Pesan Rahbar

Home » , , , , , , » Benarkah Al Quran meramalkan mayoritas sahabat kelak berbalik ke belakang (pasca wafat Nabi) berdasar Surat ali-‘Imran (3) ayat: 144 ?

Benarkah Al Quran meramalkan mayoritas sahabat kelak berbalik ke belakang (pasca wafat Nabi) berdasar Surat ali-‘Imran (3) ayat: 144 ?

Written By Unknown on Sunday 31 August 2014 | 21:46:00

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 144;
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? . Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
 
 
Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Ibnu al-Mundzîr dalam Tafsîr Ibn al-Mundzirnya:
“Dikemukakan oleh Ibnu al-Mundzîr yang bersumber dari Umar bin al-Khatthab. Umar bin al-Khatthab berkata: “Kami (para sahabat) terpisah dari Rasulullah SAW. pada perang Uhud, lalu kami (para sahabat) naik gunung mendengar orang-orang Yahudi berteriak: “(Nabi) Muhammad telah terbunuh!”. Saya pun berteriak: “Telingaku tidak mau mendengar seorang pun yang berkata (Nabi) Muhammad terbunuh, dia pasti kupancung lehernya”. Lalu saya (Umar bin al-Khatthab) melihat Rasulullah SAW. dan orang-orang yang mendampingi Beliau kembali ke posnya masing-masing.
 
Maka turunlah ayat:
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? . Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.
 
 
Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya:
“Dikemukakan oleh Ibnu Abî Hâtim yang bersumber dari ar-Rabi’. Ar-Rabi’ berkata: “Ketika orang-orang Islam terkena musibah, yaitu luka-luka parah di perang Uhud, mereka menyebut-nyebut Nabiyullah (Muhammad SAW.), sementara ada yang berteriak: “Dia (Nabi Muhammad) telah terbunuh”. Sebagian lagi berkata: “Kalau dia (Nabi Muhammad) seorang Nabi dia (Nabi Muhammad) tidak akan terbunuh”. Yang lain berkata: “Berperanglah mengikuti jejak Rasulullah SAW. sehingga mendapat kemenangan atau mati syahid bersama Beliau (Nabi Muhammad). Maka Allah SWT  menurunkan ayat:
 
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? . Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.
 
 
Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada al-Baihaqî dalam kitab ad-Dalâilnya:
“Dikemukakan oleh al-Baihaqî yang bersumber dari Abî Nâjih, bahwa ada seorang lelaki dari kaum Muhajirin bertemu dengan seorang lelaki kaum Anshar yang sedang berlumuran darah segar, dan berkatalah ia (seorang lelaki dari kaum Muhajirin): “Tahukah engkau bahwa (Nabi) Muhammad SAW. telah terbunuh?”. Lelaki Anshar tersebut menjawab: “Seandainya (Nabi) Muhammad terbunuh, maka ia (Nabi Muhammad) telah sampai kepada tujuan sebaik-baiknya. Maka berperanglah kamu untuk membela agamamu”. Maka turunlah ayat:
 
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? . Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.
 
 
Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Ahmad bin Rahawaih dalam Musnad Ahmad Ibn Rahawaihnya:
“Dikemukakan oleh Ahmad bin Rahawaih yang bersumber dari az-Zuhrî, bahwa Setan berteriak-teriak pada waktu perang Uhud: “Bahwa (Nabi) Muhammad telah terbunuh!”. Berkatalah Ka’b bin Malik: “Aku lah orang pertama kali mengenali Rasulullah SAW. dari balik topi besinya, lantas ia (Ka’b bin Malik) berteriak sekuat tenaganya: “Ini dia Rasulullah SAW!”. Maka Allah SWT. menurunkan ayat:
 
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? . Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.
 
 
KETERANGAN:
Kata Imâm Jalâludin as-Suyûthî: “Hadis-hadis yang ia keluarkan di atas berkualitas Hasan”.
 
Di bab lain, tatkala membicarakan Perang Hudaibiyah, Bukhari meriwayatkan dari al’ Ala’ bin Musayyib dari ayahnya ( Bukhari, Shahih,jilid 3, hlm. 30 dalam bab Ghaswah Hudaibiyah.) yang berkata: Aku bertemu alBarra’ bin ‘Azib dan aku berseru: ‘Selamat bagi Anda, Anda beruntung jadi sahabat Nabi dan Anda telah membaiat Rasul di bawah pohon, ‘bai’ah tahta syajarah!’. Ia menjawab: “Wahai anak saudaraku, engkau tidak tahu, apa yang kami lakukan sesudah Rasul wafat.!” Dan dalam bab lain Bukhari meriwayatkan yang berasal dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi saw: (Bukhari, Shahih, jilid 2, hlm. 154, bab yang menerangkan ayat “Dan Allah menjadikan Ibrahim kesayanganNya” (QS 4:125) dalam Kitab Bad’ul Khalq ) .

mengenai sahabat Al-Mughirah bin Syu’bah.Al-Mughirah bin Syu’bah tidak diragukan lagi bahwa beliau adalah seorang shahabat NabiTolong mas jelaskan kontradiksi ini berdasarkan hadits berikut; Dari Ziyad bin Alaqah dari Pamannya bahwa Mughirah bin Syu’bah telah menghina Ali bin Abi Thalib kemudian Zaid bin Arqam berdiri dan berkata ”Hai Mughirah bukankah kamu tahu bahwa Rasulullah SAW melarang untuk menghina orang yang sudah mati jadi mengapa kamu menghina Ali setelah kematiannya”.( Hadis Riwayat Al Hakim dalam Mustadrak As Shahihain juz 1 hal 541 hadis no 1419 ) .
 
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan” (QS Al Ahzab:57)“.
 
Al-Qur’an juga menyematkan atribut dan sifat-sifat negatif terhadap sebagian kaum muslimin yang sezaman dengan Nabiullah Muhammad saww. Thalhah  mengancam  mau  menikahi   isteri  isteri  Nabi  SAW  lalu  turunlah  ayat  “….Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (QS. al Ahzâb[33];53) .
 
Al-Qur’an menginformasikan kepada kita ada dari mereka yang sezaman dengan Nabi sebagai orang-orang munafik, yang keterlaluan dalam kemunafikannya (Qs. At-Taubah: 101), berpenyakit dalam hatinya, tidak memiliki keteguhan iman, dan berprsangka jahiliyah terhadap Allah swt (Qs. Ali-Imran: 154), sangat enggan berjihad (Qs. An-Nisa’: 71-72 dan At-Taubah ayat 38), melakukan kekacauan dalam barisan (Qs. At-Taubah: 47), lari tunggang langgang ketika berhadapan dengan musuh (Qs. Ali-Imran: 153 dan At-Taubah : 25), bahkan sebagian mereka lebih memilih perdagangan dan permainan daripada mendengarkan Nabiullah Muhammad saww berkhutbah, “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.” (Qs. Al-Jumu’ah: 11).

As-Sabiqun Al-Awwalun, yaitu  sebagian  diantara orang  orang  yang paling awal masuk Islam dari Muhajirin dan Anshar. (QS At-Taubah 100)… yang dipuji bersyarat, tidak berlaku umum .

Al-Mubayi’un Tahta Asy-Syajarah, yaitu   sebagian  diantara  orang orang  yang berbaiat di bawah pohon (QS Al-Fath 18)…. yang dipuji bersyarat, tidak  berlaku umum .

sebagian  diantara  Ash- Habul Fath (QS Al-Fath 29), QS. al-Mujadilah (58) : 22,  Qs. Al-     Muhajirin (QS Al-Hasyr  9-10 ), QS 53:2  yang  dipuji  bersyarat.. Tidak  berlaku umum       karena mana mungkin ’sahabat  sahabat ′ saling berbunuhan atau bermusuhan, kan mereka      sedang ’saling berkasih sayang’ seperti firman Allah dlm surah al fath:29′.
 
Jika saya membenci sebagian para sahabat, karena tingkah lakunya memang pantas di benci.. Saya pun mencintai sahabat yang setia kepada nabinya seperti Abu dzar, Salman, Ammar bin Yasir, Miqdad, Muhamamad bin Abu Bakar karena memang mereka pantas dicintai. Mereka lah syiah Ali yang telah dijanjikan surga… sahabat besar inilah yang paling setia membela Imam Ali hingga wafatnya.
 
Syi’ah membagi Sahabat menjadi 3 golongan sesuai dengan firman-Nya dalam al-Fathir : 32 , Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”.
 
Konon begitu tulus cinta sebagian Ahlusunnah pada Ahlulbait sampai sampai membunuh Cucu cucu Nabi yang suci pun dianggap Ijtihad dan dapat pahala. Bahkan pembunuhnya pun dianggap sebagai orang yang mendapat petunjuk, dan merampas kekhalifahan dari Imam Hasan pun dianggap sah-sah saja.
IMAM HASAN DAN IMAM HUSAIN SAJA YANG SUDAH TERJAMIN KESUCIANNYA OLEH AL-QUR’AN BISA DIBUNUH DENGAN KEJI TANPA PERASAAN. YANG BUNUH NGAKU PULA SEBAGAI KHALIFAH ISLAM (koq bisa, ya??) Yang paling bisa kita lakukan khanyalah setiap saat bersalawat kepada mereka (Ahlulbait) dalam shalat dengan konsisten dan mengambil ajaran dari mereka walaupun banyak ajaran mereka telah dimusnahkan oleh “konon” Khalifah Islam.

IMAM HASAN AS. TERBUNUH OLEH RACUN JA’DAH BINTI AL-ASY’AT KARENA PERINTAH KHALIFAH MUAWIYYAH BIN ABI SUFYAN DENGAN IMING2 100.000 DINAR DAN AKAN DIKAWINKAN DENGAN ANAKNYA (YAZID BIN MUAWIYAH). Kemudian wanita itu mendatangi Muawiyah menagih janjinya, Muawiyah hanya membayar 100.000 Dinar tapi menolak untuk menikahkannya. Dan  IMAM HUSAIN TERBUNUH DI KARBALA OLEH BALA TENTARA YAZID BIN MUAWIYAH YANG DIPIMPIN OLEH IBNU ZIYAD. (Begitulah kesaksian kitab Ulama anda seperti; Tarikh Al-Balazzuri, Tabaqat Ibnu Sa’at, Tarikh Ibnu Atsir, dan beberapa kitab lainnya).

Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan” (QS Al Ahzab:57)“ …maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”(QS An Nur: 63) “Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka atasnya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang berat” (QS An Nisa’: 93) “Dan janganlah seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan siksa yang berat” (QS Ali Imran: 105).

‘Kutukan’  terhadap Imam Ali dalam khotbah khotbah Jum’at selama lebih dari delapan puluh tahun oleh kekuatan politik yang menyusul kemudian, serta permusuhan dan penindasan terhadap para pengikutnya, hampir menghilangkan sama sekali buah pikiran ‘Ali dalam aliran ini. Aliran ini makin melembaga dan kemudian dikenal sebagai Ahlus Sunnah . Harapan kita pada kaum Sunni, jangan lagi menutup-nutupi kenyataaan sejarah demi mempercantik wajah mazhabnya dan berbohong untuk memperjelek wajah mazhab lain.

Zaman sekarang informasi sudah sangat mudah didapat, jadi makin banyak kalian menulis dusta tentang Syiah maka makin membuat orang lari dari mazhab Sunni lalu bergabung dengan Syiah. Ini adalah Fakta…. Amalkan kitab Sahih Muslim dengan konsisten, didalamnya tetulis bahwa umat tidak akan tersesat bila berpedoman pada Kitabullah dan Ahlulbait . Dan saya temukan hampir semua argumen yang dibangun oleh Syiah ada dan sahih menurut hadis riwayat Muslim juga riwayat Bukhari.

lihat berapa banyak SUNI MENGAMBIL RIWAYAT DARI AHLUL BAIT .
 
Mungkinkah Allah akan memuliakan hamba-Nya yang ‘tanpa kehendaknya (ikhtiyar)’telah terlahir di zaman Rasul hatta mereka  telah berani menentang sebagian perintah Ilahi, dibanding seorang hamba yang berilmu dan bertakwa namun dia ditakdirkan untuk terlahir di zaman yang jauh dari kehidupan Rasul?
Renungkanlah bukankah “merenung” sesaat itu lebih baik daripada beribadah bertahun-tahun ? , Jangan sampai kalian kembali mendahulukan Sunnah Sahabat daripada ayat al-Qur’an dan Sabda Rasul-Nya , hanya berdasarkan Ijma para Ulama kalian atau bahkan Fatwa para Ulama kalian yang bertentangan dengan Nash.
 
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Mughirah dari Abi Wail yang berkata Abdullah berkata Nabi SAW bersabda “Aku akan mendahului kalian sampai di Al Haudh dan akan dihadapkan kepadaku banyak orang dari kalian. kemudian ketika aku memberi minum mereka, mereka terhalau dariku maka Aku bertanya “Wahai RabbKu bukankah mereka itu sahabat-sahabatKu?. Dia menjawab “Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. [Shahih Bukhari 9/46 no 7049].
Bicara soal hadis, pernah dengar tidak hadis shahih bukhari dan muslim bahwa banyak para sahabat yang diusir dari Haudh karena telah mengada ada kan hal yang baru setelah Nabi SAW wafat. Bukhari ( Bukhari, Shahih, jilid 4, Bab alHaudh [alHaudh, nama Telaga di Surga], akhir Bab arRuqab, hlm. 94. )  meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi telah bersabda: Tatkala aku sedang berdiri, muncullah serombongan orang yang kukenal dan muncul pula seorang lelaki di antara diriku dan rombongan itu. Lelaki itu berkata: “Ayo!” Aku bertanya: “Kemana?” Ia menjawab ‘Ke neraka, demi Allah!” Aku bertanya: “Ada apa dengan mereka?” Ia menjawab: “Mereka berbalik  setelah engkau wafat.”.

“Halumma”, logat orang Hijaz, kata panggil untuk lelaki atau perempuan, tunggal, dua orang maupun jamak. Dalam kalimat ini yang dipanggil adalah serombongan orang, ‘zumrah’… irtaddu (   lihat  Al Qur’an 12:96; 2:217.).

Dan apa kata Rasulullah SAWW tentang Sahabatnya :

  1. Rasulullah SAW tidak menjamin surga kepada Abubakar. Setelah beliau bersaksi tentang  para syuhada di perang uhud. Rasul saw kemudian berkata kepada Abubakar : “Sungguh aku   tidak tahu apa yang akan kau lakukan sepeninggalku”. Dan kemudian Abubakar menangis” (Referensi  Ahlusunnah : Imam Malik, dalam “Al-Muwatta’”, kitab “Jihad”)
  2. Nabi SAWW bersabda , “Sesungguhnya ada dua belas orang pada sahabatku yang tergolong munafik” (Sahih Muslim 4/2143 hadis ke-2779)
  3. Dari Abdullah bahwa Nabi SAWW bersabda : Aku akan mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan dibawa ke hadapanku. Kemudian mereka akan dipisahkan jauh dariku. Aku akan berkata : wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku (ashabi). Maka dijawab: Sesungguhnya engkau  tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka) (Shahih Bukhori Hadis no.578.)
  4. Dari ‘Aisyah berkata:Aku telah mendengar Nabi SAWW bersabda ketika beliau berada di kalangan para sahabatnya(ashabi-hi):Aku akan menunggu mereka di kalangan kalian yang akan datang kepadaku. Demi Allah! Mereka akan ditarik menjauh dariku. Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah dari(para sahabat)ku dan dari umatku. Dijawab: Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas kamu meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ‘amilu ba‘da-ka).Mereka sentiasa kembali ke belakang(kembali kepada kekafiran)(Ma zalu yarji‘un ‘ala a‘qabi-him). (Shahih Muslim Hadis no.28.(2294))
[Saudara kita Ahlus Sunnah wal Jamaah telah menetapkan bahwa seorang Muslim Fasik dijaman Rasulullah SAWW adalah lebih Mulia daripada seorang Muslim Bertaqwa diakhir zaman].
 
Kenapa bisa seperti itu ?, karena mereka telah menetapkan untuk mengamalkan hukum-hukum Sahabat (Ahkamu-hum) dan Sirah-sirah mereka adalah menjadi Sunnah Ahlus Sunnah (al-Baghdadi, al-Farq baina l-Firaq, hlm. 309) bahkan lebih jauh mereka mengatakan bahwa Kami tidak dapati hari ini golongan umat ini yang bersetuju atau mendukung semua Sahabat selain dari Ahlu s-Sunnah wa l-Jama’ah (Ibid, hlm.304).
 
Renungkanlah bagaimana mungkin pahaman kalian bahwa wajib untuk patuh  kepada semua Sahabat (Sa’ira Ashab al-Nabi) (al-Asy’ari, al-Ibanah, hlm. 12).
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: