23. Ibnu Sirin Tidak Menganggap Abu Bakar dan Umar Sebagai Manusia Yang Paling Utama.
(Source)
Diriwayatkan dengan sanad yang shahih
bahwa Ibnu Sirin mengakui kalau Abu Bakar dan Umar tidak lebih utama
dari Imam Mahdi. Bahkan diriwayatkan ia dengan jelas mengatakan kalau Al
Mahdi lebih baik atau utama dari Abu Bakar dan Umar.
حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ عَوْفٍ عَنْ مُحَمَّدٍ قَالَ يَكُونُ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ خَلِيفَةٌ لاَ يُفَضَّلُ عَلَيْهِ أَبُو بَكْرٍ وَلاَ عُمَرُ
Telah menceritakan kepada kami
Abu Usamah dari ‘Auf dari Muhammad yang berkata “[Al Mahdi] adalah
Khalifah bagi umat ini, Abu Bakar tidak lebih utama darinya dan tidak
pula Umar” [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 15/198 no 38805].
Atsar ini shahih. Para
perawinya adalah perawi kutubus sittah jadi atsar ini shahih sesuai
syarat Bukhari Muslim. Abu Usamah disebutkan Ibnu Hajar dalam mudallis
martabat kedua yaitu mudallis yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam
kitab shahih.
- Abu Usamah adalah Hammad bin Usamah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in, Al Ijli dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Ibnu Qani’ berkata “shalih al hadits” [At Tahdzib juz 3 no 1]. Daruquthni berkata “hafizh yang tsiqat” [Al Ilal 5/44]. Adz Dzahabi berkata “hujjah alim akhbari” [Al Kasyf no 1212]. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat ma’mun dan melakukan tadlis [Thabaqat Ibnu Sa’ad 6/395]. Atas dasar perkataan Ibnu Sa’ad inilah maka Ibnu Hajar memasukkannya sebagai mudallis martabat kedua [Thabaqat Al Mudallisin no 44] dimana menurut Ibnu Hajar mudallis martabat kedua telah dijadikan hujjah ‘an anahnya dalam kitab shahih.
- ‘Auf bin Abi Jamilah adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Abu Hatim, Marwan bin Mu’awiyah dan Muhammad bin Abdullah Al Anshari berkata “shaduq” [At Tahdzib juz 8 no 302]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 1/759].
- Muhammad bin Sirin Al Anshari adalah tabiin perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in dan Al Ijli berkata “tsiqat”. Ibnu Sa’ad berkata “seorang yang tsiqat ma’mun, tinggi kedudukannya, seorang faqih, Imam yang wara’ dan memiliki banyak ilmu” [At Tahdzib juz 9 no 338]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit” [At Taqrib 2/85].
Ibnu Sirin seorang tabiin yang tsiqat
mengakui keutamaan Al Mahdi dimana Abu Bakar dan Umar tidak lebih utama
darinya. Selain riwayat di atas terdapat riwayat penguat lain yang
diriwayatkan Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al Fitan hal 221. Ia
membawakan atsar ini dengan sanad dari Dhamrah bin Rabi’ah dari Abdullah
bin Syawdzab dari Ibnu Sirin dengan matan “Al Mahdi lebih baik dari Abu Bakar dan Umar”. Dhamrah bin Rabi’ah
seorang yang tsiqat. Ibnu Ma’in, Ahmad, Nasa’i, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hibban
dan Al Ijli menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 4 no 804]. Abdullah bin Syawdzab
seorang yang tsiqat. Ibnu Ma’in, Ibnu Ammar, Nasa’i, Ahmad, Ibnu
Hibban, Ibnu Khalfun, Ibnu Numair, Al Ijli berkata “tsiqat” [At Tahdzib
juz 5 no 448]. Apakah mengakui kalau ada yang lebih utama dari Abu Bakar
dan Umar dikatakan rafidhah?. Jika iya maka Ibnu Sirin jelas bisa
dikatakan rafidhah, mengagumkan betapa tabiin imam yang tsiqat tsabit
mau dikatakan rafidhah. Kesimpulan pembahasan ini adalah Ibnu Sirin
tidak Menganggap Abu Bakar dan Umar sebagai manusia yang paling utama
karena Ibnu Sirin dengan jelas menyebutkan mereka tidak lebih utama dari
Al Mahdi AS. Salam Damai
24. Takhrij Hadis Abu Bakar dan Umar Sayyid Kuhul Ahli Surga.
Hadis ini sering dijadikan hujjah untuk
menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas semua sahabat yang
lain. Bahkan ada pengikut salafy yang menyatakan bahwa hadis ini
menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Imam Ali Alaihis Salam.
Untuk menilai sejauh mana validitas hadis ini maka kami melakukan
penelitian secara khusus dengan menelusuri berbagai literatur. Setelah
perjalanan panjang akhirnya kami berkesimpulan bahwa hadis ini tidaklah
tsabit sanadnya. Mereka pengikut salafy yang menshahihkan hadis ini
jelas keliru dan itu disebabkan mereka hanya taklid semata kepada ulama
mereka yang cukup dikenal, salah satunya “Syaikh Al Albani”. Kami telah
mengumpulkan sanad-sanad hadis ini di semua kitab yang dapat kami
temukan dan hasilnya tidak ada satupun sanad hadis ini yang tsabit.
Hadis ini diriwayatkan oleh sejumlah
sahabat diantaranya. Hadis Ali bin Abi Thalib RA, Hadis Anas bin Malik
RA, Hadis Wahb bin Abdullah Abi Juhaifah RA, Hadis Abu Hurairah RA,
Hadis Jabir bin Abdullah RA, Hadis Abdullah bin Abbas RA, Hadis Abdullah
bin Umar RA, Hadis Abu Sa’id Al Khudri RA, Hadis Malik bin Rabi’ah RA,
Hadis Hasan bin Ali RA, dan Hadis Husain bin Ali RA.
Secara sepintas kelihatannya hadis ini
diriwayatkan oleh banyak sahabat tetapi ternyata semua sanad hadisnya
bermasalah. Kedudukan sanad paling kuat justru bertaraf dhaif dan
selebihnya dhaif jiddan bahkan maudhu’. Semua sanad-sanad tersebut kami
telusuri dari berbagai kitab yaitu Musnad Ahmad bin Hanbal, Fadha’il
Shahabah Ahmad bin Hanbal, Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmidzi, Shahih Ibnu
Hibban, Musnad Abu Ya’la, Musnad Al Bazzar, Mu’jam Al Awsath Ath
Thabrani, Mu’jam Al Kabir Ath Thabrani, Mu’jam As Shaghir Ath Thabrani,
Tarikh Baghdad Abu Bakar Al Khatib, Tarikh Dimasyq Ibnu Asakir, Musykil
Al Atsar Ath Thahawi, As Sunnah Ibnu Abi Ashim, Tahdzib Al Kamal Al
Hafizh Al Mizzi, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Thabaqat Ibnu Sa’ad, Ansab
Al Asyraf Al Baladzuri, Asma Wal Kuna Ad Duulabiy, Asy Syari’ah Al
Ajurri, Mu’jam Ibnu Arabi, Amali Ibnu Busyran, Fawaid Abu Bakar Asy
Syafi’i, Fawaid Abu Ali Ash Shawwaf, Fadha’il Khulafaur Rasyidin Abu
Nu’aim, Al Kamil Ibnu Ady, Ad Dhu’afa Al Uqaili, Mu’jam Ash Shahabah
Ibnu Qani’ dan Al Mukhtarah Dhiya’ Al Maqdisi.
Hadis Ali bin Abi Thalib RA.
Hadis Ali RA Yang Diriwayatkan Asy Sya’bi
Hadis Ali RA ini masyhur diriwayatkan
oleh Asy Sya’bi dan dengan mengumpulkan sanad-sanadnya maka didapatkan
kalau riwayat Asy Sya’bi ini mengalami kekacauan. Terkadang ia
meriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW terkadang ia meriwayatkan dari
Ali dari Rasulullah SAW dan terkadang ia meriwayatkan dari Al Harits
dari Ali dari Rasulullah SAW.
حدثنا يعقوب بن إبراهيم الدروقي حدثنا سفيان بن عيينة قال ذكر داود عن الشعبي عن الحرث عن علي عن النبي صلى الله عليه و سلم قال أبو بكر و عمر سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين ما خلا النبيين والمرسلين لا تخبرهما يا علي
Telah menceritakan kepada kami Ya’qub
bin Ibrahim Ad Dawraqi yang berkata telah menceritakan kepada kami
Sufyan bin Uyainah yang berkata Dawud menyebutkan dari Sya’bi dari Al
Harits dari Ali dari Nabi SAW yang berkata “Abu Bakar dan Umar Sayyid
Kuhul Ahli surga dari kalangan terdahulu dan kemudian kecuali para Nabi
dan para Rasul. Jangan kau kabarkan hal ini pada mereka wahai Ali [Sunan Tirmidzi 5/611 no 3666].
Yang meriwayatkan dari Asy Sya’bi adalah
Dawud bin Abi Hind [disebutkan pula dalam Tarikh Ibnu Asakir 30/168] dan
ia memiliki mutaba’ah dari Ismail bin Abi Khalid, Abu Ishaq, Laits dan
Firaas.
- Hadis Asy Sya’bi dari Al Harits dengan jalan sanad Ismail bin Abi Khalid diriwayatkan dalam Fadhail As Shahabah no 196, Mu’jam Ibnu Arabi no 2187, Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 9, Amali Ibnu Bushran no 196 & 928 dan Tarikh Ibnu Asakir 30/166 semuanya dengan jalan dari Ibnu Abi Maryam dari Sufyan bin Uyainah dari Ismail bin Abi Khalid dari Asy Sya’bi dari Al Harits dari Ali.
- Hadis Asy Sya’bi dari Al Harits dengan jalan sanad Abu Ishaq Al Kufi diriwayatkan dalam Fadhail Ash Shahabah no 290, Musnad Al Bazzar 3/14 no 747,dan Asy Syariah Ajjuri no 1284 semuanya dengan jalan sanad Husyaim dari Abu Ishaq dari Asy Sya’bi dari Al Harits dari Ali. Abu Ishaq Al Kufi adalah Abdullah bin Maisarah seorang yang dhaif. Ibnu Ma’in, Ahmad, Nasa’i, Daruquthni, Ibnu Hibban, dan Abu Dawud menyatakan ia dhaif [At Tahdzib juz 6 no 91]. Ibnu Hajar menyatakan ia dhaif [At Taqrib 1/540].
- Hadis Asy Sya’bi dari Al Harits dengan jalan sanad Laits diriwayatkan oleh Al Bazzar dalam Musnad Al Bazzar 3/16 no 749 dengan jalan dari Manshur bin Abul Aswad dari Laits dari Asy Sya’bi dari Al Harits dari Ali.
- Hadis Asy Sya’bi dari Al Harits dengan jalan sanad Firaas diriwayatkan oleh Hasan bin Umarah, Fudhail bin Marzuq, Sufyan bin Uyainah dan Syarik dari Firaas. Semua jalan ini tidak tsabit sampai ke Firaas. Diriwayatkan dalam Sunan Ibnu Majah no 95, Asy Syariah Ajjuri no 1283 dan no 1749, Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 8 dengan jalan sanad dari Hasan bin Umarah dari Firaas, sanad ini dhaif jiddan karena Hasan bin Umarah adalah perawi yang matruk. Abu Hatim, Ahmad, Nasa’i, Muslim, Daruquthni dan As Saji menyatakan ia matruk [At Tahdzib juz 2 no 532]. Diriwayatkan dalam Asy Syari’ah no 1750 dari Musayyab bin Wadhah As Sulami dari Sufyan bin Uyainah dari Firaas, sanad ini dhaif karena Musayyab bin Wadhah, Ad Daruquthni berkata “dhaif”. Abu Dawud berkata “ia pemalsu hadis”. An Nabati, Daruquthni dan Uqaili berkata “matruk” [Lisan Al Mizan juz 6 no 157]. Diriwayatkan dalam Fadhail As Shahabah no 632, Fadhail Khulafaur Rasyidin Abu Nu’aim no 90 dan Tarikh Baghdad 7/121 no 3560 dengan jalan sanad dari Basyar bin Musa dari Syarik dari Firaas, sanad ini dhaif jiddan karena Basyar bin Musa. Ibnu Ma’in, Amru bin Ali, Abu Zar’ah, Abu Dawud dan Ali bin Madini menyatakan ia dhaif. Bukhari menyatakan ia mungkar al hadis. Nasa’i berkata “tidak tsiqat”. [At Tahdzib juz 1 no 812]. Diriwayatkan dalam Fadhail As Shahabah no 633 dan Al Awsath Thabrani 2/91 no 1348 dengan jalan dari Ubaid bin Shabah dari Fudhail bin Marzuq dari Firaas. Ubaid bin Shabah ini juga diikuti oleh Sahl bin Amir yang meriwayatkan dari Fudhail dari Firaas [Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 8]. Jalan Fudhail dari Firaas ini juga dhaif karena Ubaid bin Shabah dinyatakan dhaif oleh Abu Hatim [Al Jarh Wat Ta’dil 5/408 no 1893] sedangkan Sahl bin Amir dinyatakan dhaif oleh Abu Hatim [Al Jarh Wat Ta’dil 4/202 no 873] dan Bukhari berkata “mungkar al hadis” [Lisan Al Mizan juz 3 no 413].
- Riwayat Asy Sya’bi dari Al Harits dengan jalan sanad Abdul A’la Ats Tsa’labi disebutkan dalam Tarikh Ibnu Asakir 30/169. Sanadnya adalah dari Muhammad bin Thalhah dari Abdul A’la Ats Tsa’labi dari Asy Sya’bi dari Al Harits dari Ali. Sanad ini dhaif karena Abdul A’la Ats Tsa’labi disebutkan dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang dhaif [Tahrir At Taqrib no 3731].
Riwayat Asy Sya’bi dari Al Harits dari
Ali merupakan riwayat yang dhaif karena kelemahan Al Harits bin Abdullah
Al A’war. Asy Sya’bi dan Ali bin Madini menyatakan ia pendusta. Abu
Zar’ah berkata “tidak dijadikan hujjah hadisnya”. Abu Hatim berkata
“tidak kuat dan tidak dijadikan hujjah hadisnya”. Daruquthni menyatakan
ia dhaif. Ibnu Hibban berkata “Al Harits berlebihan dalam tasyayyu’ dan
lemah dalam hadis”. [At Tahdzib juz 2 no 248]. Ibnu Hajar berkata
“seorang yang hadisnya dhaif” [At Taqrib 1/175].
Diriwayatkan pula bahwa Asy Sya’bi
meriwayatkan hadis ini dari Ali tanpa menyebutkan Al Harits. Yunus bin
Abi Ishaq, Thu’mah bin Ghailan, Siyar Abul Hakam, Zubaid, Abi Walid, Abu
Ishaq Al Kufi dan Abdul A’la bin Amir Ats Tsa’labi meriwayatkan dari
Sya’bi dari Ali.
حدثنا زهير حدثنا وكيع عن يونس بن أبي إسحاق عن الشعبي عن علي قال : كنت عند النبي صلى الله عليه و سلم فأقبل أبو بكر و عمر فقال : هذان سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين إلا النبيين والمرسلين
Telah menceritakan kepada kami
Zuhair yang berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Yunus bin
Abi Ishaq dari Sya’bi dari Ali yang berkata “aku berada disisi Nabi SAW
kemudian Abu Bakar dan Umar datang maka Rasulullah SAW berkata “mereka
berdua adalah Sayyid kuhul ahli surga dari kalangan terdahulu maupun
kemudian kecuali para Nabi dan Rasul [Musnad Abu Ya’la no 624].
- Riwayat Yunus bin Abi Ishaq dari Asy Sya’bi. Disebutkan dalam Mu’jam Ibnu Arabi no 2024 dan Tarikh Ibnu Asakir 30/173 dengan jalan Ubaidillah bin Musa dari Yunus dan disebutkan dalam Musnad Abu Ya’la no 533 dan no 624, Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 13, Tarikh Ibnu Asakir 30/174 dengan jalan Waki’ bin Jarrah dari Yunus.
- Riwayat Thu’mah bin Ghailan dari Sya’bi dari Ali disebutkan dalam Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 13 dan Tarikh Ibnu Asakir 30/172 dengan jalan sanad dari Sufyan dari Thu’mah bin Ghailan. Thu’mah bin Ghailan adalah seorang yang shaduq hasanul hadis. Telah meriwayatkan darinya sekumpulan perawi tsiqat dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Tahrir At Taqrib no 3016].
- Riwayat Siyar Abul Hakam dari Sya’bi dari Ali disebutkan dalam Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 14 dan Tarikh Ibnu Asakir 30/172 dimana di dalam sanadnya terdapat Mu’alla bin Abdurrahman yang tertuduh memalsu hadis [At Taqrib 2/202].
- Riwayat Zubaid As Siyaas dari Asy Sya’bi dari Ali disebutkan dalam Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 14. Riwayat ini lemah karena di dalam sanadnya terdapat Al Muharibi yang meriwayatkan dengan ‘an ‘an ah dan dia seorang mudallis martabat ketiga [Thabaqat Al Mudallisin no 80] ditambah lagi riwayat ini idhthirab karena disebutkan dalam Fadhail As Shahabah no 93 dan Tarikh Ibnu Asakir 30/166 Al Muharibi meriwayatkan dengan jalan Zubaid dari Asy Sya’bi dari seseorang yang telah menceritakan kepadanya dari Ali. Dan dalam Fadhail As Shahabah no 499 Al Muharibi menyebutkan dengan jalan dari Zubaid dari seseorang yang telah menceritakan kepadanya dari Ali.
- Riwayat Abu Walid dari Sya’bi disebutkan dalam Tarikh Baghdad 5/218 dan tarikh Ibnu Asakir 44/171 dengan jalan sanad Ahmad bin Muhammad bin Yahya Ath Thalhi dari Muhammad bin Hasan dari Syarik dari Abul Walid dari Sya’bi dari Ali. Riwayat ini lemah karena Ahmad bin Muhammad bin Yahya seorang yang majhul hal dan Muhammad bin Hasan diperbincangkan. Disebutkan dalam Tahrir At Taqrib kalau Muhammad bin Hasan bin Zubair Al Asdi seorang yang dhaif tetapi dapat dijadikan i’tibar. Ibnu Ma’in, Yaqub bin Sufyan, Al Uqaili, Ibnu Hibban, Abu Ahmad Al Hakim dan As Saji mendhaifkannya. Al Bazzar dan Ibnu Numair menyatakan ia tsiqat. Al Ijli, Ibnu Ady dan Daruquthni menyatakan “tidak ada masalah padanya” [Tahrir At Taqrib no 5816].
- Riwayat Abu Ishaq Al Kufi dari Sya’bi dari Ali disebutkan dalam Fadhail Shahabah no 709 dengan jalan sanad dari Husyaim dari Abu Ishaq Al Kufi dari Sya’bi dari Ali. Riwayat ini dhaif karena kelemahan Abu Ishaq Al Kufi yaitu Abdullah bin Maisarah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
- Riwayat Abdul A’la bin Amir Ats Tsa’labi dari Sya’bi dari Ali disebutkan dalam Fadhail Shahabah no 708 dengan jalan sanad dari Muhammad bin Thalhah dari Abdul A’la bin Amir Ats Tsa’labi. Riwayat ini dhaif karena kelemahan Abdul A’la Ats Tsa’labi. Ahmad, Abu Zar’ah, Ibnu Sa’ad menyatakan ia dhaif. Ibnu Ma’in, Daruquthni, Nasa’i, Abu Hatim menyatakan ia tidak kuat. [At Tahdzib juz 6 no 198]. Dalam Tahrir At Taqrib disebutkan kalau ia seorang yang dhaif [Tahrir At Taqrib no 3731].
Semua riwayat Asy Sya’bi dari Ali ini
tidaklah tsabit karena inqitha’ atau terputus sanadnya. Asy Sya’bi hanya
mendengar satu hadis dari Ali yaitu hadis rajam dan selain itu maka
tidak shahih penyimakannya dari Ali sebagaimana yang disebutkan oleh
Daruquthni [Al Ilal Daruquthni no 449].
Asy Sya’bi juga meriwayatkan hadis ini
tanpa menyebutkan Al Harits dan Ali. Ia langsung menyebutkan kalau
Rasulullah SAW bersabda.
حدثنا إبراهيم بن عبد الله البصري ثنا أبو عاصم عن سفيان عن طعمة عن الشعبي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر ، وعمر سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين ما خلا النبيين والمرسلين
Telah menceritakan kepada kami
Ibrahim bin Abdullah Al Bashri yang menceritakan kepada kami Abu Ashim
dari Sufyan dari Thu’mah dari Sya’bi bahwa Rasulullah SAW bersabda “Abu
Bakar dan Umar Sayyid Kuhul ahli surga dari kalangan terdahulu dan
kemudian kecuali para Nabi dan Rasul” [Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 12].
Thu’mah bin Ghailan memiliki mutaba’ah
yaitu Firaas dan Malik bin Mighwal yang meriwayatkan dari Sya’bi tanpa
menyebutkan Al Harits dan Ali. Yang meriwayatkan dari Firaas adalah
Syarik dan yang meriwayatkan dari Malik bin Mighwal adalah Ahmad bin
Yunus, Husyaim dan Syu’aib bin Harb
- Riwayat Firaas dari Sya’bi disebutkan dalam Fadhail Ash Shahabah no 180 dengan jalan sanad dari Aswad bin Amir dari Syarik dari Firaas dari Amir Asy Sya’bi dari Rasulullah SAW.
- Riwayat Malik bin Mighwal dari Sya’bi disebutkan dalam Fadhail As Shahabah no 609 dan 710, Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/93, Tarikh Ibnu Asakir 30/176 dan Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 15 dengan jalan sanad dari Ahmad bin Yunus dari Malik bin Mighwal dari Sya’bi dari Rasul SAW. Kemudian disebutkan dalam Fadhail Ash Shahabah no 709 dengan jalan sanad dari Husyaim dari Malik bin Mighwal dari Sya’bi dan dalam Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 3/309 dari Ahmad bin Hisyam bin Bahram [tsiqat dalam Tarikh Baghdad 5/406 no 2981] dari Syu’aib bin Harb dari Malik bin Mighwal dari Sya’bi dari Rasul SAW.
Riwayat Asy Sya’bi dari Rasulullah SAW
ini sudah jelas dhaif karena inqitha’ [terputus]. Asy Sya’bi tidak
bertemu dengan Rasulullah SAW, ia bahkan belum lahir ketika Rasulullah
SAW wafat. Jika kita mengumpulkan semua riwayat Asy Sya’bi maka dapat
dilihat adanya idhthirab yaitu:
- Asy Sya’bi terkadang meriwayatkan dari Al Harits dari Ali dari Rasulullah SAW.
- Asy Sya’bi terkadang meriwayatkan dari Ali dari Rasulullah SAW.
- Asy Sya’bi terkadang meriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW.
Jika dilihat satu-persatu maka sanad
tersebut masing-masing kedudukannya dhaif dan jika digabungkan ketiganya
akan terlihat adanya idhthirab [kekacauan] yang memperberat kedhaifan
hadis Sya’bi tersebut.
Diriwayatkan pula kalau Asy Sya’bi
mengambil hadis ini dari Zaid bin Yutsai dan Nufai’ bin Raafi’ Ash
Shaaigh. Pernyataan ini tidaklah benar karena sanad-sanadnya tidaklah
tsabit sampai ke Asy Sya’bi
- Riwayat Asy Sya’bi dari Zaid bin Yutsai’ dari Ali disebutkan dalam Asy Syari’ah no 1578, Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 11, Syarh Musykil Al Atsar no 1964, Tarikh Ibnu Asakir 30/170-171 dengan jalan sanad dari Muhammad bin Aban dari Abu Janab Al Kalbi dari Sya’bi dari Zaid bin Yutsai’ dari Ali. Sanad hadis ini dhaif sampai ke Asy Sya’bi karena kelemahan Muhammad bin Aban dan tadlis Abu Janab Al Kalbi. Muhammad bin Aban kemungkinan ia adalah Muhammad bin Aban bin Shalih Al Ju’fi Al Kufi seorang yang dhaif [Al Majruhin no 941] sedangkan Abu Janab yaitu Yahya bin Abi Hayah seorang yang diperbincangkan sebagian menyatakan ia shaduq dan sebagian menyatakan ia dhaif. Ia seorang yang dikatakan dhaif hadisnya karena melakukan tadlis dan disebutkan kalau ia seorang mudallis martabat kelima [Thabaqat Mudallisin no 152] dan riwayatnya disini dengan ‘an an ah sehingga kedudukannya dhaif.
- Riwayat Asy Sya’bi dari Nufai’ bin Raafi’ dari Ali disebutkan dalam Fadhail Ash Shahabah no 94 dengan jalan sanad dari Abdullah bin Umar bin Aban dari Al Muharibi dari Abu Janab dari Zubaid dari Sya’bi dari Nufai’ atau Ibnu Nufai’. Sanad hadis ini juga tidak tsabit sampai ke Asy Sya’bi karena tadlis Al Muharibi yang merupakan mudallis martabat ketiga [Thabaqat Al Mudallisin no 80] dan tadlis Abu Janab Al Kalbi yang merupakan mudallis martabat kelima [Thabaqat Mudallisin no 152].
Kesimpulan dari pembahasan riwayat Asy
Sya’bi ini adalah semua jalannya dhaif tidak bisa dijadikan hujjah dan
dengan mengumpulkan semua sanadnya tampak adanya idhthirab [kekacauan]
yang memperberat kedhaifan hadisnya.
Hadis Ali RA Yang Diriwayatkan Hasan Bin Ali RA.
Hadis Ali RA bahwa Abu Bakar dan Umar
Sayyid Kuhul Ahli surga juga diriwayatkan oleh Hasan bin Ali. Hadis
Hasan bin Ali ini diriwayatkan dalam Fadhail Shahabah no 141, Asy
Syariah no 1286, Musnad Ahmad [Zawaid Musnad] 1/80 no 602 dan Tarikh
Ibnu Asakir 30/165-166 dengan jalan sanad dari Umar bin Yunus Al Yamami
dari Abdullah bin Umar Al Yamami dari Hasan bin Zaid bin Hasan dari
Ayahnya dari kakeknya dari Ali RA secara marfu’.
حدثنا عبد الله حدثني وهب بن بقية الواسطي ثنا عمرو بن يونس يعنى اليمامي عن عبد الله بن عمر اليمامي عن الحسن بن زيد بن حسن حدثني أبي عن أبيه عن على رضي الله عنه قال كنت عند النبي صلى الله عليه و سلم فأقبل أبو بكر وعمر رضي الله عنهما فقال يا على هذان سيدا كهول أهل الجنة وشبابها بعد النبيين والمرسلين
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Wahab bin Baqiyah Al
Wasithi telah menceritakan kepada kami Umar bin Yunus yakni Al Yamami
dari Abdullah bin Umar Al Yamami dari Hasan bin Zaid bin Hasan yang
berkata telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Ayahnya dari Ali RA
yang berkata “aku berada di sisi Nabi SAW kemudian datanglah Abu Bakar
RA dan Umar RA maka Nabi SAW bersabda “wahai Ali mereka berdua adalah
Sayyid kuhul dan para pemuda ahli surga setelah para Nabi dan Rasul [Musnad Ahmad 1/80 no 602].
Hadis ini dhaif mungkar dikarenakan Hasan
bin Zaid bin Hasan. Disebutkan kalau Ibnu Hibban, Ibnu Sa’ad dan Al
Ijli menyatakan ia tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan ia dhaif. Ibnu Ady
menyatakan ia meriwayatkan dari ayahnya hadis-hadis yang diingkari. [At
Tahdzib juz 2 no 506]. Ibnu Hajar menyatakan ia seorang yang jujur
terkadang salah dan memiliki keutamaan [At Taqrib 1/204 no 1246]
sedangkan dalam Tahrir At Taqrib ia dinyatakan dhaif tetapi dapat
dijadikan i’tibar [Tahrir At Taqrib no 1242]. Hadis di atas adalah hadis
Hasan bin Zaid dari ayahnya dan mengandung lafaz yang sangat mungkar
yaitu “Sayyid kuhul [orang tua] dan para pemuda ahli surga”. Telah
diriwayatkan dengan berbagai jalan yang shahih kalau Sayyid pemuda ahli
surga adalah Imam Hasan dan Imam Husain dan hal ini sangat bertentangan
dengan hadis Hasan bin Zaid bin Hasan di atas. Jadi hadis Hasan bin Zaid
di atas termasuk hadis mungkar dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Hadis Ali RA Yang Diriwayatkan Ali bin Husain.
Diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi 5/611
no 3665, Tarikh Ibnu Asakir 44/168 dan Fawaid Ash Shawwaf no 14 dengan
jalan sanad dari Walid bin Muhammad Al Muwaqqariy dari Zuhri dari Ali
bin Husain dari Ali secara marfu’. Kemudian diriwayatkan dalam Asy
Syari’ah no 1752 dan Fadhail Shahabah no 245 dengan jalan sanad dari
Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Mulaikah dari Ja’far bin Muhammad dari
ayahnya dari Ali bin Husain dari Ali secara marfu’. Kedua jalan ini
sanadnya dhaif jiddan.
- Jalan pertama didalamnya terdapat Walid bin Muhammad Al Muwaqqariy dia seorang yang matruk. Ibnu Ma’in menyatakan ia dhaif dan terkadang menyatakan ia pendusta. Ali bin Madini berkata “ dhaif dan tidak ditulis hadisnya”. Abu Zar’ah Ar Razi berkata “hadisnya lemah”. Abu Hatim, Tirmidzi, Abu Dawud menyatakan dhaif. Ibnu Khuzaimah berkata “tidak boleh berhujjah dengannya”. Nasa’i menyatakan ia tidak tsiqat mungkar al hadis dan matruk. [At Tahdzib juz 11 no 251]. Ibnu Hajar menyatakan Walid bin Muhammad Al Muwaqqariy matruk [At Taqrib 2/289].
- Jalan kedua dhaif karena Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Mulaikah. Bukhari berkata “mungkar al hadis”. Nasa’i berkata “tidak tsiqah” terkadang ia berkata “matruk”. Abu Hatim dan Daruquthni menyatakan ia dhaif. Al Azdi menyatakan ia matruk. [At Tahdzib juz 9 no 487].
Diriwayatkan pula dalam Tarikh Ibnu
Asakir 44/169 bahwa Ali bin Husain meriwayatkan hadis ini dari ayahnya
dari kakeknya Ali bin Abi Thalib. Ibnu Asakir menyebutkan dengan jalan
sanad dari Ishmah bin Muhammad Al Anshari dari Yahya bin Sa’id Al
Anshari dari Sa’id bin Al Musayyab dari Ali bin Husain dari ayahnya dari
kakeknya secara marfu’. Sanad ini maudhu’ karena Ishmah bin Muhammad Al
Anshari. Abu Hatim berkata “tidak kuat”, Ibnu Ma’in berkata “pendusta
dan pemalsu hadis”, Al Uqaili berkata “ia meriwayatkan hadis-hadis batil
dari para perawi tsiqat”. Daruquthni dan yang lainnya berkata “matruk”
[Lisan Al Mizan juz 4 no 418].
Hadis Ali RA Yang Diriwayatkan Zirr bin Hubaisy.
Hadis riwayat Zirr bin Hubaisy sering
dijadikan hujjah untuk menguatkan hadis ini. Syaikh Al Albani dalam
kitabnya Silsilah Ahadits Ash Shahihah no 824 menyatakan bahwa hadis
Zirr ini hasan. Sungguh syaikh telah melakukan kekeliruan dalam hal ini.
Kesalahan syaikh dalam melakukan takhrij yaitu ia menyatakan bahwa
telah diriwayatkan dengan berbagai jalan dari Ashim dari Zirr dari Ali.
Syaikh tidak memperhatikan bahwa berbagai jalan yang dimaksud tidaklah
tsabit sampai ke Ashim karena semuanya berderajat dhaif.
- Diantaranya diriwayatkan dalam Al Kuna Ad Daulabiy 2/99 dengan jalan sanad dari Abu Hasyim Ziyad bin Ayub dari Ali bin Muhammad Ath Thanafisi dari Abdullah Abu Muhammad mawla bani hasyim dari Zuhair bin Muawiyah dari Ashim dari Zirr dari Ali. Sanad ini tidak tsabit sampai ke Ashim karena kelemahan Abdullah Abu Muhammad mawla bani hasyim. Dalam Al Kuna Ad Daulabiy tidak menyebutkan siapa nama sebenarnya Abdullah Abu Muhammad mawla bani hasyim tetapi menyebutkan kalau ia seorang yang tsiqat. Abdullah yang dimaksud disini adalah Abdullah bin Muslim bin Rasyd. Ibnu Makula menyebutkan Abdullah bin Muslim bin Rasyd dengan kuniyah Abu Muhammad Mawla bani hasyim dan ia meriwayatkan dari Malik bin Anas [Al Ikmal Ibnu Makula 7/189]. Malik bin Anas satu thabaqah dengan Zuhair bin Muawiyah jadi kuat penunjukkannya kalau Abdullah Abu Muhammad mawla bani hasyim yang meriwayatkan dari Zuhair adalah Abdullah bin Muslim bin Rasyid dan dia bukanlah seorang yang tsiqah. Ibnu Hibban menyebutkan kalau ia seorang pemalsu hadis dan tidak halal menulis hadis darinya [Al Majruhin no 575].
- Diriwayatkan dalam Tahdzib Al Kamal no 4153 biografi Ali bin Yazid Ash Shudaiy, Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 3 dan no 6, Tarikh Ibnu Asakir 30/177, Tarikh Ibnu Asakir 44/171 dan Al Kamil Ibnu Ady 2/381 semuanya dengan jalan sanad Ali bin Yazid Ash Shuda’iy dari Hafsh bin Sulaiman dari Ashim dari Zirr dari Ali. Sanad ini tidaklah tsabit sampai ke Ashim dan sanadnya dhaif jiddan. Ali bin Yazid Ash Shuda’iy adalah seorang yang lemah. Abu Hatim menyatakan ia tidak kuat dan munkar al hadis [Al Jarh Wat Ta’dil 6/209 no 1143]. Ibnu Hajar menyatakan ada kelemahan padanya [At Taqrib 1/705]. Disebutkan dalam Tahrir At Taqrib kalau Ali bin Yazid seorang yang dhaif [Tahrir At Taqrib no 4816]. Kemudian Hafsh bin Sulaiman adalah seorang yang matruk [At Taqrib 1/226 no 1411]. Abu Hatim, Nasa’i dan Muslim menyatakan ia matruk, Ibnu Main dan Nasa’i menyatakan “tidak tsiqah”. Ali bin Madini, Daruquthni dan Abu Zar’ah menyatakan dhaif. Bukhari berkata “ditinggalkan”. Shalih bin Muhammad mengatakan tidak ditulis hadisnya. Ibnu Khirasy menyatakan ia pendusta matruk dan pemalsu hadis [At Tahdzib juz 2 no 700].
- Diriwayatkan dalam Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 4 dengan jalan sanad dari Mufadhdhal bin Fadhalah Al Qurasy dari ayahnya dari Ashim dari Zirr dari Ali. Sanad ini tidak tsabit sampai ke Ashim karena Mufadhdhal adalah seorang yang dhaif sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar [At Taqrib 2/209].
- Diriwayatkan dalam Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 5 dan Tarikh Ibnu Asakir 30/177 dengan jalan sanad dari Rawh bin Musafir dari Ashim dari Zirr dari Ali. Sanad inipun tidak tsabit sampai ke Ashim karena Rawh seorang yang sangat dhaif. Ibnu Main mengatakan tidak ditulis hadisnya tidak tsiqah dan dhaif. Bukhari berkata “ia ditinggalkan Ibnu Mubarak”. Abu Hatim, Abu Zar’ah dan As Saji menyatakan ia dhaif. Nasa’i berkata “tidak tsiqat”. Ahmad berkata “matruk”. Al Hakim berkata “ia meriwayatkan dari Al ‘Amasy hadis-hadis palsu”. Ibnu Thahir menyatakan ia pemalsu hadis [Lisan Al Mizan juz 2 no 1885].
Kesimpulannya riwayat Zirr bin Hubaisy
dari Ali ini adalah riwayat yang sangat dhaif karena diriwayatkan oleh
para perawi dhaif, matruk dan pemalsu hadis. Syaikh Al Albani keliru
karena ia menilai perawinya hanya dari Ashim padahal sanad yang
meriwayatkan sampai ke Ashim semuanya dhaif.
Hadis Ali RA Dengan Sanad Yang Sangat Dhaif.
Hadis Ali RA ini ternyata juga
diriwayatkan dengan beberapa jalan lain yang sangat dhaif yaitu riwayat
Al Khatththab atau Abul Khaththab, riwayat Ashim bin Damrah, riwayat
Hurmuz, riwayat Abu Mathar Al Juhani, riwayat Anas RA dan riwayat Jabir
RA.
Riwayat Al Khaththab
disebutkan dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1419, Tarikh Ibnu Asakir
44/172 dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 12/11 dengan jalan sanad dari Zaid
bin Hubab dari Musa bin Ubaidah dari Abu Mu’adz dari Al Khaththab atau
Abul Khaththab dari Ali RA. Sanad ini sangat dhaif karena Abu Mu’adz dan
Al Khaththab keduanya majhul [tidak dikenal] dan Musa bin Ubaidah Ar
Rabdziy seorang yang dhaif. Ahmad menyatakan “tidak ditulis hadisnya dan
ia munkar al hadis”. Ibnu Ma’in Tirmidzi, Nasa’i, Ali bin Madini, Al
barqi, Ibnu Qani’ dan Ibnu Hibban menyatakan ia dhaif. Abu Zar’ah
menyatakan “tidak kuat”. Abu Hatim berkata “munkar al hadis” [At Tahdzib
juz 10 no 636]. Ibnu Hajar menyatakan ia dhaif [At Taqrib 2/226].
Riwayat Ashim bin Damrah
disebutkan dalam Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 2 dan Tarikh Ibnu
Asakir 30/177 dengan jalan sanad dari Hasan bin Umarah dari Abi Ishaq
dari Ashim bin Damrah dari Ali RA. Sanad ini dhaif jiddan karena Hasan
bin Umarah seorang perawi yang matruk. [At Taqrib 1/207 no 1268]
Riwayat Hurmuz
disebutkan dalam Fawaid Abu Bakar Asy Syafi’i no 1 dan Tarikh Ibnu
Asakir 30/178 dengan jalan sanad dari Ibrahim bin Fadhl Al Makhzumi dari
Sulaiman bin Yazid dari Hurmuz dari Ali RA. Sanad ini dhaif jiddan
karena Ibrahim bin Fadhl Al Makhzumi seorang yang matruk [At Taqrib 1/63
no 228]. Ahmad, Abu Hatim, Tirmidzi, Abu Zar’ah, Ibnu Ady dan As Saji
menyatakan ia dhaif. Bukhari dan Nasa’i berkata “munkar al hadis”.
Daruquthni berkata “matruk” [At Tahdzib juz 1 no 270].
Riwayat Abu Mathar Al Juhani disebutkan
dalam Tarikh Ibnu Asakir 44/168 dengan jalan sanad dari Yunus bin Bakir
dari Abu Ishaq Mukhtar At Taimiy dari Abu Mathar dari Ali. Sanad ini
dhaif jiddan karena kelemahan Mukhtar bin Nafi’ Abu Ishaq dimana Abu
Hatim berkata “munkar hadis” [Al Jarh Wat Ta’dil 8/311 no 1440] dan Abu
Mathar Al Juhani seorang yang majhul seperti yang disebutkan Ibnu Hajar
[Lisan Al Mizan juz 7 no 1150].
Riwayat Anas RA
dari Ali disebutkan oleh Al Khatib dalam Tarikh Baghdad 10/355 no 5511
dengan jalan sanad dari Umar bin Washil dari Sahl bin Abdullah dari
Muhammad bin Sawar dari Malik bin Dinar dari Hasan Bashri dari Anas RA
dari Ali RA. Hadis ini maudhu’ dan sebagaimana yang dikatakan Al Khatib
bahwa yang memalsukan hadis ini adalah Umar bin Washil [Mizan Al ‘Itidal
juz 3 no 6242].
Riwayat Jabir RA dari
Ali disebutkan dalam Tarikh Ibnu Asakir 30/178dan Musnad Al Bazzar
2/152 no 460 dengan jalan sanad dari Ishaq bin Ziyad dari Abdullah bin
Abdurrahman bin Ibrahim dari ayahnya dari Muhammad bin Al Munkadir dari
Jabir RA dari Ali RA. Sanad hadis ini dhaif jiddan karena kelemahan
Abdullah bin Abdurrahman bin Ibrahim dan ayahnya. Abdullah bin
Abdurrahman bin Ibrahim tidak diikuti hadisnya. Al Uqaili menyatakan
majhul. Ia meriwayatkan dari ayahnya dari Muhammad bin Al Munkadir
hadis-hadis mungkar [Lisan Al Mizan juz 3 no 1279]. Ayahnya Abdurrahman
bin Ibrahim dinyatakan dhaif oleh Daruquthni. Nasa’i dan Abu Hatim
berkata “tidak kuat”. Abu Dawud berkata “munkar al hadis”. Al Uqaili, As
Saji dan Ibnu Jarud menyatakan ia dhaif [Lisan Al Mizan juz 3 no 1587].
Hadis Anas RA.
Hadis Anas RA masyhur diriwayatkan oleh
Muhammad bin Katsir dari Al Auza’i dari Qatadah dari Anas. Diriwayatkan
dalam Sunan Tirmidzi 5/610 no 3664, As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1420,
Fadhail Shahabah no 1429, Syarh Musykil Al Atsar Ath Thahawiy 5/217 no
1963, Asy Syariah Al Ajurry no 1287, Mu’jam Al Awsath 7/68 no 6873,
Mu’jam As Shaghir 2/173 no 1976, Al Mukhtarah Adh Dhiya Al Maqdisi no
2508, 2509 dan 2510, Tarikh Ibnu Asakir 7/118 dan Tarikh Ibnu Asakir
30/179-181 semuanya dengan jalan sanad Muhammad bin Katsir dari Al
Auza’i dari Qatadah dari Anas.
Sanad riwayat ini dhaif karena Muhammad
bin Katsir Ash Shan’ani. Ia dinyatakan dhaif oleh Ahmad bin Hanbal.
Terkadang Ahmad menyatakan dhaif jiddan, terkadang menyatakan “munkar al
hadis”. Nasa’i berkata “tidak kuat dan banyak melakukan kesalahan”.
Bukhari berkata “sangat lemah”. Ibnu Ma’in dan Ibnu Sa’ad menyatakan ia
tsiqat. Shalih bin Muhammad dan As Saji berkata “jujur tetapi banyak
melakukan kesalahan”. Abu Hatim menyatakan ia seorang yang shalih tetapi
dalam hadisnya terdapat hal-hal yang diingkari. Ibnu Ady berkata “ia
memiliki hadis-hadis yang tidak diikuti oleh seorangpun” [At Tahdzib juz
9 no 685]. Ibnu Hajar berkata “ia seorang yang jujur tetapi banyak
melakukan kesalahan [At Taqrib 2/127] dan dikoreksi dalam Tahrir At
Taqrib kalau Muhammad bin Katsir seorang yang dhaif tetapi dapat
dijadikan I’tibar [Tahrir At Taqrib no 6251].
Hadis Muhammad bin Katsir ini telah
ditolak oleh para ulama diantaranya Ali bin Madini yang mencela Muhammad
bin Katsir yang meriwayatkan hadis “Abu Bakar dan Umar Sayyid kuhul
ahli surga” dengan jalan Qatadah dari Anas [At Tahdzib juz 9 no 685].
Bukhari berkata “hadis ini mungkar” [Al Mukhtarah Adh Dhiya Al Maqdisi
no 2510].
Muhammad bin Katsir telah melakukan
banyak kesalahan dalam sanad diantaranya sanad dari Al Auza’i dari
Qatadah dari Anas. Muhammad bin Katsir pernah meriwayatkan hadis lain
dengan sanad dari Al Auza’i dari Qatadah dari Anas dimana Bukhari
berkata “hadis mungkar dan khata’ [salah] dan hadis ini adalah hadis
Qatadah dari Muthrif dari Imran bin Hushain RA” [Al Ilal Tirmidzi no
382]. Jadi sanad Muhammad bin Katsir dari Al Auza’i dari Qatadah dari
Anas jelas tidak bisa dijadikan hujjah karena termasuk dalam kesalahan
yang ia lakukan apalagi ia menyendiri dalam meriwayatkan hadis ini
dengan jalan Al Auza’i dari Qatadah dari Anas.
Adh Dhiya Al Maqdisi dalam Al Mukhtarah
no 2260 menyebutkan hadis “Abu Bakar dan Umar Sayyid kuhul ahli surga”
riwayat Anas RA dengan jalan sanad dari Abu Ya’la dari Sahl bin Zanjalah
Ar Razi dari Abdurrahman bin Umar dari Abdullah bin Yazid Al Abdi dari
Anas RA. Sanad riwayat ini dhaif jiddan karena Abdurrahman bin Umar dan
Abdullah bin Yazid Al Abdi keduanya majhul tidak ditemukan biografinya.
Hadis Abu Juhaifah RA.
Hadis riwayat Abu Juhaifah RA ini
bersumber dari Malik bin Mighwal dan riwayat ini tidaklah tsabit dari
Malik bin Mighwal karena diriwayatkan oleh Khunais bin Bakr bin Khunais
dan Abdul Quddus bin Bakr bin Khunais, keduanya telah diperbincangkan
kedudukannya ditambah lagi riwayat keduanya menyelisihi riwayat para
perawi tsiqah dari Malik bin Mighwal.
Disebutkan dalam Al Kuna Ad Daulabiy
1/120 dan Shahih Ibnu Hibban 15/330 no 6904 dengan jalan sanad dari
Muhammad bin Aqil bin Khuwaylid dari Khunais bin Bakr bin Khunais dari
Malik bin Mighwal dari Aun bin Abi Juhaifah dari Ayahnya secara marfu’.
Diriwayatkan pula dalam Mu’jam Al Awsath 4/272 no 4174 dengan jalan dari
Zakaria bin Yahya dari Khunais bin Bakr bin Khunais dari Malik bin
Mighwal.
Riwayat Khunais bin Bakr dari Malik ini
memiliki kelemahan yaitu Muhammad bin Aqil bin Khuwaylid seorang yang
tsiqat tetapi melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadis para perawi
Iraq dan Khunais termasuk perawi Iraq [Ats Tsiqat juz 9 no 15633]
sedangkan Zakaria bin Yahya adalah perawi yang majhul. Kemudian Khunais
bin Bakr sendiri dinyatakan dhaif oleh Shalih bin Jazarah dan Ibnu
Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Lisan Al Mizan juz 2 no 1693].
Adz Dzahabi memasukkannya sebagai perawi dhaif dalam Al Mughni Adh
Dhu’afa seraya mengutip pendhaifan Shalih bin Jazarah [Al Mughni 1/215
no 1969].
Khunais bin Bakr memiliki mutaba’ah dari
saudaranya Abdul Quddus bin Bakr bin Khunais. Disebutkan dalam Sunan
Ibnu Majah no 100 dengan jalan sanad dari Abu Syu’aib Shalih bin Al
Haitsam Al Wasithi dari Abdul Quddus bin Bakr bin Khunais dari Malik bin
Mighwal dari Aun bin Abi Juhaifah dari Abu Juhaifah RA. Riwayat ini
dhaif karena Abdul Quddus bin Bakr bin Khunais. Abu Hatim menyatakan
“tidak ada masalah padanya” dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats
Tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in dan Abi Khaitsamah menolak hadisnya [At
Tahdzib juz 6 no 707]. Adz Dzahabi menyebutkan bahwa Abdul Quddus bin
Bakr bin Khunais telah disebutkan oleh Bukhari dalam kitabnya Adh
Dhu’afa. [Mizan Al ‘Itidal juz 2 no 5155]. Disebutkan dalam Tahrir At
Taqrib kalau ia seorang yang dhaif tetapi dapat dijadikan i’tibar
[Tahrir At Taqrib no 4144].
Keduanya Khunais dan Abdul Quddus telah
menyelisihi para perawi tsiqat yang meriwayatkan hadis ini dari Malik
bin Mighwal. Ahmad bin Abdullah bin Yunus, Husyaim bin Basyir dan
Syu’aib bin Harb ketiganya meriwayatkan hadis ini dari Malik bin Mighwal
dari Sya’bi bukan dari Aun bin Abi Juhaifah.
- Ahmad bin Abdullah bin Yunus seorang hafiz yang tsiqat [At Taqrib 1/39] meriwayatkan hadis ini dari Malik bin Mighwal dari Asy Sya’bi [Fadhail As Shahabah no 609 dan 710].
- Husyaim bin Basyir seorang yang tsiqat tsabit [At Taqrib 2/269] meriwayatkan hadis ini dari Malik bin Mighwal dari Asy Sya’bi [Fadhail Shahabah no 709].
- Syu’aib bin Harb seorang yang tsiqat [At Taqrib 1/419] meriwayatkan hadis ini dari Malik bin Mighwal dari Asy Sya’bi [Ansab Al Asyraf 3/309].
Riwayat Malik bin Mighwal yang tsabit
adalah riwayatnya dari Asy Sya’bi sedangkan riwayat Malik bin Mighwal
dari Aun bin Abi Juhaifah sanadnya mungkar karena diriwayatkan oleh
perawi yang dhaif dan bertentangan dengan riwayat para perawi yang
tsiqat.
Hadis Abu Hurairah RA.
Hadis Abu Hurairah ini disebutkan dalam
Fadhail Shahabah no 200 dan no 705, Tarikh Ibnu Asakir 30/176 dengan
jalan sanad dari Abu Qutaibah atau Salam bin Qutaibah bin Amru Al
Bahiliy dari Yunus bin Abi Ishaq dari Sya’bi dari Abu Hurairah RA secara
marfu’
حدثنا عبد الله قال حدثني محمد بن بشار بندار قثنا سالم بن قتيبة قثنا يونس بن أبي إسحاق عن الشعبي عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لأبي بكر وعمر هذان سيدا كهول أهل الجنة
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basysyar
Bindar yang berkata telah menceritakan kepada kami Salam bin Qutaibah
yang berkata telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abi Ishaq dari
Sya’bi dari Abu Hurairah yang berkata Rasulullah SAW bersabda “Abu Bakar
dan Umar Sayyid Kuhul Ahli surga” [Fadhail Shahabah no 200].
Sebagian pengikut salafy berhujjah dengan
hadis Abu Hurairah dan menyatakan hadis ini hasan. Sebenarnya hadis ini
tidaklah tsabit karena sanadnya khata’ [salah]. Yunus bin Abi Ishaq
meriwayatkan hadis ini dari Sya’bi dari Ali bukan dari Abu Hurairah.
Yang melakukan kesalahan dalam sanad ini adalah Salam bin Qutaibah dan
memang ia menyendiri meriwayatkan hadis ini dari Abu Hurairah padahal
para perawi tsiqah yang lebih hafizh darinya seperti Waki’ bin Jarrah
dan Ubaidillah bin Musa telah meriwayatkan hadis ini dari Yunus bin Abi
Ishaq dari Sya’bi dari Ali.
- Disebutkan dalam Mu’jam Ibnu Arabi no 2024 dengan sanad dari Abdurrazaq bin Manshur bin Aban dari Ubaidillah bin Musa dari Yunus bin Abi Ishaq dari Sya’bi dari Ali secara marfu’. Ubaidillah bin Musa seorang yang tsiqat [At Taqrib 1/640].
- Disebutkan dalam Musnad Abu Ya’la no 624 dengan sanad dari Zuhair dari Waki’ bin Jarrah dari Yunus bin Abi Ishaq dari Sya’bi dari Ali secara marfu’. Waki’ bin jarrah seorang tsiqat hafizh [At Taqrib 2/284].
Salam bin Qutaibah telah menyelisihi para
perawi tsiqat yaitu Ubaidillah bin Musa dan Waki’ bin Jarrah dimana
mereka lebih tsiqat dan lebih hafizh darinya. Apalagi Salam bin Qutaibah
sering melakukan kesalahan. Abu Hatim menyatakan kalau Salam bin
Qutaibah tidak ada masalah padanya [laisa bihi ba’sun] melakukan banyak
kesalahan [katsirul waham] dan ditulis hadisnya [Al Jarh Wat Ta’dil
4/266 no 1148]. Diantara kesalahan yang pernah dilakukan Salam bin
Qutaibah adalah ia salah dalam menyampaikan sanad hadis. Ia pernah
meriwayatkan kepada Amru bin Ali hadis Syu’bah dari Abi Imran dari Anas
kemudian Abu Hafs Amru bin Ali menceritakan kepada Yahya bin Said Al
Qaththan dan Yahya mencela Salim bin Qutaibah bahwa ia tidak dapat
dijadikan pegangan karena sanad yang benar adalah dari Syu’bah dari Abi
Maslamah dari Anas [Adh Dhu’afa Al Uqaili 2/166 no 680]. Jadi Salam bin
Qutaibah tidak bisa dijadikan pegangan jika ia menyendiri dalam
menyelisihi para perawi yang lebih tsiqat dan hafizh dari dirinya.
Hadis Jabir RA
Hadis Jabir RA diriwayatkan oleh Ibnu
Asakir dalam Tarikh Dimasyq 44/173 dan Ath Thabrani dalam Al Awsath
8/340 no 8808 dengan sanad yang dhaif karena Syaikh Ath Thabrani yaitu
Miqdam bin Dawud seorang yang dhaif.
حدثنا مقدام ثنا عمي سعيد بن عيسى نا سفيان بن عيينة عن جعفر بن محمد عن أبيه عن جابر بن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم أبو بكر وعمر سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين لاتخبرهما ياعلي
Telah menceritakan kepada kami
Miqdam yang berkata telah menceritakan kepada kami pamanku Sa’id bin Isa
yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari
Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari Jabir bin Abdullah yang berkata
Rasulullah SAW bersabda “Abu Bakar dan Umar Sayyid kuhul ahli surga dari
kalangan terdahulu dan kemudian. Jangan beritahukan hal ini pada mereka
wahai Ali “ [Mu’jam Al Awsath 8/340 no 8808].
Miqdam bin Dawud adalah Syaikh Thabrani
yang dhaif. Nasa’i berkata “tidak tsiqah”. Ibnu Yunus dan yang lainnya
berkata “ia dibicarakan”. Daruquthni menyatakan ia dhaif [Lisan Al Mizan
juz 6 no 304]. Al Haitsami menyatakan ia dhaif [Majma’ Az Zawaid 4/534
no 7543]. Abul Wafa’ menyatakan Miqdam tertuduh memalsukan hadis [Kasyf
Al Hatsits no 782].
Hadis Abu Sa’id Al Khudri RA.
Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Al
Awsath 4/359 no 4431, Al Bazzar dalam Kasyf Al Astaar 3/168 no 2492, Ath
Thahawi dalam Syarh Musykil Al Atsar no 1966 dengan jalan sanad dari
Ali bin Aabis dari Abdul Malik bin Abi Sulaiman, Abu Jahhaf dan Katsir
An Nawaa yang ketiganya meriwayatkan dari Athiyah Al Aufy dari Abu Sa’id
Al Khudri RA. Hadis ini dhaif karena Ali bin Aabis Al Azraq. Ibnu
Ma’in, Nasa’i, Ibnu Ady dan Al Azdi menyatakan ia dhaif. [At Tahdzib juz
7 no 571]. Ibnu Hajar menyatakan ia dhaif [At Taqrib 1/697].
Hadis Abdullah bin Abbas RA
Diriwayatkan dalam Mu’jam Ibnu Arabi no
2027, Min Hadis Khaitsamah bin Sulaiman no 171, Asy Syari’ah Al Ajurri
no 1288, Mu’jam Masyaikh Muhammad bin Abdul Wahid no 28, dan Tarikh
Baghdad 11/443 dan 16/318, Tarikh Ibnu Asakir 30/181-182 semuanya dengan
jalan sanad dari Ubaidillah bin Musa dari Thalhah bin Amru dari Atha’
dari Ibnu Abbas. Sanad ini dhaif jiddan karena Thalhah bin Amru bin
Utsman Al Hadhrami seorang yang matruk. Ibnu Ma’in, Abu Dawud, Ibnu
Saad, Ali bin Madini, Abu Zar’ah, Al Ijli dan Daruquthni menyatakan
Thalhah bin Amru dhaif. Nasa’i dan Ali bin Junaid berkata
“matruk”.Bukhari berkata “tidak ada apa-apanya”. Abu Hatim dan Al Bazzar
berkata “tidak kuat”. Ibnu Hibban menyatakan tidak halal menulis hadis
darinya [At Tahdzib juz 5 no 38]. Ibnu Hajar menyatakan ia matruk [At
Taqrib 1/451].
Hadis Abdullah bin Umar RA.
Diriwayatkan dalam Tarikh Ibnu Asakir
44/172, Amali Ibnu Bushran no 961, Adh Dhu’afa Al Uqaili 2/345 no 946,
Kasyf Al Astaar Zawaid Musnad Al Bazzar 3/168 no 2492 dan Tarikh Jurjaan
Hamzah bin Yusuf As Sahmiy no 99 dengan jalan sanad dari Abdurrahman
bin Malik bin Mighwal dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ dari Ibnu Umar
RA secara marfu’. Sanad ini maudhu’ karena Abdurrahman bin Malik bin
Mighwal. Abu Dawud berkata “ia pendusta pemalsu hadis”. Nasa’i dan Ibnu
Ma’in berkata “tidak tsiqat”. Ahmad, Daruquthni dan Abu Hatim berkata
“matruk”. Al Jurjani, Ibnu Ady, As Saji, Ibnu Jarud dan Ibnu Syahin
menyatakan ia dhaif. Al Hakim dan Abu Said An Naqasy berkata “ia
meriwayatkan dari Ubaidillah bin Umar dan Al ‘Amasy hadis-hadis palsu”
[Lisan Al Mizan juz 3 no 1676].
Hadis Malik bin Rabi’ah RA.
Diriwayatkan dalam Fadhail Shahabah no
563 dan Mu’jam As Shahabah Ibnu Qani’ 6/53 no 1551 oleh Malik bin
Rabi’ah Abu Maryam seorang sahabat Nabi [Tarikh Al Kabir juz 7 no 1280].
حدثنا محمد بن يونس قثنا عبد الرحمن بن جبلة قثنا العباس بن محمد الهلالي قال نا بريد بن أبي مريم عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول أبو بكر وعمر سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين ما خلا النبيين والمرسلين
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Yunus yang berkata telah menceritakan kepada kami
Abdurrahman bin Jabalah yang berkata telah menceritakan kepada kami
Abbas bin Muhammad Al Hilaliy yang berkata telah menceritakan kepada
kami Buraid bin Abi Maryam dari ayahnya [Abi Maryam] yang mendengar
Rasulullah SAW bersabda “Abu Bakar dan Umar Sayyid kuhul ahli surga dari
kalangan terdahulu dan kemudian kecuali para Nabi dan Rasul” [Fadhail Shahabah no 563].
Hadis Abu Maryam Malik bin Rabi’ah ini
maudhu’ karena Muhammad bin Yunus Al Kadimi yang dikatakan pemalsu hadis
dan Abbas bin Muhammad Al Hilali yang majhul [tidak ditemukan
biografinya]. Muhammad bin Yunus Al Kadimi seorang yang dhaif matruk dan
tertuduh pemalsu hadis. Ibnu Ady, Ibnu Hibban dan Daruquthni menyatakan
ia memalsu hadis. Abu Dawud menyatakan ia pendusta. Adz Dzahabi
menyatakan ia matruk [Mizan Al ‘Itidal juz 4 no 8353]. Daruquthni juga
menyatakan ia matruk [Su’alat Al Hakim no 173].
Hadis Hasan RA dan Husain RA.
Hadis Hasan dan Husain ini diriwayatkan
dalam Tarikh Ibnu Asakir. Dalam Tarikh Ibnu Asakir 14/131-132 disebutkan
dengan jalan sanad dari Muhammad bin Yunus Al Kadimi.
نا أبو العباس محمد بن يونس القرشي نا محمد بن عاصم السلمي نا هارون بن مسلم الحنائي عن القاسم بن عبد الرحمن عن محمد بن علي عن أبي محمد الأنصاري عن الحسين بن علي قال سمعت جدي رسول الله (صلى الله عليه وسلم) يقول لا تسبوا أبا بكر وعمر فإنهما سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين إلا النبيين والمرسلين ولا تسبوا الحسن والحسين فإنهما سيدا شباب أهل الجنة من الأولين والآخرين ولا تسبوا عليا فإن من سب عليا فقد سبني ومن سبني فقد سب الله ومن سب الله عذبه الله
Telah menceritakan kepada kami Abu
Abbas Muhammad bin Yunus Al Qurasy yang berkata telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ashim As Sulami yang menceritakan kepada kami
Harun bin Muslim Al Huna’iy dari Qasim bin Abdurrahman dari Muhammad bin
Ali dari Abi Muhammad Al Anshari dari Husain bin Ali yang berkata aku
mendengar kakekku Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian mencaci Abu
Bakar dan Umar karena mereka berdua adalah Sayyid kuhul ahli surga dari
kalangan terdahulu dan kemudian kecuali para Nabi dan Rasul. Janganlah
kalian mencaci Hasan dan Husain karena mereka berdua adalah Sayyid
pemuda ahli surga dari kalangan terdahulu dan kemudian janganlah mencaci
Ali, barang siapa yang mencaci Ali maka ia telah mencaciku dan siapa
yang mencaciku ia telah mencaci Allah dan siapa yang mencaci Allah akan
diazab oleh Allah SWT” [Tarikh Ibnu Asakir 14/131-132].
Hadis Husain bin Ali di atas adalah hadis maudhu’ karena Muhammad bin Yunus Al Qurasy Al Kadimi adalah seorang pemalsu hadis. Hadis dengan matan di atas juga diriwayatkan oleh Hasan bin Ali RA sebagaimana yang disebutkan dalam Tarikh Ibnu Asakir 30/178-179 juga dengan jalan sanad dari Harun bin Muslim Al Huna’iy dari Qasim bin Abdurrahman dari Muhammad bin Ali dari Abu Muhammad Al Anshari dari Hasan bin Ali RA secara marfu’. Sanad ini dhaif karena Qasim bin Abdurrahman Al Anshari. Abu Hatim menyatakan ia dhaif dan hadisnya mudhtharib. Abu Zar’ah menyatakan “munkar al hadis” [Al Jarh Wat Ta’dil 7/112 no 648].
Hadis Husain bin Ali di atas adalah hadis maudhu’ karena Muhammad bin Yunus Al Qurasy Al Kadimi adalah seorang pemalsu hadis. Hadis dengan matan di atas juga diriwayatkan oleh Hasan bin Ali RA sebagaimana yang disebutkan dalam Tarikh Ibnu Asakir 30/178-179 juga dengan jalan sanad dari Harun bin Muslim Al Huna’iy dari Qasim bin Abdurrahman dari Muhammad bin Ali dari Abu Muhammad Al Anshari dari Hasan bin Ali RA secara marfu’. Sanad ini dhaif karena Qasim bin Abdurrahman Al Anshari. Abu Hatim menyatakan ia dhaif dan hadisnya mudhtharib. Abu Zar’ah menyatakan “munkar al hadis” [Al Jarh Wat Ta’dil 7/112 no 648].
Kesimpulan:
Setelah pembahasan yang cukup panjang mengenai sanad hadis “Abu Bakar dan Umar Sayyid Kuhul ahli surga” maka dapat disimpulkan kalau hadis ini adalah hadis yang dhaif. Mari lihat kembali ringkasannya
- Hadis Ali RA diriwayatkan oleh Al Harits [dhaif], Sya’bi [dhaif mudhtharib], Zirr [dhaif], Hasan bin Ali [dhaif munkar], Ali bin Husain [dhaif jiddan], Anas [maudhu’], Jabir [dhaif jiddan], Khaththab [dhaif jiddan], Hurmuz [dhaif jiddan], Ashim bin Damrah [dhaif jiddan]. Abu Mathar Al Juhani [dhaif jiddan]
- Hadis Anas RA riwayat Muhammad bin Katsir [dhaif munkar]
- Hadis Abu Juhaifah RA riwayat Malik bin Mighwal [dhaif munkar]
- Hadis Abu Hurairah RA riwayat Yunus dari Sya’bi [sanadnya khata’ atau salah]
- Hadis Jabir RA riwayat Miqdam bin Dawud [dhaif jiddan]
- Hadis Abu Sa’id Al Khudri riwayat Ali bin Abis [dhaif]
- Hadis Abdullah bin Abbas RA riwayat Thalhah bin Amru [dhaif jiddan]
- Hadis Abdullah bin Umar RA riwayat Abdurrahman bin Malik bin Mighwal [maudhu’]
- Hadis Malik bin Rabi’ah RA riwayat Muhammad bin Yunus Al Kadimi [maudhu’]
- Hadis Husain bin Ali RA riwayat Muhammad bin Yunus Al Kadimi [maudhu’]
- Hadis Hasan bin Ali RA riwayat Qasim bin Abdurrahman Al Anshari [dhaif]
Sanad terkuat hadis ini adalah riwayat
Asy Sya’bi dari Ali yang terputus sanadnya [inqitha’] dan terbukti
mengalamai idhthirab [kekacauan] dimana Sya’bi terkadang meriwayatkan
dari Al Harits dari Ali dari Rasulullah SAW, terkadang meriwayatkan dari
Ali dari Rasulullah SAW [tanpa menyebutkan Al Harits] dan terkadang
Sya’bi langsung meriwayatkan dari Rasulullah SAW [tanpa menyebutkan Al
Harits dan Ali]. Sanad yang terkuat ini pun sudah jelas dhaif dan tidak
diragukan lagi dengan mengumpulkan jalan-jalannya maka disimpulkan bahwa
tidak ada satupun hadis ini yang selamat dari cacat, semuanya
berderajat dhaif, dhaif jiddan bahkan maudhu’. Apalagi diketahui kalau
Ahli surga itu adalah syabab bukannya kuhul sebagaimana yang
diriwayatkan dalam hadis yang shahih dan jayyid. Jadi hadis ini memiliki
sanad yang dhaif dengan matan yang bathil atau mungkar maka kedudukannya sudah jelas dhaif dan tidak bisa dijadikan hujjah.
25. Takhrij Hadis “Imam Ali Akan Mencambuk Orang Yang Mengutamakan Dirinya dari Abu Bakar dan Umar”
Hadis ini termasuk hadis yang dijadikan andalan oleh salafiyun untuk menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Ali. Mereka mengatakan kalau Imam Ali sendiri akan mencambuk orang yang mengutamakan dirinya atas Abu Bakar dan Umar. Hadis ini adalah hadis yang dhaif dengan jalan-jalannya. Telah diriwayatkan dengan berbagai jalan dari Ali tetapi semua jalannya tidaklah tsabit.
Hadis ini termasuk hadis yang dijadikan andalan oleh salafiyun untuk menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Ali. Mereka mengatakan kalau Imam Ali sendiri akan mencambuk orang yang mengutamakan dirinya atas Abu Bakar dan Umar. Hadis ini adalah hadis yang dhaif dengan jalan-jalannya. Telah diriwayatkan dengan berbagai jalan dari Ali tetapi semua jalannya tidaklah tsabit.
حدثنا عبد الله قال حدثني هدية بن عبد الوهاب قثنا أحمد بن يونس قثنا محمد بن طلحة عن أبي عبيدة بن الحكم عن الحكم بن جحل قال سمعت عليا يقول لا يفضلني أحد على أبي بكر وعمر إلا جلدته حد المفتري
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Hadiyyah bin Abdul
Wahab yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus yang
berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Thalhah dari Abu
Ubaidah bin Al Hakam dari Al Hakam bin Jahl yang berkata aku mendengar
Ali mengatakan “tidaklah seorangpun mengutamakanku dari Abu Bakar dan
Umar kecuali aku akan mencambuknya dengan cambukan untuk seorang
pendusta” [Fadhail Shahabah no 49].
Hadis ini juga diriwayatkan dalam Fadhail
Shahabah no 387, As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1219, As Sunnah Abdullah
bin Ahmad 2/562, Al Isti’ab Ibnu Abdil Barr 1/297, dan Tarikh Ibnu
Asakir 30/382 semuanya dengan jalan sanad dari Muhammad bin Thalhah dari
Abu Ubaidah dari Al Hakam bin Jahl dari Ali. Sanad hadis ini sangat dhaif karena Muhammad bin Thalhah dan Abu Ubaidah.
- Muhammad bin Thalhah tidak diketahui siapa dia atau tidak ditemukan biografinya, pentahqiq kitab Fadahail Shahabah menyatakan tidak ada keterangan yang tsabit tentang dirinya tetapi kemungkinan ia adalah Muhammad bin Thalhah bin Abdurrahman bin Thalhah. Ibnu Hibban menyatakan kalau ia melakukan kesalahan [Ats Tsiqat juz 9 no 15147]. Abu Hatim berkata “tempat kejujuran ditulis hadisnya tetapi tidak bisa dijadikan hujjah” [Al Jarh Wat Ta’dil 7/292 no 1582]. Sayang sekali tidak ada satupun bukti yang menunjukkan kalau dia adalah Muhamad bin Thalhah bin Abdurrahman bin Thalhah dan kalau memang dia yang dimaksud maka hadisnya juga tidak bisa dijadikan hujjah.
- Abu Ubaidah adalah Umayyah bin Al Hakam. Ad Duulabiy menyebut Umayyah bin Al Hakam dengan kuniyah Abu Ubaidah [Al Kuna 5/129] dan disebutkan oleh Ibnu Hajar kalau Umayyah bin Al Hakam meriwayatkan dari Al Hakam bin Jahl dan dia seorang yang tidak dikenal [Lisan Al Mizan juz 1 no 1436].
Al Hakam bin Jahl memiliki mutaba’ah dari
Abdullah bin Salamah, Abdurrahman bin Abi Laila dan Suwaid bin
Ghaffalah dengan sanad yang dhaif. Dikeluarkan oleh Ats Tsa’labi dalam
kitab Tafsirnya Kasyf Wal Bayan 13/133 dengan jalan sanad Al Haisham bin Syadaakh dari Amasy dari Amru bin Murrah dari Abdullah bin Salamah dari Ali.
Sanad ini dhaif jiddan karena Al Haisham bin Syadaah dan Abdullah bin
Salamah. Ibnu Hibban memasukkan Al Haisham dalam Adh Dhu’afa dan
mengatakan tidak boleh berhujjah dengannya [Al Majruhin juz 3 no 1174]
dan Al Uqaili menyatakan ia majhul dan hadisnya tidak terjaga [Lisan Al
Mizan juz 6 no 748]. Abdullah bin Salamah seorang yang dhaif yu’tabaru
bihi. Al Bukhari berkata “tidak diikuti hadisnya”. Syu’bah, Abu Hatim
dan Nasa’i berkata “dikenal dan diingkari” dan Daruquthni menyatakan
“dhaif”. [Tahrir At Taqrib no 3364].
Diriwayatkan dalam Tarikh Ibnu Asakir 30/382 dengan jalan sanad dari Ahmad
bin Manshur Al Yasykuri dari Abu Bakar bin Abi Dawud dari Ishaq bin
Ibrahim dari Kirmani bin Amru dari Muhammad bin Thalhah dari Syu’bah
dari Hushain bin Abdurrahman dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Ali. Hadis ini dhaif jiddan karena beberapa illat [cacat] yaitu
- Ahmad bin Manshur Al Yasykuri seorang yang majhul disebutkan biografinya oleh Al Khatib tanpa menyebutkan jarh maupun ta’dil dan yang meriwayatkan darinya hanya Abu Muhammad bin Muqtadir [Tarikh Baghdad 5/362 no 2909].
- Ishaq bin Ibrahim Syadzan disebutkan oleh Ibnu Hajar bahwa ia memiliki hadis-hadis mungkar dan gharib. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan Abu Hatim berkata “shaduq” [Lisan Al Mizan juz 1 no 1076].
- Kirmani bin Amru dimasukkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 9 no 15010] dan Abu Hatim menyebutkan bahwa yang meriwayatkan darinya hanya Ishaq bin Ibrahim Syadzan tanpa menyebutkan jarh ataupun ta’dil [Al Jarh Wat Ta’dil 7/176 no 1007]. Jadi kemungkinan ia seorang yang majhul hal. Dan yang terakhir Muhammad bin Thalhah sendiri tidak dikenal siapa dirinya.
Disebutkan dalam Lisan Al Mizan juz 3 no 1225 dimana Ibnu Hajar menukil hadis ini dengan jalan dari Abu
Ishaq Al Fazari dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Az Za’ra’
dari Zaid bin Wahb bahwa Suwaid bin Ghaflah masuk menemui Ali.
Hadis ini dhaif karena Abu Az Za’ra’, dia adalah Abdullah bin Hani’
seorang yang diperselisihkan dan pendapat yang rajih adalah dia seorang
yang dhaif. Al Ijli dan Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban
memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 6 no 120]. Bukhari
berkata “tidak diikuti hadis-hadisnya” [Tarikh Al Kabir juz 5 no 720].
Adz Dzahabi memasukkannya dalam Diwan Adh Dhu’afa no 2337. Al Uqaili
juga memasukkannya dalam Adh Dhu’afa seraya mengutip Bukhari dan
menyebutkan berbagai hadis batil yang diriwayatkannya serta tidak
diikuti oleh satu orangpun [Adh Dhu’afa Al Uqaili 2/314-316]. Abdullah
bin Hani’ disebutkan kalau ia mendengar dari Ibnu Mas’ud dan semua
hadisnya adalah riwayat Ibnu Mas’ud, tidak ada yang meriwayatkan darinya
kecuali Salamah bin Kuhail dan hadis-hadis yang diriwayatkannya adalah
hadis batil yang tidak diikuti oleh satu orangpun. Oleh karena itu jarh
padanya bersifat mufassar dan disertakan dengan bukti hadis-hadis yang
disebutkan oleh Al Bukhari dan Al Uqaili maka pendapat yang benar adalah
ia seorang yang dhaif. Dalam Tahrir At Taqrib disebutkan kalau ia
seorang yang dhaif yu’tabaru bihi [Tahrir At Taqrib no 3677].
Disebutkan dalam kitab As Siyar Abu Ishaq
Al Fazari hal 327 no 647 dan kitab Al Kifayah Fi Ilmi Ar Riwayah Al
Khatib Baghdad 3/333 no 1185 semuanya dengan jalan dari Abu
Shalih Al Farra’ dari Abu Ishaq Al Fazari dari Abu Az Za’ra’ atau dari
Zaid bin Wahb bahwa Suwaid bin Ghaflah masuk menemui Ali -al hadists-.
Sanad hadis ini tidak bisa dijadikan hujjah karena didalamnya terdapat
keraguan dari salah seorang perawinya yaitu pada perkataan “dari Abu Az Za’ra’ atau dari Zaid bin Wahb”.
Tidak jelas apakah itu dari Abu Az Za’ra atau dari Zaid bin Wahb dan
sudah pasti tidak bisa dikatakan berasal dari keduanya karena jika
memang sanad tersebut berasal dari keduanya maka lafaz yang digunakan
adalah “dari Abu Az Za’ra’ dan dari Zaid bin Wahb”. Bahkan disebutkan oleh Ibnu Hajar dengan lafaz “dari Abu Az Za’ra’ dari Zaid bin Wahb”.
Hal ini menunjukkan adanya kekacauan yang timbul dari salah seorang
perawinya. Tidak diketahui dengan pasti siapa yang melakukan kekeliruan,
bisa saja Abu Shalih Al Farra’ yang walaupun ia dikatakan tsiqat oleh
Ibnu Hibban dan Al Ijli, Daruquthni mengatakan “shuwailih, tidak kuat”
[At Tahdzib juz 10 no 85]. Dikatakan dalam Al Kifayah bahwa keraguan
perawi tersebut tidak menjadikan hadis tersebut dhaif karena kedua
perawi tersebut tsiqat ma’mun. Pernyataan ini tidaklah benar, Zaid bin
Wahb memang seorang yang tsiqat tetapi Abu Az Za’ra’ telah dijelaskan
bahwa yang rajih ia seorang yang dhaif. Apalagi juga terdapat penukilan
kalau Abu Az Za’ra’ meriwayatkan hadis ini dari Zaid bin Wahb
sebagaimana yang disebutkan Ibnu Hajar. Jadi keraguan perawi justru
mengandung illat yang mendhaifkan hadis tersebut sehingga sanadnya tidak
bisa dijadikan hujjah.
26. Imam Ali Manusia Yang Paling Dicintai Allah SWT : Bukti Keutamaan Di Atas Abu Bakar dan Umar
Telah diriwayatkan dengan berbagai jalan
dari sahabat Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda kalau Imam
Ali adalah manusia yang paling dicintai Allah SWT. Hadis tersebut
dikenal dengan sebutan hadis Thayr dan hadis ini termasuk salah satu
hadis yang menjadi korban sinisme sepanjang masa oleh para ahli hadis.
Sebagian ulama menyatakan hadis tersebut maudhu’ mungkar dan tentu saja
perkataan ini bathil karena hadis ini diriwayatkan dengan berbagai jalan
dan diantaranya terdapat sanad yang jayyid sehingga dengan mengumpulkan
sanad-sanadnya maka hadis tersebut sudah jelas shahih. Pada pembahasan
ini kami akan membahas sanad yang jayyid mengenai hadis ini.
Diriwayatkan dari Anas RA kalau Rasulullah SAW pernah mendapatkan daging
burung kemudian Rasulullah SAW bersabda:
فقال اللهم ائتني بأحب خلقك إليك يأكل معي من هذا الطير فجاء علي بن أبي طالب فدخل يأكل معه من ذلك الطير
Rasulullah SAW bersabda “Ya Allah
datangkanlah hambamu yang paling Engkau cintai agar dapat memakan daging
burung ini bersamaKu. Maka datanglah Ali dan ia memakan daging burung
itu bersama Nabi SAW”. [Tarikh Ibnu Asakir 42/254].
Takhrij Hadis.
Hadis ini diriwayatkan dengan sanad yang
jayyid dari As Suddi dari Anas Ra. Yang meriwayatkan dari As Suddi
adalah Isa bin Umar Al Qari dan yang meriwayatkan dari Isa bin Umar Al
Qari adalah Ubadiillah bin Musa dan Mushir bin Abdul Malik. Yang
meriwayatkan dari Ubaidillah bin Musa adalah Sufyan bin Waki’ dan Hatim
bin Laits sedangkan yang meriwayatkan dari Mushir adalah Hasan bin
Hamad. Sanad As Suddi diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi 5/636 no 3721,
Musnad Abu Ya’la 7/105 no 4052, Sunan Nasa’i 5/107 no 8398, dan Tarikh
Ibnu Asakir 42/254. Berikut sanad yang jayyid dalam Tarikh Ibnu Asakir.
أخبرنا أبو غالب بن البنا أنا أبو الحسين بن الابنوسي أنا أبو الحسن الدار قطني نا محمد بن مخلد بن حفص نا حاتم بن الليث نا عبيد الله بن موسى عن عيسى بن عمر القارئ عن السدي نا أنس بن مالك
Telah menceritakan kepada kami
Abu Ghalib bin Al Bana yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu
Husain bin Al Banusi yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu
Hasan Daruquthni yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Makhlad bin Hafsh yang berkata telah menceritakan kepada kami Hatim
bin Laits yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin
Musa dari Isa bin Umar Al Qari dari As Suddi dari Anas bin Malik [Tarikh Ibnu Asakir 42/254].
Hadis ini sanadnya shahih diriwayatkan
oleh para perawi yang terpercaya. As Suddi adalah tabiin yang
meriwayatkan dan mendengar dari Anas bin Malik. Hadis As Suddi dari Anas
telah dijadikan hujjah oleh Imam Muslim.
- Abu Ghalib bin Al Bana adalah seorang Syaikh shalih tsiqat musnad Baghdad sebagaimana yang disebutkan oleh Adz Dzahabi [As Siyar 19/603 no 352].
- Abu Husain bin Al Banusi adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ali Ibnu Banusi seorang Syaikh yang tsiqat [As Siyar 18/85 no 38].
- Abu Hasan Daruquthni adalah penulis kitab Sunan yang mayshur. Al Imam Syaikh Islam Al Hafizh. Ia dikatakan Amirul mukminin dalam hadis [Tadzkirah Al Huffazh 3/123 no 925].
- Muhammad bin Makhlad bin Hafsh adalah Al Imam Mufid tsiqat musnad Baghdad. Daruquthni berkata “tsiqat ma’mun” [Tadzkirah Al Huffazh 3/33 no 811].
- Hatim bin Laits adalah Hatim bin Laits bin Al Harits bin Abdurrahman Abu Fadhl seorang yang tsiqat tsabit mutqin hafizh [Tarikh Baghdad 8/240 no 4346].
- Ubaidillah bin Musa adalah perawi kutubus sittah. Ibnu Ma’in, Abu Hatim, Al Ajli, Ibnu Ady, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hibban, Ibnu Syahin menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 7 no 97]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat tasyayyu’ [At Taqrib 1/640]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat [Al Kasyf no 3593].
- Isa bin Umar Al Qari adalah perawi Tirmidzi dan Nasa’i. Ahmad , Al Bazzar dan Abu Hatim berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban, Waki’, Al Khatib, Nasa’i, Al Ajli, Ibnu Numair menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 8 no 415]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/773].
- As Suddi adalah Ismail bin Abdurrahman As Suddi perawi Muslim dan Ashabus Sunan seorang Imam dalam tafsir. Yahya bin Sa’id Al Qattan berkata “tidak ada masalah padanya”. Ahmad bin Hanbal menyatakan ia tsiqat, Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Ady berkata “hadisnya lurus, jujur dan tidak ada masalah padanya”. Al Ajli dan Ibnu Hibban menyatakan ia tsiqat. Telah meriwayatkan darinya Syu’bah yang berarti Syu’bah menyatakan tsiqat padanya. Ia dilemahkan oleh sebagian ulama seperti Ibnu Ma’in, Abu Zar’ah dan Abu Hatim tanpa menyebutkan alasannya sehingga jarh mereka adalah jarh mubham padahal ia telah mendapatkan ta’dil dari ulama yang mu’tabar. [At Tahdzib juz 1 no 572]. Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq yahim [At Taqrib 1/97] dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib bahwa As Suddi seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir At Taqrib no 463]. Adz Dzahabi menyatakan ia hasanul hadits [Al Kasyf no 391]. Pendapat yang rajih adalah As Suddi seorang yang tsiqat apalagi ia telah dijadikan hujjah oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya.
Hadis ini sudah jelas shahih dan diriwayatkan oleh para perawi tsiqat. At Tirmidzi berkata setelah meriwayatkan hadis ini
هذا حديث غريب لا نعرفه من حديث السدي إلا من هذا الوجه وقد روى من غير وجه عن أنس و عيسى بن عمر هو كوفي و السدي إسمعيل بن عبد الرحمن وسمع من أنس بن مالك ورأى الحسين بن علي و ثقة شعبة و سفيان الثوري و زائدة ووثقه يحيى بن سعيد القطان
Hadis ini gharib, tidak
dikenal dari hadis As Suddi kecuali dengan jalan ini. Dan sungguh telah
diriwayatkan oleh jalan yang lain dari Anas. Isa bin Umar ia Al Kufi dan
Al Asdi . Ismail bin Abdurrahman mendengar dari Anas bin Malik dan
melihat Husain bin Ali, ia dinyatakan tsiqat oleh Syu’bah, Sufyan Ats
Tsawri dan Za’idah dan ia dinyatakan tsiqat oleh Yahya bin Sa’id Al
Qattan [Sunan Tirmidzi 5/636 no 3721].
Isa bin Umar memang menyendiri
meriwayatkan hadis ini dari As Suddi tetapi itu tidaklah merusak
kedudukan hadisnya sebagaimana hal yang ma’ruf dalam ilmu hadis bahwa
jika perawi tsiqat menyendiri dalam meriwayatkan hadis shahih maka
hadisnya tetaplah diterima. Isa bin Umar adalah seorang yang tsiqat dan
riwayatnya dari As Suddi adalah shahih.
Selain riwayat As Suddi dari Anas
terdapat sanad lain yang jayyid yaitu riwayat Utsman Ath Thawil dari
Anas. Riwayat Utsman Ath Thawil dari Anas bin Malik RA disebutkan dalam
kitab Tarikh Ibnu Asakir 42/250 dan Al Bukhari dalam Tarikh Al Kabir juz
2 no 1488. Berikut sanad riwayat Al Bukhari.
قال لي محمد بن يوسف حدثنا أحمد قال ثنا زهير قال ثنا عثمان الطويل عن أنس بن مالك
Telah berkata kepadaku Muhammad
bin Yusuf yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad yang berkata
telah menceritakan kepada kami Zuhair yang berkata telah menceritakan
kepada kami Utsman Ath Thawil dari Anas bin Malik [Tarikh Al Kabir juz 2 no 1488].
Utsman dari Anas ini memiliki sanad yang
hasan shahih. Utsman Ath Thawil adalah seorang tabiin yang telah
meriwayatkan darinya para perawi tsiqah diantaranya Syu’bah [Syu’bah
hanya meriwayatkan dari perawi tsiqah]
- Muhammad bin Yusuf Al Bukhari adalah Syaikh [gurunya] Al Bukhari . Al Khalili menyatakan ia tsiqat muttafaq alaih [Al Irsyad 3/184]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 2/150].
- Ahmad adalah Ahmad bin Yazid bin Ibrahim Abu Hasan Al Harrani. Ia dinyatakan tsiqat oleh Maslamah bin Qasim dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Hatim mendhaifkannya [At Tahdzib juz 1 no 158]. Disebutkan kalau Nasa’i menyatakan ia tsiqat [Tahrir At Taqrib no 127]. Pendapat yang rajih adalah ia seorang yang tsiqat apalagi Abu Hatim dikenal berlebihan dalam menjarh dan banyak mencacatkan para perawi shahih oleh karena itu jika ia menyendiri dalam mencacatkan perawi yang telah dita’dilkan ulama lain maka jarhnya tidaklah diterima.
- Zuhair adalah Zuhair bin Muawiyah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in, Abu Zar’ah, Nasa’i, Al Ajli, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hibban, Al Bazzar menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 648]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 1/317]. Adz Dzahabi menyatakan ia Al Hafizh tsiqat hujjah [Al Kasyf no 1668].
- Utsman Ath Thawil adalah tabiin yang meriwayatkan dari Anas bin Malik. Telah meriwayatkan darinya para perawi tsiqat diantaranya Laits bin Abi Sulaim, Syu’bah, ‘Anbasah bin Sa’id dan Zuhair bin Muawiyah. Abu Hatim berkata “Syaikh” [Al Jarh Wat Ta’dil 6/173 no 950]. Perkataan “Syaikh” adalah salah satu bentuk ta’dil ditambah lagi telah meriwayatkan darinya sekumpulan perawi tsiqat bahkan Syu’bah telah meriwayatkan darinya yang berarti Syu’bah menganggapnya tsiqah. Jadi Utsman Ath Thawil adalah tabiin yang tsiqah.
Al Bukhari setelah membawakan riwayat ini ia berkata “tidak dikenal Utsman mendengar langsung dari Anas” [Tarikh Al Kabir juz 2 no 1488].
Pernyataan ini tidak bisa dijadikan hujjah untuk mencacatkan hadis
tersebut atau menyatakannya inqitha’. Hal ini disebabkan bahwa Bukhari tidak menyatakan kalau Utsman tidak mendengar dari Anas. Bukhari berkata bahwa tidak dikenal penyimakan Utsman dari Anas
karena ia tidak mengetahui atau tidak bisa memastikan apakah Utsman
bertemu dengan Anas RA. Bukhari memiliki persyaratan tersendiri mengenai
hal ini, ia menyatakan suatu sanad muttashil atau bersambung jika kedua
perawi dipastikan bertemu. Persyaratan ini tidaklah menjadi hujjah bagi
jumhur ulama hadis, mereka lebih menyukai persyaratan Imam Muslim bahwa
kedua perawi tidak mesti dipastikan bertemu tetapi cukup dengan
memastikan bahwa kedua perawinya tsiqah berada dalam satu masa maka an
an ahnya dapat dianggap muttashil. Oleh karena itu cukup banyak para
perawi tsiqat yang meriwayatkan dengan ‘an an ah dan tidak dikenal
penyimakannya tetapi hadis mereka tetap dianggap muttashil.
Jadi pernyataan Bukhari di atas tidaklah mencacatkan hadis tersebut karena Utsman adalah tabiin yang tsiqat dan ia bukan mudallis jadi riwayat an an ahnya dari Anas dapat dianggap muttashil.
Apalagi Bukhari sendiri dalam biografi Utsman Ath Thawil tetap
menegaskan kalau ia meriwayatkan dari Anas bin Malik, tidak sedikitpun
ia menyatakan riwayat Utsman dari Anas mursal[Tarikh Al Kabir juz 6 no
2338]. Hadis Utsman Ath Thawil ini dapat dijadikan penguat bagi riwayat
As Suddi dan keduanya bersama-sama menunjukkan bahwa hadis tersebut
shahih tanpa keraguan.
Singkat Tentang Matan Hadis.
Hadis di atas menunjukkan bahwa manusia
yang paling dicintai Allah SWT adalah Ali bin Abi Thalib. Perhatikanlah
bahwa kejadian ini terjadi ketika Rasulullah SAW masih hidup dan tentu
saja pada saat itu sudah ada para sahabat Nabi SAW diantaranya Abu Bakar
dan Umar. Allah SWT mengabulkan doa Nabi SAW dengan mendatangkan Ali
bin Abi Thalib RA. Bukankah ini bukti kalau Imam Ali lebih utama dari
para sahabat lainnya termasuk Abu Bakar dan Umar.
Beberapa ulama menganggap matan hadis ini mungkar, maka kami katakan perkataan seperti ini tidak perlu dihiraukan karena mereka akan selalu menganggap setiap keutamaan Imam Ali yang melebihi Abu Bakar dan Umar adalah mungkar. Itulah keyakinan bathil mereka yang tanpa disadari membuat mereka menentang hadis-hadis shahih. Mengutamakan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar
adalah keyakinan yang berlandaskan hadis-hadis shahih jadi sungguh
keliru sekali menyatakan bahwa keyakinan seperti itu hanyalah milik
Syiah atau menyatakan keyakinan tersebut mungkar. Sekedar informasi,
masih banyak hadis-hadis shahih lain yang menunjukkan keutamaan Imam Ali
di atas Abu Bakar dan Umar, diketahui oleh mereka yang mengetahuinya
dan ditolak oleh mereka yang sakit hatinya. Wallahu’alam
Salam Damai.(Source)
Post a Comment
mohon gunakan email