Setelah meninggalkan Mekah, ada 14 tempat yang disebutkan dalam sejarah dimana Imam Husain pernah tinggal atau bertemu orang atau memberikan khutbah.
1. Saffah: Disini Imam bertemu dengan Farazzdaq, seorang penyair yang ditanyai oleh Imam tentang keadaan di Kufah. Dia berkata, ”Hati orang Kufah bersamamu tapi pedang mereka terhunus melawanmu.” Imam menjawab, ”Allah telah menakdirkan. Aku serahkan nasibku kepadaNya yang telah memberikan alasan yang benar (untuk pergi-penerj.)”.
2. Dhat-el-Irq: Disini sepupu Imam, Abdullah bin Jafar membawa dua anak lelakinya Auwn dan Muhammad kepada ibunya Sayidah Zainab untuk membantu Imam. Dia membujuk Imam untuk kembali ke Madinah tetapi Imam menjawab, ”Nasibku di tangan Allah.”.
3. Batn-er-Rumma: Imam mengirim surat ke Kufah dengan Qais bin Mashir, bertemu Abdullah bin Mutee yang datang dari Irak. Ketika mendengar tujuan Imam, dia mencoba untuk menghentikannya. Dia berkata bahwa orang Kufah tidak beriman dan tidak dapat dipercaya. Tapi Imam meneruskan perjalanannya.
4. Zurud: Imam bertemu Zuhair Ibnu Qain. Zuhair bukan termasuk pengikut Ahlulbait. Tapi ketika Imam memberitahukan tujuan perjalanannya Zuhair memberikan harta-bendanya kepada istrinya, menyuruhnya pulang dan berniat untuk menjadi syuhada bersama Imam.
5. Zabala: Imam mengetahui dari dua orang suku badui yang datang dari Kufah tentang kematian Muslim. Imam berkata, ”Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Indallah nahtasib anfusana.” (Kita berasal dari Allah dan kembali kepadaNya yang menjadi tujuan pengorbanan kita). Orang dari suku Asadi mencoba membujuk Imam, tapi dia bergeming. Disini Imam memberitahukan sahabatnya tentang kematian Muslim dan Hani dan bahwa orang Kufah tidak siap memberikan bantuan. Imam berkata,”Siapa yang ingin pergi, silahkan.” Kumpulan orang dari berbagai suku yang telah ikut dalam perjalanan dengan harapan mendapatkan pampasan perang menyadari harapan hampanya dan berpencar pulang. Hanya 50 orang yang tetap tinggal.
6. Batn-e-Aqiq: Imam bertemu seorang dari suku Akrama yang memberitahukan bahwa Kufah bukan lagi kota yang bersahabat dan telah dikepung tentara Yazid. Tidak ada orang yang dapat masuk dan keluar dari kota. Tapi Imam tetap berjalan terus.
7. Sorat: Imam bermalam disini dan pagi harinya memerintahkan sahabatnya untuk membawa air sebanyak mungkin.
8. Sharaf: Ketika Imam melewati tempat ini. Seorang sahabatnya meneriakkan bahwa dia telah melihat kedatangan sepasukan tentara. Imam meminta untuk cari tempat perlindungan, terutama disebuah gunung di belakang mereka. Seorang pengantar embawa mereka ke gunung terdekat.
9. Zuhasm: Disinilah Imam bertemu dengan pasukan Hurr yang terdiri dari 1000 orang. Mereka kehausan lalu Imam memerintahkan untuk memberikan air kepada mereka. Imam sendiri menolong beberapa tentara yang kehausaan untuk minum. Bahkan binatangpun diberi minum. Sholat Zuhur yang dipimpin Imam dan semua mengikutinya termasuk tentara Hurr. Disini Imam memberitahukan Hurr tentang surat-surat yang diterima dari Kufah. Dia berkata,”Wahai orang Kufah, engkau mengirim delegasimu dan menfirim surat memberitahukan bahwa engkau tidak punya pemimpin dan mengajakku datang kepadamu dan memimpinmu di jalan Allah. Kau menulis bahwa kami Ahlulbait lebih pantas untuk mengendalikan urusanmu daripada mereka yang meng-klaim tapi tidak berhak dan bertindak zalim dan batil. Tapi jika kamu mengubah putusanmu, mengabaikan hak kami dan melupakan janjimu. Aku akan kembali. Tapi dia dilarang kembali oleh pasukan Hur dan diarahkan untuk mengitari Kufah.
