Pesan Rahbar

Home » » Imam Ali Ar-Ridha as Dalam Pandangan Ahlus Sunnah Dan Syiah

Imam Ali Ar-Ridha as Dalam Pandangan Ahlus Sunnah Dan Syiah

Written By Unknown on Sunday 3 August 2014 | 21:01:00


Imam Ali Ar-Ridha as

Nama : Ali.
Gelar : Ar-Ridha.
Julukan : Abu al-Hasan.
Ayah : Musa al-Kadzim.
Ibu : Taktam yang dijuluki Ummu al-Banin.
Tempat/Tgl Lahir : Madinah, Kamis, 11 Dzulqo'dah 148 H.
Hari/Tgl Wafat : Selasa, 17 Shafar 203 H.
Umur : 55 Tahun.
Sebab Kematian : Diracun Makinun al-Abbasi.
Makam : Masyhad, Iran.
Jumlah Anak : 6 orang; 5 Laki-laki dan 1 Perempuan.
Anak laki-laki : Muhmmad Al-Qani', Hasan, Ja'far, Ibrahim, Husein.
Anak perempuan : Aisyah.

Riwayat Hidup:
"Imam adalah orang yang menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya". "Imam adalah seorang yang berilmu bukan seorang yang bodoh, yang akan membimbing umat bukan membuat maksiat".

"Imam itu tinggi ilmunya, sempurna sifat lemah lembutnya, tegas dalam perintah, tahu tentang politik, punya hak untuk menjadi pemimpin".

"Sesungguhnya Imam itu kendali agama dan sistem bagi kaum muslimin serta pondasi Islam yang kokoh. Dengannya, salat,zakat, puasa dan haji serta jihad menjadi lengkap".


"Imam bertanggung jawab memelihara Islam, serta mempertahankan syariat, aqidah dari penyimpangan dan penyesalan".

"Imam bertanggungg jawab mendidik. umat, karenanya harus bersifat memiliki ilmu, tabu tentang situasi dan kondisi sosial,politik dan kepemimpinan".

Tulisan di atas merupakan sedikit penjelasan tentang makna keimaman yang dikernukakan Ali bin Musa Ar-Ridha a.s. Beliau adalah pewaris keimamahan setelah ayahnya, Musa al-Kazim a.s. yang wafat diracun oleh Harun Ar-Rasyid. lbunya,Taktam yang dijuluki Ummu al-Banin dia adalah seorang yang shalehah, ahli ibadah, utama dalam akal dan agamanya dan setelah melahirkan Ali ar-Ridha a.s, Imam Musa memberinya nama at-thahirah.

Imam Ali ar-Ridha a.s hidup dalam bimbingan, pengajaran dan didikan ayahnya selama tiga puluh lima tahun. Sejarah menjadi saksi nyata bahwa para Imam Ahlul Bait ini sangat utama dalam kedudukannya yang sekaligus merupakan rujukan bagi kaum muslimin dalam setiap permasalahan. Begitu juga Imam Ali ar-Ridha yang tumbuh dalam didikan ayahnya pantas menjadi seorang Imam serta mursyid (guru penunjuk)yang akan memelihara madrasah Ahlu Bait Nabi dan menduduki posisi kepemimpinan di mata kaum muslimin.
Begitulah, setiap Imam akan dibimbing oleh Imam sebelumnya dan setiap Imam akan memperkenalkan dan menunjukkan identitas Imam yang akan menggantikannya, agar kaum muslimin tidak kebingungan tentang siapa penerus misinya guna merujuk kepadanya dalam mencari pengetahuan tentang syariat Islam, menimba ilmu dan ma'rifat serta mengikuti kepemimpinan dan pentunjuknya.

Di zaman Ali ar-Ridha a.s. bidang ilmu, kegiatan penelitian, penulisan buku dan pendukumentasian telah berkembang pesat. Di masa ini juga hidup As-Syafi'i, Malik bin Anas, As-Tsauri, As-Syaibani, Abdullah bin Mubarok dan berbagai tokoh-tokoh ilmu pengelahuan syariat dan logika serta kemasyarakatan.

Mengenai situasi sosial saat itu, siapapun yang mengkaji akan mengetahui bahwa kehidupan islam yang dipimpin al Mahdi, al-Hadi, ar-Rasyid, al-Amin dan al-Makmun adalah kehidupan yang sarat dengan kepoya-poyaan, penuh dengan budak-budak perempuan, para penyanyi, penari dan gelas-gelas minuman keras. Ribuan juta dinar dan dirham dihambur-hamburkan sementara rakyat hidup dalam penekanan, pajak yang tinggi serta kelaparan dan berbagai ketakutan yang ditujukan kepada mereka.

Di saat seperti inilah Imam Ahlul Bait menunjukkan sikap ramahnya kepada kaum tertindas yang hidup dalam serba ketakutan serta menyerukan perbaikan dan perubahan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya, mereka mengalami penyiksaan, pengejaran, pemenjaraan pembunuhan. Sedang situasi politik saat itu, setelah Harun Ar-Rasyid meracuni ayahnya dia masih hidup beberapa tahun bersama Iman Ali Ar-Ridha. Perlakuan Harun Ar-Rasyid kepada Imam Ali ar-Ridha tidak seperti perlakuan terhadap ayahnya.

Sebelum Harun ar-Rasyid meninggal, dia membagi negeri kekuasaannya di antara ketiga orang anaknya; al-Amin, al-Makmun, al-Qosim. Situasi politik dan perekonomian mengalami kemerosotan yang tajam. Sementara itu, Imam Ali Ridha mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pengikutnya.

Untuk mengantisipasi keadaan itu dan sekaligus memadamkan adanya beberapa pemberontakan dari kaum Alawiyin, al-Makmun kemudian mengumurnkan rencananya untuk mengangkat Imam Ali Ridha sebagai putra mahkota sepeninggalnya. Walaupun rencana itu mendapat tantangan yang keras dari pihak keluarganya, namun dia tetap berkeras untuk mempertahankan rencananya.

Kemudian dia mengirim utusan kepada Imam Ridha dan memintanya agar datang ke Khurasan untuk bermusyawarah berkenaan dengan pengangkatan beliau sebagai putra mahkota. Dengan terpaksa Imam Ali Ridha a.s. memenuhi panggilan itu. Setelah sampai di tempat al-Makrnun, rombongan kemudian ditempatkan di sebuah rumah, sedang Imam Ridha a.s., di tempatkannya di sebuah rumah tersendiri.

Akhirnya, al-Makmun menuliskan nash baiat untuk Imam Ridha a.s. dengan tangannya sendiri, dan Imam pun menanda tangani nash baiat, yang menyatakan bahwa beliau menerima pengangkatan dirinya sebagai putra mahkota.

Sejarah berbicara lain, al-Makmun bukan orang yang tidak suka kedudukan. Dia telah membunuh saudaranya al-Amin dan juga membunuh orang-orang yang telah mengabdi kepada saudaranya dan juga ayahnya, seperti Thahir bin Husain, al-Fadhl bin Sahl dan lain-lain yang telah berjasa dalam mengukuhkan pemerintahannya, maka bukan juga hal yang mustahil jika dia akhirnya menyusun siasat untuk membunuh Imam dengan cara meracuninya.

Imam Ridha a.s. syahid pada hari terakhir bulan Safar tahun 203 Hijriah di kota Thus (Masyhad) dan dimakamkan disana juga, di rumah Humaid bin Qahthabah di sisi kuburan Harun ar-Rasyid pada arah kiblat. Sekarang, makam beliau merupakan makam yang sangat menonjol, yang dikunjungi oleh jutaan peziarah yang berdesak-desakan di sekelilingnya. Kota di mana beliau di makamkan telah menjadi kota yang besar di Republik Islam Iran. Letaknya perbatasan dengan Rusia. Ia merupakan kota yang indah dan ramai. Di dalam nya terdapat perkumpulan-perkumpulan ilmiah dan sekolah agama.

Pilihan (al-Istifa') adalah Ahlul Bayt as 

Dialog mengenai pengertian al-Istifa’ “pilihan” yang berlangsung di antara Imam Ali Ridha dan para ulama Iraq dan Khurasan adalah terjemahan dari buku Amali al-Saduq karangan Muhammad bin Ali bin Husain Babwaih al-Qummi,meninggal dunia dalam tahun 341 Hijrah,cetakan Najaf,1970,hlm.468-477,dan dari buku Tuhafu l-‘Uqul “an Ali al-Rasul,karangan Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin al-Husain bin Syu’bah al-Harani,meninggal dunia dalam tahun 336 Hijrah,cetakan Najaf,1961,hlm.318-326. 

Nama penuh beliau adalah Ali bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Talib.
Beliau adalah Imam kelapan dari Ahlu l-Bait Rabulullah S.A.W (cucu Imam Ja’far al-Sadiq). Beliau meninggal dunia pada tahun 203 hijrah - 817 Masihi dan disemadikan di Tus Iran, sekarang dipanggil Masyhad.

Beliau hidup dalam pemerintahan Harun dan kedua-dua anaknya al-Amin dan al-Makmun. Syaikh Abu Ja’far Muhammad,Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Syadhawaih dan Ja’far bin Muhammad bin Masrur telah memberitahu kepada kami dan mereka berdua berkata: “Muhammad bin Abdullah bin Ja’far al-Humairi telah memberitahu kepada kami daripada bapanya,kemudian daripada al-Riyyan bin al-Salt dan dia berkata: Imam Ridha telah menghadiri satu majlis yang diadakan oleh al-Makmun di Marvi yang dihadiri bersama oleh sekumpulan ulama Iraq dan Khurasan.

Al-Makmum berkata: " Beritahukan kepadaku tentang pengertian ayat....' Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami.....' [Surah al-Fatir:32]. 

Ulama tersebut menjawab: " Allah Azza Wajalla menghendaki dengan pengertian tersebut ' semua ummah'. Lalu al-Makmun berkata: " Apakah pandangan anda wahai Abu al-Hasan?" Maka Imam al-Ridha AS menjawab: " Saya tidak akan berkata sebagaimana mereka itu berkata. Tetapi saya berkata: " Allah menghendaki al-Itrah al-Tahirah [keluarga yang suci]." Al-Makmun berkata lagi: " Kenapa ianya dimaksudkan dengan al-Itrah bukan al-Ummah?"

Imam Ridha AS menjawab: " Jikalau ianya dimaksudkan dengan al-Ummah nescaya semuanya akan berada di syurga  kerana Firman Allah Tabarawa wa Ta'ala: ' Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah, yangdemikian itu adalah kurnia yang amat besar.' [Surah al-Fatir:32] Kemudian dia mengumpulkan semua di syurga. Dia berfirman: '[Bagi mereka] Syurga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka di beri perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.' [Surah al-Fatir: 33] .

Oleh itu al-Wirathah [warisan] adalah untuk al-Itrah al-Tahirah dan bukannya orang lain." Al-Makmun bertanya: " Siapakah al-Itrah al-Tahirah?" Imam Ridha AS menjawab: " al-Itrah al-Tahirah ialah orang yang telah disifatkan oleh Allah Azza wa-Jalla di dalam kitab-Nya:" Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kamu dengan sebersih-bersihnya."[Surah al-Ahzab:33] Mereka itulah yang dimaksudkan oleh Rasulullah S.A.W dan keluarganya: " Aku tinggalkan kepadamu:  Thaqalain [dua perkara berharga] Kitab Allah dan Ahlul Baytku,sesungguhnya kedudukannya tidak akan berpisah, sampai bersama-sama mengunjungiku di al-Haudh. Dan perhatikanlah bagaimana kalian menjaga kedua-duanya sepeninggalanku itu.' Wahai manusia! Anda tidak dapat mengajar mereka kerana mereka lebih alim daripada kalian." 

Ulama berkata: " Beritahukan kepada kami wahai Abul Hasan tentang al-Itrah, adakah mereka Al [keluarga] atau bukan Al [keluarga]?" Imam Ridha AS menjawab:" Mereka adalah Al [keluarga]"

Ulama berkata: " Di sana terdapat riwayat daripada Rasulullah S.A.W bahawa beliau bersabda: " Umatku adalah keluargaku dan mereka adalah sahabatku." itu Riwayat tersebut adalah banyak dan ianya tidak boleh dinafikan lagi, keluarga Muhammad adalah umatnya." Abul Hasan AS menjawab: " Beritahukan kepadaku, adakah sadaqah itu diharamkan ke atas keluarga Rasulullah S.A.W?" Mereka menjawab: " Ya". Beliau berkata: " Oleh itu ianya diharamkan ke atas ummah?" Mereka menjawab:" Tidak ". 

Beliau berkata: " Inilah perbezaan di antara Al dan Ummah." Sayang sekali! Dimanakah kedudukan kalian? Maka apakah kami akan berhenti menurunkan al-Qur'an kepadanya, kerana kamu adalah kaum yang melampaui batas?" (al-Zukhruf: 5). Tidakkah kalian megetahui bahawa al-Wirathah [warisan] dan al-Tahirah [kesucian]  telah berlaku di atas orang yang terpilih [istafaina] yang mendapat petunjuk dan bukan orang yang selain daripada mereka?" Mereka berkata: " Daripada manakah anda mengambilnya wahai Abul Hasan?" 

Dia menjawab: " Ianya daripada firman Allah Azzawa-Jalla: " Dan sesungguhnya Kami telah mengutuskan Nuh dan Ibrahim dan kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian [al-Nubuwwah] dan al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasiq( al-Hadid: 26).

Maka jadilah Wirathah al-Nubuwwah dan al-Kitab bagi al-Muhtadin [orang yang mendapat petunjuk] dan bukan orang-orang yang fasiq. Tidakkah anda mengetahui bahawa apabila Nuh memohon kepada Tuhannya," Beliau berkata: " Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." (Hud: 45).

Allah Azza wa-Jalla telah berjanji kepadanya supaya beliau sendiri melepaskan dirinya dan keluarganya. Maka Allah berfirman:" Hai Nuh, dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya perbuatan-perbuatannya yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan " (Hud: 46). 

Kemudian al-Makmun berkata: " Adakah Allah melebihkan al-Itrah ke atas sekalian manusia?" Lantas Abul Hasan AS menjawab: " Sesungguhnya Allah Azza wa-Jalla telah melebihkan al-Itrah ke atas sekalian manusia di dalam Kitab-Nya.".

Al-Makmun bertanya: " Ayat manakah di dalam Kitab Allah itu?" Imam al-Ridha AS menjawab: " Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala ummat (di masa mereka masing-masing), (iaitu) satu keturunan yang sebahagiannya (turunan) dari yang lain " (al-Imran: 33-34) Dan Allah Azza wa-Jalla berfirman di tempat yang lain, ' Ataukah mereka dengki kepada (sebahagian) manusia (Muhammad dan keluarganya) lantaran kurnia yang Allah telah berikan kepada mereka itu? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya mulkan aziman ( al-Nisa: 54) Kemudian Dia berfirman kepada seluruh Mu'minin: " Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri di antara kamu [al-Nisa: 59"]Iaitu orang-orang yang disertakan oleh Allah dengan al-Kitab dan al-Hikmah, tetapi mereka (orang ramai) dengkikan mereka (al-Itrah). (Muhammad dan keluarganya) lantaran kurnia yang Allah telah berikan kepada mereka itu? Sesungguhnya kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah berikannya mulkan aziman ( al-Nisa: 54) iaitu taat kepada orang-orang yang terpilih dan disucikan. Lantaran al-Mulk di dalam ayat tadi ialah taat kepada mereka." Ulama berkata: " Beritahukan kepada kami adakah Allah Azza wal-Jalla telah mentafsirkan al-Istifa' (pemilihan) di dalam Kitab-Nya?" Imam al-Ridha AS menjawab: " Dia telah mentafsirkan al-Istifa' secara zahir selain batin pada dua belas tempat." 

