumen bahwa pemerintah
Amerika Serikat juga melakukan hal yang sama saat mendesakkan klaim
kerusakan perang atas Jerman dibayar dengan aset-aset Jerman yang
kemungkinan besar di dalamnya terdapat aset para korban Holocaust.
Intinya, apa yang dilakukan oleh perbankan Swiss dinilai masih berada
pada batas kewajaran dalam sudut pandang hubungan multilateral.
Keempat,
WJC menuduh Swiss membeli emas hasil jarahan Nazi dari kantor-kantor
perbendaharaan Eropa dan Komite Volcker kembali mementahkan ini dengan
menyatakan ‘kemungkinan (adanya aset korban Holocaust -pen) yang sama
bisa terjadi pula pada koin-koin dan batangan emas yang dibeli oleh
Departemen Keuangan AS melalui Bank Sentral AS di New York selama dan
paska Perang Dunia II'.
Perseteruan
legal WJC versus perbankan Swiss memang berlangsung panjang, seru, dan
mengasyikkan untuk diikuti namun yang lebih menarik adalah menyusuri
ketulusan WJC memperjuangkan hak para korban Holocaust dihubungkan
dengan gelontoran dana senilai $1,25 milyar yang telah disinggung
sebelumnya. Tanggal 11 September 2000 WJC mengeluarkan ‘Usulan Rencana
Induk Khusus untuk Alokasi dan Distribusi Uang Penyelesaian Bank Swiss'
yang selanjutnya lebih populer dengan sebutan Gribetz Plan (GP). Di sana
tercantum bahwa $800 juta akan dialokasikan untuk menutup klaim atas
rekening masyarakat Yahudi non aktif di masa Holocaust.
Teks,
lampiran, dan bagan pendukung untuk memperkuat argumen dipilihnya
alokasi ini menghabiskan beratus-ratus halaman plus tambahan lebih dari
seribu catatan kaki dalam GP; namun tak satupun yang dapat
menjustifikasi secara dapat dipertanggungjawabkan alasan alokasi
tersebut (Finkelstein,2000). Alokasi itu ditambah segala argumen
penyokongnya hanya akal-akalan semata agar industri Holocaust bisa
meraup bagian terbesar dari dana kompensasi untuk menggembungkan
rekening pribadi para pengurus WJC dan kroni-kroni mereka. Fakta lain,
masih menurut Finkelstein, nilai $800 juta untuk menutup rekening warga
Yahudi era Holocaust juga merupakan hasil penggelembungan yang sangat
fantastis dari kisaran angka sebenarnya yang tentu saja sangat jauh di
bawah itu.
Kemudian
sisa $400 juta lebih dari dana kompensasi dialokasikan khusus untuk
kategori ‘aset yang dijarah', ‘tenaga kerja budak', dan ‘pengungsi'
dengan catatan tak sepeser pun dana akan dicairkan kecuali bila semua
permohonan dalam proses litigasi ini sudah diselesaikan. GP menyebutkan
secara eksplisit bahwa pembayaran masih harus menunggu sementara waktu
dan proses pengajuan akan memakan waktu tiga setengah tahun. Para korban
Holocaust yang selamat menyadari betul bahwa hanya segelintir saja di
antara mereka yang masih hidup saat permohonan dana itu dikabulkan.
Tebak kemana akhirnya dana itu akan berlabuh?
Sumber: IRIB
Indonesia/Kompasiana