Pertanyaan: Apa obat riya’ dan penyembuhannya?
Jawaban Global:
Riya adalah: menunjukkan perbuatan baik kepada orang lain untuk
mendapatkan sanjungan dan kedudukan sosial. Riya’ adalah kebalikan
ikhlas.
Sebagian dari cara-cara menyembuhkan riya’ di antaranya adalah:
mengingat bahwa Allah murka terhadap perbuatan riya’, memahami bahwa
sanjungan orang tidak berharga, ingat bahwa orang-orang sering
mengingkari janji, tak berterimakasih dan tidak selalu membalas budi,
memahami bahwa Allah swt mampu menakhlukkan hati setiap orang untuk
kita, mengingat bahwa Allah saw mampu membuat kita malu di depan umum
atas perbuatan riya’, mengingat bahwa riya’ dapat menghanguskan amal
perbuatan kita, dan berusaha membiasakan diri untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik di kesendirian tanpa dilihat orang lain.
Yang perlu diperhatikan di sini adalah, bahwa tidak selamanya
melakukan suatu perbuatan di depan umum adalah riya’, tapi menjalankan
tugas; namun sering kali setan membuat kita was-was sehingga kita
dicegah untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berkelompok. Oleh karena
itu kita harus teliti dalam masalah ini dan berusaha memerangi bisikan
setan dengan tetap menjalankan sebagian ibadah secara bersama-sama.
Jadi tidak semua perbuatan baik yang dikerjakan di depan umum adalah
riya’, bahkan bisa jadi perbuatan yang terpuji, seperti melakukan
perbuatan baik dengan tujuan menyemangati orang lain untuk melakukan hal
yang sama, dengan niat bertabligh dan berdakwah, atau karena memerangi
was-was setan.
Jawaban Detil:
Riya’ adalah, seseorang ingin mendapatkan keistimewaan dan sanjungan
atau posisi tertentu dari orang lain dengan cara menunjukkan
perbuatan-perbuatan baiknya.
[1]
Dan jika melakukan ibadah atau perbuatan baik lainnya, tujuannya adalah
supaya orang lain melihatnya dan memujinya serta menyebutnya sebagai
orang baik.
Kebalikan riya’ adalah ikhlas, yang artinya adalah mensucikan niat
untuk Tuhan dan mengkosongkan niat-niat yang lain, dan melakukan segala
amal perbuatan hanya untuk mentaati-Nya serta mengharap ridha-Nya.
Cara-cara menyembuhkan riya':
Di antara cara-cara menyembuhkan riya’ adalah:
1. Mengingat murka dan amarah Ilahi; berbuat riya’ dalam ibadah dan
menjalankan tugas-tugas yang diperintahkan Allah swt pada dasarnya
adalah penghinaan terhadap-Nya dan mengundang murka-Nya.
2. Memahami bahwa balasan dan pujian manusia tidak berharga jika
dibandingkan dengan pahala dan balasan yang diberikan Tuhan kepada kita;
jika seseorang mau membandingkan balasan materi manusia dan
pujian-pujiannya dengan pahala dan ganjaran Tuhan, pasti ia tidak akan
pernah melakukan suatu pekerjaan hanya untuk dipuji orang lain.
3. Mengingat bahwa orang-orang sering tidak menepati janji, tidak
berterimakasih dan pelupa. Sering kali manusia tidak terlalu menghargai
perbuatan baik yang dilakukan untuk mereka, atau sama sekali tidak
menganggapnya penting, apa lagi untuk membalas budi, dan mereka cepat
sekali melupakannya. Atau jika mereka ingin membalas budi, mereka tidak
mampu untuk melakukannya. Kalaupun mereka berterimakasih, itu pun tidak
terlalu berharga. Padahal Tuhan sama sekali tidak menyia-nyiakan
perbuatan baik hamba-Nya sedikitpun dan takkan pernah melupakan amal
manusia. Karena sesungguhnya Tuhan maha tahu dan Ia mampu memberikan
ganjaran sebesar apapun kepada hamba-Nya.
4. Menyadari bahwa Allah swt maha mampu untuk menakhlukkan hati
manusia; secara alami manusia ingin dipuji dan mendapatkan dukungan dari
sesamanya, serta selalu diingat dengan kebaikannya. Namun kita perlu
sadari bahwa yang bertugas untuk membuat hati mereka tertarik kepada
seorang hamba yang selalu berbuat baik adalah Tuhan, bukan kita. Jadi,
jika hamba-hamba Allah menjalankan tugasnya dan melakukan amal saleh
dengan penuh keikhlasan, dengan sendirinya mereka akan mendapatkan
pujian dari sesamanya.
5. Menyadari bahwa Allah swt dapat mempermalukan orang-orang yang
berbuat riya’ di depan umum; seseorang yang sadar bahwa jika seandainya
orang lain tahu ia tidak memiliki niat yang ikhlas dalam amal
perbuatannya, jelas mereka tidak akan memuji dan menyemangatinya. Dengan
demikian ia tidak akan membuang-buang tenaga untuk berbuat riya’.
6. Mengetahui bahwa riya’ adalah pelenyap amal-amal perbuatan
manusia; orang yang sadar bahwa amal perbuatan yang mengandung satu
titik riya’ bagi Tuhan tidak ada nilainya, maka ia pasti memahami bahwa
berbuat riya’ akan membawa kerugian yang sangat besar bagi amal
perbuatan yang telah ia lakukan.
7. Membiasakan diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam kesendirian tanpa dilihat orang lain.
[2] Ini adalah jalan praktis untuk menyelamatkan diri dari riya’.
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perbuatan baik yang dilakukan
di depan umum adalah perbuatan riya’, namun merupakan tugas dan
perbuatan terpuji. Misalnya:
1. Melakukan perbuatan-perbuatan baik secara terang-terangan dengan
tujuan menyemangati orang lain untuk melakukan hal yang sama.
2. Menjalankan amal ibadah secara terang-terangan dengan tujuan
berdakwah. Karena jelas sekali dakwah secara tersembunyi tidak terlalu
berarti.
Tidak selamanya melakukan suatu perbuatan di depan umum adalah riya’,
namun sering kali setan membuat kita was-was sehingga kita dicegah
untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berkelompok, seperti shalat Jum’at
dan shalat jama’ah di masjid yang mana saat ini sudah menjadi hal
lumrah.
[1]. Naraqi, Mulla Ahmad,
Mi’raj As-Sa’adah, hal. 472 dan 473.