Sreet….! Satu lembar lagi kalender sobek yang mangkal di atas meja
kerja kudu menghuni tempat sampah. Phew….sobat, nggak kerasa ya, dalam
hitungan hari, sebentar lagi kita akan memasuki tanggal keramat di awal
tahun. 1 Januari bow! Tanggal yang memaksa kita mencampakkan kalender
lama yang lecek bin dekil of the kumel dengan semua kenangan yang
tersimpan di setiap tanggalnya. Posisinya kudu digantikan oleh almanak
baru yang siap merekam setiap peristiwa dalam keseharian kita. Ibarat
pepatah, “Habis tanggal, kalender dipenggal” Kejam nggak sih?
Nggak cuma ganti kalender secara massal, akhir tahun juga selalu
diwarnai berbagai tradisi. Di stasiun tv, ada tayangan kaleidoskop yang
mengulas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam satu tahun yang akan
ditinggalkan. Dukun dan paranormal banyak disantroni untuk dapetin
ramalan jodoh, rizki, musibah, atau peruntungannya di tahun depan. Para
desainer pakaian, penata rambut, atau produsen kosmetik juga udah siap
me-
launching produk-produk terbarunya untuk dipopulerkan di tahun mendatang.
Ada juga yang punya tradisi berburu kalender baru yang gratisan
(jangan tesinggung ya?). Di mana saja dan kapan saja, panca inderanya
nggak lepas dari pantauan sinyal-sinyal yang menunjukkan keberadaan
kalender gratisan. Dari tukang bakso sampe supir angkot,
sempet-sempetnya pake ditagihin kalender. Malahan, yang biasanya beli
kopi
Liong Bulan sebungkus di warung depan rumah, bela-belain
pergi ke toko kopi di pasar biar dapet kalender. Jalan kaki lagi. Idih,
ini sih tipe remaja hemat setiap saat. Watau!
Tapi semuanya kalah prestise dibanding tradisi perayaan tahun baru.
Sudah harga mati kalo momen istimewa ini nggak boleh lewat tanpa
dirayakan dengan heebooooh! Buat remaja, terasa garing binti
kering-kerontang kalo malam tahun baru kagak pake acara arak-arakan di
jalan raya. Baik dengan jalan kaki atau pake kendaraan bermotor sambil
bakar petasan dan kembang api, niup terompet, metik gitar, nabuh
gendang, plus ngedarin ‘kotak infak’ dari gelas plastik (ini konvoi ama
ngamen seh?)
Tiap stasiun televisi jauh-jauh hari udah wanti-wanti bakal ngegelar
acara spesial dalam rangka menyambut tahun baru. Musik, dance, kuis,
games, semuanya digelar hingga larut malam. Puncak kemeriahan terjadi
pada saat perhitungan mundur menjelang detik-detik proklamasi, eh
pergantian tahun sebelum jarum jam menunjukkan pukul 00.00 (tahun baru)
Lima… empat… tiga… dua… satu… toooeet!!!
Tanpa dikomando, penonton di studio maupun pemirsa di rumah serempak
meniup terompet. Di jalan raya, raungan keras dari knalpot dan teriakan
klakson kendaraan bermotor memecah kesunyian malam. Nyala kembang api
dalam berbagai warna menerangi gelapnya langit dan makin menambah
kemeriahan dan semaraknya suasana. Kemudian berlanjut dengan pemberian
ucapan selamat tahun baru, sun pipi kiri-kanan dan tukar-menukar kado
dalam iringan musik yang hingar-bingar.
Tradisi perayaan tahun baru masehi.
Sobat muda muslim, ternyata perayaan tahun baru nggak cuma sebatas
merengkuh kebersamaan aja lho. Tradisi perayaan tahun baru di beberapa
negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap
dewa. Nah lho!
Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari,
orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih
bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan
semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa
Lemanja. Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara si “Toloy Bocah Sakti” Ronaldo.
Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan
hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun.
Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan
gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan
Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke
depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan
New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Masa’ sih? Ah…namanya juga takhayul!
Sejarah tahun masehi.
Sobat muda muslim, di tengah gencarnya ajakan dari sana-sini untuk
ngerayain tahun baru, kita justru sedih. Sedih karena banyak di antara
kita, khususnya remaja mulim, nggak ngeh kalo perayaan tahun baru
merupakan bagian dari hari suci umat Kristen. Seperti yang tercantum
dalam pernyataan dari kedubes AS perihal sejarah dan perayaan tahun
baru.
Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun
baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih,
sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus
lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir
disebut tahun Masehi. Gitchu ceritanya!
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tanggal 1 Januari dirayakan
sebagai hari tahun baru. Tepatnya tanggal 1 Januari tahun 45 Sebelum
Masehi (SM). Tak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar
Roma, dia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang
telah diciptakan sejak abad ke-7 SM. Dalam mendesain kalender baru ini,
Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, ahli astronomi dari Aleksandria,
yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti
revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. (
http://www.irib.ir )
Sementara kalender sekarang yang banyak dicari di akhir tahun adalah
Kalender Gregorian atau kalender Masehi. Kalender ini yang dinobatkan
sebagai standard penghitungan hari internasional. Pada mulanya kalender
ini dipakai untuk menentukan jadual kebaktian gereja-gereja Katolik dan
Protestan. Termasuk untuk menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia. (
http://www.babadbali.com ).
