Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label KTP. Show all posts
Showing posts with label KTP. Show all posts

Pembuat Akun Palsu Kasatreskrim di Facebook Tipu Rp 1,5 Miliar

Kasatreskrim Polres Tanjung Perak, AKP Aldy Sulaeman, dan istrinya dalam laman Facebook aslinya yang beralamat di http://facebook.com/muhammad.a.sulaeman.9

Pengguna Facebook harus semakin hati-hati. Dalam sebulan terakhir ini, muncul penipuan yang mengatasnamakan Kasatreskrim Polres Tanjung Perak, AKP Aldy Sulaeman.
Diperkirakan, korban penipuan mencapai puluhan orang.

Penelusuran SURYA, ada empat akun yang menggunakan nama Aldy, yaitu M Aldy Sulaeman, AKP M Aldy Sulaeman, Aldy Sulaiman, dan M Aldy Sulaeman.
Empat akun ini sama-sama memasang foto Aldy. Hanya akun AKP M Aldy Sulaeman yang menggunakan foto profil bergambar mobil.

Sedangkan tiga akun lainnya menggunakan foto profil bergambar Aldy.
Aldy mengaku hanya memiliki satu akun FB, yaitu M Aldy Sulaeman. Akun ini menggunakan foto Aldy mengenakan jaket hitam.

Dia memastikan tidak pernah membuat akun lain.

“Tiga akun itu yang digunakan pelaku untuk menipu korban,” kata Aldy, Minggu (17/5/2015).
Dari tiga akun palsu ini, akun M Aldy Sulaeman yang paling lama, yaitu sejak 2011.

Sedangkan akun AKP M Aldy Sulaeman baru dibuat pada Maret 2015 lalu. Tapi Aldy baru saja mengetahui penipuan ini yang mengatasnamakan dirinya.

Saat itu Aldy menerima telepon dari seseorang yang tidak dikenalnya. Di awal pembicaraan, orang yang mengaku berasal dari Palangkaraya itu langsung marah-marah.
Aldy pun kaget. Saat ditanya alasannya, orang itu baru menjelaskan kronologi penipuan yang dialaminya.

Menurut Aldy, pelaku mencari korban melalui chatting menggunakan akun FB palsu itu.
Setelah berhasil menarik simpati calon korban, pelaku minta nomor korban. Dalam pembicaraan via ponsel inilah pelaku mengungkapkan berbagai alasan agar korban bersedia mentransfer uang ke rekening pelaku.

Di antaranya ibu Aldy sedang sakit, atau Aldy meminjam uang.
Setelah mendapat laporan ini, Aldy langsung menelusuri kebenaran informasi ini.
Ternyata pelaku sudah menipu puluhan korban. Diperkirakan pelaku sudah mengumpulkan uang sekitar Rp 1,5 miliar.

“Pelakunya cukup pintar. Uang itu dikirim ke rekening atas nama Aldy Sulaeman,” tambahnya.
Tapi mantan Kasatreskrim Polres Malang ini menegaskan rekening yang digunakan pelaku bukan rekening miliknya.

Menurutnya, untuk memuluskan aksi penipuannya, pelaku membuat KTP palsu. KTP palsu inilah yang digunakan untuk membuka rekening di bank nasional.
Aldy memperkirakan penipuan ini melibatkan dua orang ini. Satreskrim sudah mengantongi identitas kedua pelaku ini.

Menurutnya, pelaku juga domisili di Palangkaraya. Makanya Satreskrim menggandeng Tim Walet Polda Jatim untuk memburu pelaku.
“Penipuan ini sudah berjalan sekitar sebulan. Baru satu orang yang lapor ke kami,” terang Aldy.

 (Source)

Agama KTP

berbagai simbol agama dunia.

Saat kuliah di ITB dulu, kami dibebaskan untuk mengambil mata kuliah agama apapun. Meski Anda muslim, Anda boleh mengikuti perkuliahan Agama Hindu, atau agama lainnya asalkan tercantum dalam Kartu Studi Mahasiswa. Dan benarlah, dengan entah karena ingin dapat nilai A atau hal lain, beberapa teman muslim atau kristiani mengambil mata kuliah Agama Hindu atau Buddha. Konon, yang paling mudah mendapatkan nilai bagus adalah Mata Kuliah Agama Hindu. Selain dosennya baik, juga tak ada jam tambahan berupa mentoring. Perkuliahan yang padat membuat beberapa teman menjadi pragmatis, toh ikut kuliah Agama berbeda tak membuat mereka menjadi murtad. Hal lainnya adalah mereka dapat nilai bagus, mendongkrak IPK dan tentu saja jadi ikut memahami ‘perbedaan’ agama yang dia anut dengan agama yang dia pelajari itu.

==

Saya termasuk tak begitu peduli apa agama yang tercantum di KTP Anda. Sepanjang anda berperilaku baik, maka Anda layak jadi teman saya. Kalau Anda suka tersenyum, membantu orang kesusahan, maka Anda layak menjadi kembang harum di masyarakat. Kalau anda berperilaku buruk, suka bergunjing, merebut paksa hak orang lain, maka saya yakin agama apapun yang anda cantumkan di KTP tak akan menjadikan Anda disanjung-sanjung. Anda akan jadi sampah masyarakat.

Kalau Anda mau menikah, calon pasangan Anda tentu tak perlu payah-payah memeriksa kolom agama anda di KTP, tapi cukup mengamati keseharian Anda. Apakah anda rajin ke mesjid, atau ke tempat ibadah lain. Meskipun di KTP Anda tercantum identitas agama formal anda, tapi kalau rupanya Anda tak melaksanakan ritual peribadatan keseharian, lantas apa gunanya? Bukankah itu akan sedikit membelokkan anggapan orang lain, bahwa kalau Anda menganut agama tertentu sesuai KTP maka serta merta Anda diharapkan ‘rajin’ beribadah dan dengan demikian akhlak Anda pun baik.

Juga, kalau Anda bangga dengan Agama yg tercantum di KTP, tapi lantas gemar mengusik iman atau mazhab saudara se-agama Anda dengan mencela keyakinan mereka, lantas apa gunanya persamaan itu? Bukankah agama seharusnya menebarkan kedamaian, bukan permusuhan. Sesama mahluk Tuhan saja wajib saling menghargai, apalagi kalau KTP Anda mencantumkan agama yang sama dengan rekan yang Anda caci-maki itu. (Ingat fitnah massif yang digencarkan ke salah satu capres tertentu di masa kampanye, meski ia sudah menunjukkan scan copy KTP dan bahkan Surat Nikahnya? ).

Dahulu ada istilah yang cukup menggelikan, dikenakan ke sebagian orang; “Islam KTP” atau “Kristen KTP” atau “Hindu KTP”. Maksudnya, Agama mereka itu hanya pelengkap status saja di KTP, tapi kenyataannya mereka tak mempraktekkan amalan agama tersebut. Mudah-mudahan sih memang pada akhirnya, ketika menjelang ajal, dia tak lagi sekadar ber-agama KTP. Tapi sudah tobat nasuha.

Meski demikian, pencantuman agama di KTP tetap ada gunanya juga. Misalnya untuk keperluan statistik, dan data ini bisa dipakai pemerintah untuk mengajukan kuota haji ke Arab Saudi misalnya. Atau hal lainnya, demi menjadi alat diplomasi (atau dagang) ke negara-negara Arab bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk sekian persen yang seiman dengan mereka.

Di Uni Emirat Arab ini, tak ada kolom Agama di Kartu Emirat Identity saya. Tapi saat mengisi formulir, jelas kami wajib menyampaikan informasi pribadi itu. Bahkan kalau Anda mencantumkan Islam sebagai Agama Anda, akan ada pertanyaan tambahan yakni mazhab yang dianut, apakah bermazhab Sunni atau Syiah. (Di UAE, hanya Syiah dan Sunni yang diakui sebagai mazhab dalam Islam). Kalau tak mengisinya, formulir Anda akan ditolak. Tapi saat Emirate ID saya dicetak, data yang ditampilkan hanya foto, nama, kebangsaan, tanggal lahir, jenis kelamin, dan nomor ID. Tak ada kolom Agama.

Apakah saya menolak Agama dicantumkan di Emirat ID? Tentu saja bukan maunya saya. Itu maunya pemerintah. 
 
(source)

Terkait Berita: