Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Mujassimûn.
Dalam mengusung dan mempropagandakan akidah sesat tentang Ketinggian
Fisikal Allah di atas langit para penganut Sekte Sempalan Salafi Wahhâbi
tidak terkecuali “Sarjana Awam” kebanggaan para pemuda Salafi lokalan;
Ustadz Firanda selalu membanggakan sajian para Mujassimah Musyabbihah
seperti
adz Dzahabi, Ibnu Qayyim al Jauziyah dan guru besar mereka
Ibnu Taimiyah…
dan apabila Anda kaji dan teliti ternyata argumentasi yang mereka
banggakan adalah pemahaman kekanak-kanakan terhadap ayat-ayat Al Qur’an
atau hadis-hadis lemah dan bahkan palsu atau hadis-hadis yang tidak ada
sangkut pautnya dengan klaim mereka.
Dan yang paling
istimewa dari argumentasi mereka adalah bahwa mereka sangat membanggakan
dan mengandalkan ucapan dan penukilan para pendeta Yahudi dari kitab
mereka;
Taurat yang tentunya telah terkontaminasi dan mengalami
tahrîf baik dari sisi teks maupun maknanya.
Inilah yang dilakukan oleh
adz Dzahabi dalam kitab
al ‘Uluw-nya yang menjadi kebanggaan Ustadz Firanda pada bagian pertama dari
atsar/kutipan dari kalangan Tabi’în adalah
atsar dari
Ka’ab al Ahbâr,
seorang pendeta Yahudi yang mengaku memeluk Islam di masa kekhalifahan
Umar bin Khaththâb ra.
Walaupun banyak sahabat dan Tabi’în yang
meragukan kejujuran keislamannya!
Adz- Dzahabi menulis sub bab dengan
judul:
Dzikru Ma ittashala binâ ‘an at Tâbi’în Fî Masalati al ‘Uluw/sebutan
tentang apa yang bersambung kepada kami dari para tabi’în tentang
ketinggian. dalam sub bab ini ia banyak menyajikan penukilan dari
kalangan Yahudi dan tentunya ia mengawalinya dengan menyebut penukilan
gembong isrâiliyyât yaitu
Ka’ab al Ahbâr!
Adz Dzahabi berkata:
280.
Berkata Abu Shafwân al Umawi Abdullah bin Sa’îd bin Abdul Malik bin
Marwân, Yunus bin Yazid menyampaikan hadis kepada kami dari Zuhri dari
Ibnu Musayyib dari Ka’ab al Ahbâr, ia berkata, “Allah berfirman dalam
Taurat:
أنا اللهُ فوقَ عبادي ، و عرشِي فوقَ جميعِ خلقِي، و أنا على عرشِي أدَبِّرُ عبادي و لا يخفى عليَّ شيئٌ في السماء و لا في الأرضِ.
“Akulah
Allah di atas hamba-hamba-Ku dan Arsy-Ku di atas seluruh makhluk-Ku dan
Aku berada di atas Asry-Ku mengatur hamba-hamba-Ku dan tidaklah samar
atas-Ku sesuatu apapun di langit maupun di bumi.”
Adz Dzahabi berkata, “Para parawinya adalah tsiqat/jujur terpercaya.”.
Abu Salafy berkata:
Inilah
akidah kebanggan kaum Mujassimah yang sekarang diwarisi oleh para
penganut sekte Wahhâbi Salafi yang atasnya mereka tak segan-segan
mengkafirkan siapapun yang tidak berakidah seperti akidah mereka!
Ternyata akidah itu adalah diambil dari seorang pendeta Yahudi yang
siang malam aktif meracuni umat Islam dengan ocehan kesesatan ajaran
Yahudi yang diatas-namakan Taurat!