Hindari tasyabuh…
Sobat muda muslim, sekarang kita tahu dong kalo perayaan pergantian
tahun merupakan tradisi yang berasal dari orang kafir. Dengan dukungan
sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyeru dan
mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta
dibuat kesan seolah-olah hal itu merupakan hari besar yang sifatnya
umum, populer, tren, dan bisa diperingati oleh siapa saja. Padahal ini
merupakan salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari
agamanya. Hati-hati ya…
Sialnya, banyak dari kita yang nggak menyadari serangan budaya ini.
Terlena oleh acara malam tahun baru yang dikemas secara apik dan
menarik. Rasul dengan tegas melarang umatnya untuk meniru-niru budaya
atau tradisi agama atau kepercayaan lain. Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang menyerupai (bertasyabuh) suatu kaum, maka ia termasuk salah seorang dari mereka.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani).
Dalam hadits lain diceritakan: ada seorang lelaki yang datang kepada
Rasulullah saw. untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong
hewan di
Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi saw. menanyakan kepadanya (yang artinya):
“Apakah di sana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah?” Dia menjawab,
“Tidak”. Beliau bertanya,
“Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka ?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi bersabda, “
Tepatillah
nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam
maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam” [Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim].
Hadits di atas mengajarkan kita untuk menghindari syiar dan ibadah
orang kafir baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Meski itu
dalam rangka beribadah kepada Allah. Sebab hal itu sama aja turut
menghidupkan syi’ar-syi’ar mereka.
Sobat, semoga dalil di atas cukup mampu mengerem keinginan untuk
berpartisipasi dalam perayaan tahun baru atau hari-hari besar umat lain.
Kecuali kalo kita mau digolongkan ke dalam penganut agama selain Islam.
Tahu dong, konsekuensinya kalo Allah menggolongkan kita ke dalam
golongan orang-orang kafir. Kita bakal kekal ‘nginep’ di neraka. Iih,
nggak lah yauw..!
Trus gimana dong?
Pertama , kita nggak perlu malu bin segan untuk menolak
ajakan sohib untuk hura-hura bin pesta-pora di malam tahun baru. Di
hadapan temen-temen boleh jadi kita dianggap sombong, nggak toleran,
atau malah dikira alien alias makhluk asing karena ‘beda’. Tapi di
hadapan Allah, kita bisa termasuk golongan para penghuni surga. Amiin.
Kedua , kita nggak ngikut tahun baruan bukan berarti kita
nggak peduli dengan pergantian tahun lho. Tetep kita nyadar kalo
pergantian tahun merupakan bagian dari perubahan waktu. Saking sadarnya,
kita mencoba mensikapi sang waktu seperti yang dicontohkan tauladan
kita, Nabi saw. Bukan dengan euforia bergelimang maksiat, tapi sebagai
alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sebaik-baiknya manusia adalah orang
yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya
manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad).
Sobat muda muslim, kesempatan yang Allah berikan nggak akan datang
dua kali. Waktu yang telah kita lewati nggak akan bisa diputar ulang.
Tapi akan terus ngotot lari dan pergi.
Kita perlu sadari bahwa kita nggak akan selamanya muda. Jika usia
kita panjang, mau nggak mau, waktu bakal nganterin kita memasuki
kehidupan orang dewasa dengan segudang permasalahannya. Apa yang kita
harapkan di masa depan jika sekarang kita lebih doyan hura-hura bin
pesta-pora dibanding memanfaatkan waktu untuk mengasah keterampilan,
pola sikap, dan pola pikir kita. Bisa-bisa otak kita sampai meninggal
masih orisinil karena jarang dipake buat nyari pemecahan masalah. Walah!
Suatu saat juga kita akan sampai di ujung waktu. Satu masa dalam
hidup saat kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik
atau bertobat. Masihkah kita memimpikan kesenangan surgawi di kala kita
sibuk mengejar materi dan popularitas dengan mengorbankan aturan Ilahi.
Karena itu, mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah berikan
dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah. Kita luruskan
niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah Swt. Kita
ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat mengkaji,
memahami, meyakini semua aturan Allah Swt. Kita kuatkan pijakan kaki
kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat.
Kita padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi
masa tua dan masa persidangan
yaumul hisab kelak. Terakhir,
kita semayamkan dalam diri kita semangat perjuangan Rasulullah saw.,
para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para mujahid di medan
perang untuk mengembalikan
izzah Islam wal Muslimin . Allahu akbar!
[hafidz]
27 Desember 2004 – 13:32.
99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman sebagai berikut:
01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan
jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang
“Sebarkanlah walau satu ayat pun” (Sabda Rasulullah SAW) “Nescaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Surah
Al-Ahzab:71).