Mu’awiyah
membunuh Muhammad bin Abu Bakar, anak khalifah Abu Bakar. Mula-mula ia
disiksa, tidak diberi minum, kemudian dimasukkan ke dalam perut keledai
dan dibakar. Untuk pertama kali dalam sejarah Islam, penguasa
mempermainkan jenazah yang mereka bunuh. Dan jenazah ini adalah jenazah
kaum Muslimin.
Penguasa memenggal kepala mereka setelah diikat
kedua tangan ke belakang, menyayatnyayat mayat, mengarak kepalakepala
mereka berkeliling kota, membawanya dari kota ke kota dan akhirnya
dikirim ke ‘khalifah’ di Damaskus dengan menempuh jarak beratusratus
kilometer. Cukup dengan sedikit curiga bahwa seorang itu Syi’ah, maka
mereka akan memotong tangan, kaki atau lidah mereka.
Bila ada
yang menyebut mencintai anak cucu Rasul saja maka ia akan dipenjarakan
atau hartanya dirampas, rumah dimusnahkan. Bencana makin bertambah dan
makin menyayat hati. Sampai gubernur Ubaidillah bin Ziyad membunuh
Husain kemudian gubernur Hajjaj bin Yusuf yang membunuh mereka seperti
membunuh semut. Ia lebih senang mendengar seorang mengaku dirinya zindiq
atau kafir dari mendengar orang mengaku dirinya Syi’ah Ali.
Abu alHusain Ali bin Muhammad bin Abi Saif alMadani dalam kitabnya alAhdats, berkata:
Mu’awiyah menulis sebuah surat kepada semua gubernurnya setelah tahun
perjanjian dengan Hasan agar mereka mengucilkan orang yang memuliakan
Ali dan keluarganya. Pidatokan dan khotbahkan di tiap desa dan di tiap
mimbar pelaknatan Ali dan kucilkan dia dan keluarganya. Dan alangkah
besar bencana yang menimpa Syi’ah Ali di Kufah. Diangkatlah Ziyad bin
Sumayyah menjadi gubernur Kufah. Ia lalu memburu kaum Syi’ah. Ia sangat
mengenal kaum Syi’ah karena ia pernah jadi pengikut Ali. Dan ia lalu
memburu dan membunuh mereka di mana pun mereka berada, tahta kulli hajar
wa madar membuat mereka ketakutan, memotong tangan dan kaki mereka,
menyungkil bola mata mereka; samala al ‘uyun, dan menyalib mereka di
batangbatang pohon korma. Ia memburu dan mengusir mereka ke luar dari
‘Irak dan tiada seorang pun yang mereka kenal, luput dari perburuan ini.
Di samping itu istri dan putriputri Syi’ah dijadikan budak dan untuk
pertama kali dilakukan Mu’awiyah dengan Busr bin Arthat pada akhir tahun
39 H/660 M. Mereka memaksa kaum Syi’ah membaiat khalifah yang
sebenarnya adalah raja yang lalim. Setelah membaiat, biasanya mereka
belum merasa puas, sehingga mereka merasa perlu membumi hanguskan desa
mereka seperti diriwayatkan Bukhari dalam tarikhnya...
Mu’awiyah
melalui jenderalnya Busr bin Arthat tersebut membakar rumah-rumah
Zararah bin Khairun, Rifaqah bin Rafi, Abdullah bin Sa’d dari Banu
‘Abdul Asyhal, semua adalah para sahabat kaum Anshar. Celakanya Ziyad
bin Abih, yang mula-mula berpihak kepada Ali bin Abi Thalib, menyeberang
ke Mu’awiyah, karena pengakuan Abu Sufyan bahwa Ziyad yang lahir dari
seorang budak perempuan asal Iran adalah anaknya. Mu’awiyah yang melihat
Ziyad sebagai seorang yang berbakat, mengakuinya sebagai saudaranya.
Ummu Habibah, istri Rasul Allah, saudara Mu’awiyah tidak pernah mau
mengakui Ziyad sebagai saudaranya. Karena pernah bersama Ali maka Ziyad
mengenal semua pengikut Ali dalam Perang Shiffin dan dengan mudah
memburu dan membunuhi mereka.
Orang pertama yang dipenggal
kepalanya oleh Mu’awiyah adalah Amr bin Hamaq sebagai Syi’ah Ali yang
turut mengepung rumah Utsman dan dituduh membunuh Utsman dengan 9
tusukan. Ia melarikan diri ke Mada’in bersama Rifa’ah bin Syaddad dan
terus ke Mosul. Ia ditangkap dan gubernur Mosul Abdurrahman bin Abdullah
bin Utsman mengenalnya. Ia mengirim surat ke Mu’awiyah.
Mu’awiyah
menjawab seenaknya: “Ia membunuh Utsman dengan tusukan dengan goloknya
(masyaqish) dan kita tidak akan bertindak lebih, tusuklah dia dengan
sembilan tusukan”. Setelah ditusuk baru tusukan pertama atau kedua,
kelihatannya ia sudah mati kepalanya dipenggal dan dikirim ke Syam,
diarak kemudian diserahkan kepada Mu’awiyah dan Mu’awiyah mengirim
kepala ini kepada istrinya Aminah binti al Syarid yang sedang berada di
penjara Mu’awiyah. Kepala itu dilemparkan ke pangkuan istrinya. Istrinya
meletakkan tangannya di dahi kepala suaminya kemudian mencium bibirnya
berkata:
Selamat datang, wahai wajah tanpa roma..
Baca disini selanjutnya ,klo punya nyali ingin mau tau kejahatan junjungan wahabi si Muawiyah
Muhammad bin Abu Bakar adalah putra Abu Bakar dengan ibu bernama Asma
binti Umais. Setelah Abu Bakar wafat, Asma dinikahi oleh Amirulmukminin
Ali bin Abi Thalib as. Karena itulah, Muhammad dibesarkan dalam asuhan
Amirulmukminin dan menerima akhlaknya yang mulia. Ia dilahirkan dalam
perjalanan Haji Wada dan syahid pada 38 H dalam usia 28 tahun.
Imam Ali sangat mencintainya dan memandangnya sebagai putranya, dan
pernah mengatakan, “Muhammad adalah putra saya dari Abu Bakar.” Pada
masanya, Imam Ali as. memilih Qais bin Saad bin Ubadah sebagai Gubernur
Mesir. Namun karena Qais tidak mau mengambil tindakan menghadapi
kelompok Utsman bin Affan, Imam Ali as. menggantinya dengan Muhammad bin
Abu Bakar.
Seiring berjalannya masa pemerintahan di Mesir, Muhammad mengirim
surat kepada kelompok Utsman bahwa jika mereka tidak mau menaatinya maka
ia tidak akan membiarkan mereka tinggal di Mesir. Karena itulah
kelompok Utsman menyiapkan pasukan untuk menentangnya.
Ketika Imam Ali as. melihat kondisi semakin memburuk, beliau segera
mengirim Malik bin Harits Al-Asytar untuk menjabat sebagai gubernur dan
menekan unsur-unsur pemberontakan serta menyelamatkan pemerintahan.
Namun Malik menjadi syahid dalam perjalanan menuju Mesir setelah dibunuh
dengan racun oleh kaum Umayyah yang licik. Jabatan gubernur pun masih
dipegang Muhammad.
Jauh sebelum itu, dalam peristiwa tahkim, Muawiah mempunyai hutang
terhadap Amr bin Ash, dan segera melunasinya dengan memberikan Amr bin
Ash 6.000 prajurit untuk menyerang Mesir. Muhammad menulis surat kepada
Imam Ali as. untuk meminta bantuan, dan Imam menjawab agar segera
mengirim pasukan, sementara itu Muhammad harus memobilisasi pasukannya
sendiri.
Muhammad bin Abu Bakar membuat dua pasukan, satu ia pimpin sendiri
dan satu lagi dipimpin oleh Kinanah bin Bisyr At-Tujibi. Namun pasukan
Muawiyah bin Hudaij menyerang dengan kekuatan penuh. Kekalahan ini
membuat anak buah Muhammad bin Abu Bakar ketakutan dan lari meninggalkan
pertempuran.
Merasa sendirian, Muhammad bersembunyi di gurun. Tetapi musuh
mendapat kabar dari seseorang yang mengikuti jejaknya ketika ia hampir
mati kehausan.
Orang-orang
jahat itu tidak memberikan Muhammad bin Abubakar air sedikit pun bahkan
membunuhnya. Mayatnya dimasukan ke dalam perut keledai mati dan
dibakar.
Ketika wafatnya Muhammad sampai kepada ibunya, Asma, ia menjadi
marah. Umulmukminin Aisyah pun, yang merupakan saudari seayah Muhammad,
bersumpah bahwa selama hidupnya ia tak akan pernah memakan daging bakar.
Aisyah mengutuk Muawiah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Muawiah bin
Hudaij setiap selesai salat.
Salah seorang prajurit Imam Ali as. yang datang dari Suriah
mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin! Ketika berita tentang pembunuhan
Muhammad sampai kepada Muawiyah, ia naik ke mimbar seraya memuji
kelompok pembunuhnya. Rakyat Suriah sangat gembira, dan saya belum
pernah melihat mereka segembira itu sebelumnya.”
Kemudian Imam Ali as. menyampaikan kata-katanya yang indah,
“Kesedihan kami atasnya sebesar kegembiraan musuh atasnya, kecuali bahwa
mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.” Imam Ali
as. juga berkata kepada Abdullah bin Abbas, “Ia (Muhammad bin Abu
Bakar) adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan
benteng pertahanan.”.
Wallahualam.
Hadit tersebut dimuat di kitab ini:
Rasulullah SAW Tidak Mau Bersaksi Untuk Abu Bakar RA
وحدثني عن مالك عن أبي النضر مولى عمر بن عبيد الله أنه بلغه ان رسول
الله صلى الله عليه و سلم قال لشهداء أحد هؤلاء اشهد عليهم فقال أبو بكر
الصديق ألسنا يا رسول الله بإخوانهم أسلمنا كما أسلموا وجاهدنا كما جاهدوا
فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم بلى ولكن لا أدري ما تحدثون بعدي فبكى
أبو بكر ثم بكى ثم قال أإنا لكائنون بعدك
Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari Abu’n Nadr mawla
Umar bin Ubaidillah bahwa Rasulullah SAW berkata mengenai para Syuhada
Uhud “Aku bersaksi untuk mereka”. Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai
Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam
sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka
berjihad”. Rasulullah SAW berkata “Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan
kamu lakukan sepeninggalKu”. Abu Bakar menangis sejadi-jadinya dan
berkata ”Apakah kami akan benar-benar hidup lebih lama daripada
Engkau!”. (Hadis Dalam Al Muwatta Imam Malik Kitab Jihad Bab Para
Syuhada di Jalan Allah hadis no 987).
Penjelasan Hadis
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitabnya
Al Muwatta.Dari hadis di atas diketahui bahwa:
- Para Syuhada Uhud lebih utama dari Abu Bakar dan sahabat lainnya karena Rasulullah SAW telah memberikan kesaksian kepada Mereka
- Rasulullah SAW tidak memberikan kesaksian kepada Abu Bakar dan
sahabat lainnya karena Rasulullah SAW tidak mengetahui apa yang akan
mereka perbuat sepeninggal Beliau SAW.
Riwayat-riwayat tentang Ancaman Pembakaran Rumah Sayyidah Fathimah
Az Zahra as ternyata memang benar ada dalam kitab-kitab yang menjadi
pegangan Ahlus Sunnah yaitu dalam Tarikh Al Umm Wa al Mulk karya Ibnu Jarir At Thabari, Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Ansab Al Asyraf karya Al Baladzuri, Al Isti’ab karya Ibnu Abdil Barr dan Muruj Adz Dzahab karya Al Mas’udi. Berikut adalah riwayat yang terdapat dalam Kitab Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan peristiwa itu dengan sanad:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada
kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata ”Ketika Bai’ah telah
diberikan kepada Abu Bakar setelah kewafatan Rasulullah SAW. Ali dan
Zubair sedang berada di dalam rumah Fatimah bermusyawarah dengannya
mengenai urusan mereka. Sehingga ketika Umar menerima kabar ini Ia
bergegas ke rumah Fatimah dan berkata ”Wahai Putri Rasulullah SAW
setelah Ayahmu tidak ada yang lebih aku cintai dibanding dirimu tetapi
aku bersumpah jika orang-orang ini berkumpul di rumahmu maka tidak ada
yang dapat mencegahku untuk memerintahkan membakar rumah ini bersama
mereka yang ada di dalamnya”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan
Fatimah berbicara kepada mereka “tahukah kalian kalau Umar datang
kemari dan bersumpah akan membakar rumah ini jika kalian kemari. Aku
bersumpah demi Allah ia akan melakukannya jadi pergilah dan jangan
berkumpul disini”. Oleh karena itu mereka pergi dan tidak berkumpul
disana sampai mereka membaiat Abu Bakar. (Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah
jilid 7 hal 432 riwayat no 37045).
Riwayat ini memiliki sanad yang shahih sesuai persyaratan Bukhari dan Muslim.
Sanad Riwayat Dalam
Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.
Ibnu Abi Syaibah
Nama lengkapnya adalah
Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Utsman Al Absi Al Kufi. Ia adalah seorang imam penghulu para hafidz, penulis banyak kitab seperti
Musnad,al Mushannaf dan Tafsir. Para ulama telah sepakat akan keagungan ilmu kejujuran dan hafalannya. Dalam
Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 490 Adz Dzahabi berkata
”Ia termasuk yang sudah lewat jembatan pemeriksaan dan sangat terpercaya”. Ahmad bin Hanbal berkata
”Abu Bakar sangat jujur, ia lebih saya sukai disbanding Utsman saudaranya”. Al Khathib berkata
“Abu Bakar rapi hafalannya dan hafidz”.
Muhammad bin Bisyr
Muhammad bin Bisyr adalah salah seorang dari perawi hadis dalam
Kutub Al Sittah. Dalam
Tahdzib At Tahdzib jilid 9 hal 64,
Thabaqat Ibnu Saad jilid 6 hal 394,
Tarikh al Kabir jilid I hal 45,
Al Jarh Wat Ta’dil jilid 7 hal 210,
Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 322 dan
Al Kasyf jilid 3 hal 22 terdapat keterangan tentang
Muhammad bin Bisyr.
- Ibnu Hajar berkata “Ia tsiqah”.
- Yahya bin Main telah mentsiqahkannya
- Al Ajuri berkata ”Ia paling kuat hafalannya diantara perawi kufah”
- Utsman Ibnu Abi Syaibah berkata “Ia tsiqah dan kokoh”
- Adz Dzahabi berkata ”Ia adalah Al Hafidz Al Imam dan kokoh”
- An Nasai berkata “Ia tsiqah”.
Ubaidillah bin Umar
Keterangan tentang beliau disebutkan dalam
Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 160-161,
Siyar A’lam An Nubala jilid 6 hal 304,
Tahdzib At Tahdzib jilid 7 hal 37,
Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 637,
Ats Tsiqat jilid 3 hal 143,dan
Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 5 hal 326.
- Ibnu Hajar berkata ”Ia tsiqah dan tsabit”
- Yahya bin Ma’in berkata ”Ia tsiqah, hafidz yang disepakati”
- Abu Hatim berkata ”Ia tsiqah”
- Adz Dzahabi berkata ”Ia Imam yang merdu bacaan Al Qurannya”
- An Nasai berkata ”Ia tsiqah dan kokoh”
- Ibnu Manjawaih berkata ”Ia termasuk salah satu tuan penduduk Madinah dan suku Quraisy dalam keutamaan Ilmu,ibadah hafalan dan ketelitian”.
- Abu Zar’ah berkata “Ia tsiqah”.
- Abdullah bin Ahmad berkata ”Ubaidillah bin Umar termasuk orang yang terpercaya”.
Zaid bin Aslam
Zaid bin Aslam adalah salah seorang perawi
Kutub As Sittah. Keterangan tentang beliau terdapat dalam
Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 3 hal 554,
Tahdzib at Tahdzib jilid 3 hal 341,
Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 326,
Tadzkirah Al Huffadzjilid 1 hal 132-133, dan
Siyar A’lam An Nubala jilid 5 hal 316.
- Abu Hatim menyatakan Zaid tsiqah
- Ya’qub bin Abi Syaibah berkata ”Ia tsiqah,ahli fiqh dan alim dalam tafsir Al Quran”
- Imam Ahmad menyatakan beliau tsiqah
- Ibnu Saad menyatakan “Ia tsiqah”
- Adz Dzahabi menyebutnya sebagai Al Imam, Al Hujjah dan Al Qudwah(teladan)
- Abu Zara’ah menyatakan Ia tsiqah
- Ibnu Kharrasy menyatakan beliau tsiqah
- Ibnu Hajar berkata “Ia tsiqah” .
Aslam Al Adwi Al Umari
Aslam dikenal sebagai tabiin senior dan merupakan perawi
Kutub As Sittah.Beliau termasuk yang telah disepakati ketsiqahannya. Keterangan tentang Beliau dapat dilihat di
Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 88 dan
Siyar A’lam An Nubala jilid 4 hal 98
- Adz Dzahabi berkata “Ia seorang Faqih dan Imam”
- Al Madani berkata “Ia seorang penduduk Madinah terpercaya dan Kibar At Tabi’in”
- Ya’qub bin Abi Syaibah berkata ”Ia tsiqah”
- Ibnu Hajar berkata ”Ia tsiqah”
- Abu Zara’ah berkata ”Ia tsiqah”
- An Nawawi berkata ”Huffadz bersepakat menyatakan Aslam tsiqah”
Jadi riwayat di atas yang menyatakan adanya
Ancaman Pembakaran Rumah Ahlul Bait Sayyidah Fatimah Az Zahra AS telah diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah dan tidak berlebihan kalau ada yang menyatakan riwayat tersebut
shahih sesuai persyaratan Bukhari dan Muslim.
Oleh karena itu sebenarnya keliru sekali kalau ada yang beranggapan
bahwa Riwayat ini tidak ada dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah apalagi kalau
menyatakan ini adalah riwayat yang dibuat-buat oleh golongan Syiah.
TERBONGKARNYA MISTERI PEREBUTAN KEKHALIFAHAN IMAM ALI B ABI THALIB
as MELALUI SURAT MENYURAT ANTARA MUHAMMAD bin ABU BAKAR DENGAN MUAWIYYAH
bin ABU SOFYAN, Bergesernya kekhalifahan Imam Ali b Abi Thalib
ke tangan yang tidak berhak yang kemudian membawa pada pergeseran
kepada seluruh Imam yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya dapat
dibuktikan dengan melalui berbagai cara. Pada kesempatan kali ini,
redaksi memberikan bukti lain, yakni bukti berupa surat-menyurat antara
Muhammad bin Abu Bakar dengan Muawiyyah bin Abu Sofyan, dari isi surat
tersebut sudah dengan sendirinya bercerita tentang fenomena mengapa
kekhalifahan yang telah ditetapkan di Al Ghadir kemudian tiba-tiba tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Sholi ala Muhammad wa aali Muhammad
Bergesernya kekhalifahan Imam Ali b Abi Thalib ke tangan yang tidak
berhak yang kemudian membawa pada pergeseran kepada seluruh Imam yang
ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya dapat dibuktikan dengan melalui
berbagai cara. Pada kesempatan kali ini, redaksi syiahnews.wordpress.com
memberikan bukti lain, yakni bukti berupa surat-menyurat antara
Muhammad bin Abu Bakar dengan Muawiyyah bin Abu Sofyan, dari isi surat
tersebut sudah dengan sendirinya bercerita tentang fenomena mengapa
kekhalifahan yang telah ditetapkan di Al Ghadir kemudian tiba-tiba tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Sumber Dokumen Surat antara Muawiyah dan Muhamad b Abu Bakr
Terselip bukti dalam tebalnya kitab-kitab sejarah tentang fenomena
nasib kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib yang seharusnya dapat
berjalan begitu Rasulullah saww tetapi kemudian berpindah tangan.
Banyak orang berdalih bahwa kekhalifahan yang ada lahir dari kewajaran
secara alami, tanpa proses fait a coumpli …. benarkah ?
sejahrawan besar ahlu sunnah Baladzuri dalam kitabnya Ansab al Asyraf jilid II hal 393-397, Nasr bin Muhazin dalam karyanya Waq’at ash Shiffin hal 118-121; Ibnu Abil al Hadid, Syarh Nahjul Balaghah jilid III hal 188, Mas’udi pada karyanya Murudz Dzahab jil III hal 465, Abdul Malik bin Husain al Islami pada kitabnya Samth an Nujum al ‘awaliJilid
II hal 465 mendokumentasikan surat menyurat antara Muawiyah dan
Muhammad b abu bakar yang kemudian membongkar misteri bagaimana
kekhalifahan itu berpindah tangan, dan berikut adalah isi surat tersebut
:
Isi Surat Muhammad bin Abu Bakr Kepada Muawiyyah b Abu Sofyan
Dari Muhammad Bin Abu Bakar,
kepada si tersesat Muawiyyah bin Shakhr
Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah !
Amma ba’du, sesungguhnya Allah swt, dengan keagungan dan
kekuasaan-Nya, menciptakan makhluk-Nya tanpa main-main. Tiada celah
kelemahan dalam kekuasaan_Nya. Tiada berhajat Dia terhadap hamba-Nya. Ia
menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya. Dia menjadikan orang yang
terseesat atau orang yang lurus, orang yang malanbg dan orang yang
beruntung.
Kemudian, dari antara mereka, Dia Yang Maha Tahu memilih dan
mengkhususkan Muhammad SAW dengan pengetahuan-Nya. Dia jugalah yang
memilih Muhammad saw berdsarkan ilmu-Nya sendiri untuk menyampaikan
risalah-Nya dan mengemban wahyu-Nya. Dia mengutusnya sebagai rasul dan
npembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
Dan orang pertama yang menjawab dan mewakilinya, mentaatinya,
mengimaninya, membenarkanya, menyerahkan diri kepada Allah dan menerima
Islam sebagai agamanya, adalah saudarantya dan misanya Ali bin Abi
Thalib, yang membenarkan yang ghaib. Ali mengutamakannya dari semua
kesayanganya, menjaganya pada setiap ketakutan, membantunya dengan
dirinya sendiri pada saat-saat mengerikan, memerangi perangnya, berdamai
dengan perdamaianya, melindungi Rasulullah dengan jiwa raganya siang
maupun malam, menemaninya pada saat-saat yang menggetarkan, kelaparan
serta dihinakan. Jelas tiada yang setara dengannya dalam berjihad.
Tiada yang dapat menandinginya di antara para pengikut dan tiada yang
mendekatinya dalam amal perbuatanya.
Dan saya heran melihat engkau hendak menandinginya ! engkau adalah
engkau ! sejak awal Ali unggul dalam setiap kebajikan, paling tulus
dalam niat, keturunannya paling bagus, istrinya adalah wanita utama. Dan
pamanya (ja’far) syahid di perang Mu’tah Dan seorang pamanya lagi
(Hamzah) adalah penghulu para syuhada perang uhud. Ayahnya adalah
penyokong Rasulullah saw dan istrinya.
Dan engkau adalah orang yang terlaknat, anak orang terkutuk. Tiada
hentinya engkau dan ayahmu menghalangi jalan Rasululah saw. Kamu berdua
berjihad untuk memadamkan nur Ilahi, dan kamu berdua melakukannya dengan
menghasud dan menghimpun manusia, menggunakan kekayaan dan
mempertengkarkan berbagai suku. Dalam keadaan demikian ayahmu mati. Dan
engkau melanjutkan perbuatanya seperti itu pula.
Dan saksi-saksi perbuatan engkau adalah orang-orang yang
meminta-minta perlindungan engkau, yaitu dari kelompok musuh Rasulullah
yang memberontak, kelompok pemimpin-pemimimpinm yang munafiq dan pemecah
belah dalam melawan Rasulullah saw.
Sebaliknya sebagai saksi bagi Ali dengan keutamaanya yang terang
dan keterdahuluanya (dalam islam) adalah penolong-penolongnya yang
keutamaan mereka telah disebutkan di dalam Al Qur’an, yaitu kaum
muhajirin dan anshar. Dan mereka itu mertupakan pasukan yang berada di
sekitarnya dengan pedang-pedang mereka dan siap menumpahkan darah
untuknya. Mereka melihat keutamaan pada dirinya yang patut di taati dan
malapetaka bila mengingkari .
Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali,
sedang dia adalah pewaris dan pelaksana wasiat rasulullah saw, ayah
anak-anak Rasulullah saw, pengikut pertama, dan yang terakhir
menyaksikan Rasulullah saw, teman berbincang, penyimpan rahasia dan
serikat Rasulullah saw dalam urusanya. Rasulullah saw memberitahukan
pekerjaan beliau kepadanya, sedangkan engkau adalah musuh dan anak dari
musuh beliau.
Tiada peduali keuntungan apa pun yang engkau peroleh dari
kefasikanmu di dunia ini dan bahkan Ibnu al ash menghanyutkan engkau
dalam kesesatanmu, akan tampak bahwa waktumu berakhir sudah dan
kelicikanmu tidak akan ampuh lagi. Maka akan menjadi jelas bagimu siapa
yang akan memiliki masa denpan yang mulia. Engkau tidak mempunyai
harapan akan pertolongan Allah, yang tidak engkau pikirkan.
Kepada-Nya engkau berbuat Licik, Allah menunggu untuk menghadangmu, tetapi kesombongfanmu membuat engkau jauh dari Dia.
Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk.
Balasan Muawiyyah b Abu Sofyan kepada Muhammad b Abu Bakar
dari Muawiyyah bin Abu Sufyan,
Kepada Pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.
Salam kepada yang taat kepada Allah
Telah sampai kepadaku suratmu, yang menyebut Allah Yang Maha Kusa
dan Nabi Pilihan-Nya, dengan kata-kata yang engkau rangkaukan.
Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu. Engkau menyebut hak Ibnu Abi
Thalib dan keterdahuluan serta kekerabatannya dengan Nabi Allah saw dan
bantuan serta pertolongannya kepada Nabi pada setiap keadaan genting.
Engkau juga berhujjah dengan keutamaan orang lain dan bukan
keutamaanmu. Aneh, engkau malah mengalihkan keutamaanmu kepada Orang
lain.
Dijaman Nabi saw, kami dan ayahmu telah melihat dan tidak
memungkiri hak Ibnu Abi Thalib. Keutamaanya jauh di atas kami. Dan Allah
SWT memilih dan mengutamakan Nabi sesuai janji-Nya. Dan melalui Nabi
Dia menampakkan dakwah-Nya dan menjelaskan hujjah-Nya. Kemudian
mengambil Nabi saw ke sisi-Nya.
Ayahmu dan faruqnya (umar) adalah orang-orang pertama yang merampas hak ibnu Abi Thalib. Hal ini diketahui umum.
Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar, tetapi Ali menunda
dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar. Hasrat
mereka bertambah besar. Akhirnya Ali membaiat Abu Bakar dan berdamai
dengan mereka berdua.
Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka. Tidak
juga mereka menyampaikan kepadanya rahasia mereka, sampai mereka berdua
meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.
Kemudian bangkitlah orang ketiga, yaitu usman yang menuruti
tuntunan mereka. Engkau dan temanmu berbicara tentang
kerusakan-kerusakan yang dilakukan Usman agar orang-orang yang berdosa
di propinsi-propinsi mengembangkan maksud-maksdu buruk terhadapnya dan
engkau bangkit melawanya. Engkau menunjukkan permusuhanmu kepadanya
untuk mencapai keinginan-keinginanmu sendiri.
Hai putra Abu Bakar, berhati-hatilah atas apa yang engkau lakukan,
Jangan engkau menempatkan dirimu melebihi apa yang dapat engkau urusi.,
engkau tidak dapat menemukan seseorang yang mempunyai kesabaran yang
lebih besar dari gunung, yang tidak pernah menyerah kepada suatu
peristiwa. Tak ada yang dapat menyamainya.
Ayahmu bekerja sama dengan dia mengukuhkan kekuasaanya. Bila kaum
katakan bahwa tindakanmu benar, maka ketajhuilah ayahmu yang mengambil
alih kekuasaan ini, dan kami menjadi sekutunya. Apbila ayahmu tidak
melakukan hal ini, maka kami tidak akan sampai menentang anak abu Thalib
dan kami akan sudah menyerah kepadanya.
Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan Ali seperti ini
dihadapan kami, dan kami pun mengikutinya, maka cacat apapun yang akan
kamu dapatkan, maka arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri atau
berhentilahg turut campur.
Salam bagi orang yang kembali.
Mungkinkah AL QURAN menyatakan adil kepada
Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang membunuh para sahabat besar imam Ali AS
seperti Hujur bin Adi, Amr bin Hamaq Khuza’i, Muhammad bin Abubakar dan
Malik Asytar ??
Kaum sunni menyatakan : “keadilan semua sahabat Nabi SAW sudah diabadikan oleh Al Quran, baca surat ini surat itu….”
Salafi Wahabi menyatakan : “Al Quran menjamin keadilan semua sahabat Nabi SAW”
Qs.Ali Imran Ayat 110 bukan memuji semua sahabat Nabi SAW, “umat terbaik” yang dimaksudkan disana adalah Ahlulbait Nabi SAW.
Imam Syafi’i dianggap tidak tsiqah menurut Yahya bin Mu’in alias ibnu Mu’in ulama ahli
jarh wa at ta’dil mazhab
sunni. Karena Imam Syafi’i tidak menerima pengakuan riwayat hadis dari
empat orang sahabat Nabi SAW yaitu Mu’awiyah, Amru bin Ash, Mughirah dan
Ziyad.
***
Siapakah Amr bin Ash ??
Amru bin Ash bin Wa’il bin Hisyam (
583-
664) (
Arab:
عمرو بن العاص) atau lebih dikenal dengan nama
Amru bin Ash adalah
Sahabat NabiMuhammad.
Pada awalnya Beliau pernah mengambil bagian dalam peperangan menetang Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslim. Ia masuk Islambersama Khalid bin Walid. Enam bulan setelah masuk Islam, beliau bersama Rasulullah SAW menaklukan Mekkah dalam peristiwa Fathul Mekkah. Ia adalah panglima perang yang bijak dalam mengatur strategi perang.
Beliau adalah panglima perang yang menaklukan
Baitul Maqdis dan
Mesir dari cengkraman
Romawi. Ia kemudian dilantik sebagai
gubernurMesir oleh
Umar bin Khattab, tetapi kemudian dipecat oleh Khalifah
Usman bin Affan. Selanjutnya
Muawiyah bin Abu Sufyan melantik
kembali beliau menjadi gubernur Mesir. Panglima Amru mengerahkan
tentara yang al-Quran menjujung diujung tombak, ia menggunakan cara ini
dalam pertempuran dengan
Ali bin Abi Thalib agar Ali bin Abi Thalib menghentikan serangan.
Amr bin Ash merupakan penipu ulung sekutu Mu’awiyah. Bersama
Mu’awiyah dalam Perang Shiffin menyebabkan 90-120 ribu orang dari kaum
muslimin terbunuh.Amru bin Ash lah yang mempraktekkan penipuan dengan
meletakkan Al Quran diatas tombak untuk mencegah kekalahan Mu’awiyah.
Dalam urusan tahkim, Amr bin Ash menipu Abu Musa Al Asy’ari dan menjadi
penyebab munculnya kelompok Khawarij
***
Siapakah Ziyad ??
Ziyad termasuk rekan rekan kriminal Mu’awiyah. Menurut sejarah, Abu
Maryam penjual minuman keras membawakan minuman khamar untuk ABU SUFYAN.
Ayah Mu’awiyah ini meminta seorang pelacur, maka ABU MARYAM
memberinya, kemudian benih Ziyad berasal dari Abu Sufyan. Dimasa
Mu’awiyah, Abu Maryam juga datang kepadanya dan memberi saksi bahwa
“Ziyad lahir dari benih ayahmu di malam itu dan dia adalah saudaramu”
Mu’awiyah mengaku bahwa “Ziyad adalah anak ayahku dan saudaraku”
***
Siapakah Mughirah bin Syu’bah ??
Pengawal kriminal Mu’awiyah ini adalah orang yang telah menyakiti
Fatimah Az Zahra dengan sarung pedang dalam penyerangan kerumah beliau.
Mughirah yang menodrong Mu’awiyah supaya mengangkat Yazid sebagai
khalifah.
Menurut sejarah, Mughirah mengaku bahwa setelah masuk Islam berbuat
zina dengan 300 wanita. Populer dalam sejarah tentang kasus perzinaan
nya dengan Ummu Jamil di BASRAH dan laporannya sampai kepada UMAR.
Al Mughirah bin Syu’bah
Al Mughirah bin Syu’bahDia putra Abu Amir Al Amir Abu
Isa.Dia salah seorang pembesar sahabat yang dikenal pemberani dan ahli
strategi.Dia juga salah satu orang yang ikut dalam Ba’iah Ar-Ridhwan.
Selain itu, Al Mughirah bin Syu’bah adalah pria berpostur tinggi dan
berwibawa. Dia kehilangan salah satu matanya saat perang Yarmuk. Ada
yang mengatakan bahwa itu terjadi saat perang Qadisiyah.
Dia juga orang yang cerdik, hingga dijuluki dengan Mughirah Ar-Ra’yi (Mughirah yang cerdik).
Diriwayatkan dari Az-Zuhri, dia berkata, “Ada lima orang yang lihai
dalam memfitnah. Dari golongan Quraisy adalah Umar dan Mu’awiyah, dari
golongan Anshar adalah Qais bin Sa’ad, dari golongan Tsaqif adalah Al
Mughirah, dan dari golongan Muhajirin adalah Abdullah bin Budail bin
Waraqa’ Al Khuza’i. Yang menjadi pengikut Ali adalah Qais bin Sa’ad dan
Ibnu Budail, sedangkan Al Mughirah bin Syu’bah diturunkan.”
Diriwayatkan dari Zaid bin Adam, bahwa Umar telah mengganti gelar Al
Mughirah bin Syu’bah dengan panggilan Abu Abdullah. Dia berkata, ‘Apakah
Isa mempunyai ayah?’.’
Al Mughirah bin Syu’bah berkata, “Pada waktu perjanjian Hudaibiyah,
golongan Quraisy mengutus Urwah bin Mas’ud kepada Nabi SAW. Delegasi itu
berbicara dengan beliau sambil memegangi jenggotnya, sedangkan aku
berdiri di hadapan Nabi SAW sambil bersandar pada sebuah besi. Aku lalu
berkata kepada Urwah, ‘Hentikan tanganmu mempermainkan jenggot sebelum
(pedangku) ini sampai kepadamu’. Urwah menjawab, ‘Siapa ini wahai
Muhammad? Betapa bengis dan menakutkan wajahnya’. Nabi SAW menjawab,
‘Keponakanmu’. Urwah berkata, ‘Wahai pengkhianat, demi Allah, baru
kemarin aku mencuci bekas-bekas kejahatanmu’.’
Yang dimaksud Urwah dengan perkataannya ini adalah bahwa Al Mughirah
bin Syu’bah sebelum masuk Islam telah membunuh 13 orang bani Malik dari
Tsaqif. Oleh karena itu, orang-orang Tsaqif ingin membalas dendam
kepadanya, yaitu bani Malik, keluarga korban yang terbunuh dan kelompok
Ahlaf adalah kelompoknya Al Mughirah. Urwah menuntut denda atas jatuhnya
korban 13 orang. Setelah itu perkaranya beres.
Diriwayatkan dari A1 Mughirah, dia berkata, “Aku adalah orang
terakhir yang menyaksikan pemakaman Rasulullah SAW. Ketika Ali keluar
dari makam Nabi, aku melempar cincinku ke dalam liang lahad beliau dan
berkata, ‘Wahai Abu Hasan, cincinku!’ Ali berkata, ‘Turun dan ambil
sendiri cincinmu’. Aku kemudian turun lalu mengusapkan tanganku pada
kain kafan beliau, lantas keluar.’
Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, bahwa Khalifah Umar
mengangkat Al Mughirah bin Syu’bah menjadi Gubemur Bahrain. Dikarenakan
rakyat Bahrain sangat membencinya, maka Khalifah Umar mencopotnya dari
jabatan tersebut. Rakyat Bahrain khawatir Umar mengutusnya kembali ke
Bahrain, maka kepala distrik mereka berkata kepada rakyat Bahrain, ‘Jika
kalian menuruti perintah kami maka Umar tidak akan mengutus Al Mughirah
kembali kepada kita’. Rakyat Bahrain berkata, ‘Perintahlah kami!’
Kepala distrik berkata, ‘Kumpulkanlah uang seratus ribu hingga aku pergi
kepada Umar dan aku akan mengatakan bahwa Al Mughirah telah berkhianat
dengan ini dan dia memberikannya kepadaku’.
Akhirnya penduduk Bahrain mengumpulkan seratus ribu kepada pemimpin
distrik itu dan dia pergi menemui Umar serta mengatakan seperti itu.
Umar kemudian memanggil Al Mughirah untuk menginterogasi dirinya. Namun
Al Mughirah menjawab, ‘Bohong. Semoga Allah meluruskanmu, tetapi yang
benar adalah dua ratus ribu’. Umar berkata, ‘Mengapa kamu berbuat curang
seperti itu?’ Dia menjawab, ‘Keluarga dan kebutuhan’. Umar berkata
kepada orang kafir itu, ‘Apa pendapatmu?’ Dia menjawab, ‘Tidak. Demi
Allah, aku akan berkata jujur kepadamu, bahwa dia tidak memberi apa-apa
kepadaku baik sedikit maupun banyak’. Umar berkata pada Al Mughirah,
‘Mengapa kamu berbuat seperti itu?’ Al Mughirah menjawab, ‘Orang jelek
ini ingin memfitnahku, maka aku ingin mempermalukannya’.”
Diriwayatkan dari Simak bin Salamah, dia berkata, “Orang yang pertama
kali menerima ucapan selamat atas kepemimpinannya adalah Al Mughirah
bin Syu’bah.”
Maksudnya, perkataan muadzin ketika imam (pemimpin) keluar untuk
melaksanakan shalat diucapkan kepadanya, “Semoga keselamatan, rahmat,
dan berkah Allah tetap dilimpahkan kepadamu wahai pemimpin.’
Diriwayatkan oleh Ibnu Sirin, ia berkata, “Suatu ketika seorang pria
berkata kepada yang lain, ‘Allah marah kepadamu sebagaimana Amirul
Mukminin marah kepada Al Mughirah, ia diturunkan dari jabatan gubernur
Bashrah dan dipindahkan ke Kufah’.”
Al-Laits berkata, “Penyerbuan kota Adzarbaijan terjadi pada tahun 22
Hijriyah, dibawah pemimpin Al Mughirah bin Syu’bah. Ada yang mengatakan
bahwa Al Mughirah membuka kota Hamazan melalui agresi militer.”
AI-Laits berkata, “Ketika Al Mughirah dicopot dari jabatannya saat
Mu’awiyah menjadi khalifah, dia sempat menulis surat kepadanya.”
Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Umar, dia berkata, ‘Al Mughirah
pernah menulis surat kepada Mu’awiyah, lalu mengingatkan bahwa usianya
semakin pendek, keluarganya terancam, dan orang Quraisy akan memberontak
kepadanya. Surat Al Mughirah itu kemudian dibacakan kepada Mu’awiyah
dan pada saat itu Ziyad berada di hadapannya. Ziyad lalu berkata ‘Wahai
Amirul Mukminin, biar aku yang menjawab surat Al Mughirah’. Mu’awiyah
lalu melempar surat itu kepadanya, lalu Ziyad menulis, ‘Mengenai usia
yang semakin pendek, tidak akan menimpa selainmu. Mengenai keluargamu
yang terancam binasa, seandainya Amirul Mukminin bisa menjaga setiap
orang, tentu dia akan menjaga keluargamu. Tentang pemberontakan Quraisy,
sangat tidak mungkin terjadi sementara mereka sendiri yang mengangkat
dirimu sebagai pemimpin mereka’.”
Diriwayatkan dari As-Sya’bi, dia berkata: Aku mendengar Qabishah bin
Jabir berkata, “Aku pernah menemani Al Mughirah bin Syu’bah. Jikalau
Madinah mempunyai delapan pintu, kemudian setiap pintu itu harus
dilewati dengan tipu muslihat, maka dia akan melewati semua pintu
tersebut.”
Diriwayatkan dari Abu As-Safar, dia berkata, “Suatu ketika seorang
pria berkata kepada Al Mughirah, ‘Kamu telah bersikap pilih kasih’. Al
Mughirah menjawab, ‘Pengetahuan saja bermanfaat bagi unta untuk memakan
rumput di tempat penggembalaannya, dan anjing liar, apalagi bagi orang
Islam’.”
Diriwayatkan dari Al Mughirah bin Syu’bah, dia berkata, “Aku telah menikahi tujuh puluh perempuan, atau mungkin lebih.”
Ibnu Al Mubarak berkata, “Al Mughirah mempunyai empat orang istri.
Lalu dia menyuruh mereka untuk menghadapnya, lantas berkata, ‘Kalian
perempuan yang berbudi pekerti baik dan berleher panjang tetapi aku
lelaki yang mudah rnenceraikan istri sehingga kalian aku cerai’.”
Ibnu Wahab berkata, “Malik menceritakan kepada kami bahwa Al Mughirah
mudah sekali menikah dengan wanita, dan dia berkata, ‘Orang yang hanya
menikah dengan satu wanita, jika istrinya sakit, maka dia ikut sakit,
jika istrinya haid maka dia juga ikut haid. Sedangkan suami yang punya
dua isteri, berada di antara dua api yang menyala’. Oleh karena itu, dia
langsung menikah dengan empat orang wanita dan menceraikannya secara
bersama-sama.’
Diriwayatkan dari Ziyad bin Ilaqah, ia berkata, “Aku mendengar Jabir
berkata ketika Al Mughirah bin Syu’bah meninggal, ‘Aku berwasiat kepada
kalian untuk bertakwa kepada Allah serta selalu mendengar dan taat
sampai datang kepadamu seorang pemimpin. Mintakan ampunan untuk Al
Mughirah, niscaya Allah mengampuninya, karena dia senang memberi maaf’.”
Al Mughirah, Gubernur Kufah, meninggal tahun 50 Hijriyah dalam usia 70 tahun.
Sumber : Kitab Siyar A’lam An-Nubala’ – Imam Adz-Dzahabi
Diringkas: Dr. Muhammad bin Hasan bin Aqil Musa.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad 7)
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi
sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan
apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan
dimuka bumi dan kerusakan yang besar. (QS Al Anfaal 73)
|
|
***
Para ulama mu’tazilah dan Imam Hanafi menolak
periwayatan Abu Hurairah. Mereka menyatakan bahwa setiap hukum yang
berasal dari sumber periwayatan yang melewati jalan Abu Hurairah
seluruhnya batil dan tidak diterima kebenarannya.
Imam Hanafi berkata : “seluruh sahabat Nabi SAW
menurutku dipercaya dan seluruhnya adil hingga seluruh hadis hadisnya
shahih dan diterima, kecuali hadis hadis yang berasal dari periwayatan
Abu Hurairah, Anas bin Malik, Samurah bin Jundub, mereka tidak aku
terima dan tertolak”
***
Siapakah Samurah bin Jundub ??
Samurah bin Jundub adalah orang yang membunuh 8.000 penduduk BASRAH.
Samurah ditanya, “Apakah kamu tidak takut kepada Allah, membunuh mereka
semua ini ?”
Samurah menjawab : “Aku tidak takut jika membunuh sejumlah itu lagi”
Dr. Ahmad Amin pernah menyatakan dalam bukunya “
Dhuha Al Islam (Fajar Islam”bahwa
orang orang Bani Umayyah benar benar telah memalsukan hadis hadis demi
mendukung kekuasaan mereka dari berbagai aspek politik. Mu’awiyah pernah
memberikan uang 500 ribu dirham kepada SAMURAH Bin JUNDUB salah seorang
dari sahabat NABi SAW untuk membuat buat hadis
Samurah bin Jundub RA masih belum dewasa ketika terjadi perang
Uhud. Ia bersama beberapa anak lainnya yang mempunyai semangat juang
tinggi untuk membela panji keislaman, dikeluarkan dari barisan pasukan
perang Uhud oleh Nabi SAW karena belum cukup umur. Tetapi salah seorang
di antaranya, Rafi bin Khadij, karena permintaan ayahnya dibolehkan
oleh Nabi SAW ikut karena ia mempunyai keahlian memanah, dan menunjukkan
kemampuannya di hadapan beliau.
Melihat dibolehkannya Rafi ikut bertempur, Samurah berkata kepada
ayah tirinya, Murrah bin Sinan RA, “Wahai ayah, Rafi dibolehkan ikut
berperang sementara saya tidak. Padahal saya lebih kuat daripada Rafi.
Kalau diadu tanding, pasti saya dapat mengalahkan Rafi..”
Melihat semangat yang begitu menggebu dari anaknya ini, Murrah
menyampaikan hal ini pada Nabi SAW, beliaupun mengadakan adu kekuatan
antara Rafi dan Samurah, dan ternyata Samurah memenangkannya, sehingga
iapun dbolehkan ikut serta dalam pertempuran di Uhud itu. Ketika itu
Samurah berusia 15 tahun.
Samurah bin Jundub
Keadilan seluruh sahabat adalah doktrin andalan IslamSunni khususnya Salafy/Wahhabi…
( والصحابة رضي الله عنهم كلهم عدول باتفاق اهل السنة والجماعة ) Doktrin
ini benar-benar menjadi garis merah… Siapapun yang berani mendekati
apalagi menerobosnya berarti harus siap menjadi sasaran meriam vonis
sesat bahkan bisa jadi dikafirkan.
Konsep keadilan Sahabat begitu dibanggakan dalam membangun doktrin
agama… mereka adalah panutan dan bak bintang gemintang dengan siapa dari
para sahabat umat Islam perpegangan past ia mendapat petunjuk Allah ke
shirâth mustaqîm.
Banyak potret cemerlang para sahabat panutan Ahlusunnah yang mungkin
pantas disimak dan diperhatikan untuk “ditiru dan diteladani”. Di bawah
ini saya sajikan satu dari sekian banyak potret cemerlang membanggakan
sahabat panutan Ahlusunnah.
Samurah bin Jundub Sahabat Panutan Ahlusunnah (khususnya Salafy/Wahhabi)
Untuk mengenal keshalehan dan ketaqwaan
Samurah bin Jundub, mari kita simak laporan
Imam Muslim dalam
kitab Shahih-nya (kitab tershahih setelah Al Qur’an suci wahyu ilahi
dan Shahih Bukhari). Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbâs
ra., ia berkata,
“Telah sampai kepada Umar bahwa
Samurah menjul khamr (miras), lalu ia berkata, ‘Semoga Allah
membinasakan Samurah, tidakkah ia mengetahui bahwa Rasulullah saw.
bersabda ‘Semoga Allah melaknat bangsa Yahudi, telah diharamkan atas
mereka gajih lalu mereka membekukannya kemudian menjualnya.’” [1]
Jelas sekali di sini bahwa sahabat panutan yang satu ini telah
berdagang khamr sementara ia megetahui Rasulullah saw. telah
mengharamkannya. Kerena itu, Khalifah Umar begitu keras mengecamnya.
Tidak cukup sampai di sini “keshalehan” dan “ketaqwaan” sahabat panutan yang wahid ini;
Samurah ia
juga terbukti banyak melakukan kejahatan yang mengerikan dan sangat
bertentangan dengan agama dan kemanusiaan, seperti membunuh jiwa-jiwa
terhormat yang diharamkan untuk dibunuh!
Perhatikan data di bawah ini (yang sengaja disembunyikan banyak kalangan demi kehormatan para sahabat panutan).
Imam ath Thabari melaporkan dalam
Târîkh-nya,4/176 tentang peristiwa-peristiwa tahun 50 H. dengan sanad bersambung kepada Muhammad bin Sulaim, ia berkata,
‘Aku bertanya kepada Anas bin
Sîrîn, ‘Apakah Samurah pernah membunuh seseorang?’ Ia menjawab, ‘Apakah
dapat dihitung orang telah dibantai Samurah bin Jundub? Ia ditunjuk
menggantikan Ziyâd memimpin kota Bashrah lalu Ziyâd pergi ke Kufah,
sepulangnya dari Kufah, Samurah telah membunuh delapan ribu orang Muslim. Lalu
ditanyakan kepadanya, ‘Apakah engkau tidak takut telah membunuh
seseorang yang tidak layak engkau bunuh? Ia menjawab, ‘Andai aku bunuh
lagi sejumlah yang telah aku bunuh aku tidak takut apapun!’”.
Ath Thabari juga melaporkan dari Abu al Aswad al Adwi, ia berkata,
“Samurah telah membunuh pada suatu pagi 47 (empat puluh tujuh) orang yang telah menghafal Al Qur’an.”.
Ustad Husain Ardilla berkata:
Inilah sekilas potret cemerlang sang sahabat panutan
yang dibanggakan Ahlusunnah sebagai hasil didikan langsung Rasulullah
saw. yang wajib atas setiap Muslim menghormati dan memohonkan keridhaan
Allah atasnya!
Selamat meneladani sabahat agung panutan kebanggan Ahlusunnnah! Dan
selamat pula atas kalian yang membanggakan keadilan sahabat bertaqwa dan
shaleh seperti Samurah! Dan jangan lupa kalian memohon kepada Allah
agar dikumpulkan kelak bersamanya di akhirat ketika Samurah disambut
para bidadari dan arak menuju surga ‘Adan bersama para nabi, shiddiqin
dan kaum shalihin!
Referensi:
[1] Shahih Muslim,5/41 bab Tahrîm al Khamr wa al Maitah (Diharamkannya miras dan bangkai).
***
Siapakah Mu’awiyah bin Abu Sofyan ??
Muhammad Abduh menyebutkan tindakan yang dibuat oleh Mu’awiyah berupa
meminta sekelompok SAHABAT dan tabi’in untuk mengarang ngarang hadis.
Hal itu membuat Mu’awiyah senang, salah satu pelakunya adalah ABU
HURAiRAH.
Mungkinkah AL QURAN menyatakan adil kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan
yang membunuh para sahabat besar imam Ali AS seperti Hujur bin Adi, Amr
bin Hamaq Khuza’i, Muhammad bin Abubakar dan Malik Asytar ??
Mughirah cukup dekat dengan Mu’awiyah hingga Mu’awiyah membuka
rahasia rahasia nya kepada Mughirah. Suatu malam dia melontarkan kata
kata keji tentang MU’AWiYAH. Mereka bertanya, mengapa kamu demikian ?
dia menjawab : “Mu’awiyah telah berkata,’kami ingin mengubur nama
Muhammad’.”
Mughirah bin Syu’bah berpesan kepada Mu’awiyah : “Angkatlah Yazid sebagai khalifah (menggantikan) mu !”
Mu’awiyah berpikir. Tetapi di satu sisi dia melihat surat perdamaian
yang telah disepakati dengan Hasan AS. Salah satu butirnya bahwa
Mu’awiyah tidak berhak sesudah dirinya menentukan seseorang sebagai
penggantinya.
Disisi lain khawatir Hasan AS bangkit melawannya, dia berencana
membunuh Hasan bin Ali AS. Mu’awiyah mengirim suatu racun kepada
Gubernur Madinah Marwan bin Hakam. Lalu Marwan mengirim nya kepada
JA’DAH isteri imam HASAN. Malam harinya Ja’dah menuang racun ini kedalam
kendi air minum imam HASAN
***
Muhammad Ibnu Abu Bakar
Dia diangkat oleh Ali sebagai anaknya setelah ayahnya, Abu Bakar,
wafat. Muhammad adalah salah satu pemimpin pasukan Ali di Perang
Unta. la juga
pemimpin pasukan di perang Shiffin. Ali mengangkatnya sebagai
gubernur Mesir, dan ia menerima jabatan itu pada 15/9/37 11. Kemudian,
Muawiyah mengirim pasukan di bawah Amru bin Ash ke Mesir pada tahun 38
H, yang menyerang dan menangkap Muhammad, kemudian membunuhnya. Tubuhnya
dimasukkan ke perut keledai dan membakarnya dengan kejam
.
Muhammad bin Abu Bakar (631–658) adalah anak dari
Khalifah Islam pertama,
Abu Bakar dan
Asma binti Umais. Ketika Abu Bakar meninggal, Asma binti Umais menikah lagi dengan
Ali bin Abu Thalib, sepupu Nabi
Muhammad.
Muhammad bin Abu Bakar baru berusia tiga tahun waktu itu terjadi; ia menjadi anak angkat Ali dan salah satu pendukung utamanya.
Muhammad bin Abu Bakar adalah putra Abu Bakar dengan ibu bernama Asma
binti Umais. Setelah Abu Bakar wafat, Asma dinikahi oleh Amirulmukminin
Ali bin Abi Thalib as. Karena itulah, Muhammad dibesarkan dalam asuhan
Amirulmukminin dan menerima akhlaknya yang mulia. Ia dilahirkan dalam
perjalanan Haji Wada dan syahid pada 38 H dalam usia 28 tahun.
Imam Ali sangat mencintainya dan memandangnya sebagai putranya, dan
pernah mengatakan, “Muhammad adalah putra saya dari Abu Bakar.” Pada
masanya, Imam Ali as. memilih Qais bin Saad bin Ubadah sebagai Gubernur
Mesir. Namun karena Qais tidak mau mengambil tindakan menghadapi
kelompok Utsman bin Affan, Imam Ali as. menggantinya dengan Muhammad bin
Abu Bakar.
Seiring berjalannya masa pemerintahan di Mesir, Muhammad mengirim
surat kepada kelompok Utsman bahwa jika mereka tidak mau menaatinya maka
ia tidak akan membiarkan mereka tinggal di Mesir. Karena itulah
kelompok Utsman menyiapkan pasukan untuk menentangnya.
Ketika Imam Ali as. melihat kondisi semakin memburuk, beliau segera
mengirim Malik bin Harits Al-Asytar untuk menjabat sebagai gubernur dan
menekan unsur-unsur pemberontakan serta menyelamatkan pemerintahan.
Namun Malik menjadi syahid dalam perjalanan menuju Mesir setelah dibunuh
dengan racun oleh kaum Umayyah yang licik. Jabatan gubernur pun masih
dipegang Muhammad.
Jauh sebelum itu, dalam peristiwa tahkim, Muawiah mempunyai hutang
terhadap Amr bin Ash, dan segera melunasinya dengan memberikan Amr bin
Ash 6.000 prajurit untuk menyerang Mesir. Muhammad menulis surat kepada
Imam Ali as. untuk meminta bantuan, dan Imam menjawab agar segera
mengirim pasukan, sementara itu Muhammad harus memobilisasi pasukannya
sendiri.
Muhammad bin Abu Bakar membuat dua pasukan, satu ia pimpin sendiri
dan satu lagi dipimpin oleh Kinanah bin Bisyr At-Tujibi. Namun pasukan
Muawiyah bin Hudaij menyerang dengan kekuatan penuh. Kekalahan ini
membuat anak buah Muhammad bin Abu Bakar ketakutan dan lari meninggalkan
pertempuran.
Merasa sendirian, Muhammad bersembunyi di gurun. Tetapi musuh
mendapat kabar dari seseorang yang mengikuti jejaknya ketika ia hampir
mati kehausan. Orang-orang jahat itu tidak memberikan Muhammad air
sedikit pun bahkan membunuhnya. Mayatnya dimasukan ke dalam perut
keledai mati dan dibakar.
Ketika wafatnya Muhammad sampai kepada ibunya, Asma, ia menjadi
marah. Umulmukminin Aisyah pun, yang merupakan saudari seayah Muhammad,
bersumpah bahwa selama hidupnya ia tak akan pernah memakan daging bakar.
Aisyah mengutuk Muawiah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Muawiah bin
Hudaij setiap selesai salat.
Salah seorang prajurit Imam Ali as. yang datang dari Suriah
mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin! Ketika berita tentang pembunuhan
Muhammad sampai kepada Muawiyah, ia naik ke mimbar seraya memuji
kelompok pembunuhnya. Rakyat Suriah sangat gembira, dan saya belum
pernah melihat mereka segembira itu sebelumnya.”.
Kemudian Imam Ali as. menyampaikan kata-katanya yang indah,
“Kesedihan kami atasnya sebesar kegembiraan musuh atasnya, kecuali bahwa
mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.” Imam Ali
as. juga berkata kepada Abdullah bin Abbas, “Ia (Muhammad bin Abu
Bakar) adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan
benteng pertahanan.” Wallahualam.
Shi’a Muslim view
Muhammad ibn Abi Bakr “Kabra Mubarak”.
The Shi’a praise Muhammad ibn Abi Bakr for his devotion to `Ali and
his resistance to a caliph the Shi’a believe to be a tyrant. Though his
father Abu Bakr and his sister Aisha were considered enemies of `Ali by
Shi’a, Ibn Abi Bakr was faithful to his stepfather.
According to a Shi’a Muslim author:
- `Ali loved Muhammad Ibn Abi Bakr as his own son and his death
was felt as another terrible shock. `Ali prayed for him, and invoked
God’s blessings and mercy upon his soul. [^ Restatement of History of Islam : Death of Malik].
surat ini adalah kritik Mu’awiyah terhadap pembaiatan Abu Bakar di
Saqifah.
Mu’awiyah berkeyakinan bahwa Abu Bakar dan Umar mengetahui betul
tuntutan Ali. Di pihak lain yang membuat surat ini lebih menarik adalah
pernyataan Muhammad bin Abu Bakar tentang Ali sebagai pemegang wasiat
dan pewaris Rasul yang tidak dibantah Mu’awiyah.
Kedua surat ini dimuat Nashr bin Muzahim dalam Kitabnya
Waq’ah Shiffin dan Mas’udi dalam kitabnya
Muruj adzDzahab dan
telah diisyaratkan oleh Thabari dan Ibnu Atsir sebagai surat yang
ditulis tahun 36 Hijriah, yaitu tatkala Muhammad bin Abu Bakar menjadi
Gubernur di Mesir di zaman kekhalifahan Ali. Agaknya, kedua penulis
tersebut tidak melihat hikmat surat ini
Lihat Nashr bin Muzahim,
Waq’ah Shiffin, Kairo, 1382 H., hlm. 118, 119; Mas’udi,
Muruj adzDzahab,
Beirut, 1385 H., jilid 3, hlm. 11 atau Cetakan Mesir, 1346 H., jilid 2,
hlm. 5960; Penunjukan Thabari dan Ibnu Atsir akan adanya surat menyurat
antara Muhammad bin Abu Bakar dan Mu’awiyah, lihat Thabari,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108; Ibnu Atsir,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108.
————————————————————–
Surat Muhammad bin Abu Bakar kepada Mu’awiyah:
Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad bin Abu Bakar.
Kepada si tersesat Mu’awiyah bin Shakhr.
Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah!
Amma ba’du,
Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan
Ali, sedang dia adalah pewaris (warits) dan pelaksana wasiat (Washi)
Rasul Allah saw, ayah anak anak (Rasul), pengikut pertama dan yang
terakhir menyaksikan Rasul, teman berbincang, penyimpan rahasia dan
serikat Rasul dalam urusannya. Dan Rasul memberitahukan pekerjaan beliau
kepadanya, sedang engkau adalah musuh dan anak dari musuh beliau.
Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk yang benar’.
—————————————————————
Jawaban Mu’awiyah kepada Muhammad bin Abu Bakar:
Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Kepada Pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.
Salam kepada yang taat kepada Allah.
Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu
Ayahmu dan Faruqnya (Umar) adalah orang orang pertama yang merampas haknya (ibtazza). Hal ini diketahui umum.
Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar
Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka…, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.
Ayahmu bekerja sama dengan dia ( Umar ) dan mengukuhkan
kekuasaannya. Bila kaum katakan bahwa tindakanmu benar, (maka
ketahuilah) ayahmulah yang mengambil alih kekuasaan ini dan kami menjadi
sekutunya. Apabila ayahmu tidak melakukan hal ini, maka kami tidak akan
sampai menentang anak Abu Thalib dan kami akan sudah menyerah
kepadanya. Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan dia seperti
ini di hadapan kami, dan kami pun mengikutinya; maka cacat apa pun yang
akan kau dapatkan, arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri, atau
berhentilah dari turut campur.
Salam bagi dia yang kembali.’
=============================================================
surat ini adalah kritik Mu’awiyah terhadap pembaiatan Abu Bakar di
Saqifah.
Mu’awiyah berkeyakinan bahwa Abu Bakar dan Umar mengetahui betul
tuntutan Ali. Di pihak lain yang membuat surat ini lebih menarik adalah
pernyataan Muhammad bin Abu Bakar tentang Ali sebagai pemegang wasiat
dan pewaris Rasul yang tidak dibantah Mu’awiyah.
Kedua surat ini dimuat Nashr bin Muzahim dalam Kitabnya
Waq’ah Shiffin dan Mas’udi dalam kitabnya
Muruj adzDzahab dan
telah diisyaratkan oleh Thabari dan Ibnu Atsir sebagai surat yang
ditulis tahun 36 Hijriah, yaitu tatkala Muhammad bin Abu Bakar menjadi
Gubernur di Mesir di zaman kekhalifahan Ali. Agaknya, kedua penulis
tersebut tidak melihat hikmat surat ini
Lihat Nashr bin Muzahim,
Waq’ah Shiffin, Kairo, 1382 H., hlm. 118, 119; Mas’udi,
Muruj adzDzahab,
Beirut, 1385 H., jilid 3, hlm. 11 atau Cetakan Mesir, 1346 H., jilid 2,
hlm. 5960; Penunjukan Thabari dan Ibnu Atsir akan adanya surat menyurat
antara Muhammad bin Abu Bakar dan Mu’awiyah, lihat Thabari,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108; Ibnu Atsir,
Tarikh, jilid 3, hlm. 108.