Tentu para
penbaca masih ingat bagaimana Ustadz Firanda bangkit bak Arab Baduwi
kesurupan setan gurun pasir Najd ketika saya (abusalafy) membawakan atsar
dari Imam Ali bin Abi Thalir ra., Imam Ali bin Husain ra. dan Imam
Ja’far ash Shadiq ra. ia segera mengelaknya dengan mempertnyakan
sanadnya dan juga dengan menuduh abusalafy sebagai agen Syi’ah Rafidhah
yang menukil dari kitab doa amalan kaum Syi’ah yaitu ash Shahifah as
Sajjâdiyah…
Padahal semua juga mengetahui bahwa atasr-atsar itu saya ambil dari kitab-kitab Ahlusunnah!
Tetapi
anehnya, justeru terbukti bahwa kaum Mujassimah dan rujukan utama
mereka adz Dzahabi dalam kitab al ‘Uluw lah yang membangun akidah
sesatnya tentang ketinggian Allah di atas langit/Arsy berdasarkan
penukilan dari seorang pendeta Yahudi!
Terlepas
dari Ka’ab sebagai seorang yang masih diragukan kejujuran dan kesucian
imannya…
Ucapannya sama sekali bukan sumber agama. Sebab sumber agama
adalah al Qur’an, As Sunnah, Ijmâ’ dan akal sehat! Adapun ucapan manusia
biasa yang tidak ma’shum, walaupun ia seorang Sahabat, apalagi seorang
mantan pendeta, maka ia bukan hujjah dalam agama! Khususnya dalam
masalah-masalah yang sedang diperselisihkan di antara mereka sendiri!!
Bahaya Penukilan Kaum Yahudi.
Dalam
banyak ayat Al Qur’an, Allah telah memperingatkan kita akan bahaya
dusta dan kecurangan kaum Yahudi yang sering memutar balikkan firman dan
merubah-rubahnya dan kemudian menyajikan firman palsu sebagai firman
suci Tuhan. Saya benar-benar heran menyaksikan sikap
adz Dzahabi
bagaimana ia sudi menjadikan nukilan seorang pendeta Yahudi dari taurat
(yang sangat kuat adalah telah mengalami perubahan dalam firman ini)
sebagai dalil andalan yang dia banggakan, seperti ia katakan di awal
kitabnya setelah membawakan ayat-ayat yang dianggapnya mendukung
klaimnya,
“Maka jika kamu, wahai hamba
Allah berminat untuk obyektif maka berhentilah bersama nash-nash Al
Qur’an dan Sunnah, kemudian perhatikan apa yang diucapkan oleh para
sahabat dan tabi’în serta para imam tafsir tentang ayat-ayat di atas,
dan apa yang mereka kisahkan dari mazhab-mazhab Salaf…
Dan kamu akan menyaksikan ucapan para imam masing-masing berdasarkan tingkatannya setelah menyebutkan hadis-hadis Nabi“.
Apakah
ucapan dan penukilan Ka’ab al Ahbâr ini yang ia katakan sebagai ucapan
para pembesar Tabi’în dan imam Ahli Tafsir? Sungguh memilukan logika
kaum Mujassimah yang diwakili oleh adz Dzahabi saat itu dan oleh kaum
Wahhâbi dewasa ini!
Apakah mereka tidak mengindahkan firman Allah SWT dalam Al Qur’an suci-Nya:
.
وَ
إِنَّ مِنْهُمْ لَفَريقاً يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتابِ
لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتابِ وَ ما هُوَ مِنَ الْكِتابِ وَ يَقُولُونَ
هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَ ما هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَ يَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَ هُمْ يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al
Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab,
padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan:” Ia (yang dibaca
itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka
berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.”(QS.Âlu ‘Imrân [3];78).
Dan:
فَوَيْلٌ
لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ
هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيْلاً فَوَيْلٌ
لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا
يَكْسِبُوْنَ
“Maka celakalah
orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri lalu mereka
berkata, “Kitab ini berasal dari sisi Allah” (dengan tujuan) untuk
memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka celaka
besarlah mereka akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri dan
karena (hasil yang) mereka dapatkan (dari jalan ini).” (SQ. 2;79).
Tentu apa yang dibawakan oleh adz Dzahabi dari Ka’ab al Ahbâr termasuk darinya!
Dari
kutipan di atas jelaslah bagi kita bagaimana proses menyusupnya
isrâiliyyât ke dalam bangunan ideologi Islam dan jelas pula siapa lakon
yang berperan aktif menyusupkannya!
Yang kemudian melahirkan fahan Tajsîm dan Tasybîh
yang sekarang diyakini sebagai akidah Islam oleh Wahhâbi Salafi!
Para
lakon yang berperang aktif itu tidak lain adalah mantan para pendeta.
Seperti Ka’ab al Ahbâr dan kawan-kawan yang berpura-pura memeluk Islam
dengan tujuan agar mereka dengan leluasa dapat menyebarkan kesesatan
ajaran Yahudi di tengah-tengah kaum Msulimin!
Adalah
aneh jika memang benar Ka’ab al Ahbâr tulus dalam mengimani agama Islam
dan menerima kenabian Rasulullah Muhammad saw., lalu mengapakah ia
masih menyebarkan ajaran Yahudinya dan membacakan taurat palsunya kepada
kaum Muslimin?!
Mengapakah dia sok menjadi Guru Besar umat Islam dengan
mengajarkan poin-poin penting dalam akidah?! Bukankah sebagai seorang
muallaf sudah seharusnya ia tawâdhu’ dan tau diri untuk mau belajar dan
mempelajari ajaran Islam dari para sahabat dan ulama Tabi’în?!
Tapi yang
kita saksikan dalam sejarah Ka’ab justeru sebaliknya, ia tidak pernah
mau belajar ajaran Islam! Dan ia hanya sok jadi Maha Guru dengan
mendektekan kitab agama lamanya!!
Bukankah ini semua sudah cukup
menjadikan kita paling tidak mencurigai motif dibalik ia memeluk Islam
secara formal?!
Mengapakah ia tidak menjadi seperti sahabat Salman al
Farisi yang sejak memeluk Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad saw. ia
terus bersemanhgat belajar dan secara sungguh-sungguh telah
meninggalkan agama lamanya dan tidak mau lagi menoleh ke belakang dengan
mengingat-ngingat apalagi mengajarkan agama lamanya kepada kaum
Muslimin!!
Selain itu, seperti telah saya singgung, tidak sedikit sahabat Nabi saw. yang meragukan keislamannya!
Sebelum saya akhiri catatan ini saya ingin mengajak Anda merenungkan pernyataan
Ibnu Katsir
dalam tafsirnya ketika ia menafsirkan ayat 41-44 surah an Naml setelah
menukil sebuah riwayat tentang Nabi Saulaiman as. dari riwayat Ibnu Abi
Syaibah dan setelah menyebutkan komentar Ibnu Abi Syaibah tentangnya
yang berkata, “Alangkah indahnya hadis ini”. Maka
Ibnu Katsir berkata,
“Aku
berkata, ‘Bahkan ia adalah hadis yang sangat munkar lagi gharîb.
Mungkin ia termasuk kesalahan-kesalahan ‘Athâ’ bin Saîb dalam menukilnya
dari Ibnu Abbas. Allah-lah yang Maha Mengetahui. Dan yang lebih dekat
dalam konteks kisah-kisah seperti itu adalah diambil dari Ahlil Kitab
dari apa yang ia temukan dalam lembaran-lembaran mereka, seperti riwayat
Ka’ab dan Wahb (bin Munabbih) -semoga saja Allah mengampuni mereka-
yang mereka berdua nukil kepada umat Islam dari berita-berita bani
Israil berupa kekacauan berat dan berita-berita ganjil serta aneh-aneh
dari apa saja yang tidak pernah terjadi dan dari apa-apa yang telah
diubah-ubah dan dirusak-rusak serta telah dihapus (dari kitab Taurat).
