(Foto: Okezone.com)
Selama 6 bulan terakhir eskalasi ancaman dan kekerasan terhadap komunitas muslim Syiah di seluruh Indonesia naik cukup mengkhawatirkan. Di beberapa tempat selebaran, spanduk, buku yang berisi fitnah dan hasutan kebencian terhadap Syiah ditebar secara demonstratif oleh kelompok intoleran berjubah organisasi agama yang tak jarang berisi seruan perang dan penghalalan darah orang Syiah.
Puncaknya adalah batalnya acara Asyura untuk memperingati syahadahnya cucunda Nabi Muhammad Saw bernama Husain bin Ali di Surabaya Jawa timur sehari sebelum acara karena polisi merasa situasi tidak aman. Berikutnya penyerangan acara Asyura di Makassar Sulawesi Selatan pada 14 November 2013 yang telah mengakibatkan 5 orang luka terkena busur panas, balok, sekop dan penyerangan benda tumpul.
Peristiwa paling terkini adalah ancaman penyerangan dan pengusiran kantor Yayasan Rausyan Fikr Yogyakarta oleh kelompok intoleran pada tanggal 22 November 2013 yang syukur Alhamdulillah dapat segera diantisipasi oleh Gubernur DIY sekaligus Sultan Ngarso Dalem Ngayogyakarta beserta aparat kepolisian dengan sigap dan cekatan. Kami sangat memuji kepemimpinan Gubernur Yogyakarta dan sikap tegas kepolisian dalam merespon kejadian di Yogyakarta.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Universalia menyerukan kepada lembaga negara dan aparat penegak hukum untuk mencermati secara sangat serius pola dan naiknya ancaman dan kekerasan terhadap muslim Syiah dan segera mengambil tindakan preventif maupun represif jika diperlukan. Sikap gamang dari aparat pemerintah dalam menegakkan hukum bahkan cenderung memihak telah menyumbang naiknya intoleransi dan kekerasan terhadap muslim Syiah.
Seperti kita ketahui, jejak tradisi keberagamaan Syiah dan Sunni yang sama-sama telah lama hidup damai di bumi Indonesia dan memiliki sejarah panjang dalam mempromosikan ajaran Islam yang damai di Nusantara ini, adalah aset yang harus dijaga keutuhannya dari ancaman politik sekelompok kecil kaum intoleran yang polanya menyusup dan menumpangi dakwah muslim Sunni untuk terus-menerus mengkampanyekan pengkafiran dan penyesatan seraya merasa yang paling benar dan yang lain paling sesat.
Secara geopolitik ada upaya sistematis untuk menjadikan Indonesia sebagai ladang perang agama dan pecah-belah antar-saudara sebangsa dan senegara sebagaimana mereka kehendaki dan telah mereka lakukan di Suriah dan di beberapa tempat lain di Timur Tengah.
Pola ini sangat sistematis dicirikan dengan gelombang fitnah, manipulasi serta ancaman terhadap ajaran Syiah dengan sasaran dakwah mereka adalah masyarakat awam, kantor pemerintah daerah dan kantor-kantor kepolisian agar secara instan turut membenci dan mengikuti agenda mereka untuk mempersekusi muslim Syiah.
Kami sangat menyesalkan sikap intoleran sekelompok pengurus MUI Pusat yang turut serta memproduksi dan menyebarkan buku penghakiman tentang kesesatan ajaran Syiah di mana-mana secara in-absensia tanpa dialog dan diskusi secara ilmiah dan fair. Sikap pengurus MUI Pusat ini telah menyuburkan fitnah terhadap ajaran Syiah dan pada gilirannya menyumbang naiknya kekerasan.
Jika kita terlambat menyikapi hal ini, hak-hak konstitusional warga negara yang terangkum dalam prinsip-prinsip HAM Universal seperti jaminan keselamatan untuk hidup, jaminan penghormatan atas berkeyakinan akan kembali tercoreng dan memakan korban. Hal yang lebih penting lagi, jika negara mengambil sikap toleran terhadap intoleransi yang terus memaksa untuk eksis sendirian, maka yang akan terjadi adalah persekusi dan konflik yang konstan bahkan pertumpahan darah sesama anak bangsa.
Jakarta, 23 November 2013
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email