10. Baiza: Imam mencapai Baiza keesokan harinya dan memberikan khutbahnya yang terkenal. ”Wahai orang-orang, Nabi telah berkata bahwa jika seseorang menjumpai pemimpin yang tiran, menyeleweng dari jalan Allah dan Nabi dan menindas orang, tetapi tidak melakukan apa-apa lewat perkataan atau tindakan untuk merubahnya, maka keadilan Allah yang akan menghukumnya. Tidakkah kau melihat bagaimana rendahnya keadaanmu... Tidakkah kau perhatikan bahwa kebenaran tidak diikuti dan kebatilan (telah dilakukan-penerj) tanpa batas. Bagiku, aku mencari kematian sebagai jalan mencapai syuhada dan hidup diantara kesesatan tidaklah berarti apa-apa kecuali kesedihan dan penderitaan.
11. Uzaibul Hajanat: Disini Imam berpisah dengan pasukan Hurr dan bertemu Trimmah bin Adi. Setelah mengetahui Kufah telah menelantarkan utusannya, menjadi jelas baginya bahwa dia tidak punya harapan untuk mendapat bantuan atau bahkan kelangsungan hidup di Kufah. Walaupun begitu, dia menolak perlindungan, jika tidak pasti berguna. Trimmah menawarkan bantuan pasukan 20.000 orang terlatih dari sukunya untuk mengiringinya ke Kufah atau berlindung di pegunungan. Imam menjawab ke Ibnu Adi,”Allah memberkahimu dan orang-orangmu. Aku tidak bisa menarik kata-kataku. Semua telah ditakdirkan.” Dari jawaban ini adalah jelas bahwa dia mengerti penuh dengan situasi yang dihadapi dan bahwa dia telah memiliki strategi dan rencana di benaknya untuk mengadakan revolusi untuk membangkitkan kesadaran muslimin. Dia tidak mencoba memobilisasi pasukan militer dimana bisa dengan mudah dilakukannya di Hijaz ataupun dia tidak memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan kekuatan fisik yang ada.
12. Qasr-e-Bani Makatil: Disini terbukti bahwa Kufah bukanlah tujuannya. Karena Hurr tidak ingin meninggalkannya, dia mengitari Kufah dan mengambil rute baru. Dalam istirahatnya di siang hari, dia mengucap ”Inna Lillah” Anaknya yang berumur 18 tahun Ali Akbar mendekatinya dan bertanya. Imam menjawab bahwa dalam tidurnya dia mendengar seseorang berkata bahwa orang-orang ini akan menemui kematiannya. Ali Akbar bertanya, ”Bukankah kita di jalan yang benar.” Kematian tidak berarti baginya. Kematian dalam bentuk ini berarti kemenangan dalam kesyahidan.
13. Nainawa: Di tempat ini seorang utusan Ibnu Ziyad membawa pesan untuk tidak meninggalkan Imam. Kafilah melewati Ghaziriya menuju tempat yang disebut Karbala. Imam menanyakan tentang tempat ini. Seseorang memberitahu Karbala. Imam berkata, betul, inilah tempat Kerbin-wa-bala (tempat penderitaan dan penyiksaan). Mari kita berhenti disni karena kita telah tiba di tujuan. Ini adalah tempat kesyahidan. Inilah Karbala.
14. Karbala: Berdasarkan perintah Imam, tenda-tenda didirikan dekat dengan sungai yang menjadi cabang dari sungai Eufrat yang jaraknya beberapa mil. Hari ini bertanggal 2 Muharam tahun 61 Hijriah (3 Oktober 680 AD).
Peta menunjukkan rute yang diambil Imam Husain (as) ketika meninggalkan Mekah dengan tujuan Irak. Hari itu bertanggal 8 Zulhijah tahun 60 Hijriah (10 September 680 AD). Bersamanya ada 50 orang termasuk wanita dan laki-laki dari keluarganya dan sahabatnya. Pamannya Ibnu Abbas dan saudaranya Muhammad bin Hanafiyah tidak ikut bersamanya. Mereka memberikan kata perpisahan dan mencoba memperingatkan bahaya yang dihadapi Imam. Muhammad bin Hanafiyah memberitahukan bahwa orang Mekah dan para jamaah haji bertanya-tanya kenapa dia pergi satu hari sebelum hari raya Haji. Imam meninggalkan surat kepada saudaranya menerangkan maksudnya dengan jelas. Surat itu berkata:
”Aku tidak keluar untuk memprovokasi atau ingin menindas. Aku ingin membawa umat kembali ke jalan Amr bil Maruf wa Nahi Anil Munkar. Aku ingin mengajak mereka ke jalan dari kakekku dan ayahku Ali bin Abi Thalib.”