Pertama: " Firman Allah Azza wa-Jalla: " Dan berilah peringatan  kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat (al-Syu'ara: 214)" Ini adalah kedudukan yang tinggi, kelebihan yang besar, dan kemuliaan yang tidak ada bandingnya, kerana Allah Azza wa-Jalla maksudkan dengan Al [keluarga],maka Dia menyebutkannya untuk Rasulullah S.A.W." 

Kedua:" FirmanNya mengenai al-Istifa':  " Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bayt, dan menyucikan kamu sebersih-bersihnya." [al-Ahzab 33:33] Kelebihan ini tidak boleh diingkari oleh sesiapa pun. Kerana ianya adalah kelebihan yang jelas." 

Ketiga:  " Manakala Allah membezakan al-Tahirin [orang yang disucikan] daripada makhluk-Nya, maka Dia memerintahkan Nabi-Nya bermubahalah. Dia berfirman: " Maka katakanlah [kepadanya] kita memanggil anak-anak kami  dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu "diri kami" dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta  supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."[Ali-Imran 3:61] Maka Nabi S.A.W telah menjadikan Ali, Hasan, Husayn dan Fatimah AS sebagai pertaruhan. Dia telah mengiringi diri mereka dengan dirinya [Nabi S.A.W]. Adakah kalian mengetahui pengertian firman Allah Azza wa-Jalla ' Anfusa-na wa anfusa-kum [diri kami dan diri kamu]" .

Ulama menjawab: "Allah maksudkan diri-Nya."  Abul Hasan AS berkata: "Kalian telah silap. Sesungguhnya ianya dimaksudkan dengan Ali bin Abi Talib AS. Buktinya sebuah hadith telah menerangkan  maksud yang sama, seperti berikut:" ...aku akan mengutuskan kepada mereka seorang lelaki seperti diriku [ ka-nafsi]." Iaitu Ali bin Abi Talib. Ini adalah suatu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain, kelebihan yang tidak boleh dikaitkan dengan orang lain dan kemuliaan yang tidak dapat didahului oleh sesiapa pun kerana diri Ali seperti dirinya sendiri."  

Keempat:"Nabi S.A.W telah mengeluarkan orang ramai selain daripada al-Itrah dari masjidnya sehingga mereka merungut mengenai perkara tersebut. Al-Abbas RA berkata:" Wahai Rasulullah! Anda telah mengizinkan Ali bersama Anda dan mengeluarkan kami! Maka Rasulullah S.A.W bersabda:" Aku bukanlah membiarkannya dan mengeluarkan kalian. Tetapi Allah yang telah mengizinkannya bersamaku dan Allah mengeluarkan kalian." Ini adalah penjelasan, sabdanya kepada Ali AS," Kedudukanmu disisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa."  Ulama berkata: " Di manakah ayat al-Qur'an mengenai perkara ini?" Abul Hasan AS menjawab:" Aku akan membacakan kepada anda al-Qur'an." Mereka menjawab:" Kemukanlah kepada kami." 

Beliau berkata:" Firman Allah Azza wa-Jalla:" Dan kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya:" Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat bersembahyang." [Surah al-Yunus 10:87]. 

Ayat ini menerangkan kedudukan Harun di sisi Musa AS dan kedudukan Ali AS di sisi Rasulullah S.A.W. Di samping itu terdapat dalil yang zahir di dalam sabda Rasulullah S.A.W manakalah beliau bersabda: " Sesungguhnya masjid ini tidak halal bagi orang yang mempunyai janabah dan haid, selian daripada Muhammad dan keluarganya." Ulama berkata:" Wahai Abul Hasan, penerangan dan penjelasan ini tidak boleh didapati selain daripada kamu Ahlul Bait Rasulullah S.A.W." 

Imam al-Ridha AS menjawab:" Siapakah yang mengingkari kami di dalam hal ini sedangkan Rasulullah S.A.W bersabda:" Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya maka sesiapa yang ingin ke kota itu, maka hendaklah ia memasukinya melalui pintunya." 

Daripada apa yang telah kami terangkan mengenai kelebihan, kemuliaan, istifa' [pilihan] dan al-Taharah [kesucian] ianya tidak boleh diingkari oleh sesiapa pun. Dan bagi Allah segala kepujian di atas perkara tersebut." 

Kelima:" Firman Allah Azza Wa Jalla:" Dan berikanlah kepada keluarganya yang dekat akan haknya." [Surah al-Isra' 17:26]. Satu keistimewaan yang dikurniakan Allah SWT bahawa Dia telah memilih mereka untuk ummah. Manakala ayat ini diturunkan kepada Rasulullah SAWA beliau telah bersabda:" Jemputlah Fatimah kepadaku," maka ia datang, lalu dia bersabda:" Wahai Fatimah!' Fatimah menjawab:" Labbai-ka wahai Rasulullah. Maka beliau bersabda:" Ini adalah Fadak yang tidak dikerahkan seekor kuda dan seekor unta pun [bagi mendapatkannya], ianya adalah untukku sahaja bukan untuk orang lain. Dan sesungguhnya aku jadikannya untukmu manakala Allah memerintahku berbuat demikian. Maka ambillah untukmu dan anak-anakmu." 

keenam: " Firman Allah Azza Wa-Jalla:' Katakanlah: " Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluarga[ku]...'[Surah al-Syu'ara :23]. Keistimewaan ini adalah untuk Nabi SAWA di Hari Qiamat dan Al[keluarganya] sahaja dan bukan untuk orang lain. Lantaran itu Allah SWT telah menceritakan mengenai Nuh AS di dalam kitab-Nya:' Dan [dia berkata]: Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu [sebagai upah] bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu satu kaum yang tidak mengetahui.' [Surah Hud 11:29] 

Dan Allah Azza Wa-Jalla telah menceritakan megenai Hud AS. Dia berfirman:" Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku, maka tidakkah kamu memikirkannya? "[Surah Hud 11:51] Dan Allah Azza Wa-Jalla berfirman kepada Nabi-Nya:' Katakanlah:" Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluarga[ku]".[Surah al-Syu'ara 26:23]. 

Allah tidak mewajibkan kasih sayang kepada mereka melainkan Dia telah mengetahui sesungguhnya mereka [al-Itrah] tidak akan berpaling daripada Islam selama-lamanya. Mereka tidak akan kembali kepada kesesatan selama-lamanya. Dan jikalaulah seorang itu mengasihi seorang tertentu tetapi sebahagian keluarganya menjadi musuh kepadanya, maka hati lelaki tadi tidak akan tenteram untuknya. Oleh itu Allah mencipta supaya tidak akan berlaku "sesuatu" di hati Rasulullah S.A.W terhadap orang-orang Mukminin. 

Lantaran itu Dia mewajibkan kasih sayang kepada keluarganya. Sesiapa mematuhi-Nya, mencintai Rasulullah S.A.W dan menciintai Ahlu l-Baitnya,Rasulullah S.A.W tidak boleh memarahinya. Dan sesiapa yang meninggalkannya dan tidak mematuhinya dan memarahi Ahlul-Baitnya, maka berhak bagi Rasulullah S.A.W memarahinya. Kerana beliau telah meninggalkan satu fardhu dari fardhu-fardhu Allah. Oleh itu manakah kelebihan, dan kemuliaan yang mendahului kelebihan ini? Allah menurunkan ayat ini ke atas Nabi-Nya S.A.W:' Katakanlah Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluarga[ku].' [Surah al-Syu'ara 26:23]. 

Lantaran itu Rasulullah SAWA berdiri di hadapan para sahabatnya lalu beliau memuji Allah SWT dan bersabda: 
" Wahai manusia sesungguhnya Allah telah memfardhukan satu fardhu ke atas kalian dan adakah kalian akan melaksanakannya?" Tidak seorang pun menjawab. Maka beliau bersabda lagi: "Wahai manusia, ia bukannya emas, perak, makanan dan minuman."  

Mereka menjawab: Kemukakanlah wahai Rasulullah. Lalu beliau membacakan ayat tersebut kepada mereka. Mereka berkata: Ada pun perkara ini, ya. Tetapi kebanyakan mereka tidak melaksanakannya. Allah tidak akan mengutus Nabi melainkan Dia wahyukan kepadanya bahawa beliau tidak akan meminta upah daripada kaumnya kerana Allah Azza Wa-jalla akan menyempurnakan ganjaran para Nabi, Muhammad dan keluarganya. Allah telah mewajibkan kasih sayang kepada kerabatnya dengan megetahui kelebihan mereka yang diwajibkan oleh Allah Azza Wa-Jalla ke atas mereka kerana kasih sayang akan berlaku apabila mengetahui kelebihan mereka.  Manakala Allah mewajibkan perkara tersebut, maka ianya wajib ditaati. Lantas sebahagian lain menentangnya. Lalu mereka menjadi kufur kerana memalingkannya dari haknya yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Mereka berkata:"Kerabat itu adalah semua Arab dan yang mengikuti seruannya. Di dalam kedua-dua keadaan ini, kita telah mengetahui bahawa al-Mawaddah [kasih sayang] ialah kepada kerabat. Oleh itu orang yang paling akrab kepada Nabi S.A.W adalah lebih layak untuk dikasihi. Kasih sayang hendaklah diberi mengikut pertalian kerabat. 

Orang yang menilai Rasulullah S.A.W dari segi budi pekertinya dan apa yang dikurniakan Allah ke atasnya untuk kebaikan umatnya di mana lidah menjadi lemah untuk melahirkan kesyukuran kepadanya, tidak akan memusuhinya melalui keturunannya dan Ahlul Baitnya. Mereka tidak menjadikan Ahlul Baitnya setaraf dengan mereka seperti kedudukan mata di sisi kepala, kerana menjaga hati Rasulullah S.A.W dan kasih sayang kepada anak cucunya. Kenapa tidak, al-Qur'an telah menjelaskannya dan menyeru orang ramai kepadanya. Hadith-hadith menetapkan bahawa merekalah Ahlul-Mawaddah. Merekalah orang yang Allah mewajibkan kasih sayang terhadap mereka dan berjanji ganjaran kebaikan ke atas orang yang mencintai Ahlul Bait kerana sekiranya seorang melakukan al-Mawaddah terhadap mereka secara ikhlas, dia berhak syurga kerana firman Allah Azza Wa-Jalla:" Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang soleh [berada] di dalam taman-taman syurga, mereka perolehi apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah kurniaan yang besar." [Surah al-Syu'ara 26:22]. 

Demikianlah Allah memberi berita gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan melakukan amal soleh. 

" Katakanlah Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluarga[ku]" [al-Syu'ara 26:22]. 

Kemudian Abul Hasan AS berkata:" Bapaku telah menceritakan kepadaku dari Husayn daripada datukku bin Ali AS, beliau berkata: Telah berkumpul orang-orang Muhajirin dan Ansar di hadapan Rasulullah S.A.W. Mereka berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda berhak pertolongan untuk perbelanjaan anda, terutamanya daripada rombongan-rombongan yang datang kepada anda. Inilah harta-harta kami bersama 'darah-darah' kami, maka hukumlah padanya dengan sewajarnya. Berilah apa yang anda mahu dan simpanlah apa yang anda mahu dengan senang hati. Maka Allah Azza Wa-Jalla menurunkan wahyuNya melalui malaikatya dan berfirman:" Katakanlah :Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluarga[ku].' Iaitu hendaklah anda mengasihi kerabatku selepasku. Kemudian mereka pun keluar Berkata orang munafiqin: "Apakah yang mendorongkan Rasulullah S.A.W menolak apa yang kita bentangkan kepadanya,selain dari menggalakkan kita supaya mengasihi kerabatnya selepasnya!

Ini adalah suatu perkara yang direkakanatau diadakan sahaja.Kenyataan mereka itu besar pengertianya. Oleh itu Allah menurunkan Jibra'il dengan ayat: 
"Bahkan mereka mengatakan:' Dia [Muhammad] telah mengadakan-adakannya,maka kamu tidak mempunyai kuasa sedikit punmempertahankan aku dari [azab] Allah itu.Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamupercakapkan tentang al-Qur'an itu.Cukuplah Dia menjadi saksi antarakudan antaramu dan Dialah yang Maha Pengampunlagi Maha Penyayang'. [Surah al-Ahqaf:46:8].

Oleh itu Nabi SAWA datang kepada mereka dan bersabda:' Siapakah yang melakukan sesuatu?' Mereka menjawab: Wahai Rasulullah! Sebahagian dari kami telah mengatakan perkataan yang kasar dan kami membencinya. Maka Rasulullah S.A.W membaca kepada mereka Surah al-Syu'ara 26:22, lantas mereka menangis. Maka Allah Azza Wa-Jalla berfirman:' Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.' [Surah al-Ahzab: 33:56]. 

Ketujuh:" Firman Allah Tabaraka Wa-Ta'ala:" Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersalawat untuk Nabi, Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah [doa] salam kepadanya."[Surah al-Ahzab 33:56] Orang-orang yang ingkar telah mengetahui bahawa manakala ayat ini diturunkan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah S.A.W: " Ya Rasulullah! Sesungguhnya kami telah mengetahui mengenai salam ke atas anda. Dan bagaimanakah salawatnya pula? Maka Rasulullah S.A.W menjawab:" Katakanlah: Ya Allah limpahkanlah rahmatMu atas Muhammad dan keluarga Muhammad."Adakah kamu berselisih faham [khilaf] mengenai perkara ini?" 

Mereka menjawab:" Tidak." Al-Makmun menjawab:" Ini adalah perkara yang tidak ada khilaf lagi. Malah ianya perkara yang dipersetujui umum [ijma']. Al-Makmun menambah:" Adakah anda mempunyai sesuatu yang lebih jelas mengenai Al di dalam al-Qur'an?" Abul Hasan AS menjawab:" Ya!". 
Dia berkata kepada mereka:" Beritahukan kepadaku mengenai firman Allah Azza Wa-Jalla: " Yasin. Demi al-Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, [yang berada] di atas jalan yang lurus." [Surah Yasin 36:1-4].  
Apakah yang dimaksudkan dengan Yasin?"   
Ulama menjawab:"Yasin adalah Muhammad S.A.W dan ianya tidak boleh diragukan oleh sesiapapun." Abul Hasan AS berkata:" Sesungguhnya Allah telah mengurniakan Muhammad S.A.W dan keluarga Muhammad suatu kelebihan yang tidak boleh dicapai oleh sesiapa pun selain daripada orang yang benar-benar menggunakan akalnya. 

 Maka Allah Tabaraka Wa-Ta'ala berfirman: " Salam dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam.[al-Safat 37:79] Dan berfirman:' Salam dilimpahkan atas Musa dan Harun.[al-Safat 37:120] 

Dan Dia tidak berfirman: Salam dilimpahkan atas keluarga Nuh!.  
Dan Dia tidak berfirman: Salam dilimpahkan atas keluarga Musa dan salam ke atas keluarga Ibrahim! Tetapi dia berfirman: " Salam dilimpahkan atas Ali Yasin [keluarga Yasin] " [al-Safat:37:130] [Bandingkan ejaan Ilyas di dalam Surah al-Safat:130 dengan Surah al-An'am 6:85 iaitu Ali Muhammad S.A.W]. Al-Makmun berkata;" Aku telah mengetahui bahawa galian kenabian mempunyai penerangan dan penjelasan di dalam perkara ini." 

Kelapan: " Firman Allah Azza Wa-Jalla:" Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu perolehi sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, kerabat Rasul....".[Surah al-Anfal:41]. 

Dia telah menjadikan bahagian kerabat bersama bahagianNya dan bahagian RasulNya. Ini adalah perbezaan di antara Al dan Ummah. Kerana Allah telah menjadikan mereka di satu tempat dan menjadikan orang lain di tempat  yang lain pula. Dan Dia telah meredhai mereka apa yang Dia redha untuk diriNya. Dan Dia telah memilih mereka untukNya. Justeru itu Dia memulakan dengan diri-Nya, Rasul-Nya, kemudian dhil Qurba (kerabat Rasul) di dalam masalah al-Fai', harta rampasan (al-Ghanimah) dan lain-lain yang diredhai untuk diri-Nya, Dia redha untuk mereka pula. 

Dia berfirman: " Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang kamu perolehi sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul dan kerabat Rasul......"[Al-Anfal: 41] Ini adalah suatu pengukuhan dan bukti yang jelas bagi mereka sehingga hari Qiamat di dalam kitab Allah yang tidak didatangi kebatilan dari segenap segi kerana ianya datang dari Yang Maha Bijaksana Lagi Terpuji. Adapun pengertian firmanNya: "....anak-anak yatim dan orang-orang miskin...."[Al-Anfal:41] akan berakhir. Kerana seorang anak yatim apabila berakhir keyatimannya, dia tidak berhak menerima al-Ghanimah. Begitu juga seorang yang miskin apabila berakhir kemiskinannya, maka dia tidak berhak menerima al-Ghanimah, malah haram baginya menerimanya. Berlainan halnya dengan bahagian kerabat Rasul SAWA, kerana ianya berterusan sehinggalah hari Qiamat. Ianya menjadi hak mereka sama ada mereka kaya atau miskin kerana tidak seorang pun yang lebih kaya daripada Allah Azza Wa-Jalla dan Rasul-Nya SAWA. Lantaran itu Dia menjadikan untuk diri-Nya satu bahagian dan Rasul-Nya satu bahagian. Dan apa yang Dia redhai untuk Diri-Nya, Dia pula meredhai untuk mereka (kerabat Rasul S.A.W). 

Begitulah halnya dengan al-Fai'. Apa yang Dia telah meredhai untuk diriNya dan RasulNya,  Dia juga  meredhanya untuk kerabatnya (dhil-Qurba). Sebagaimana Dia melakukan kepada mereka di dalam masalah al-Ghanimah. Dia memulai dengan diriNya, kemudian RasulNya dan kemudian Dhil-Qurba. Bahagian mereka diiringi dengan bahagian Allah dan bahagian Dhil Qurba. Begitu juga halnya mengenai  "ketaatan" (al-Ta'at). Dia berfirman: " Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah, taatilah Rasulnya dan ulil-Amri di antara kami." [Al-Nisa: 59].

Dia telah memulainya dengan diri-Nya, kemudian Rasul-Nya dan kemudian Ahlul Bait.  Demikian juga dengan ayat al-Wilayah:" Sesungguhnya pemimpin (wali) kamu hanyalah Allah, RasulNya serta orang-orang yang beriman yang mendirikan solat dan menunaikan zakat seraya mereka rukuk.''...[Al-Maidah:55]. 

Justeru itu Dia telah menjadikan ketaatan kepada mereka berserta ketaatan kepada Rasulullah S.A.W yang diikuti dengan ketaatanNya. Sebagaimana Dia menjadikan bahagian mereka bersama bahagian Rasulullah S.A.W yang dikuti dengan bahagianNya di dalam al-'Ghanimah dan al-Fai'. 

Alangkah besarnya nikmat-Nya ke atas Ahlul Bait! Apabila datang persoalan mengenai sadaqah, Dia membersihkan diri-Nya, diri Rasul-Nya dan Ahlul Baitnya, maka Dia berfirman:" Sesungguhnya zakat sadaqah itu hanyalah bagi orang-orang yang faqir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat (amil), para muallaf yang dijinakkan hatinya, untuk (memerdekan) hamba, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." [Al-Taubah:60].

Tidakkah anda mendapati sesuatu mengenai ayat tersebut apabila Dia menjadikan satu bahagian untuk Diri-Nya, seterusnya untuk Rasul-Nya, satu bahagian untuk Dhil-Qurba? Kerana apabila membicarakan tentang sadaqah, Dia membersihkan Diri-Nya, diri Rasul-Nya dan Ahlul Baitnya. Malah Dia mengharamkannya ke atas mereka kerana sadaqah adalah haram ke atas Muhammad SAWA dan Ahlul Baitnya. Kerana sadaqah adalah kekotoran (ausakh) tangan manusia dan ianya tidak halal bagi mereka. Kerana mereka telah dibersihkan daripada segala kekotoran. Manakala Allah SWT membersihkan mereka dan memilih mereka, Dia meredhai mereka untuk diri-Nya, Dia membenci mereka apa yang Dia benci untuk diriNya." 

Kesembilan:" Kamilah Ahlul Zikr, yang dimaksudkan Allah di dalam kitabNya:" Maka tanyalah kepada Ahlul Zikr (Ahlul Bait AS) jika kamu tidak mengetahui." [Surah al-Anbiya:7] 

Ulama berkata:" Apa yang dimaksudkan dengan Ahlul Zikr ialah Yahudi dan Nasara." Abul Hasan AS menjawab:" Maha Suci Allah! Adakah harus sedemikian itu? Jikalau begitu halnya Dia menyeru kita kepada agama mereka (Yahudi dan Nasara)! Ini bermakna agama mereka lebih baik daripada agama Islam."

Al-Makmun berkata:" Adakah kamu sekelian mempunyai penerangan yang lebih jelas untuk menolak pendapat mereka (ulama) wahai Abul Hasan?" 
Abul Hasan AS menjawab:" Ya! al-Zikr ialah Rasulullah dan kami adalah keluarganya (Ahlul Baitnya). Ianya diterangkan di dalam kitab-Nya:" Maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal (iaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan zikran rasulan, (peringatan,perutusan) yang membaca kepadanya ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum)."[Surah al-Talaq:10-11] al-Zikr adalah Rasulullah SAWA dan kami adalah ahlinya (keluarganya)." 

Kesepuluh:" Firman Allah Azza Wa-Jalla:" Diharamkan atas kamu (mengahwini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan...."(Surah al-Nisa:23) Beritahukan kepadaku adakah layak bagi Rasulullah SAWA sekiranya beliau masih hidup, mengahwini anak perempuanku, cucu cicit perempuanku.?"

Mereka menjawab:" Tidak." Imam al-Ridha AS berkata:" Beritahukan kepadaku adakah anak perempuan salah seorang daripada kalian layak bagi Rasulullah S.A.W mengahwininya sekiranya beliau masih hidup?" Mereka menjawab:" Ya." 

Imam al-Ridha AS berkata: " Ini adalah satu penjelasan bahawa sesungguhnya aku daripada Ahlinya (keluarganya) dan kalian bukanlah daripada Ahlinya. Sekiranya kalian daripada ahlinya nescaya anak-anak perempuan kalian adalah haram untuk dikahwini dengannya, sebagaimana anak-anak perempuanku diharamkan ke atasnya. Kerana kami daripada Ahlinya sedangkan kalian adalah umatnya. Maka ini adalah perbezaan di antara Al (keluarga) dan Ummah. Kerana Al adalah daripada Rasulullah S.A.W dan Ummah apabila ianya bukan daripada Al, maka ia bukanlah daripada Rasulullah S.A.W." 

Kesebelas:" Firman Allah Azza Wa-Jalla:" Dan seorang lelaki yang beriman di antara keluarga Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: Apakah kamu akan membunuh seorang lelaki kerana dia mengatakan:"Tuhanku ialah Allah," padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu." [Surah al-Mu'min:28].

Lelaki Mu'min di dalam ayat tersebut adalah sepupu Fir'aun dari sebelah bapanya. Maka Allah menisbahkannya kepada Fir'aun dari segi keturunannya, tetapi Dia tidak mengaitkannya dengan Fir'aun dari segi agamanya. Demikianlah Dia telah mengkhususkan kami dengan Nabi S.A.W kerana kami adalah dari Al (keluarga) Rasulullah S.A.W. Dan dari segi keturunan, kami daripadanya dan Dia telah mengumumkan kami dengan orang lain dari segi agama. Maka inilah perbezaan di antara Al dan Ummah." 

Kedua belas:" Firman Allah Azza Wa-Jalla:" Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan solat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." [Surah al-Taubah:132] Allah telah memberi pengkhususan kepada kami apabila Dia memerintahkan kami berserta Ummah supaya mendirikan soat. Kemudian Dia mengkhususkan kami dari Ummah. Selepas turun ayat tersebut, Rasulullah S.A.W datang di pintu rumah Ali dan Fatimah AS selama sembilan bulan dan beliau bersabda:" Kerjakan solat, nescaya anda dirahmati Allah." Allah tidak memuliakan seseorang dari zuriat para Nabi dengan kemuliaan yang dikurniakan kepada kami." 
Lalu al-Makmun dan para ulama berkata:" Allah memberi kebaikan kepada anda Ahlul Bayt. Kami tidak mendapat penerangan dan penjelasan mengenai apa yang kami kabur selain daripada anda, Ahlul Bait AS."

(ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: