PEMBOM STRATEGIS SIAP HANCURKAN SASARAN.
Seiring ketegangan yang terus terjadi di kawasan Laut Cina antara Cina dengan Amerika dan sekutu-sekutunya, Cina merencanakan untuk membuat kapal-kapal induk super bertonase 100 ribuan-ton untuk menandingi Amerika.
Sebuah situs berita Cina qianzhan.com dengan mengutip keterangan seorang pejabat militer Cina menyebutkan baru-baru ini bahwa kapal induk super pertama Cina harus sudah diluncurkan pada tahun 2020.
"Pada tahun itu Cina akan mampu menghadapi pesawat-pesawat tempur paling canggih Amerika yang diluncurkan dari kapal induk di lautan lepas," tulis laporan media Cina tersebut.
Laporan tersebut muncul di tengah ketegangan di kawasan Laut Cina setelah Amerika memutuskan untuk meningkatkan kekuatan militernya di sekitar Laut Cina. Pada bulan September lalu kapal perang pertama Amerika yang dikirimkan untuk memperkuat kekuatan militernya di Asia Timur, USS Freedom, merapat di pelabuhan Singapura. Cina membalasnya dengan mengumumkan perluasan wilayah pertahanan udaranya hingga mencakup wilayah-wilayah sengketa dengan negara-negara tetangga sekutu Amerika seperti Jepang dan Korea. Langkah Cina pun mendapat balasan dari Korea Selatan yang juga mengumumkan perluasan wilayah pertahanan udaranya.
Sementara itu Japan juga menambah ketegangan setelah mengumumkan untuk meningkatkan anggaran pertahanannya dalam 5 tahun ke depan. Dalam rencana pertahanan tersebut Jepang direncanakan akan membeli berbagai peralatan perang modern termasuk drone-drone pengamatan, pesawat tempur F-35 dan sistem pertahanan Aegis buatan Amerika.
Sampai saat ini Cina baru memiliki satu kapal induk, "Liaoning", yang merupakan kapal bekas Uni Sovyet yang sebelumnya dimiliki Ukraina dan telah nyaris dibesi-tuakan. Oleh Cina kapal ini dipermak sedemikian rupa sehingga mampu beroperasi sebagai kapal tempur modern, bertenaga nuklir, berat 80.000 ton dan mampu mengangkut 60 pesawat tempur.
Pada tgl 5 Desember lalu terjadi insiden cukup serius ketika kapal tempur jelajah Amerika USS Cowpens, nyaris bertabrakan dengan kapal induk "Liaoning". Meski kedua pihak saling berusaha meredam dampak politik dari insiden tersebut, namun para analis menganggap hal tersebut sebagai keseriusan kedua pihak untuk saling berhadapan dalam konflik yang sebenarnya.
"Cina berusaha menyampaikan pesan bahwa jika Amerika ingin berada di wilayah perairan Cina, maka harus siap untuk berada dalam situasi penuh ketegangan," kata Dean Cheng, peneliti senior di Heritage Foundation.
PEMBOM STRATEGIS CINA.
Sementara itu Cina juga memperkuat daya serangnya dengan menggelar pesawat-pesawat pembom strategis barunya, H-6K. Dengan senjata ini Cina bisa menghancurkan sasaran-sasaran di seluruh kawasan Pasifik Barat termasuk Jepang. Demikian laporan China Times baru-baru ini.
Dengan rudal jelajah CJ-10 yang memiliki daya jangkau hingga 2.000 km pesawat pembom H-6K tidak perlu meninggalkan wilayah udara Cina untuk menghancurkan sebagian besar pangkalan militer Amerika di Pasifik Barat. Sebuah H-6K yang lepas landas dari pangkalan udara Anqing, provinsi Anhui, dapat menghantam seluruh pangkalan militer Amerika di Korea.
Pada bulan November lalu , sebuah media Cina mengeluarkan peta kota-kota Amerika yang bisa menjadi sasaran rudal nuklir Cina yang dilepaskan dari kapal selam. Sebagai tambahan, kota-kota utama di India, Rusia, Vietnam dan Malaysia serta Filipina juga berada dalam jangkauan serangan nuklir Cina yang diluncurkan dari pesawat pembomnya.
Pada bulan November lalu sebuah komisi Amerika, US-China Economic and Security Review Commission, mengeluarkan laporan yang memberikan peringatan serius bagi pengambil kebijakan Amerika, bahwa Cina telah "meningkatkan dengan cepat kemampuan serangnya terhadap pangkalan-pangkalan militer, kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat tempur Amerika yang berada di Pasifik. Bahkan pangkalan yang jauh dari daratan Cina seperti Guam, kini telah berada dalam jangkauan serangan Cina.
REF:
"China planning 110,000-ton ‘super aircraft carrier’ to rival US naval power"; Russia Today; 22 Desember 2013
"China’s nuclear bomber can hit US military bases: Report"; Press TV; 27 Desember 2013