Dan Allah telah mencukupkan kita dari semua kepalsuan itu dengan apa-apa
yang lebih shahih dan lebih manfaat serta lebih jelas dan lebih
gamblang. Segala puji bagi Allah!” [1]
Abu Salafy:
Apa
yang dikatakan Ibnu Katsir di atas adalah tepat sekali dan patut kita
renungkan dan acungi jempol, khususnya dari seorang Ibnu Katsir!
Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya telah menulis sebuah bab dalam
Kitabul I’tishâm bil Kitâb wa as Sunnah/kitab tentang berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah dengan judul: Bab Qaul an Nabi Shallallahu Alaihi wa Alihi Wa Sallama, Lâ tasalû Ahlal Kitâb ‘An Syai’in/Bab Sabda Nabi saw. ‘Jangan kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang sesuatu apapun!
Dan setelah ini semua adalah sangat mengherankan ketika kita saksikan
adz Dzahabi menukil dan mengandalkan nukilan seorang
Ka’ab
yang jelas-jelas menukil dari kitab yang ia sebut dengan taurat (sebab
kita umat Islam telah meyakini bahwa taurat yang beredar dewasa itu dan
apalagi sekarang adalah telah mengalami perubahan mendasar!) dan yang
lebih mengherakan lagi adalah ucapan dan keyakinan az Dzahabi sendiri di
akhir keterangannya ketika ia menyebut biodata Ka’ab dalam kitab
Siyar A’lâm an Nubalâ’-nya,3/494:
“Maka
siapakah sekarang yang berani menghalalkan/ membolehkan berhujjah
dengan sesuatu nash dari taurat dengan meyakini bahwa ia benar-benar
memang dari taurat yang diturunkan?! Tidak! Sama sekali tidak! Demi
Allah!”
Abu Salafy:
Di sini saya pun berkata kepada adz Dzahabi dan para
Masyâikh dan sarjana Wahhâbi Salafi,
“Tidak!
Sekali-kali tidak! Tidak berhujjah dengannya kecuali kaum bangkrut! Dan
engkau hai adz Dzahabi serta siapa saja yang berakidah dan berpendapat
seperti pendapatmu dan bangga berhujjah dengan bualan para pendeta
Yahudi, mengapakah kalian jadi penjaja kesesatan ajaran Yahudi atas nama
Islam dan akidah Tauhid?!
Begitu juga tuanmu, Syeikh Islamnya kaum Mujassimah;
Ibnu Taimiyah
juga berdalil dan berhujjah dalam menshahihkan hadis dengan bersandar
kepada nash palsu taurat! Saya tidak mengatahui apakah kalain mengetahui
kenyataan ini atau tidak?!
Begitu juga
dengan para mukallid buta pandahulu kaum Mujassimah, maka seorang Syeikh
Wahhâbi Mujassima kental telah menulis sebuah buku konyol dengan judul:
‘Aqîdatu Ahlil Îmân Fî Khalqi Âdam ‘Alâ Shûratir Rahmân/Akidah Ahli Iman (kaum Mukminin) tentang Diciptakannya (Nabi) Adam sesuai bentuk Tuhan Yang Maha Rahman!
Di dalamnya pada halaman 76 ia berusaha menetapkan adanya shûrah/bentuk bagi Dzat Allah SWT berdasarkan fatwa Syeikh Islam mereka; Ibnu Taimiyah. Ia berkata, “Dan
juga (sebagai bukti lain kebenaran bahwa Allah punya bentuk_pen) adalah
bahwa makna ini (bahwa Allah berbentuk) ada di kalangan Ahli Kitab dari
kitab-kitab yang mereka warisi dari para nabi seperti kitab Taurat.
Maka di dalam as Sifr pertama dikatakan, “Kami (Allah) akan menciptakan manusia sesuai bentuk kami dan menyerupainya… “
Abu Salafy:
Wahai umat Islam, coba perhatikan dan renungkan bagaimana kaum Wahhâbi Salafi membangun akidah mereka!
Bani Umayyah Di Balik Peluang Ka’ab Menyebarkan Kesesatan Yahudiyah-nya!
Satu
catatan lain yang ingin saya katakan di sini adalah bahwa dengan
memperhatikan nama-nama perawi bualan Ka’ab di atas adalah nama-nama
keluarga besar bani Umayyah –pohon terkutuk dalam Al Qur’an-!
Dari
sini kita juga dapat mengerti mengapa para penguasa bani Umayyah sangat
antusias menyebarkan kepalsuan akidah Yahudi dan memberikan peluang
seluas-luasnya kepada para pendeta seperti Ka’ab agar menyebarkan racun
kesesatannya di tengah-tengah umat Islam!
Mu’awiyah sangat
membanggakan kedalaman ilmu Ka’ab dan menyesal karena umat Islam kurang
memberikan perhatian selayaknya kepada warisan intelektual Ka’ab!
Demikian juga dengan Abdul Malik bin Marwan ketika disebutkan di hadapannya
Shakhr/batu yang ada di Baitul Maqdis ia berkata, Ia adalah batu yang Allah meletakkan kaki-Nya di atas batu itu!”
Jadi para penguasa bani Umayyah-lah yang berada di balik penyebaran akidah Tajsim dan
Tasybîh
yang diwarisi para tokoh Mujassimah seperti Ibnu Taimiyah dan kemudian
sekarang diwarisi dan diperjuangkan oleh pengakut Sekte Wahhâbi Salafi!
Renungkan kenyataan ini jika Anda menginkan kebenaran!
Riwayat Kedua Ka’ab al Ahbâr.
Selain riwayat konyol di atas yang menjadi kebanggan pengikut sekte Wahhâbi,
adz Dzahabi juga menukil dengan bangga riwayat penukilan lain dari Ka’ab yng jauh lebih konyol dan menunjukkan kesesatan akidah Tajsîm dan Tasybîh yang menjadi akidah unggulan Sekte Wahhâbi,
yang
sampai-sampai demikian “gilanya” riwayat itu, adz Dzahabi sendiri
terpaksa menyensor bagian “gila” itu dari riwayat tersebut dan dengan
terpaksa ia pun mengakui kemunkaran dan dan “kegilaan” teks dan
kandungannya.
Dalam riwayat dengan nomer:
281:
Abu Syeikh meriwayatkan dalam kitab al ‘Adzamah-nya[2],
…. bahwa Zaid bin Aslam menyampaikan hadis kepadanya dari ‘Athâ’ bin
Yasâr, ia berkata, “Datang seorang menemui Ka’ab ketika ia bersama
sekumpulan orang lalu ia berkata, ‘Wahai Abu Ishaq (sapaan Ka’ab_pen),
sampaikan kepadaku tentang Dzat Yang Maha Jabbâr/Perkasa -Azza wa
jalla-, maka orang-orang pun menganggap besar apa yang ia minta dari
Ka’ab. Maka Ka’ab berkata, ‘Biarkan orang itu! Sesungguhnya jika ia
seorang yang jahil maka ia akan belajar dan jika ia seorang yang alim
maka ilmunya akan bertambah!
Aku akan beritahu kepadamu. Sesungguhnya
Allah menciptakan langit-langit dan sejumlah itu pula Allah mencipta
bumi. Lalu Dia menjadikan jarak antara setiap dua langit seperti jarak
antara langit dunia dan bumi. Dan Dia menjadikan tebalnya seperti itu.
Kemudian Dia mengangkat Arsy lalu Dia bersemayam di atasnya. Dan tiada
satu langit pun dari langit-langit itu melainkan berbunyi seperti bunyi
rahl/kursi/tempat duduk yang di letakkan di atas punggung onta atau
kuda) ketika awal dinaiki….
Sampai di sini adz Dzahabi menyensor perkataan Ka’ab dan mengatakan: Dan Ka’ab menyebut kalimat yang munkar yang tidak pantas bagi kita. Sanad riwayat ini bersih….
Abu Salafy:
Subhanallah!
Inilah akhir dari seorang yang dalam akidahnya mengandalkan ajaran
peninggalan para pendeta Yahudi seperti Ka’ab. Para pendeta itu pasti
akan meracuni pikiran umat Islam dengan kepalsuan dan sampah akidah
sesat agama Yahudi yang telah dipalsukan para pendetanya!
Tahukan
Anda wahai sahabat Abu Salafy, kalimat apa yang disebarkan Ka’ab –si
pendeta Yahudi yang berpura-pura memeluk Islam itu-? Yang sampai-sampai
adz Dzahabi sendiri malu menyebutkannya?!
Ka’ab
mengatakan bahwa suara yang terdengar dari langit-langit itu yang
menyerupai suara kursi atau tempat duduk yang karena beratnya beban
berbunyi krieeet… krieeet!
Ya suara itu akibat bobot berat Dzat Allah!
Ka’ab melanjutkan:
مِنْ ثِقَلِ الجبارِ فَوقَهُنَّ
“… dikarenakan beratnya Dzat Yang Maha Jabbâr yang duduk/bersemayam di atasnya!”
Inilah
akidah kalian wahai Wahhâbi Salafi betapapun kalian berusaha mengelabui
umat Islam, namun tetap saja kalian tidak mampu menyembunyikan akidah
sesat ini, karena memang sudah sangat kental dengan bangun akidah
kalian!
Abu Salafy menyarankan mestinya dahulu, para
Tabi’în segera setelah mendengar mulut busuk Ka’ab menyebarkan virus
beracun akidah Yahudi ini, atau bahkan sebelum ia sempat menyelasaikan
bualan sesatanya itu mereka langsung memukul mulut pembual itu dengan
batu karas sehingga ia mendapat pelajaran yang tak akan pernah ia
lupakan sepanjang hidupnya!
Saya tidak habis pikir
bagaimana generasi Tabi’în yang sangat dibanggakan para Wahhâbi Salafi
itu memberikan peluang bagi si Pendeta Yahudi itu untuk menjajakan
ajaran sesatnya di tengah-tengah mereka sementara Al Qur’an dengan tegas
memperingatkan umat Islam agar hati-hati dari kesesatan kaum Yahudi!
Dan di tengah-tengah mereka ada para sahabat dan anak-anak para sahabat
yang telah menerima akidah suci dari sumber terpercaya yaitu Al Qur’an
dan Sunnah Nabi saw.?!
Sungguh mengherankan bagaimana
mereka mengizinkan Ka’ab dan para pendeta lainnya untuk meracuni pikiran
umat Islam sementara mereka melarang umat Islam untuk mengucapkan
radhiyallah ‘anhu/semoga Allah meridhainya untuk Sayyidina Ali –
karramallahu wajhahu-
Sungguh
akidah sesat ini sama sekali tidak layak diabadikan oleh seorang Muslim
berakal waras, apalagi mengandalkannya dalam membangun akidah yang
mereka namakan dengan akidah Islam!!
Dan inilah kualitas atsar
dan dalil andalan adz Dzahabi dan kaum Wahhabi Mujassim yang
dibanggakan Ustadz Firanda dan ia wasiatkan agar kaum Muslimin membaca
dan menelannya mentah-mentah!
Semoga kenyataan
ini dapat menyadarkan kita akan bahayanya isrâiliyyât yang banyak
tersebar dalam kitab-kitab khususnya dalam kitab-kitab akidah kaum
Mujassimah Musyabbihah yang dibanggakan kaum Wahhâbi Salafi termasuk
sarjana-sarjana awam setengah intelek yang hanya pandai menelan
mentah-mentah sajian beracum para masyâikh Wahhâbi Arab sana!
Semoga kita semua diselamatkan dari kesesatan akidah
Tajsîm Tasybîh kaum Wahhâbi Salafi!
Rujuk:
[1] Tafsir Ibnu Katsîr,3/379.
[2] Riwayat ini dapat Anda baca dalam kitab
al ‘Adzamah:91 riwayat nomer:236.