Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Riya'. Show all posts
Showing posts with label Riya'. Show all posts

Keikhlasan yang Sempurna


Kata Rasulullah, kalau tangan kananmu berbuat baik, tangan kirimu jangan sampai tahu.

Perbuatan baik tidak boleh ditakaburkan. Tidak boleh dipamerkan. Tidak boleh menjadi peristiwa riya’ di dalam kalbu orang yang melakukannya.

Ada seorang lelaki setengah baya masuk mall. Membawa koper cukup besar. Ia naik eskalator. Tergugup-gugup, mungkin belum terbiasa menyesuaikan kaki dan badannya dengan mekanisme dan irama tangga berjalan itu.

Sedemikian rupa sehingga ia terjatuh, kopernya menggelinding ke bawah, terbuka, dan isinya terbaur keluar.

Isi koper itu ternyata beribu-ribu lembaran uang sepuluh ribuan.

Tanpa sadar orang-orang yang berkerumun dan lalu lalang di sekitar tempat itu langsung menyerbu dan meroyok lembaran-lembaran uang yang berhamburan itu.

Si lelaki setengah teriak-teriak.

Kemudian ia menangis dan menutupi mukanya. “Uang saya diroyok orang! Uang saya diroyok orang…..”, sambatnya.

Tak ada yang memperhatikannya, sampai akhirnya tak ada orang tahu juga tatkala ia menghilang.

Ternyata memang ia sengaja. Ia ingin beramal, tapi jangan sampai ketahuan kalau beramal. Ia pura-pura menangis dan eman uangnya hilang, agar tak seorang pun menyangka bahwa sebenarnya ia sengaja melakukan itu. Ia ingin menyempurnakan keikhlasannya.

Lelaki yang saya kisahkan ini sangat tinggi derajatnya di mata Allah.

Dan itulah bedanya dengan saya.

Derajat saya masih pada strata tugas “uswatun hasanah”. Memberi teladan yang baik. Celakanya, memberi teladan itu tidak mungkin dengan menyembunyikannya, melainkan justru harus menunjukkannya.

Saya berdoa kepada Allah: “Ya Kekasih, nilailah apa yang kulakukan ini sebagai riya’ dan takabur, sehingga Engkau membatalkan pahalaMu atasku. Karena dengan tiadanya tabungan pahala itu insyaAllah aku menjadi lebih bersemangat untuk tetap mencoba menabung pahala dan kemuliaan….”


Disalin dari tulisan Muhammad Ainun Najib 

Riya’ dan obatnya serta Bahayanya


Pertanyaan: Apa obat riya’ dan penyembuhannya?

Jawaban Global:
Riya adalah: menunjukkan perbuatan baik kepada orang lain untuk mendapatkan sanjungan dan kedudukan sosial. Riya’ adalah kebalikan ikhlas.
Sebagian dari cara-cara menyembuhkan riya’ di antaranya adalah: mengingat bahwa Allah murka terhadap perbuatan riya’, memahami bahwa sanjungan orang tidak berharga, ingat bahwa orang-orang sering mengingkari janji, tak berterimakasih dan tidak selalu membalas budi, memahami bahwa Allah swt mampu menakhlukkan hati setiap orang untuk kita, mengingat bahwa Allah saw mampu membuat kita malu di depan umum atas perbuatan riya’, mengingat bahwa riya’ dapat menghanguskan amal perbuatan kita, dan berusaha membiasakan diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik di kesendirian tanpa dilihat orang lain.

Yang perlu diperhatikan di sini adalah, bahwa tidak selamanya melakukan suatu perbuatan di depan umum adalah riya’, tapi menjalankan tugas; namun sering kali setan membuat kita was-was sehingga kita dicegah untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berkelompok. Oleh karena itu kita harus teliti dalam masalah ini dan berusaha memerangi bisikan setan dengan tetap menjalankan sebagian ibadah secara bersama-sama.
Jadi tidak semua perbuatan baik yang dikerjakan di depan umum adalah riya’, bahkan bisa jadi perbuatan yang terpuji, seperti melakukan perbuatan baik dengan tujuan menyemangati orang lain untuk melakukan hal yang sama, dengan niat bertabligh dan berdakwah, atau karena memerangi was-was setan.

Jawaban Detil:
Riya’ adalah, seseorang ingin mendapatkan keistimewaan dan sanjungan atau posisi tertentu dari orang lain dengan cara menunjukkan perbuatan-perbuatan baiknya.[1] Dan jika melakukan ibadah atau perbuatan baik lainnya, tujuannya adalah supaya orang lain melihatnya dan memujinya serta menyebutnya sebagai orang baik.

Kebalikan riya’ adalah ikhlas, yang artinya adalah mensucikan niat untuk Tuhan dan mengkosongkan niat-niat yang lain, dan melakukan segala amal perbuatan hanya untuk mentaati-Nya serta mengharap ridha-Nya.

Cara-cara menyembuhkan riya':
Di antara cara-cara menyembuhkan riya’ adalah:
1. Mengingat murka dan amarah Ilahi; berbuat riya’ dalam ibadah dan menjalankan tugas-tugas yang diperintahkan Allah swt pada dasarnya adalah penghinaan terhadap-Nya dan mengundang murka-Nya.
2. Memahami bahwa balasan dan pujian manusia tidak berharga jika dibandingkan dengan pahala dan balasan yang diberikan Tuhan kepada kita; jika seseorang mau membandingkan balasan materi manusia dan pujian-pujiannya dengan pahala dan ganjaran Tuhan, pasti ia tidak akan pernah melakukan suatu pekerjaan hanya untuk dipuji orang lain.
3. Mengingat bahwa orang-orang sering tidak menepati janji, tidak berterimakasih dan pelupa. Sering kali manusia tidak terlalu menghargai perbuatan baik yang dilakukan untuk mereka, atau sama sekali tidak menganggapnya penting, apa lagi untuk membalas budi, dan mereka cepat sekali melupakannya. Atau jika mereka ingin membalas budi, mereka tidak mampu untuk melakukannya. Kalaupun mereka berterimakasih, itu pun tidak terlalu berharga. Padahal Tuhan sama sekali tidak menyia-nyiakan perbuatan baik hamba-Nya sedikitpun dan takkan pernah melupakan amal manusia. Karena sesungguhnya Tuhan maha tahu dan Ia mampu memberikan ganjaran sebesar apapun kepada hamba-Nya.
4. Menyadari bahwa Allah swt maha mampu untuk menakhlukkan hati manusia; secara alami manusia ingin dipuji dan mendapatkan dukungan dari sesamanya, serta selalu diingat dengan kebaikannya. Namun kita perlu sadari bahwa yang bertugas untuk membuat hati mereka tertarik kepada seorang hamba yang selalu berbuat baik adalah Tuhan, bukan kita. Jadi, jika hamba-hamba Allah menjalankan tugasnya dan melakukan amal saleh dengan penuh keikhlasan, dengan sendirinya mereka akan mendapatkan pujian dari sesamanya.
5. Menyadari bahwa Allah swt dapat mempermalukan orang-orang yang berbuat riya’ di depan umum; seseorang yang sadar bahwa jika seandainya orang lain tahu ia tidak memiliki niat yang ikhlas dalam amal perbuatannya, jelas mereka tidak akan memuji dan menyemangatinya. Dengan demikian ia tidak akan membuang-buang tenaga untuk berbuat riya’.
6. Mengetahui bahwa riya’ adalah pelenyap amal-amal perbuatan manusia; orang yang sadar bahwa amal perbuatan yang mengandung satu titik riya’ bagi Tuhan tidak ada nilainya, maka ia pasti memahami bahwa berbuat riya’ akan membawa kerugian yang sangat besar bagi amal perbuatan yang telah ia lakukan.
7. Membiasakan diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam kesendirian tanpa dilihat orang lain.[2] Ini adalah jalan praktis untuk menyelamatkan diri dari riya’.

Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perbuatan baik yang dilakukan di depan umum adalah perbuatan riya’, namun merupakan tugas dan perbuatan terpuji. Misalnya:
1. Melakukan perbuatan-perbuatan baik secara terang-terangan dengan tujuan menyemangati orang lain untuk melakukan hal yang sama.
2. Menjalankan amal ibadah secara terang-terangan dengan tujuan berdakwah. Karena jelas sekali dakwah secara tersembunyi tidak terlalu berarti.
Tidak selamanya melakukan suatu perbuatan di depan umum adalah riya’, namun sering kali setan membuat kita was-was sehingga kita dicegah untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berkelompok, seperti shalat Jum’at dan shalat jama’ah di masjid yang mana saat ini sudah menjadi hal lumrah.


[1]. Naraqi, Mulla Ahmad, Mi’raj As-Sa’adah, hal. 472 dan 473.
[2]. Ibid, hal. 483.

Terkait Berita: