Sekilas kisah sejarah Muhammad bin Abu Bakar
Ditulis Oleh: Hibba Firdous
Ditulis Oleh: Hibba Firdous
Mu’awiyah
membunuh Muhammad bin Abu Bakar, anak khalifah Abu Bakar. Mula-mula ia
disiksa, tidak diberi minum, kemudian dimasukkan ke dalam perut keledai
dan dibakar. Untuk pertama kali dalam sejarah Islam, penguasa
mempermainkan jenazah yang mereka bunuh. Dan jenazah ini adalah jenazah
kaum Muslimin.
Penguasa memenggal kepala mereka setelah diikat kedua tangan ke belakang, menyayatnyayat mayat, mengarak kepalakepala mereka berkeliling kota, membawanya dari kota ke kota dan akhirnya dikirim ke ‘khalifah’ di Damaskus dengan menempuh jarak beratusratus kilometer. Cukup dengan sedikit curiga bahwa seorang itu Syi’ah, maka mereka akan memotong tangan, kaki atau lidah mereka.
Bila ada yang menyebut mencintai anak cucu Rasul saja maka ia akan dipenjarakan atau hartanya dirampas, rumah dimusnahkan. Bencana makin bertambah dan makin menyayat hati. Sampai gubernur Ubaidillah bin Ziyad membunuh Husain kemudian gubernur Hajjaj bin Yusuf yang membunuh mereka seperti membunuh semut. Ia lebih senang mendengar seorang mengaku dirinya zindiq atau kafir dari mendengar orang mengaku dirinya Syi’ah Ali.
Abu alHusain Ali bin Muhammad bin Abi Saif alMadani dalam kitabnya alAhdats, berkata:
Mu’awiyah menulis sebuah surat kepada semua gubernurnya setelah tahun perjanjian dengan Hasan agar mereka mengucilkan orang yang memuliakan Ali dan keluarganya. Pidatokan dan khotbahkan di tiap desa dan di tiap mimbar pelaknatan Ali dan kucilkan dia dan keluarganya. Dan alangkah besar bencana yang menimpa Syi’ah Ali di Kufah. Diangkatlah Ziyad bin Sumayyah menjadi gubernur Kufah. Ia lalu memburu kaum Syi’ah. Ia sangat mengenal kaum Syi’ah karena ia pernah jadi pengikut Ali. Dan ia lalu memburu dan membunuh mereka di mana pun mereka berada, tahta kulli hajar wa madar membuat mereka ketakutan, memotong tangan dan kaki mereka, menyungkil bola mata mereka; samala al ‘uyun, dan menyalib mereka di batangbatang pohon korma. Ia memburu dan mengusir mereka ke luar dari ‘Irak dan tiada seorang pun yang mereka kenal, luput dari perburuan ini.
Di samping itu istri dan putriputri Syi’ah dijadikan budak dan untuk pertama kali dilakukan Mu’awiyah dengan Busr bin Arthat pada akhir tahun 39 H/660 M. Mereka memaksa kaum Syi’ah membaiat khalifah yang sebenarnya adalah raja yang lalim. Setelah membaiat, biasanya mereka belum merasa puas, sehingga mereka merasa perlu membumi hanguskan desa mereka seperti diriwayatkan Bukhari dalam tarikhnya...
Mu’awiyah melalui jenderalnya Busr bin Arthat tersebut membakar rumah-rumah Zararah bin Khairun, Rifaqah bin Rafi, Abdullah bin Sa’d dari Banu ‘Abdul Asyhal, semua adalah para sahabat kaum Anshar. Celakanya Ziyad bin Abih, yang mula-mula berpihak kepada Ali bin Abi Thalib, menyeberang ke Mu’awiyah, karena pengakuan Abu Sufyan bahwa Ziyad yang lahir dari seorang budak perempuan asal Iran adalah anaknya. Mu’awiyah yang melihat Ziyad sebagai seorang yang berbakat, mengakuinya sebagai saudaranya.
Ummu Habibah, istri Rasul Allah, saudara Mu’awiyah tidak pernah mau mengakui Ziyad sebagai saudaranya. Karena pernah bersama Ali maka Ziyad mengenal semua pengikut Ali dalam Perang Shiffin dan dengan mudah memburu dan membunuhi mereka.
Orang pertama yang dipenggal kepalanya oleh Mu’awiyah adalah Amr bin Hamaq sebagai Syi’ah Ali yang turut mengepung rumah Utsman dan dituduh membunuh Utsman dengan 9 tusukan. Ia melarikan diri ke Mada’in bersama Rifa’ah bin Syaddad dan terus ke Mosul. Ia ditangkap dan gubernur Mosul Abdurrahman bin Abdullah bin Utsman mengenalnya. Ia mengirim surat ke Mu’awiyah.
Mu’awiyah menjawab seenaknya: “Ia membunuh Utsman dengan tusukan dengan goloknya (masyaqish) dan kita tidak akan bertindak lebih, tusuklah dia dengan sembilan tusukan”. Setelah ditusuk baru tusukan pertama atau kedua, kelihatannya ia sudah mati kepalanya dipenggal dan dikirim ke Syam, diarak kemudian diserahkan kepada Mu’awiyah dan Mu’awiyah mengirim kepala ini kepada istrinya Aminah binti al Syarid yang sedang berada di penjara Mu’awiyah. Kepala itu dilemparkan ke pangkuan istrinya. Istrinya meletakkan tangannya di dahi kepala suaminya kemudian mencium bibirnya berkata:
Mereka hilangkan dia dariku amat lama,
Mereka bunuh dan sisakan untukku kepalanya,
Selamat datang, wahai hadiah,
Selamat datang, wahai wajah tanpa roma..
Baca disini selanjutnya ,klo punya nyali ingin mau tau kejahatan junjungan wahabi si Muawiyah grin emotikon
www.alhassanain.com/indonesian/show_book.php…
Sekilas Jawaban https://syiahali.wordpress.com dan http://ahlulbaitnabisaw.blogspot.com/ sebagai berikut:
Penguasa memenggal kepala mereka setelah diikat kedua tangan ke belakang, menyayatnyayat mayat, mengarak kepalakepala mereka berkeliling kota, membawanya dari kota ke kota dan akhirnya dikirim ke ‘khalifah’ di Damaskus dengan menempuh jarak beratusratus kilometer. Cukup dengan sedikit curiga bahwa seorang itu Syi’ah, maka mereka akan memotong tangan, kaki atau lidah mereka.
Bila ada yang menyebut mencintai anak cucu Rasul saja maka ia akan dipenjarakan atau hartanya dirampas, rumah dimusnahkan. Bencana makin bertambah dan makin menyayat hati. Sampai gubernur Ubaidillah bin Ziyad membunuh Husain kemudian gubernur Hajjaj bin Yusuf yang membunuh mereka seperti membunuh semut. Ia lebih senang mendengar seorang mengaku dirinya zindiq atau kafir dari mendengar orang mengaku dirinya Syi’ah Ali.
Abu alHusain Ali bin Muhammad bin Abi Saif alMadani dalam kitabnya alAhdats, berkata:
Mu’awiyah menulis sebuah surat kepada semua gubernurnya setelah tahun perjanjian dengan Hasan agar mereka mengucilkan orang yang memuliakan Ali dan keluarganya. Pidatokan dan khotbahkan di tiap desa dan di tiap mimbar pelaknatan Ali dan kucilkan dia dan keluarganya. Dan alangkah besar bencana yang menimpa Syi’ah Ali di Kufah. Diangkatlah Ziyad bin Sumayyah menjadi gubernur Kufah. Ia lalu memburu kaum Syi’ah. Ia sangat mengenal kaum Syi’ah karena ia pernah jadi pengikut Ali. Dan ia lalu memburu dan membunuh mereka di mana pun mereka berada, tahta kulli hajar wa madar membuat mereka ketakutan, memotong tangan dan kaki mereka, menyungkil bola mata mereka; samala al ‘uyun, dan menyalib mereka di batangbatang pohon korma. Ia memburu dan mengusir mereka ke luar dari ‘Irak dan tiada seorang pun yang mereka kenal, luput dari perburuan ini.
Di samping itu istri dan putriputri Syi’ah dijadikan budak dan untuk pertama kali dilakukan Mu’awiyah dengan Busr bin Arthat pada akhir tahun 39 H/660 M. Mereka memaksa kaum Syi’ah membaiat khalifah yang sebenarnya adalah raja yang lalim. Setelah membaiat, biasanya mereka belum merasa puas, sehingga mereka merasa perlu membumi hanguskan desa mereka seperti diriwayatkan Bukhari dalam tarikhnya...
Mu’awiyah melalui jenderalnya Busr bin Arthat tersebut membakar rumah-rumah Zararah bin Khairun, Rifaqah bin Rafi, Abdullah bin Sa’d dari Banu ‘Abdul Asyhal, semua adalah para sahabat kaum Anshar. Celakanya Ziyad bin Abih, yang mula-mula berpihak kepada Ali bin Abi Thalib, menyeberang ke Mu’awiyah, karena pengakuan Abu Sufyan bahwa Ziyad yang lahir dari seorang budak perempuan asal Iran adalah anaknya. Mu’awiyah yang melihat Ziyad sebagai seorang yang berbakat, mengakuinya sebagai saudaranya.
Ummu Habibah, istri Rasul Allah, saudara Mu’awiyah tidak pernah mau mengakui Ziyad sebagai saudaranya. Karena pernah bersama Ali maka Ziyad mengenal semua pengikut Ali dalam Perang Shiffin dan dengan mudah memburu dan membunuhi mereka.
Orang pertama yang dipenggal kepalanya oleh Mu’awiyah adalah Amr bin Hamaq sebagai Syi’ah Ali yang turut mengepung rumah Utsman dan dituduh membunuh Utsman dengan 9 tusukan. Ia melarikan diri ke Mada’in bersama Rifa’ah bin Syaddad dan terus ke Mosul. Ia ditangkap dan gubernur Mosul Abdurrahman bin Abdullah bin Utsman mengenalnya. Ia mengirim surat ke Mu’awiyah.
Mu’awiyah menjawab seenaknya: “Ia membunuh Utsman dengan tusukan dengan goloknya (masyaqish) dan kita tidak akan bertindak lebih, tusuklah dia dengan sembilan tusukan”. Setelah ditusuk baru tusukan pertama atau kedua, kelihatannya ia sudah mati kepalanya dipenggal dan dikirim ke Syam, diarak kemudian diserahkan kepada Mu’awiyah dan Mu’awiyah mengirim kepala ini kepada istrinya Aminah binti al Syarid yang sedang berada di penjara Mu’awiyah. Kepala itu dilemparkan ke pangkuan istrinya. Istrinya meletakkan tangannya di dahi kepala suaminya kemudian mencium bibirnya berkata:
Mereka hilangkan dia dariku amat lama,
Mereka bunuh dan sisakan untukku kepalanya,
Selamat datang, wahai hadiah,
Selamat datang, wahai wajah tanpa roma..
Baca disini selanjutnya ,klo punya nyali ingin mau tau kejahatan junjungan wahabi si Muawiyah grin emotikon
www.alhassanain.com/indonesian/show_book.php…
Sekilas Jawaban https://syiahali.wordpress.com dan http://ahlulbaitnabisaw.blogspot.com/ sebagai berikut:
Imam Ali sangat mencintai Muhammad bin Abu Bakar, ketika ia hampir mati kehausan. Orang-orang jahat itu tidak memberikan air sedikit pun bahkan membunuhnya. Mayatnya dimasukan ke dalam perut keledai mati dan dibakar.
Muhammad bin Abu Bakar: Pembela Sejati Ali
Muhammad bin Abu Bakar adalah putra Abu Bakar dengan ibu bernama Asma
binti Umais. Setelah Abu Bakar wafat, Asma dinikahi oleh Amirulmukminin
Ali bin Abi Thalib as. Karena itulah, Muhammad dibesarkan dalam asuhan
Amirulmukminin dan menerima akhlaknya yang mulia. Ia dilahirkan dalam
perjalanan Haji Wada dan syahid pada 38 H dalam usia 28 tahun.
Imam Ali sangat mencintainya dan memandangnya sebagai putranya, dan pernah mengatakan, “Muhammad adalah putra saya dari Abu Bakar.” Pada masanya, Imam Ali as. memilih Qais bin Saad bin Ubadah sebagai Gubernur Mesir. Namun karena Qais tidak mau mengambil tindakan menghadapi kelompok Utsman bin Affan, Imam Ali as. menggantinya dengan Muhammad bin Abu Bakar.
Seiring berjalannya masa pemerintahan di Mesir, Muhammad mengirim surat kepada kelompok Utsman bahwa jika mereka tidak mau menaatinya maka ia tidak akan membiarkan mereka tinggal di Mesir. Karena itulah kelompok Utsman menyiapkan pasukan untuk menentangnya.
Ketika Imam Ali as. melihat kondisi semakin memburuk, beliau segera mengirim Malik bin Harits Al-Asytar untuk menjabat sebagai gubernur dan menekan unsur-unsur pemberontakan serta menyelamatkan pemerintahan. Namun Malik menjadi syahid dalam perjalanan menuju Mesir setelah dibunuh dengan racun oleh kaum Umayyah yang licik. Jabatan gubernur pun masih dipegang Muhammad.
Jauh sebelum itu, dalam peristiwa tahkim, Muawiah mempunyai hutang terhadap Amr bin Ash, dan segera melunasinya dengan memberikan Amr bin Ash 6.000 prajurit untuk menyerang Mesir. Muhammad menulis surat kepada Imam Ali as. untuk meminta bantuan, dan Imam menjawab agar segera mengirim pasukan, sementara itu Muhammad harus memobilisasi pasukannya sendiri.
Muhammad bin Abu Bakar membuat dua pasukan, satu ia pimpin sendiri dan satu lagi dipimpin oleh Kinanah bin Bisyr At-Tujibi. Namun pasukan Muawiyah bin Hudaij menyerang dengan kekuatan penuh. Kekalahan ini membuat anak buah Muhammad bin Abu Bakar ketakutan dan lari meninggalkan pertempuran.
Merasa sendirian, Muhammad bersembunyi di gurun. Tetapi musuh mendapat kabar dari seseorang yang mengikuti jejaknya ketika ia hampir mati kehausan. Orang-orang jahat itu tidak memberikan Muhammad bin Abubakar air sedikit pun bahkan membunuhnya. Mayatnya dimasukan ke dalam perut keledai mati dan dibakar.
Ketika wafatnya Muhammad sampai kepada ibunya, Asma, ia menjadi marah. Umulmukminin Aisyah pun, yang merupakan saudari seayah Muhammad, bersumpah bahwa selama hidupnya ia tak akan pernah memakan daging bakar. Aisyah mengutuk Muawiah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Muawiah bin Hudaij setiap selesai salat.
Salah seorang prajurit Imam Ali as. yang datang dari Suriah mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin! Ketika berita tentang pembunuhan Muhammad sampai kepada Muawiyah, ia naik ke mimbar seraya memuji kelompok pembunuhnya. Rakyat Suriah sangat gembira, dan saya belum pernah melihat mereka segembira itu sebelumnya.”
Kemudian Imam Ali as. menyampaikan kata-katanya yang indah, “Kesedihan kami atasnya sebesar kegembiraan musuh atasnya, kecuali bahwa mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.” Imam Ali as. juga berkata kepada Abdullah bin Abbas, “Ia (Muhammad bin Abu Bakar) adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan benteng pertahanan.”.
Wallahualam.
Rasulullah SAW Tidak Mau Bersaksi Untuk Abu Bakar RA
Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari Abu’n Nadr mawla Umar bin Ubaidillah bahwa Rasulullah SAW berkata mengenai para Syuhada Uhud “Aku bersaksi untuk mereka”. Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”. Rasulullah SAW berkata “Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”. Abu Bakar menangis sejadi-jadinya dan berkata ”Apakah kami akan benar-benar hidup lebih lama daripada Engkau!”. (Hadis Dalam Al Muwatta Imam Malik Kitab Jihad Bab Para Syuhada di Jalan Allah hadis no 987).
Penjelasan Hadis
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitabnya Al Muwatta.Dari hadis di atas diketahui bahwa:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada
kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata ”Ketika Bai’ah telah
diberikan kepada Abu Bakar setelah kewafatan Rasulullah SAW. Ali dan
Zubair sedang berada di dalam rumah Fatimah bermusyawarah dengannya
mengenai urusan mereka. Sehingga ketika Umar menerima kabar ini Ia
bergegas ke rumah Fatimah dan berkata ”Wahai Putri Rasulullah SAW
setelah Ayahmu tidak ada yang lebih aku cintai dibanding dirimu tetapi
aku bersumpah jika orang-orang ini berkumpul di rumahmu maka tidak ada
yang dapat mencegahku untuk memerintahkan membakar rumah ini bersama
mereka yang ada di dalamnya”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan
Fatimah berbicara kepada mereka “tahukah kalian kalau Umar datang
kemari dan bersumpah akan membakar rumah ini jika kalian kemari. Aku
bersumpah demi Allah ia akan melakukannya jadi pergilah dan jangan
berkumpul disini”. Oleh karena itu mereka pergi dan tidak berkumpul
disana sampai mereka membaiat Abu Bakar. (Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah
jilid 7 hal 432 riwayat no 37045).
Riwayat ini memiliki sanad yang shahih sesuai persyaratan Bukhari dan Muslim.
Sanad Riwayat Dalam Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.
Ibnu Abi Syaibah
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Utsman Al Absi Al Kufi. Ia adalah seorang imam penghulu para hafidz, penulis banyak kitab seperti Musnad,al Mushannaf dan Tafsir. Para ulama telah sepakat akan keagungan ilmu kejujuran dan hafalannya. Dalam Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 490 Adz Dzahabi berkata ”Ia termasuk yang sudah lewat jembatan pemeriksaan dan sangat terpercaya”. Ahmad bin Hanbal berkata ”Abu Bakar sangat jujur, ia lebih saya sukai disbanding Utsman saudaranya”. Al Khathib berkata “Abu Bakar rapi hafalannya dan hafidz”.
Muhammad bin Bisyr
Muhammad bin Bisyr adalah salah seorang dari perawi hadis dalam Kutub Al Sittah. Dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 9 hal 64, Thabaqat Ibnu Saad jilid 6 hal 394, Tarikh al Kabir jilid I hal 45, Al Jarh Wat Ta’dil jilid 7 hal 210, Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 322 dan Al Kasyf jilid 3 hal 22 terdapat keterangan tentang Muhammad bin Bisyr.
Ubaidillah bin Umar
Keterangan tentang beliau disebutkan dalam Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 160-161, Siyar A’lam An Nubala jilid 6 hal 304, Tahdzib At Tahdzib jilid 7 hal 37, Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 637, Ats Tsiqat jilid 3 hal 143,dan Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 5 hal 326.
Zaid bin Aslam
Zaid bin Aslam adalah salah seorang perawi Kutub As Sittah. Keterangan tentang beliau terdapat dalam Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 3 hal 554, Tahdzib at Tahdzib jilid 3 hal 341, Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 326, Tadzkirah Al Huffadzjilid 1 hal 132-133, dan Siyar A’lam An Nubala jilid 5 hal 316.
Aslam dikenal sebagai tabiin senior dan merupakan perawi Kutub As Sittah.Beliau termasuk yang telah disepakati ketsiqahannya. Keterangan tentang Beliau dapat dilihat di Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 88 dan Siyar A’lam An Nubala jilid 4 hal 98
Kaum sunni menyatakan : “keadilan semua sahabat Nabi SAW sudah diabadikan oleh Al Quran, baca surat ini surat itu….”
Salafi Wahabi menyatakan : “Al Quran menjamin keadilan semua sahabat Nabi SAW”
Qs.Ali Imran Ayat 110 bukan memuji semua sahabat Nabi SAW, “umat terbaik” yang dimaksudkan disana adalah Ahlulbait Nabi SAW.
Imam Syafi’i dianggap tidak tsiqah menurut Yahya bin Mu’in alias ibnu Mu’in ulama ahli jarh wa at ta’dil mazhab sunni. Karena Imam Syafi’i tidak menerima pengakuan riwayat hadis dari empat orang sahabat Nabi SAW yaitu Mu’awiyah, Amru bin Ash, Mughirah dan Ziyad.
Amru bin Ash bin Wa’il bin Hisyam (583-664) (Arab:عمرو بن العاص) atau lebih dikenal dengan nama Amru bin Ash adalah Sahabat NabiMuhammad.
Amr bin Ash merupakan penipu ulung sekutu Mu’awiyah. Bersama Mu’awiyah dalam Perang Shiffin menyebabkan 90-120 ribu orang dari kaum muslimin terbunuh.Amru bin Ash lah yang mempraktekkan penipuan dengan meletakkan Al Quran diatas tombak untuk mencegah kekalahan Mu’awiyah. Dalam urusan tahkim, Amr bin Ash menipu Abu Musa Al Asy’ari dan menjadi penyebab munculnya kelompok Khawarij
Siapakah Ziyad ??
Ziyad termasuk rekan rekan kriminal Mu’awiyah. Menurut sejarah, Abu Maryam penjual minuman keras membawakan minuman khamar untuk ABU SUFYAN. Ayah Mu’awiyah ini meminta seorang pelacur, maka ABU MARYAM memberinya, kemudian benih Ziyad berasal dari Abu Sufyan. Dimasa Mu’awiyah, Abu Maryam juga datang kepadanya dan memberi saksi bahwa “Ziyad lahir dari benih ayahmu di malam itu dan dia adalah saudaramu”
Mu’awiyah mengaku bahwa “Ziyad adalah anak ayahku dan saudaraku”
Siapakah Mughirah bin Syu’bah ??
Pengawal kriminal Mu’awiyah ini adalah orang yang telah menyakiti Fatimah Az Zahra dengan sarung pedang dalam penyerangan kerumah beliau. Mughirah yang menodrong Mu’awiyah supaya mengangkat Yazid sebagai khalifah.
Menurut sejarah, Mughirah mengaku bahwa setelah masuk Islam berbuat zina dengan 300 wanita. Populer dalam sejarah tentang kasus perzinaan nya dengan Ummu Jamil di BASRAH dan laporannya sampai kepada UMAR.
Para ulama mu’tazilah dan Imam Hanafi menolak
periwayatan Abu Hurairah. Mereka menyatakan bahwa setiap hukum yang
berasal dari sumber periwayatan yang melewati jalan Abu Hurairah
seluruhnya batil dan tidak diterima kebenarannya.
Imam Hanafi berkata : “seluruh sahabat Nabi SAW menurutku dipercaya dan seluruhnya adil hingga seluruh hadis hadisnya shahih dan diterima, kecuali hadis hadis yang berasal dari periwayatan Abu Hurairah, Anas bin Malik, Samurah bin Jundub, mereka tidak aku terima dan tertolak”
Siapakah Samurah bin Jundub ??
Samurah bin Jundub adalah orang yang membunuh 8.000 penduduk BASRAH. Samurah ditanya, “Apakah kamu tidak takut kepada Allah, membunuh mereka semua ini ?”
Samurah menjawab : “Aku tidak takut jika membunuh sejumlah itu lagi”
Dr. Ahmad Amin pernah menyatakan dalam bukunya “Dhuha Al Islam (Fajar Islam”bahwa orang orang Bani Umayyah benar benar telah memalsukan hadis hadis demi mendukung kekuasaan mereka dari berbagai aspek politik. Mu’awiyah pernah memberikan uang 500 ribu dirham kepada SAMURAH Bin JUNDUB salah seorang dari sahabat NABi SAW untuk membuat buat hadis
Muhammad Abduh menyebutkan tindakan yang dibuat oleh Mu’awiyah berupa meminta sekelompok SAHABAT dan tabi’in untuk mengarang ngarang hadis. Hal itu membuat Mu’awiyah senang, salah satu pelakunya adalah ABU HURAiRAH.
Mungkinkah AL QURAN menyatakan adil kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang membunuh para sahabat besar imam Ali AS seperti Hujur bin Adi, Amr bin Hamaq Khuza’i, Muhammad bin Abubakar dan Malik Asytar ??
Mughirah cukup dekat dengan Mu’awiyah hingga Mu’awiyah membuka rahasia rahasia nya kepada Mughirah. Suatu malam dia melontarkan kata kata keji tentang MU’AWiYAH. Mereka bertanya, mengapa kamu demikian ? dia menjawab : “Mu’awiyah telah berkata,’kami ingin mengubur nama Muhammad’.”
Mughirah bin Syu’bah berpesan kepada Mu’awiyah : “Angkatlah Yazid sebagai khalifah (menggantikan) mu !”
Mu’awiyah berpikir. Tetapi di satu sisi dia melihat surat perdamaian yang telah disepakati dengan Hasan AS. Salah satu butirnya bahwa Mu’awiyah tidak berhak sesudah dirinya menentukan seseorang sebagai penggantinya.
Disisi lain khawatir Hasan AS bangkit melawannya, dia berencana membunuh Hasan bin Ali AS. Mu’awiyah mengirim suatu racun kepada Gubernur Madinah Marwan bin Hakam. Lalu Marwan mengirim nya kepada JA’DAH isteri imam HASAN. Malam harinya Ja’dah menuang racun ini kedalam kendi air minum imam HASAN
Muhammad Ibnu Abu Bakar
Dia diangkat oleh Ali sebagai anaknya setelah ayahnya, Abu Bakar, wafat. Muhammad adalah salah satu pemimpin pasukan Ali di Perang Unta. la juga pemimpin pasukan di perang Shiffin. Ali mengangkatnya sebagai gubernur Mesir, dan ia menerima jabatan itu pada 15/9/37 11. Kemudian, Muawiyah mengirim pasukan di bawah Amru bin Ash ke Mesir pada tahun 38 H, yang menyerang dan menangkap Muhammad, kemudian membunuhnya. Tubuhnya dimasukkan ke perut keledai dan membakarnya dengan kejam
.
Muhammad bin Abu Bakar (631–658) adalah anak dari Khalifah Islam pertama, Abu Bakar dan Asma binti Umais. Ketika Abu Bakar meninggal, Asma binti Umais menikah lagi dengan Ali bin Abu Thalib, sepupu Nabi Muhammad. Muhammad bin Abu Bakar baru berusia tiga tahun waktu itu terjadi; ia menjadi anak angkat Ali dan salah satu pendukung utamanya.
Muhammad bin Abu Bakar adalah putra Abu Bakar dengan ibu bernama Asma binti Umais. Setelah Abu Bakar wafat, Asma dinikahi oleh Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib as. Karena itulah, Muhammad dibesarkan dalam asuhan Amirulmukminin dan menerima akhlaknya yang mulia. Ia dilahirkan dalam perjalanan Haji Wada dan syahid pada 38 H dalam usia 28 tahun.
Imam Ali sangat mencintainya dan memandangnya sebagai putranya, dan pernah mengatakan, “Muhammad adalah putra saya dari Abu Bakar.” Pada masanya, Imam Ali as. memilih Qais bin Saad bin Ubadah sebagai Gubernur Mesir. Namun karena Qais tidak mau mengambil tindakan menghadapi kelompok Utsman bin Affan, Imam Ali as. menggantinya dengan Muhammad bin Abu Bakar.
Seiring berjalannya masa pemerintahan di Mesir, Muhammad mengirim surat kepada kelompok Utsman bahwa jika mereka tidak mau menaatinya maka ia tidak akan membiarkan mereka tinggal di Mesir. Karena itulah kelompok Utsman menyiapkan pasukan untuk menentangnya.
Ketika Imam Ali as. melihat kondisi semakin memburuk, beliau segera mengirim Malik bin Harits Al-Asytar untuk menjabat sebagai gubernur dan menekan unsur-unsur pemberontakan serta menyelamatkan pemerintahan. Namun Malik menjadi syahid dalam perjalanan menuju Mesir setelah dibunuh dengan racun oleh kaum Umayyah yang licik. Jabatan gubernur pun masih dipegang Muhammad.
Jauh sebelum itu, dalam peristiwa tahkim, Muawiah mempunyai hutang terhadap Amr bin Ash, dan segera melunasinya dengan memberikan Amr bin Ash 6.000 prajurit untuk menyerang Mesir. Muhammad menulis surat kepada Imam Ali as. untuk meminta bantuan, dan Imam menjawab agar segera mengirim pasukan, sementara itu Muhammad harus memobilisasi pasukannya sendiri.
Muhammad bin Abu Bakar membuat dua pasukan, satu ia pimpin sendiri dan satu lagi dipimpin oleh Kinanah bin Bisyr At-Tujibi. Namun pasukan Muawiyah bin Hudaij menyerang dengan kekuatan penuh. Kekalahan ini membuat anak buah Muhammad bin Abu Bakar ketakutan dan lari meninggalkan pertempuran.
Merasa sendirian, Muhammad bersembunyi di gurun. Tetapi musuh mendapat kabar dari seseorang yang mengikuti jejaknya ketika ia hampir mati kehausan. Orang-orang jahat itu tidak memberikan Muhammad air sedikit pun bahkan membunuhnya. Mayatnya dimasukan ke dalam perut keledai mati dan dibakar.
Ketika wafatnya Muhammad sampai kepada ibunya, Asma, ia menjadi marah. Umulmukminin Aisyah pun, yang merupakan saudari seayah Muhammad, bersumpah bahwa selama hidupnya ia tak akan pernah memakan daging bakar. Aisyah mengutuk Muawiah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Muawiah bin Hudaij setiap selesai salat.
Salah seorang prajurit Imam Ali as. yang datang dari Suriah mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin! Ketika berita tentang pembunuhan Muhammad sampai kepada Muawiyah, ia naik ke mimbar seraya memuji kelompok pembunuhnya. Rakyat Suriah sangat gembira, dan saya belum pernah melihat mereka segembira itu sebelumnya.”.
Kemudian Imam Ali as. menyampaikan kata-katanya yang indah, “Kesedihan kami atasnya sebesar kegembiraan musuh atasnya, kecuali bahwa mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.” Imam Ali as. juga berkata kepada Abdullah bin Abbas, “Ia (Muhammad bin Abu Bakar) adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan benteng pertahanan.” Wallahualam.
Muhammad ibn Abi Bakr “Kabra Mubarak”.
The Shi’a praise Muhammad ibn Abi Bakr for his devotion to `Ali and his resistance to a caliph the Shi’a believe to be a tyrant. Though his father Abu Bakr and his sister Aisha were considered enemies of `Ali by Shi’a, Ibn Abi Bakr was faithful to his stepfather.
According to a Shi’a Muslim author:
surat ini adalah kritik Mu’awiyah terhadap pembaiatan Abu Bakar di Saqifah.
Mu’awiyah berkeyakinan bahwa Abu Bakar dan Umar mengetahui betul
tuntutan Ali. Di pihak lain yang membuat surat ini lebih menarik adalah
pernyataan Muhammad bin Abu Bakar tentang Ali sebagai pemegang wasiat
dan pewaris Rasul yang tidak dibantah Mu’awiyah.
Kedua surat ini dimuat Nashr bin Muzahim dalam Kitabnya Waq’ah Shiffin dan Mas’udi dalam kitabnya Muruj adzDzahab dan telah diisyaratkan oleh Thabari dan Ibnu Atsir sebagai surat yang ditulis tahun 36 Hijriah, yaitu tatkala Muhammad bin Abu Bakar menjadi Gubernur di Mesir di zaman kekhalifahan Ali. Agaknya, kedua penulis tersebut tidak melihat hikmat surat ini
Lihat Nashr bin Muzahim, Waq’ah Shiffin, Kairo, 1382 H., hlm. 118, 119; Mas’udi, Muruj adzDzahab, Beirut, 1385 H., jilid 3, hlm. 11 atau Cetakan Mesir, 1346 H., jilid 2, hlm. 5960; Penunjukan Thabari dan Ibnu Atsir akan adanya surat menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dan Mu’awiyah, lihat Thabari,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108; Ibnu Atsir, Tarikh, jilid 3, hlm. 108.
————————————————————–
Surat Muhammad bin Abu Bakar kepada Mu’awiyah:
Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad bin Abu Bakar.
Kepada si tersesat Mu’awiyah bin Shakhr.
Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah!
Amma ba’du,
Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali, sedang dia adalah pewaris (warits) dan pelaksana wasiat (Washi) Rasul Allah saw, ayah anak anak (Rasul), pengikut pertama dan yang terakhir menyaksikan Rasul, teman berbincang, penyimpan rahasia dan serikat Rasul dalam urusannya. Dan Rasul memberitahukan pekerjaan beliau kepadanya, sedang engkau adalah musuh dan anak dari musuh beliau.
Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk yang benar’.
—————————————————————
Jawaban Mu’awiyah kepada Muhammad bin Abu Bakar:
Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Kepada Pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.
Salam kepada yang taat kepada Allah.
Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu
Ayahmu dan Faruqnya (Umar) adalah orang orang pertama yang merampas haknya (ibtazza). Hal ini diketahui umum.
Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar
Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka…, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.
Ayahmu bekerja sama dengan dia ( Umar ) dan mengukuhkan kekuasaannya. Bila kaum katakan bahwa tindakanmu benar, (maka ketahuilah) ayahmulah yang mengambil alih kekuasaan ini dan kami menjadi sekutunya. Apabila ayahmu tidak melakukan hal ini, maka kami tidak akan sampai menentang anak Abu Thalib dan kami akan sudah menyerah kepadanya. Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan dia seperti ini di hadapan kami, dan kami pun mengikutinya; maka cacat apa pun yang akan kau dapatkan, arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri, atau berhentilah dari turut campur.
Salam bagi dia yang kembali.’
=============================================================
surat ini adalah kritik Mu’awiyah terhadap pembaiatan Abu Bakar di Saqifah. Mu’awiyah berkeyakinan bahwa Abu Bakar dan Umar mengetahui betul tuntutan Ali. Di pihak lain yang membuat surat ini lebih menarik adalah pernyataan Muhammad bin Abu Bakar tentang Ali sebagai pemegang wasiat dan pewaris Rasul yang tidak dibantah Mu’awiyah.
Kedua surat ini dimuat Nashr bin Muzahim dalam Kitabnya Waq’ah Shiffin dan Mas’udi dalam kitabnya Muruj adzDzahab dan telah diisyaratkan oleh Thabari dan Ibnu Atsir sebagai surat yang ditulis tahun 36 Hijriah, yaitu tatkala Muhammad bin Abu Bakar menjadi Gubernur di Mesir di zaman kekhalifahan Ali. Agaknya, kedua penulis tersebut tidak melihat hikmat surat ini
Lihat Nashr bin Muzahim, Waq’ah Shiffin, Kairo, 1382 H., hlm. 118, 119; Mas’udi, Muruj adzDzahab, Beirut, 1385 H., jilid 3, hlm. 11 atau Cetakan Mesir, 1346 H., jilid 2, hlm. 5960; Penunjukan Thabari dan Ibnu Atsir akan adanya surat menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dan Mu’awiyah, lihat Thabari,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108; Ibnu Atsir, Tarikh, jilid 3, hlm. 108.
Imam Ali sangat mencintainya dan memandangnya sebagai putranya, dan pernah mengatakan, “Muhammad adalah putra saya dari Abu Bakar.” Pada masanya, Imam Ali as. memilih Qais bin Saad bin Ubadah sebagai Gubernur Mesir. Namun karena Qais tidak mau mengambil tindakan menghadapi kelompok Utsman bin Affan, Imam Ali as. menggantinya dengan Muhammad bin Abu Bakar.
Seiring berjalannya masa pemerintahan di Mesir, Muhammad mengirim surat kepada kelompok Utsman bahwa jika mereka tidak mau menaatinya maka ia tidak akan membiarkan mereka tinggal di Mesir. Karena itulah kelompok Utsman menyiapkan pasukan untuk menentangnya.
Ketika Imam Ali as. melihat kondisi semakin memburuk, beliau segera mengirim Malik bin Harits Al-Asytar untuk menjabat sebagai gubernur dan menekan unsur-unsur pemberontakan serta menyelamatkan pemerintahan. Namun Malik menjadi syahid dalam perjalanan menuju Mesir setelah dibunuh dengan racun oleh kaum Umayyah yang licik. Jabatan gubernur pun masih dipegang Muhammad.
Jauh sebelum itu, dalam peristiwa tahkim, Muawiah mempunyai hutang terhadap Amr bin Ash, dan segera melunasinya dengan memberikan Amr bin Ash 6.000 prajurit untuk menyerang Mesir. Muhammad menulis surat kepada Imam Ali as. untuk meminta bantuan, dan Imam menjawab agar segera mengirim pasukan, sementara itu Muhammad harus memobilisasi pasukannya sendiri.
Muhammad bin Abu Bakar membuat dua pasukan, satu ia pimpin sendiri dan satu lagi dipimpin oleh Kinanah bin Bisyr At-Tujibi. Namun pasukan Muawiyah bin Hudaij menyerang dengan kekuatan penuh. Kekalahan ini membuat anak buah Muhammad bin Abu Bakar ketakutan dan lari meninggalkan pertempuran.
Merasa sendirian, Muhammad bersembunyi di gurun. Tetapi musuh mendapat kabar dari seseorang yang mengikuti jejaknya ketika ia hampir mati kehausan. Orang-orang jahat itu tidak memberikan Muhammad bin Abubakar air sedikit pun bahkan membunuhnya. Mayatnya dimasukan ke dalam perut keledai mati dan dibakar.
Ketika wafatnya Muhammad sampai kepada ibunya, Asma, ia menjadi marah. Umulmukminin Aisyah pun, yang merupakan saudari seayah Muhammad, bersumpah bahwa selama hidupnya ia tak akan pernah memakan daging bakar. Aisyah mengutuk Muawiah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Muawiah bin Hudaij setiap selesai salat.
Salah seorang prajurit Imam Ali as. yang datang dari Suriah mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin! Ketika berita tentang pembunuhan Muhammad sampai kepada Muawiyah, ia naik ke mimbar seraya memuji kelompok pembunuhnya. Rakyat Suriah sangat gembira, dan saya belum pernah melihat mereka segembira itu sebelumnya.”
Kemudian Imam Ali as. menyampaikan kata-katanya yang indah, “Kesedihan kami atasnya sebesar kegembiraan musuh atasnya, kecuali bahwa mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.” Imam Ali as. juga berkata kepada Abdullah bin Abbas, “Ia (Muhammad bin Abu Bakar) adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan benteng pertahanan.”.
Wallahualam.
TERBONGKARNYA MISTERI PEREBUTAN KEKHALIFAHAN IMAM ALI B ABI THALIB as MELALUI SURAT MENYURAT ANTARA MUHAMMAD bin ABU BAKAR DENGAN MUAWIYYAH bin ABU SOFYAN
Imam Malik Riwayatkan Hadits bahwa : Rasulullah SAW Tidak Mau Bersaksi Untuk Abu Bakar RA
Hadit tersebut dimuat di kitab ini:
وحدثني عن مالك عن أبي النضر مولى عمر بن عبيد الله أنه بلغه ان رسول
الله صلى الله عليه و سلم قال لشهداء أحد هؤلاء اشهد عليهم فقال أبو بكر
الصديق ألسنا يا رسول الله بإخوانهم أسلمنا كما أسلموا وجاهدنا كما جاهدوا
فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم بلى ولكن لا أدري ما تحدثون بعدي فبكى
أبو بكر ثم بكى ثم قال أإنا لكائنون بعدك
Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari Abu’n Nadr mawla Umar bin Ubaidillah bahwa Rasulullah SAW berkata mengenai para Syuhada Uhud “Aku bersaksi untuk mereka”. Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”. Rasulullah SAW berkata “Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”. Abu Bakar menangis sejadi-jadinya dan berkata ”Apakah kami akan benar-benar hidup lebih lama daripada Engkau!”. (Hadis Dalam Al Muwatta Imam Malik Kitab Jihad Bab Para Syuhada di Jalan Allah hadis no 987).
Penjelasan Hadis
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitabnya Al Muwatta.Dari hadis di atas diketahui bahwa:
- Para Syuhada Uhud lebih utama dari Abu Bakar dan sahabat lainnya karena Rasulullah SAW telah memberikan kesaksian kepada Mereka
- Rasulullah SAW tidak memberikan kesaksian kepada Abu Bakar dan sahabat lainnya karena Rasulullah SAW tidak mengetahui apa yang akan mereka perbuat sepeninggal Beliau SAW.
CATATAN RINGKAS ULAMA AHLU SUNAH YANG RIWAYATKAN ANCAMAN SAHABAT YANG AKAN MEMBAKARAN RUMAH FATIMAH AZ ZAHRA
Riwayat-riwayat tentang Ancaman Pembakaran Rumah Sayyidah Fathimah
Az Zahra as ternyata memang benar ada dalam kitab-kitab yang menjadi
pegangan Ahlus Sunnah yaitu dalam Tarikh Al Umm Wa al Mulk karya Ibnu Jarir At Thabari, Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Ansab Al Asyraf karya Al Baladzuri, Al Isti’ab karya Ibnu Abdil Barr dan Muruj Adz Dzahab karya Al Mas’udi. Berikut adalah riwayat yang terdapat dalam Kitab Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan peristiwa itu dengan sanad:
Riwayat ini memiliki sanad yang shahih sesuai persyaratan Bukhari dan Muslim.
Sanad Riwayat Dalam Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.
Ibnu Abi Syaibah
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Utsman Al Absi Al Kufi. Ia adalah seorang imam penghulu para hafidz, penulis banyak kitab seperti Musnad,al Mushannaf dan Tafsir. Para ulama telah sepakat akan keagungan ilmu kejujuran dan hafalannya. Dalam Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 490 Adz Dzahabi berkata ”Ia termasuk yang sudah lewat jembatan pemeriksaan dan sangat terpercaya”. Ahmad bin Hanbal berkata ”Abu Bakar sangat jujur, ia lebih saya sukai disbanding Utsman saudaranya”. Al Khathib berkata “Abu Bakar rapi hafalannya dan hafidz”.
Muhammad bin Bisyr
Muhammad bin Bisyr adalah salah seorang dari perawi hadis dalam Kutub Al Sittah. Dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 9 hal 64, Thabaqat Ibnu Saad jilid 6 hal 394, Tarikh al Kabir jilid I hal 45, Al Jarh Wat Ta’dil jilid 7 hal 210, Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 322 dan Al Kasyf jilid 3 hal 22 terdapat keterangan tentang Muhammad bin Bisyr.
- Ibnu Hajar berkata “Ia tsiqah”.
- Yahya bin Main telah mentsiqahkannya
- Al Ajuri berkata ”Ia paling kuat hafalannya diantara perawi kufah”
- Utsman Ibnu Abi Syaibah berkata “Ia tsiqah dan kokoh”
- Adz Dzahabi berkata ”Ia adalah Al Hafidz Al Imam dan kokoh”
- An Nasai berkata “Ia tsiqah”.
Ubaidillah bin Umar
Keterangan tentang beliau disebutkan dalam Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 160-161, Siyar A’lam An Nubala jilid 6 hal 304, Tahdzib At Tahdzib jilid 7 hal 37, Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 637, Ats Tsiqat jilid 3 hal 143,dan Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 5 hal 326.
- Ibnu Hajar berkata ”Ia tsiqah dan tsabit”
- Yahya bin Ma’in berkata ”Ia tsiqah, hafidz yang disepakati”
- Abu Hatim berkata ”Ia tsiqah”
- Adz Dzahabi berkata ”Ia Imam yang merdu bacaan Al Qurannya”
- An Nasai berkata ”Ia tsiqah dan kokoh”
- Ibnu Manjawaih berkata ”Ia termasuk salah satu tuan penduduk Madinah dan suku Quraisy dalam keutamaan Ilmu,ibadah hafalan dan ketelitian”.
- Abu Zar’ah berkata “Ia tsiqah”.
- Abdullah bin Ahmad berkata ”Ubaidillah bin Umar termasuk orang yang terpercaya”.
Zaid bin Aslam
Zaid bin Aslam adalah salah seorang perawi Kutub As Sittah. Keterangan tentang beliau terdapat dalam Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 3 hal 554, Tahdzib at Tahdzib jilid 3 hal 341, Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 326, Tadzkirah Al Huffadzjilid 1 hal 132-133, dan Siyar A’lam An Nubala jilid 5 hal 316.
- Abu Hatim menyatakan Zaid tsiqah
- Ya’qub bin Abi Syaibah berkata ”Ia tsiqah,ahli fiqh dan alim dalam tafsir Al Quran”
- Imam Ahmad menyatakan beliau tsiqah
- Ibnu Saad menyatakan “Ia tsiqah”
- Adz Dzahabi menyebutnya sebagai Al Imam, Al Hujjah dan Al Qudwah(teladan)
- Abu Zara’ah menyatakan Ia tsiqah
- Ibnu Kharrasy menyatakan beliau tsiqah
- Ibnu Hajar berkata “Ia tsiqah” .
Aslam dikenal sebagai tabiin senior dan merupakan perawi Kutub As Sittah.Beliau termasuk yang telah disepakati ketsiqahannya. Keterangan tentang Beliau dapat dilihat di Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 88 dan Siyar A’lam An Nubala jilid 4 hal 98
- Adz Dzahabi berkata “Ia seorang Faqih dan Imam”
- Al Madani berkata “Ia seorang penduduk Madinah terpercaya dan Kibar At Tabi’in”
- Ya’qub bin Abi Syaibah berkata ”Ia tsiqah”
- Ibnu Hajar berkata ”Ia tsiqah”
- Abu Zara’ah berkata ”Ia tsiqah”
- An Nawawi berkata ”Huffadz bersepakat menyatakan Aslam tsiqah”
TERBONGKARNYA MISTERI PEREBUTAN KEKHALIFAHAN IMAM ALI B ABI THALIB as MELALUI SURAT MENYURAT ANTARA MUHAMMAD bin ABU BAKAR DENGAN MUAWIYYAH bin ABU SOFYAN, Bergesernya kekhalifahan Imam Ali b Abi Thalib ke tangan yang tidak berhak yang kemudian membawa pada pergeseran kepada seluruh Imam yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya dapat dibuktikan dengan melalui berbagai cara. Pada kesempatan kali ini, redaksi memberikan bukti lain, yakni bukti berupa surat-menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dengan Muawiyyah bin Abu Sofyan, dari isi surat tersebut sudah dengan sendirinya bercerita tentang fenomena mengapa kekhalifahan yang telah ditetapkan di Al Ghadir kemudian tiba-tiba tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Sholi ala Muhammad wa aali Muhammad
Bergesernya kekhalifahan Imam Ali b Abi Thalib ke tangan yang tidak
berhak yang kemudian membawa pada pergeseran kepada seluruh Imam yang
ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya dapat dibuktikan dengan melalui
berbagai cara. Pada kesempatan kali ini, redaksi syiahnews.wordpress.com
memberikan bukti lain, yakni bukti berupa surat-menyurat antara
Muhammad bin Abu Bakar dengan Muawiyyah bin Abu Sofyan, dari isi surat
tersebut sudah dengan sendirinya bercerita tentang fenomena mengapa
kekhalifahan yang telah ditetapkan di Al Ghadir kemudian tiba-tiba tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Sumber Dokumen Surat antara Muawiyah dan Muhamad b Abu Bakr
Terselip bukti dalam tebalnya kitab-kitab sejarah tentang fenomena
nasib kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib yang seharusnya dapat
berjalan begitu Rasulullah saww tetapi kemudian berpindah tangan.
Banyak orang berdalih bahwa kekhalifahan yang ada lahir dari kewajaran
secara alami, tanpa proses fait a coumpli …. benarkah ?
sejahrawan besar ahlu sunnah Baladzuri dalam kitabnya Ansab al Asyraf jilid II hal 393-397, Nasr bin Muhazin dalam karyanya Waq’at ash Shiffin hal 118-121; Ibnu Abil al Hadid, Syarh Nahjul Balaghah jilid III hal 188, Mas’udi pada karyanya Murudz Dzahab jil III hal 465, Abdul Malik bin Husain al Islami pada kitabnya Samth an Nujum al ‘awaliJilid
II hal 465 mendokumentasikan surat menyurat antara Muawiyah dan
Muhammad b abu bakar yang kemudian membongkar misteri bagaimana
kekhalifahan itu berpindah tangan, dan berikut adalah isi surat tersebut
:
Isi Surat Muhammad bin Abu Bakr Kepada Muawiyyah b Abu Sofyan
Dari Muhammad Bin Abu Bakar,
kepada si tersesat Muawiyyah bin Shakhr
Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah !
Amma ba’du, sesungguhnya Allah swt, dengan keagungan dan
kekuasaan-Nya, menciptakan makhluk-Nya tanpa main-main. Tiada celah
kelemahan dalam kekuasaan_Nya. Tiada berhajat Dia terhadap hamba-Nya. Ia
menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya. Dia menjadikan orang yang
terseesat atau orang yang lurus, orang yang malanbg dan orang yang
beruntung.
Kemudian, dari antara mereka, Dia Yang Maha Tahu memilih dan
mengkhususkan Muhammad SAW dengan pengetahuan-Nya. Dia jugalah yang
memilih Muhammad saw berdsarkan ilmu-Nya sendiri untuk menyampaikan
risalah-Nya dan mengemban wahyu-Nya. Dia mengutusnya sebagai rasul dan
npembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
Dan orang pertama yang menjawab dan mewakilinya, mentaatinya,
mengimaninya, membenarkanya, menyerahkan diri kepada Allah dan menerima
Islam sebagai agamanya, adalah saudarantya dan misanya Ali bin Abi
Thalib, yang membenarkan yang ghaib. Ali mengutamakannya dari semua
kesayanganya, menjaganya pada setiap ketakutan, membantunya dengan
dirinya sendiri pada saat-saat mengerikan, memerangi perangnya, berdamai
dengan perdamaianya, melindungi Rasulullah dengan jiwa raganya siang
maupun malam, menemaninya pada saat-saat yang menggetarkan, kelaparan
serta dihinakan. Jelas tiada yang setara dengannya dalam berjihad.
Tiada yang dapat menandinginya di antara para pengikut dan tiada yang
mendekatinya dalam amal perbuatanya.
Dan saya heran melihat engkau hendak menandinginya ! engkau adalah
engkau ! sejak awal Ali unggul dalam setiap kebajikan, paling tulus
dalam niat, keturunannya paling bagus, istrinya adalah wanita utama. Dan
pamanya (ja’far) syahid di perang Mu’tah Dan seorang pamanya lagi
(Hamzah) adalah penghulu para syuhada perang uhud. Ayahnya adalah
penyokong Rasulullah saw dan istrinya.
Dan engkau adalah orang yang terlaknat, anak orang terkutuk. Tiada
hentinya engkau dan ayahmu menghalangi jalan Rasululah saw. Kamu berdua
berjihad untuk memadamkan nur Ilahi, dan kamu berdua melakukannya dengan
menghasud dan menghimpun manusia, menggunakan kekayaan dan
mempertengkarkan berbagai suku. Dalam keadaan demikian ayahmu mati. Dan
engkau melanjutkan perbuatanya seperti itu pula.
