Infrastruktur yang tidak memadai menjadi kelemahan terbesar yang dihadapi Indonesia. Selain infrastruktur, masalah lain berupa tingginya tingkat korupsi, minimnya SDM terlatih, sistem bea dan cukai yang membuat pergerakan barang terhambat, dan peraturan perundangan-udangan yang bermasalah, menjadi penghambat iklim usaha.
Masalah-masalah itu dikemukakan oleh 588 orang eksekutif senior perusahaan Amerika Serikat (AS) di ASEAN yang disurvei Kadin AS atau US Camber of Commerce. Walau penuh masalah, namun dalam survei yang dirilis pada Kamis (28/8/2014) itu, sebanyak 81 persen tetap menyatakan akan menggelar ekspansi di Indonesia di masa mendatang.
Dengan persentase sebesar itu, Indonesia menjadi juara pertama mengungguli 9 negara ASEAN lainnya. Ekspansi menjadi pilihan bisnis, sebab sebanyak 88 perusahaan dari para bos itu yakin akan mendapatkan banyak keuntungan pada tahun depan. Optimisme keuntungan yang diharapkan perusahaan AS di Indonesia lebih tinggi dibanding tahun ini yang sebesar 62 persen.
Para bos yang menjadi responden survei ini bekerja di perusahaan AS yang tersebar di 10 negara ASEAN. Sebanyak 55 persen dari mereka berada di industri jasa, 31 persen di manufaktur, dan sisanya bekerja di indusri ekstraktif dan berbagai industri lainnya. Perusahaan mereka memiliki turnoverantara 50 juta dollar AS hingga lebih dari 1 miliar dollar AS.
Dari survei juga diketahui, para bos perusahaan AS yang bekerja di Indonesia masih ingin tinggal di Indonesia lebih lama. Sebanyak 91 persen responden secara umum mengaku puas dengan penugasannya di Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 62 persen juga berharap untuk memperpanjang masa kerja mereka di Indonesia. [Uji Agung Santosa]
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/08/30/135345526/88.Persen.Perusahaan.AS.Raup.Untung.di.Indonesia