Pesan Rahbar

Home » » Aksi Koran Indonesia Raya Bikin Kejutan April Mop. Jika kini isi berita kerap dianggap lelucon, dulu benar-benar lelucon –dan lucunya dilakukan suratkabar yang dikenal garang

Aksi Koran Indonesia Raya Bikin Kejutan April Mop. Jika kini isi berita kerap dianggap lelucon, dulu benar-benar lelucon –dan lucunya dilakukan suratkabar yang dikenal garang

Written By Unknown on Monday 4 April 2016 | 05:10:00


Mochtar Lubis, pemimpin redaksi koran Indonesia Raya.

PADA 31 Maret 1969, koran terbitan Jakarta, Indonesia Raya, menurunkan berita mengenai Ratna Sari Dewi, istri mantan Presiden Sukarno. Judul beritanya sih biasa-biasa saja. Namun subjudulnya, apalagi isinya, bikin orang tergoda membacanya.


Isteri Sukarno ke-3 Sari Dewi Kembali ke Indonesia

Tobat Atas Dosa2-nja–Akan Kembalikan Semua Harta Tjurian Untuk Dana Pendidikan

Djakarta, Selasa (IR), - Sari Dewi, isteri wanita Djepang bekas Presiden Soekarno jang baru2 ini dihebohkan berada di Bangkok dan Hongkong, dan menjatakan kepada pers di sana, bahwa dia ingin sekali kembali ke Indonesia untuk menengok suaminja, menurut sumber2 jang mengetahui telah berada di Djakarta. Sari Dewi kini tinggal disuatu tempat yang belum dapat disebutkan didalam kota Djakarta, tak djauh dari rumahnja dahulu, tempat bekas presiden Soekarno kini dikenakan tahanan rumah.

Sumber2 tersebut menerangkan, bahwa Sari Dewi telah tobat, dan hanja datang membawa anaknja sadja sendiri, tanpa sekretaris maupun babu anak. Sari Dewi berpakaian kebaja dan kain Indonesia ketika turun dilapangan terbang Tuban, Den Pasar (Bali), dan dari Bali naik pesawat GIA ke Djakarta, dimana dia lolos masuk kekota Djakarta, karena penumpang2 dalam negeri tidak lagi melewati imigrasi.

Kalangan2 tsb menerangkan kepada Indonesia Raya, bahwa Sari Dewi bertekad hendak menjerahkan seluruh harta karun jang selama ini berhasil dikumpulkannja diluar negeri dari berbagai rupa komisi pampasan Djepang, dll, pada suatu dana pendidikan chas untuk pemuda2 Indonesia, agar pemuda2 Indonesia dapat djadi manusia yang lebih baik dari suaminja dan dirinja sendiri. Dia djuga menerangkan, asal dia dibolehkan hidup berdampingan dengan Soekarno, maka dia bersedia hidup sederhana selama2nja.

“Saja akan membuktikan,” kata Sari Dwi, “bahwa perempuan Djepang tidak sadja tahu hidup mewah, tetapi untuk setia pada suami, bersedia pula hidup melarat dan sederhana”.

Dia mengakui, bahwa tjara2 mentjuri kekajaan Negara dahulu, memang sudah keterlaluan sekali, dan ia kini merasa menjesal dan bertaubat. Moga2 dengan taulada jang saya berikan, kata Sari Dewi, orang2 akan berhenti berbuat jang demikian di Indonesia sekarang.


Berusaha akan bertemu dengan para wartawan di Istana Bogor

Sementara itu dari kalangan jang lajak dipertjajai wartawan IR mendapat kabar bahwa Ratna Sari Dewi pagi ini sedang berusaha untuk dapat hadir di Istana Bogor pada siang harinja, supaja dapat bertemu dengan para wartawan jang pada waktu itu sedang didjamu makan Presiden Soeharto.

Ratna Sari Dewi pada kesempatan itu mengharapkan akan menjampaikan didepan para wartawan, agar diketahui oleh rakjat akan ketobatannya seperti jang kita beritakan diatas.

Dari kalangan Departemen Penerangan dan Sekretariat Negara, IR belum mendapat kabar, apakah Ratna Sari Dewi telah berusaha mendekati kedua instansi tsb untuk mendapatkan “lampu hidjau” buat berkundjung ke Istana Bogor.

Berita itu dimuat di halaman pertama, kolom tengah agak di bawah, dengan foto Ratna Sari Dewi sebagai ilustrasinya.

Kala itu, setelah kematian Sukarno, Ratna Sari kerap mendapat pemberitaan kurang simpatik dari pers Indonesia. Selain lebih memilih tinggal di luar negeri, Ratna Sari menjalani hidup bak selebritas di pelbagai pesta kalangan mewah. Tak ayal jika kabar Dewi hendak “bertobat” dan menyerahkan seluruh hartanya menghebohkan. Tapi sayang, belum lagi habis kehebohan tersebut, keesokan harinya redaksi koran yang sama menulis berita kecil satu kolom dengan judul “Suatu April Mop”.

“Berita yang berjudul ‘Sari Dewi Kembali ke Indonesia’ yang kita muat pada halaman depan harian ‘IR’ terbitan kemarin adalah suatu berita ‘APRIL MOP’ (Lelucon 1 April) dan tidak usah dianggap serius,” tulisIndonesia Raya, 1 April 1969.

“Kami harap para pembaca yang budiman akan maklum dan akan tertawa lebar membacanya.”

Astaga! April Mop? Dan keisengan yang diperbolehkan itu dilakukan sebuah suratkabar? Kita tentu akan membayangkan bagaimana efek dahsyat dari keisengan Indonesia Raya yang kala itu dianggap suratkabar besar di Jakarta setelah Sinar Harapan dan Kompas.

April Mop merupakan suatu tradisi yang memberikan kesempatan orang untuk berbohong, membuat lelucon, atau mengerjai orang lain setiap 1 April. Sejak kapan tradisi ini muncul tak jelas. Ada yang menyebut sejak abad ke-14, dengan dirayakanlah hari orang-orang bodoh dan lucu. Entah dari mana Mochtar Lubis mengambil ide menulis berita April Mop di korannya, yang tak dilakukan koran-koran lain di Indonesia.


Hubungan Diplomatik

Berita April Mop tersebut bukanlah yang terakhir. Indonesia Raya kembali berlelucon pada 31 Maret 1971. Sasarannya kali ini Adam Malik, kala itu menteri luar negeri.

Adam Malik Besok Ketemu Utusan Khusus Ketua Mao Tse-tung

Jakarta, Sabtu (IR) – Menteri Luar Negeri Adam Malik besok malam akan bertemu dengan utusan khusus Ketua Partai Komunis RRT Mao Tse Tung, untuk membicarakan hubungan diplomatik kedua Negara yang terputus sejak kudeta komunis di Indonesia akhir tahun 1965.

Sumber yang berwenang di Jakarta mengatakan kepada IR bahwa Adam Malik memilih New Delhi untuk tempat pertemuan itu, pada waktu sedang berlangsung pertemuan tahunan Indonesia-India yang akan merundingkan masalah2 bilateral.

Ia menurut rencana akan meninggalkan lapangan udara Kemayoran besok pagi.

Namun sumber yang sama juga menyebutkan kemungkinan Islamabad, ibukota Pakistan sebagai tempat yang mungkin dipilih oleh utusan RRT itu untuk bertemu dengan Adam Malik.

Peristiwa penting ini mengingatkan kita pada perjalanan Dr. Henry Kissinger, utusan pribadi dan penasehat keamanan Presiden Nixon dari Amerika Serikat yang telah membuka jalan Washington-Peking dengan lebih dahulu memasuki Pakistan sebelum menyeberang ke daratan Tiongkok dengan diam-diam tahun lalu.

Sikap keras Indonesia untuk tidak segera membuka kembali hubungan diplomatik dengan RRT, menurut sumber IR telah mendorong pemimpin2 RRT untuk lekas2 mengadakan kontak langsung dengan Adam Malik. Ini adalah kelanjutan kontak2 yang sudah berjalan selama beberapa bulan terakhir antara para Dutabesar kedua Negara di Jenewa dan New York.

Berita tersebut tercetak di halaman pertama dan menempati posisi strategis di sebelah kiri atas. Ketika berita itu terbit, hubungan Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok –sekarang Republik Rakyat China– masih renggang sejak pemerintah Orde Baru menuding RRT berperan dalam Gerakan 30 September 1965. Kejadian itu belum berusia lima tahun dan tahu-tahu ada berita soal rencana membuka hubungan diplomatik kembali; siapa yang tak belingsatan.

Namun dua hari kemudian muncul berita dalam box kecil di harian yang sama dengan judul “Lelucon 1 April”.

“Berhubung telah tersiarnya berita rencana pertemuan Menteri Luar Negeri Adam Malik dengan utusan khusus Ketua Partai Komunis RRT Mao Tse Tung dalam harian ini hari Sabtu yang lalu, dengan ini diberitahukan bahwa itu hanyalah sebuah lelucon 1 April kita untuk tahun ini.”

“Kami minta maaf atas kerepotan rekan-rekan pers nasional serta internasional yang telah disibukkan untuk mencheck berita tsb. Demikian pula kepada Menteri Luar Negeri Adam Malik sendiri yang telah ikut direpotkan oleh pertanyaan pers kepadanya mengenai berita itu.”

Apakah pihak Departemen Luar Negeri kala itu marah? Tak cukup jelas. Yang pasti Mochtar Lubis, pemimpin redaksi Indonesia Raya, dekat dengan Adam Malik. Keduanya pernah bekerja di Kantor Berita Antara pada awal kemerdekaan.


Di Balik Antikorupsi

Indonesia Raya, mulai terbit pada 1949, dikenal sebagai koran yang sangat kritis. Pada dekade 1960-an, koran ini membongkar dugaan korupsi Menteri Roeslan Abdulgani, perkawinan Sukarno dengan Hartini, serta panitia penghibur untuk delegasi Konferensi Asia Afrika. Kekritisannya membuat Mochtar Lubis, pemimpin redaksi Indonesia Raya, merasakan dinginnya penjara hampir selama sepuluh tahun.

Pada awal Orde Baru, koran ini mendukung pemerintahan Suharto. Namun lama-kelamaan ia menilai Suharto tak ubahnya Sukarno, menyalahgunakan kekuasaan dan membiarkan orang-orang dekatnya seperti Jenderal Ibnu Sutowo ketika memimpin Pertamina melakukan korupsi. Dan lagi-lagi Mochtar Lubis mendekam di penjara sekitar tiga bulan.

Dianggap turut memanas-manasi kerusuhan di Jakarta, yang dikenal dengan Malari, Indonesia Rayadibredel pada 21 Januari 1974. Mochtar Lubis, yang tak sedang di Jakarta ketika pembredelan, memilih membiarkan korannya mati ketimbang harus meminta maaf kepada penguasa.

Mochtar Lubis konsisten membela kebebasan pers. Sebagai bentuk pengakuan, dia meraih penghargaan sebagai salah satu Heroes of the 20th century dari International Press Institute.

Di balik reputasi sebagai suratkabar militan dan antikorupsi, Mochtar Lubis menyuguhkan kesegaran untuk pembacanya dengan selingan-selingan dan kejahilan setiap tahunnya. Dia memiliki cara bergurau sendiri dengan menggunakan suratkabarnya. Sasarannya bisa siapa saja, termasuk dirinya.

Pada April 1973, Indonesia Raya menurunkan berita tentang “ditemukannya bunga anggrek raksasa di kediaman seorang warga di Jalan Bonang”. Disebutkan bahwa ukuran anggrek raksasa lebih besar dari bunga Rafflesia Arnoldi. Tentu saja berita tersebut memancing keingintahuan masyarakat.

Jalan Bonang yang terletak di belakang Monumen Proklamasi adalah tempat tinggal Mochtar Lubis. Bukan kebetulan pula jika Mochtar Lubis gemar tanaman dan hobi berkebun.

“Seharian itu banyak orang mondar-mandir di depan rumah saya, tanpa tahu bahwa yang dimaksud itu adalah anggrek di rumah saya tapi tak ada yang sebesar bunga Rafflesia Arnoldi itu,” kata Mochtar Lubis sambil tergelak.

Bayangkan kalau hari ini adalah sebuah berita April Mop muncul di suratkabar atau televisi. Kepanikan akan terjadi, dan mungkin saja media yang menyiarkannya akan digugat oleh mereka yang direpotkan oleh berita tersebut. Tapi apakah itu pertanda orang sezaman Mochtar Lubis punya rasa humor lebih tinggi daripada mereka yang hidup di zaman sekarang?

(Historia/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: