Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Yasodhara. Show all posts
Showing posts with label Yasodhara. Show all posts

Mengenal Buddha Gautama


Buddha gotama hidup dibagian utara india pada abad ke 6 SM. nama pribadinya adalah siddharta, gotama adalah nama keluarganya. ia di panggil buddha setelah ia mencapai pencerahan dan menyadari kebenaran sejati. buddha berarti ‘yang tersadarkan’ atau ‘yang tercerahkan’, secara umum ia menyebut dirinya sendiri tathagata, sementara pengikutnya memanggilnya bhagava, ‘yang terberkahi’, ada pula yang menyebutnya gotama atau ’sakyamuni’.

ia terlahir sebagai seorang pangeran yang memiliki segalanya. ia dibesarkan dengan kemewahan oleh keluarganya yang kedua belah pihak merupakan keturunan ningrat murni.

ia adalah pewaris tahta, sangat tampan, mantap, agung, dan penampakan yang bagus. pada usia 16 tahun, ia menikahi sepupunya yang bernama yasodhara, seorang yang juga anggun, tenang dan bermartabat tinggi.
disamping semua ini, ia merasa terjebak di tengah-tengah kemewahan seperti burung didalam sangkar emas. selama kunjungannya keluar istana, ia menyaksikan hal yang di sebut “4 penampakan”, yaitu orang tua, orang sakit, orang meninggal dan petapa suci.


saat ia melihat 4 hal tersebut, satu demi satu, kesadarannya datang padanya bahwa, “hidup penuh dengan penderitaan akibat kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian”. dan ia bertanya tanya, “bagaimana cara aku bisa menolong semua mahluk agar terbebas dari penderitaan akibat kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian?”.

penampakan petapa, yang tenang karena telah melepaskan nafsu hidup keduniawian, memberikan isyarat bahwa langkah pertama dalam pencarian yang kebenaran adalah meninggalkan hidup keduniawian. ini berarti menyadari bahwa kepemilikan duniawi tidak dapat membawa kebahagiaan sejati yang didambakan orang.
setelah bertekad untuk mencari jalan keluar, ia memutuskan meninggalkan rumah untuk mencari ‘obat’, bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk seluruh umat manusia. pada suatu malam, saat usianya yang ke 29, ia mengucapkan selamat tinggal pada istri dan anaknya yang tertidur, menunggang kuda berwarna putihnya menuju ke hutan.

ia pergi pada puncak usia muda, dari kesenangan menuju kesulitan; dari kemapanan materi menuju ketidakpastian; dari suatu status kekayaan dan kekuasaan menjadi pengembara yang tinggal di gua dan hutan dengan jubah kumal sebagai satu-satunya perlindungan terhadap terik matahari, hujan dan angin musim dingin, hanya untuk pencarian kebenaran yang sulit dan belum pernah ditemukan.

sepanjang 6 tahun, ia bekerja untuk mencari kebenaran memahami sepenuhnya sifat kehidupan dan untuk menemukan kebahagiaan yang mutlak dan kekal. ia belajar dibawah guru-guru terkemuka pada saat itu dan mempelajari segala hal yang bisa diajarkan oleh para guru-guru tersebut. setelah ia menyadari bahwa mereka tidak bisa mengajarkan apa yang dicarinya, ia memutuskan untuk menemukan kebenaran melalui upayanya sendiri.

ia bergabung dengan sekelompok petapa dan bersama sama menyiksa tubuh dengan keyakinan jika tubuh dalam keadaan tersiksa maka jiwa akan terbebas dari penderitaan. siddharta adalah orang yang tangguh dan bertekad baja, ia melebihi petapa-petapa lainnya dalam setiap praktik penyiksaan diri.

ia makan sangat sedikit sehingga saat ia memegang kulit perutnya, ia juga menyentuh tulang belakangnya. ia memaksakan dirinya ke ambang batas daya tahan manusia, akhirnya ia menyadari kesia-siaan penghancuran diri dan memutuskan untuk mempraktikkan “jalan tengah”.

pada malam bulan purnama, bulan vesakha. ia duduk dibawah pohon boddhi di gaya, dengan memasuki meditasi yang mendalam, saat itu pikirannya menggejolakkan alam semesta dan menyadari sifat sejati semua kehidupan dan segala sesuatunya. pada usia ke 35 tahun, ia berubah dari pencari kebenaran yang tekun menjadi Sang Buddha, yang tercerahkan.

selama hampir setengah abad setelah mencapai pencerahan, sang buddha berjalan di jalur berdebu di india mengajarkan dhamma sehingga mereka yang mendengar dan menjalankannya bisa menjadi mulia dan terbebas.

ia mendirikan persamuhan bikkhu dan bikkhuni, menentang sistem kasta, meningkatkan status kaum wanita, mendorong kebebasan beragama dan pencarian bebas, membuka gerbang pembebasan untuk semua, dalam setiap kondisi kehidupan, tinggi atau rendah maupun suci atau hina dan ia membebaskan manusia dari perbudakan agama, dogma agama dan iman buta.

ia menjulang tinggi dalam kebijaksanaan dan intelektualitas, setiap masalah di telaah, di uraikan dan disatukan kembali secara logis beserta penjelasannya. untuk pertama kalinya dalam sejarah, ia memberikan kekuatan bagi umat manusia untuk berpikir bagi dirinya sendiri, menjunjung nilai umat manusia dan menunjukkan bahwa manusia dapat mencapai pengetahuan tertinggi dan pencerahan sempurna dengan usahanya sendiri.
sekalipun dengan kebijaksanaan yang tiada tara dan berasal dari keturunan ningrat. ia tidak pernah meninggalkan orang orang desa yang sederhana. perbedaan kelas dan kasta tidak berarti baginya. tak seorang pun terlalu remeh atau rendah baginya untuk ditolong. banyak kali saat seorang buangan atau miskin datang padanya, harga diri mereka kembali muncul dan berubah dari hidup yang nista menjadi mulia.

sang buddha penuh dengan belas kasih (karuna) dan kebijaksanaan (panna) memahami bagaimana dan apa yang harus diajarkan kepada setiap individu sesuai dengan tingkat pemahaman masing masing. di ketahui bahwa terkadang ia berjalan jauh hanya demi menolong satu orang untuk menunjukkan padanya jalan yang benar.

ia penuh kasih sayang dan sering mengunjungi orang sakit, rasa belas kasihnya kepada orang sakit tercermin dari nasihatnya: “ia yang mengunjungi orang sakit berarti mengunjungi-ku”.
metode sang buddha adalah membuat orang bertindak dari pemahaman dalam dirinya dan bukan membuat mereka bertindak dengan penerapan hukum dan ancaman hukum.

banyak kekuatan ajaib dikaitkan dengannya, tapi ia tidak menganggap penting hal ini baginya. keajaiban terbesar baginya adalah membabarkan kebenaran dan membuat seseorang menyadarinya.
setelah 45 tahun menjadi petapa, sang buddha wafat (mencapai parinibbana) pada usia 80 tahun di kusinara. ia meninggalkan warisan besar yaitu ajaran dhamma, cinta kasih dan pengabdian mulianya yang tetap terasa hingga saat ini.

sabbe satta bhavantu sukhitata
semoga semua mahluk berbahagia

Terkait Berita: