Robert Chadron, Walikota Venelles, sebuah kota kecil di tenggara Prancis meneriman hujatan dari netizen. Hujatan bukan hanya datang dari publik Prancis, tapi juga dari seluruh dunia. Hujatan ini muncul setelah dirinya membuat kampanye anti-Islam di Twitter.
Dalam kicauannya, Chadron menyatakan, Islam harusnya tidak
diperkenankan di Prancis. "Kita harus melarang agama Islam di Prancis,"
bunyi kicauan Chadron yang mendapat respon keras dari Netizen dan juga
dari kelompok Uni Konservatif di Prancis.
Melansir Sputnik pada Minggu (17/5/2015), berbagai macam komentar muncul di Twitter. Sebagian dari mereka merespon keras, namun masih dengan kata-kata yang cukup sopan. Sementara beberapa lainnya merespon dengan menggunakan bahasa yang terbilang sangat keras.
"Bagaimana kalau kita mengusulkan untuk melarang kebodohan di Prancis," bunyi komentar seorang pengguna Twitter mengomentari kicauan Chadron. Sedangkan seorang pengguna Twitter lainnya mengatakan, setiap orang memiliki hak untuk memeluk agama apapun, karena menurutnya Prancis adalah negara yang bebas dan demokratis.
Namun, nampaknya Chadron adalah sosok yang teramat keras kepala. Bukannya mengurangi aksinya setelah mendapat hujatan, dia justru kembali berkicau.
Kali ini dirinya bukan berkicau di Twitter melainkan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis. Dalam wawancara itu, ia mengatakan, semua orang Islam harus keluar dari Prancis dalam waktu satu pekan, atau pemerintah Prancis terpaksa akan mengusir umat Islam dan mengirimkan mereka ke tanah Arab.
Politikus Prancis itu mengatakan, ide itu muncul saat dirinya sedang menjalani penyembuhan kanker mulut yang dia deritanya. Dirinya sangat yakin, dengan "mengusir" umat Islam dana melarang Islam berkembang di Prancis adalah salah satu solusi untuk menyelesaikan sebagian besar masalah di Prancis.
Terkait aksinya ini, para pemimpin partai UMP, salah satu partai pendukung Chadron mengatakan, pihaknya sedang membahas mengenai rencana untuk memecat walikota Venelles itu sebagai kader mereka. Selain itu, Chadron juga akan segera dipanggil di pengadilan karena diduga telah melangggar undang-udang tentang larangan untuk menyebarkan kebencian terhadap suatu pihak.
(Shabestan)
Melansir Sputnik pada Minggu (17/5/2015), berbagai macam komentar muncul di Twitter. Sebagian dari mereka merespon keras, namun masih dengan kata-kata yang cukup sopan. Sementara beberapa lainnya merespon dengan menggunakan bahasa yang terbilang sangat keras.
"Bagaimana kalau kita mengusulkan untuk melarang kebodohan di Prancis," bunyi komentar seorang pengguna Twitter mengomentari kicauan Chadron. Sedangkan seorang pengguna Twitter lainnya mengatakan, setiap orang memiliki hak untuk memeluk agama apapun, karena menurutnya Prancis adalah negara yang bebas dan demokratis.
Namun, nampaknya Chadron adalah sosok yang teramat keras kepala. Bukannya mengurangi aksinya setelah mendapat hujatan, dia justru kembali berkicau.
Kali ini dirinya bukan berkicau di Twitter melainkan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis. Dalam wawancara itu, ia mengatakan, semua orang Islam harus keluar dari Prancis dalam waktu satu pekan, atau pemerintah Prancis terpaksa akan mengusir umat Islam dan mengirimkan mereka ke tanah Arab.
Politikus Prancis itu mengatakan, ide itu muncul saat dirinya sedang menjalani penyembuhan kanker mulut yang dia deritanya. Dirinya sangat yakin, dengan "mengusir" umat Islam dana melarang Islam berkembang di Prancis adalah salah satu solusi untuk menyelesaikan sebagian besar masalah di Prancis.
Terkait aksinya ini, para pemimpin partai UMP, salah satu partai pendukung Chadron mengatakan, pihaknya sedang membahas mengenai rencana untuk memecat walikota Venelles itu sebagai kader mereka. Selain itu, Chadron juga akan segera dipanggil di pengadilan karena diduga telah melangggar undang-udang tentang larangan untuk menyebarkan kebencian terhadap suatu pihak.
(Shabestan)