Dan saksi-saksi perbuatan engkau adalah orang-orang yang
meminta-minta perlindungan engkau, yaitu dari kelompok musuh Rasulullah
yang memberontak, kelompok pemimpin-pemimimpinm yang munafiq dan pemecah
belah dalam melawan Rasulullah saw.
Sebaliknya sebagai saksi bagi Ali dengan keutamaanya yang terang
dan keterdahuluanya (dalam islam) adalah penolong-penolongnya yang
keutamaan mereka telah disebutkan di dalam Al Qur’an, yaitu kaum
muhajirin dan anshar. Dan mereka itu mertupakan pasukan yang berada di
sekitarnya dengan pedang-pedang mereka dan siap menumpahkan darah
untuknya. Mereka melihat keutamaan pada dirinya yang patut di taati dan
malapetaka bila mengingkari .
Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali,
sedang dia adalah pewaris dan pelaksana wasiat rasulullah saw, ayah
anak-anak Rasulullah saw, pengikut pertama, dan yang terakhir
menyaksikan Rasulullah saw, teman berbincang, penyimpan rahasia dan
serikat Rasulullah saw dalam urusanya. Rasulullah saw memberitahukan
pekerjaan beliau kepadanya, sedangkan engkau adalah musuh dan anak dari
musuh beliau.
Tiada peduali keuntungan apa pun yang engkau peroleh dari
kefasikanmu di dunia ini dan bahkan Ibnu al ash menghanyutkan engkau
dalam kesesatanmu, akan tampak bahwa waktumu berakhir sudah dan
kelicikanmu tidak akan ampuh lagi. Maka akan menjadi jelas bagimu siapa
yang akan memiliki masa denpan yang mulia. Engkau tidak mempunyai
harapan akan pertolongan Allah, yang tidak engkau pikirkan.
Kepada-Nya engkau berbuat Licik, Allah menunggu untuk menghadangmu, tetapi kesombongfanmu membuat engkau jauh dari Dia.
Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk.
Balasan Muawiyyah b Abu Sofyan kepada Muhammad b Abu Bakar
dari Muawiyyah bin Abu Sufyan,
Kepada Pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.
Salam kepada yang taat kepada Allah
Telah sampai kepadaku suratmu, yang menyebut Allah Yang Maha Kusa
dan Nabi Pilihan-Nya, dengan kata-kata yang engkau rangkaukan.
Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu. Engkau menyebut hak Ibnu Abi
Thalib dan keterdahuluan serta kekerabatannya dengan Nabi Allah saw dan
bantuan serta pertolongannya kepada Nabi pada setiap keadaan genting.
Engkau juga berhujjah dengan keutamaan orang lain dan bukan
keutamaanmu. Aneh, engkau malah mengalihkan keutamaanmu kepada Orang
lain.
Dijaman Nabi saw, kami dan ayahmu telah melihat dan tidak
memungkiri hak Ibnu Abi Thalib. Keutamaanya jauh di atas kami. Dan Allah
SWT memilih dan mengutamakan Nabi sesuai janji-Nya. Dan melalui Nabi
Dia menampakkan dakwah-Nya dan menjelaskan hujjah-Nya. Kemudian
mengambil Nabi saw ke sisi-Nya.
Ayahmu dan faruqnya (umar) adalah orang-orang pertama yang merampas hak ibnu Abi Thalib. Hal ini diketahui umum.
Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar, tetapi Ali menunda
dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar. Hasrat
mereka bertambah besar. Akhirnya Ali membaiat Abu Bakar dan berdamai
dengan mereka berdua.
Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka. Tidak
juga mereka menyampaikan kepadanya rahasia mereka, sampai mereka berdua
meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.
Kemudian bangkitlah orang ketiga, yaitu usman yang menuruti
tuntunan mereka. Engkau dan temanmu berbicara tentang
kerusakan-kerusakan yang dilakukan Usman agar orang-orang yang berdosa
di propinsi-propinsi mengembangkan maksud-maksdu buruk terhadapnya dan
engkau bangkit melawanya. Engkau menunjukkan permusuhanmu kepadanya
untuk mencapai keinginan-keinginanmu sendiri.
Hai putra Abu Bakar, berhati-hatilah atas apa yang engkau lakukan,
Jangan engkau menempatkan dirimu melebihi apa yang dapat engkau urusi.,
engkau tidak dapat menemukan seseorang yang mempunyai kesabaran yang
lebih besar dari gunung, yang tidak pernah menyerah kepada suatu
peristiwa. Tak ada yang dapat menyamainya.
Ayahmu bekerja sama dengan dia mengukuhkan kekuasaanya. Bila kaum
katakan bahwa tindakanmu benar, maka ketajhuilah ayahmu yang mengambil
alih kekuasaan ini, dan kami menjadi sekutunya. Apbila ayahmu tidak
melakukan hal ini, maka kami tidak akan sampai menentang anak abu Thalib
dan kami akan sudah menyerah kepadanya.
Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan Ali seperti ini
dihadapan kami, dan kami pun mengikutinya, maka cacat apapun yang akan
kamu dapatkan, maka arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri atau
berhentilahg turut campur.
Salam bagi orang yang kembali.
Mungkinkah AL QURAN menyatakan adil kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang membunuh para sahabat besar imam Ali AS seperti Hujur bin Adi, Amr bin Hamaq Khuza’i, Muhammad bin Abubakar dan Malik Asytar ??
Kaum sunni menyatakan : “keadilan semua sahabat Nabi SAW sudah diabadikan oleh Al Quran, baca surat ini surat itu….”
Salafi Wahabi menyatakan : “Al Quran menjamin keadilan semua sahabat Nabi SAW”
Qs.Ali Imran Ayat 110 bukan memuji semua sahabat Nabi SAW, “umat terbaik” yang dimaksudkan disana adalah Ahlulbait Nabi SAW.
Imam Syafi’i dianggap tidak tsiqah menurut Yahya bin Mu’in alias ibnu Mu’in ulama ahli jarh wa at ta’dil mazhab sunni. Karena Imam Syafi’i tidak menerima pengakuan riwayat hadis dari empat orang sahabat Nabi SAW yaitu Mu’awiyah, Amru bin Ash, Mughirah dan Ziyad.
***
Siapakah Amr bin Ash ??Amru bin Ash bin Wa’il bin Hisyam (583-664) (Arab:عمرو بن العاص) atau lebih dikenal dengan nama Amru bin Ash adalah Sahabat NabiMuhammad.
Pada awalnya Beliau pernah mengambil bagian dalam peperangan menetang Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslim. Ia masuk Islambersama Khalid bin Walid. Enam bulan setelah masuk Islam, beliau bersama Rasulullah SAW menaklukan Mekkah dalam peristiwa Fathul Mekkah. Ia adalah panglima perang yang bijak dalam mengatur strategi perang.
Beliau adalah panglima perang yang menaklukan Baitul Maqdis dan Mesir dari cengkraman Romawi. Ia kemudian dilantik sebagai gubernurMesir oleh Umar bin Khattab, tetapi kemudian dipecat oleh Khalifah Usman bin Affan. Selanjutnya Muawiyah bin Abu Sufyan melantik kembali beliau menjadi gubernur Mesir. Panglima Amru mengerahkan tentara yang al-Quran menjujung diujung tombak, ia menggunakan cara ini dalam pertempuran dengan Ali bin Abi Thalib agar Ali bin Abi Thalib menghentikan serangan.Amr bin Ash merupakan penipu ulung sekutu Mu’awiyah. Bersama Mu’awiyah dalam Perang Shiffin menyebabkan 90-120 ribu orang dari kaum muslimin terbunuh.Amru bin Ash lah yang mempraktekkan penipuan dengan meletakkan Al Quran diatas tombak untuk mencegah kekalahan Mu’awiyah. Dalam urusan tahkim, Amr bin Ash menipu Abu Musa Al Asy’ari dan menjadi penyebab munculnya kelompok Khawarij
***
Ziyad termasuk rekan rekan kriminal Mu’awiyah. Menurut sejarah, Abu Maryam penjual minuman keras membawakan minuman khamar untuk ABU SUFYAN. Ayah Mu’awiyah ini meminta seorang pelacur, maka ABU MARYAM memberinya, kemudian benih Ziyad berasal dari Abu Sufyan. Dimasa Mu’awiyah, Abu Maryam juga datang kepadanya dan memberi saksi bahwa “Ziyad lahir dari benih ayahmu di malam itu dan dia adalah saudaramu”
Mu’awiyah mengaku bahwa “Ziyad adalah anak ayahku dan saudaraku”
***
Pengawal kriminal Mu’awiyah ini adalah orang yang telah menyakiti Fatimah Az Zahra dengan sarung pedang dalam penyerangan kerumah beliau. Mughirah yang menodrong Mu’awiyah supaya mengangkat Yazid sebagai khalifah.
Menurut sejarah, Mughirah mengaku bahwa setelah masuk Islam berbuat zina dengan 300 wanita. Populer dalam sejarah tentang kasus perzinaan nya dengan Ummu Jamil di BASRAH dan laporannya sampai kepada UMAR.
|
***
Imam Hanafi berkata : “seluruh sahabat Nabi SAW menurutku dipercaya dan seluruhnya adil hingga seluruh hadis hadisnya shahih dan diterima, kecuali hadis hadis yang berasal dari periwayatan Abu Hurairah, Anas bin Malik, Samurah bin Jundub, mereka tidak aku terima dan tertolak”
***
Samurah bin Jundub adalah orang yang membunuh 8.000 penduduk BASRAH. Samurah ditanya, “Apakah kamu tidak takut kepada Allah, membunuh mereka semua ini ?”
Samurah menjawab : “Aku tidak takut jika membunuh sejumlah itu lagi”
Dr. Ahmad Amin pernah menyatakan dalam bukunya “Dhuha Al Islam (Fajar Islam”bahwa orang orang Bani Umayyah benar benar telah memalsukan hadis hadis demi mendukung kekuasaan mereka dari berbagai aspek politik. Mu’awiyah pernah memberikan uang 500 ribu dirham kepada SAMURAH Bin JUNDUB salah seorang dari sahabat NABi SAW untuk membuat buat hadis
Samurah bin Jundub RA masih belum dewasa ketika terjadi perang
Uhud. Ia bersama beberapa anak lainnya yang mempunyai semangat juang
tinggi untuk membela panji keislaman, dikeluarkan dari barisan pasukan
perang Uhud oleh Nabi SAW karena belum cukup umur. Tetapi salah seorang
di antaranya, Rafi bin Khadij, karena permintaan ayahnya dibolehkan
oleh Nabi SAW ikut karena ia mempunyai keahlian memanah, dan menunjukkan
kemampuannya di hadapan beliau.
Melihat dibolehkannya Rafi ikut bertempur, Samurah berkata kepada
ayah tirinya, Murrah bin Sinan RA, “Wahai ayah, Rafi dibolehkan ikut
berperang sementara saya tidak. Padahal saya lebih kuat daripada Rafi.
Kalau diadu tanding, pasti saya dapat mengalahkan Rafi..”
Melihat semangat yang begitu menggebu dari anaknya ini, Murrah menyampaikan hal ini pada Nabi SAW, beliaupun mengadakan adu kekuatan antara Rafi dan Samurah, dan ternyata Samurah memenangkannya, sehingga iapun dbolehkan ikut serta dalam pertempuran di Uhud itu. Ketika itu Samurah berusia 15 tahun.
Samurah bin Jundub
Keadilan seluruh sahabat adalah doktrin andalan IslamSunni khususnya Salafy/Wahhabi… ( والصحابة رضي الله عنهم كلهم عدول باتفاق اهل السنة والجماعة ) Doktrin ini benar-benar menjadi garis merah… Siapapun yang berani mendekati apalagi menerobosnya berarti harus siap menjadi sasaran meriam vonis sesat bahkan bisa jadi dikafirkan.
Konsep keadilan Sahabat begitu dibanggakan dalam membangun doktrin agama… mereka adalah panutan dan bak bintang gemintang dengan siapa dari para sahabat umat Islam perpegangan past ia mendapat petunjuk Allah ke shirâth mustaqîm.
Banyak potret cemerlang para sahabat panutan Ahlusunnah yang mungkin pantas disimak dan diperhatikan untuk “ditiru dan diteladani”. Di bawah ini saya sajikan satu dari sekian banyak potret cemerlang membanggakan sahabat panutan Ahlusunnah.
Samurah bin Jundub Sahabat Panutan Ahlusunnah (khususnya Salafy/Wahhabi)
Untuk mengenal keshalehan dan ketaqwaan Samurah bin Jundub, mari kita simak laporan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (kitab tershahih setelah Al Qur’an suci wahyu ilahi dan Shahih Bukhari). Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbâs ra., ia berkata,
Tidak cukup sampai di sini “keshalehan” dan “ketaqwaan” sahabat panutan yang wahid ini; Samurah ia juga terbukti banyak melakukan kejahatan yang mengerikan dan sangat bertentangan dengan agama dan kemanusiaan, seperti membunuh jiwa-jiwa terhormat yang diharamkan untuk dibunuh!
Perhatikan data di bawah ini (yang sengaja disembunyikan banyak kalangan demi kehormatan para sahabat panutan). Imam ath Thabari melaporkan dalam Târîkh-nya,4/176 tentang peristiwa-peristiwa tahun 50 H. dengan sanad bersambung kepada Muhammad bin Sulaim, ia berkata,
Inilah sekilas potret cemerlang sang sahabat panutan yang dibanggakan Ahlusunnah sebagai hasil didikan langsung Rasulullah saw. yang wajib atas setiap Muslim menghormati dan memohonkan keridhaan Allah atasnya!
Selamat meneladani sabahat agung panutan kebanggan Ahlusunnnah! Dan selamat pula atas kalian yang membanggakan keadilan sahabat bertaqwa dan shaleh seperti Samurah! Dan jangan lupa kalian memohon kepada Allah agar dikumpulkan kelak bersamanya di akhirat ketika Samurah disambut para bidadari dan arak menuju surga ‘Adan bersama para nabi, shiddiqin dan kaum shalihin!
Melihat semangat yang begitu menggebu dari anaknya ini, Murrah menyampaikan hal ini pada Nabi SAW, beliaupun mengadakan adu kekuatan antara Rafi dan Samurah, dan ternyata Samurah memenangkannya, sehingga iapun dbolehkan ikut serta dalam pertempuran di Uhud itu. Ketika itu Samurah berusia 15 tahun.
Samurah bin Jundub
Keadilan seluruh sahabat adalah doktrin andalan IslamSunni khususnya Salafy/Wahhabi… ( والصحابة رضي الله عنهم كلهم عدول باتفاق اهل السنة والجماعة ) Doktrin ini benar-benar menjadi garis merah… Siapapun yang berani mendekati apalagi menerobosnya berarti harus siap menjadi sasaran meriam vonis sesat bahkan bisa jadi dikafirkan.
Konsep keadilan Sahabat begitu dibanggakan dalam membangun doktrin agama… mereka adalah panutan dan bak bintang gemintang dengan siapa dari para sahabat umat Islam perpegangan past ia mendapat petunjuk Allah ke shirâth mustaqîm.
Banyak potret cemerlang para sahabat panutan Ahlusunnah yang mungkin pantas disimak dan diperhatikan untuk “ditiru dan diteladani”. Di bawah ini saya sajikan satu dari sekian banyak potret cemerlang membanggakan sahabat panutan Ahlusunnah.
Samurah bin Jundub Sahabat Panutan Ahlusunnah (khususnya Salafy/Wahhabi)
Untuk mengenal keshalehan dan ketaqwaan Samurah bin Jundub, mari kita simak laporan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (kitab tershahih setelah Al Qur’an suci wahyu ilahi dan Shahih Bukhari). Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbâs ra., ia berkata,
“Telah sampai kepada Umar bahwa Samurah menjul khamr (miras), lalu ia berkata, ‘Semoga Allah membinasakan Samurah, tidakkah ia mengetahui bahwa Rasulullah saw. bersabda ‘Semoga Allah melaknat bangsa Yahudi, telah diharamkan atas mereka gajih lalu mereka membekukannya kemudian menjualnya.’” [1]Jelas sekali di sini bahwa sahabat panutan yang satu ini telah berdagang khamr sementara ia megetahui Rasulullah saw. telah mengharamkannya. Kerena itu, Khalifah Umar begitu keras mengecamnya.
Tidak cukup sampai di sini “keshalehan” dan “ketaqwaan” sahabat panutan yang wahid ini; Samurah ia juga terbukti banyak melakukan kejahatan yang mengerikan dan sangat bertentangan dengan agama dan kemanusiaan, seperti membunuh jiwa-jiwa terhormat yang diharamkan untuk dibunuh!
Perhatikan data di bawah ini (yang sengaja disembunyikan banyak kalangan demi kehormatan para sahabat panutan). Imam ath Thabari melaporkan dalam Târîkh-nya,4/176 tentang peristiwa-peristiwa tahun 50 H. dengan sanad bersambung kepada Muhammad bin Sulaim, ia berkata,
‘Aku bertanya kepada Anas bin Sîrîn, ‘Apakah Samurah pernah membunuh seseorang?’ Ia menjawab, ‘Apakah dapat dihitung orang telah dibantai Samurah bin Jundub? Ia ditunjuk menggantikan Ziyâd memimpin kota Bashrah lalu Ziyâd pergi ke Kufah, sepulangnya dari Kufah, Samurah telah membunuh delapan ribu orang Muslim. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Apakah engkau tidak takut telah membunuh seseorang yang tidak layak engkau bunuh? Ia menjawab, ‘Andai aku bunuh lagi sejumlah yang telah aku bunuh aku tidak takut apapun!’”.Ath Thabari juga melaporkan dari Abu al Aswad al Adwi, ia berkata,
“Samurah telah membunuh pada suatu pagi 47 (empat puluh tujuh) orang yang telah menghafal Al Qur’an.”.Ustad Husain Ardilla berkata:
Inilah sekilas potret cemerlang sang sahabat panutan yang dibanggakan Ahlusunnah sebagai hasil didikan langsung Rasulullah saw. yang wajib atas setiap Muslim menghormati dan memohonkan keridhaan Allah atasnya!
Selamat meneladani sabahat agung panutan kebanggan Ahlusunnnah! Dan selamat pula atas kalian yang membanggakan keadilan sahabat bertaqwa dan shaleh seperti Samurah! Dan jangan lupa kalian memohon kepada Allah agar dikumpulkan kelak bersamanya di akhirat ketika Samurah disambut para bidadari dan arak menuju surga ‘Adan bersama para nabi, shiddiqin dan kaum shalihin!
Referensi:
[1] Shahih Muslim,5/41 bab Tahrîm al Khamr wa al Maitah (Diharamkannya miras dan bangkai).
[1] Shahih Muslim,5/41 bab Tahrîm al Khamr wa al Maitah (Diharamkannya miras dan bangkai).
***
Siapakah Mu’awiyah bin Abu Sofyan ??Muhammad Abduh menyebutkan tindakan yang dibuat oleh Mu’awiyah berupa meminta sekelompok SAHABAT dan tabi’in untuk mengarang ngarang hadis. Hal itu membuat Mu’awiyah senang, salah satu pelakunya adalah ABU HURAiRAH.
Mungkinkah AL QURAN menyatakan adil kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang membunuh para sahabat besar imam Ali AS seperti Hujur bin Adi, Amr bin Hamaq Khuza’i, Muhammad bin Abubakar dan Malik Asytar ??
Mughirah cukup dekat dengan Mu’awiyah hingga Mu’awiyah membuka rahasia rahasia nya kepada Mughirah. Suatu malam dia melontarkan kata kata keji tentang MU’AWiYAH. Mereka bertanya, mengapa kamu demikian ? dia menjawab : “Mu’awiyah telah berkata,’kami ingin mengubur nama Muhammad’.”
Mughirah bin Syu’bah berpesan kepada Mu’awiyah : “Angkatlah Yazid sebagai khalifah (menggantikan) mu !”
Mu’awiyah berpikir. Tetapi di satu sisi dia melihat surat perdamaian yang telah disepakati dengan Hasan AS. Salah satu butirnya bahwa Mu’awiyah tidak berhak sesudah dirinya menentukan seseorang sebagai penggantinya.
Disisi lain khawatir Hasan AS bangkit melawannya, dia berencana membunuh Hasan bin Ali AS. Mu’awiyah mengirim suatu racun kepada Gubernur Madinah Marwan bin Hakam. Lalu Marwan mengirim nya kepada JA’DAH isteri imam HASAN. Malam harinya Ja’dah menuang racun ini kedalam kendi air minum imam HASAN
***
Perilaku biadab sahabat Nabi SAW : Mu’awiyah mengirim pasukan di pimpin Amru bin Ash ke Mesir pada tahun 38 H, lalu memasukkan tubuh MUHAMMAD bin ABUBAKAR ke dalam perut keledai dan membakarnya dengan kejam hingga tewas
Dia diangkat oleh Ali sebagai anaknya setelah ayahnya, Abu Bakar, wafat. Muhammad adalah salah satu pemimpin pasukan Ali di Perang Unta. la juga pemimpin pasukan di perang Shiffin. Ali mengangkatnya sebagai gubernur Mesir, dan ia menerima jabatan itu pada 15/9/37 11. Kemudian, Muawiyah mengirim pasukan di bawah Amru bin Ash ke Mesir pada tahun 38 H, yang menyerang dan menangkap Muhammad, kemudian membunuhnya. Tubuhnya dimasukkan ke perut keledai dan membakarnya dengan kejam
.
Muhammad bin Abu Bakar (631–658) adalah anak dari Khalifah Islam pertama, Abu Bakar dan Asma binti Umais. Ketika Abu Bakar meninggal, Asma binti Umais menikah lagi dengan Ali bin Abu Thalib, sepupu Nabi Muhammad. Muhammad bin Abu Bakar baru berusia tiga tahun waktu itu terjadi; ia menjadi anak angkat Ali dan salah satu pendukung utamanya.
Muhammad bin Abu Bakar adalah putra Abu Bakar dengan ibu bernama Asma binti Umais. Setelah Abu Bakar wafat, Asma dinikahi oleh Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib as. Karena itulah, Muhammad dibesarkan dalam asuhan Amirulmukminin dan menerima akhlaknya yang mulia. Ia dilahirkan dalam perjalanan Haji Wada dan syahid pada 38 H dalam usia 28 tahun.
Imam Ali sangat mencintainya dan memandangnya sebagai putranya, dan pernah mengatakan, “Muhammad adalah putra saya dari Abu Bakar.” Pada masanya, Imam Ali as. memilih Qais bin Saad bin Ubadah sebagai Gubernur Mesir. Namun karena Qais tidak mau mengambil tindakan menghadapi kelompok Utsman bin Affan, Imam Ali as. menggantinya dengan Muhammad bin Abu Bakar.
Seiring berjalannya masa pemerintahan di Mesir, Muhammad mengirim surat kepada kelompok Utsman bahwa jika mereka tidak mau menaatinya maka ia tidak akan membiarkan mereka tinggal di Mesir. Karena itulah kelompok Utsman menyiapkan pasukan untuk menentangnya.
Ketika Imam Ali as. melihat kondisi semakin memburuk, beliau segera mengirim Malik bin Harits Al-Asytar untuk menjabat sebagai gubernur dan menekan unsur-unsur pemberontakan serta menyelamatkan pemerintahan. Namun Malik menjadi syahid dalam perjalanan menuju Mesir setelah dibunuh dengan racun oleh kaum Umayyah yang licik. Jabatan gubernur pun masih dipegang Muhammad.
Jauh sebelum itu, dalam peristiwa tahkim, Muawiah mempunyai hutang terhadap Amr bin Ash, dan segera melunasinya dengan memberikan Amr bin Ash 6.000 prajurit untuk menyerang Mesir. Muhammad menulis surat kepada Imam Ali as. untuk meminta bantuan, dan Imam menjawab agar segera mengirim pasukan, sementara itu Muhammad harus memobilisasi pasukannya sendiri.
Muhammad bin Abu Bakar membuat dua pasukan, satu ia pimpin sendiri dan satu lagi dipimpin oleh Kinanah bin Bisyr At-Tujibi. Namun pasukan Muawiyah bin Hudaij menyerang dengan kekuatan penuh. Kekalahan ini membuat anak buah Muhammad bin Abu Bakar ketakutan dan lari meninggalkan pertempuran.
Merasa sendirian, Muhammad bersembunyi di gurun. Tetapi musuh mendapat kabar dari seseorang yang mengikuti jejaknya ketika ia hampir mati kehausan. Orang-orang jahat itu tidak memberikan Muhammad air sedikit pun bahkan membunuhnya. Mayatnya dimasukan ke dalam perut keledai mati dan dibakar.
Ketika wafatnya Muhammad sampai kepada ibunya, Asma, ia menjadi marah. Umulmukminin Aisyah pun, yang merupakan saudari seayah Muhammad, bersumpah bahwa selama hidupnya ia tak akan pernah memakan daging bakar. Aisyah mengutuk Muawiah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Muawiah bin Hudaij setiap selesai salat.
Salah seorang prajurit Imam Ali as. yang datang dari Suriah mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin! Ketika berita tentang pembunuhan Muhammad sampai kepada Muawiyah, ia naik ke mimbar seraya memuji kelompok pembunuhnya. Rakyat Suriah sangat gembira, dan saya belum pernah melihat mereka segembira itu sebelumnya.”.
Kemudian Imam Ali as. menyampaikan kata-katanya yang indah, “Kesedihan kami atasnya sebesar kegembiraan musuh atasnya, kecuali bahwa mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.” Imam Ali as. juga berkata kepada Abdullah bin Abbas, “Ia (Muhammad bin Abu Bakar) adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan benteng pertahanan.” Wallahualam.
Shi’a Muslim view
Muhammad ibn Abi Bakr “Kabra Mubarak”.
The Shi’a praise Muhammad ibn Abi Bakr for his devotion to `Ali and his resistance to a caliph the Shi’a believe to be a tyrant. Though his father Abu Bakr and his sister Aisha were considered enemies of `Ali by Shi’a, Ibn Abi Bakr was faithful to his stepfather.
According to a Shi’a Muslim author:
- `Ali loved Muhammad Ibn Abi Bakr as his own son and his death was felt as another terrible shock. `Ali prayed for him, and invoked God’s blessings and mercy upon his soul. [^ Restatement of History of Islam : Death of Malik].
Muhammad Bin Abubakar mengakui bahwa Imam Ali adalah pewaris (warits) dan pelaksana wasiat (Washi) Rasul Allah saw
Kedua surat ini dimuat Nashr bin Muzahim dalam Kitabnya Waq’ah Shiffin dan Mas’udi dalam kitabnya Muruj adzDzahab dan telah diisyaratkan oleh Thabari dan Ibnu Atsir sebagai surat yang ditulis tahun 36 Hijriah, yaitu tatkala Muhammad bin Abu Bakar menjadi Gubernur di Mesir di zaman kekhalifahan Ali. Agaknya, kedua penulis tersebut tidak melihat hikmat surat ini
Lihat Nashr bin Muzahim, Waq’ah Shiffin, Kairo, 1382 H., hlm. 118, 119; Mas’udi, Muruj adzDzahab, Beirut, 1385 H., jilid 3, hlm. 11 atau Cetakan Mesir, 1346 H., jilid 2, hlm. 5960; Penunjukan Thabari dan Ibnu Atsir akan adanya surat menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dan Mu’awiyah, lihat Thabari,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108; Ibnu Atsir, Tarikh, jilid 3, hlm. 108.
————————————————————–
Surat Muhammad bin Abu Bakar kepada Mu’awiyah:
Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad bin Abu Bakar.
Kepada si tersesat Mu’awiyah bin Shakhr.
Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah!
Amma ba’du,
Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali, sedang dia adalah pewaris (warits) dan pelaksana wasiat (Washi) Rasul Allah saw, ayah anak anak (Rasul), pengikut pertama dan yang terakhir menyaksikan Rasul, teman berbincang, penyimpan rahasia dan serikat Rasul dalam urusannya. Dan Rasul memberitahukan pekerjaan beliau kepadanya, sedang engkau adalah musuh dan anak dari musuh beliau.
Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk yang benar’.
—————————————————————
Jawaban Mu’awiyah kepada Muhammad bin Abu Bakar:
Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Kepada Pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.
Salam kepada yang taat kepada Allah.
Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu
Ayahmu dan Faruqnya (Umar) adalah orang orang pertama yang merampas haknya (ibtazza). Hal ini diketahui umum.
Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar
Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka…, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.
Ayahmu bekerja sama dengan dia ( Umar ) dan mengukuhkan kekuasaannya. Bila kaum katakan bahwa tindakanmu benar, (maka ketahuilah) ayahmulah yang mengambil alih kekuasaan ini dan kami menjadi sekutunya. Apabila ayahmu tidak melakukan hal ini, maka kami tidak akan sampai menentang anak Abu Thalib dan kami akan sudah menyerah kepadanya. Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan dia seperti ini di hadapan kami, dan kami pun mengikutinya; maka cacat apa pun yang akan kau dapatkan, arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri, atau berhentilah dari turut campur.
Salam bagi dia yang kembali.’
=============================================================
surat ini adalah kritik Mu’awiyah terhadap pembaiatan Abu Bakar di Saqifah. Mu’awiyah berkeyakinan bahwa Abu Bakar dan Umar mengetahui betul tuntutan Ali. Di pihak lain yang membuat surat ini lebih menarik adalah pernyataan Muhammad bin Abu Bakar tentang Ali sebagai pemegang wasiat dan pewaris Rasul yang tidak dibantah Mu’awiyah.
Kedua surat ini dimuat Nashr bin Muzahim dalam Kitabnya Waq’ah Shiffin dan Mas’udi dalam kitabnya Muruj adzDzahab dan telah diisyaratkan oleh Thabari dan Ibnu Atsir sebagai surat yang ditulis tahun 36 Hijriah, yaitu tatkala Muhammad bin Abu Bakar menjadi Gubernur di Mesir di zaman kekhalifahan Ali. Agaknya, kedua penulis tersebut tidak melihat hikmat surat ini
Lihat Nashr bin Muzahim, Waq’ah Shiffin, Kairo, 1382 H., hlm. 118, 119; Mas’udi, Muruj adzDzahab, Beirut, 1385 H., jilid 3, hlm. 11 atau Cetakan Mesir, 1346 H., jilid 2, hlm. 5960; Penunjukan Thabari dan Ibnu Atsir akan adanya surat menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dan Mu’awiyah, lihat Thabari,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108; Ibnu Atsir, Tarikh, jilid 3, hlm. 108.