Pesan Rahbar

Home » » Menggapai Langit, Masa Depan Anak: Bab V: Pendidikan Anak-anak Syuhada

Menggapai Langit, Masa Depan Anak: Bab V: Pendidikan Anak-anak Syuhada

Written By Unknown on Saturday 8 October 2016 | 22:52:00


Di bab ini, pembahasan berkisar tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak para syuhada. Kami akan membagi pembahasan tersebut menjadi tiga bagian. Pertama, berkaitan tentang pentingnya pendidikan, pengaruh dan dampak negatif pendidikan yang salah, serta tugas dan tanggung jawab mereka yang ditinggal mati sekaitan dengan masalah pendidikan ini.

Kedua, berkaitan dengan target pendidikan. Dalam hal ini, harus dilakukan pembahasan secara rinci mengenai bentuk program, guru dan para pengajar, serta syarat-syarat khusus yang mesti dimiliki.
Ketiga, berisikan pembahasan tentang program pendidikan. Dalam hal ini perlu disusun suatu program yang dapat memberikan hasil yang baik dan maksimal.

Di sini, kami menganggap penting peran seorang ibu dalam pendidikan anak. Sebab, seorang ibu merniliki potensi besar dalam membimbing anak agar memiliki bentuk keahlian dan kreativitas tertentu, sehingga dirinya berjiwa besar dan merasa bangga. Selain itu, terdapat pula pembahasan yang berkaitan dengan tugas seorang ibu dalam mengawasi dan menjaga anaknya, yang merupakan hak setiap anak.


Pentingnya Pendidikan

Pendidikan adalah menciptakan berbagai perubahan pada berbagai dimensi keberadaan manusia dan perilakunya, dengan tujuan mengarahkannya pada suatu sasaran, yang merupakan hal penting dan menentukan nasib seseorang. Segala bentuk perbaikan dan pembinaan individu maupun masyarakat, pastilah melalui pendidikan.

Bagi manusia, pendidikan rnerupakan sesuatu yang sangat berharga, yang mampu menjadikan seorang anak yang bodoh dari sisi penciptaan menjadi cerdik dan pandai. Juga, menjadi- kannya siap untuk mengorbankan segala yang dimiliki―jiwa, raga, dan harta―demi meraih tujuan yang sangat berharga itu.

Pentingnya pendidikan akan nampak dengan jelas bila kita menyaksikan orang-orang yang sama sekali tak memperoleh pendidikan. Dalam keadaan seperti itu, mereka bukan hanya terlihat setara dengan binatang, bahkan lebih rendah lagi. Ber- bagai tindak kejahatan, kelainan, dan penyimpangan individu, merupakan pertanda bahwa dirinya kurang atau―sama sekali―tidak memperoleh pendidikan.


Pengaruh Pendidikan

Perkernbangan dan kemajuan yang Anda saksikan di tengah masyarakat merupakan buah dari pendidikan. Rasa kemanusiaan, akhlak, sifat pemaaf, berlaku bajik, dan suka menolong yang ada pada diri seseorang merupakan hasil dari pendidikan. Ya, pendidikan rnenjadikan seseorang memiliki kekuatan untuk mengorbankan jiwa, harta. dan kehidupannya demi meraih tujuannya. Namun, pendidikan juga dapat menjadikan seseorang melupakan kedudukan dan kemuliaannya, sehingga merendahkan berbagai harapan dan tujuan para nabi dan orang-orang yang shalih.

Pendidikan memang membawa berbagai hasil yang cukup besar pada berbagai sisi kemasyarakatan. Pertumbuhan suatu bangsa bukan diukur dari banyaknya kekayaan atau kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dapat diraih, sebab bisa saja semua itu akan mendatangkan kejahatan, bencana, atau penyalahgunaan. Pertumbuhan suatu bangsa diukur dengan tolok-ukur pendidikan yang bersifat ilahi, di mana itu akan mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.

Berbagai penemuan dan pemikiran berharga, yang meng- akibatkan munculnya berbagai perubahan dalam masyarakat, berbagai pergerakan menuntut kebebasan dan kemerdekaan, dan berbagai upaya meraih kebebasan dan kemerdekaan dalam suatu masyarakat berasal dari berbagai tuntutan yang bersumber dari pendidikan.

Berbagai bentuk pembinaan pertolongan dan bantuan kerja sama dan saling dukung, kecenderungan terhadap ilmu pengetahuan, pemanfaatan ilmu pengetahuan secara benar demi kebaikan umat rnanusia, merupakan buah dari upaya pendidikan yang dilakukan para nabi. Mereka hadir membawa berbagai ajaran untuk mendidik, membina, dan mengarahkan manusia ke arah pertumbuhan yang sempurna. Buah dari pendidikan mereka adalah berbagai sisi positif yang dapat kita saksikan di seluruh jagad raya ini.


Perlunya Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat diperlukan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, pendidikan diperlukan untuk pertumbuhan dan pembinaan anggota tubuh, melatih keterampilan, menggunakan tenaga dan kekuatan untuk meraih cita-cita suci, melatih otak, mengenal dan menyingkap berbagai potensi, mengembangkan dan membina potensi tersebut, menyediakan sarana bagi perkembangan jiwa, menyediakan sarana agar dapat berpikir dengan baik, menyediakan sarana agar dapat melangkah di jalan yang diridhai Allah, menggunakan falsafah kehidupan, meraih cara yang tepat dalam menentukan sikap, dan seterusnya.

Pendidikan juga sangat dibutuhkan masyarakat. Sebab, pendidikan akan mendatangkan kebaikan, keamanan, dan perdamaian. Nilai-nilai akhlak pun berasal dari pendidikan, sehingga tersedia sarana bagi pertumbuhan politik, ekonomi, dan budaya.

Pendidikan merupakan faktor yang menjadikan manusia mampu berpikir secara sehat dan membawakan pengaruh yang baik bagi masyarakat. Pendidikan mampu mencegah muncul- nya berbagai tindak kejahatan, menutup berbagai jalan yang menyimpang, mewujudkan persatuan, serta menjadi sarana bagi upaya saling menyempurnakan. Dengan begitu, akan muncul tanggungjawab sosial, saling menolong, dan lain-lain.

Oleh karena itu, jika ingin membentuk masyarakat yang manusiawi, memiliki pemikiran sehat dan ilahi, berjalan menuju kesempurnaan dan saling tolong menolong, maka kita harus memperhatikan masalah pendidikan. Begitu pula, bila kita menginginkan yang sebaliknya, maka itu dapat ditempuh pula melalui program pendidikan. Sebab, pendidikan juga memiliki kekuatan untuk mengubah manusia menjadi bahagia ataupun celaka dan sengsara.


Dampak Pendidikan Salah Kaprah

Tidaklah benar bila ada yang mengatakan bahwa ayah dan ibu sebenarnya tidak mendidik anak-anaknya. Pada dasarnya, pola pikir dan bentuk hubungan baik ataupun buruk dengan anak-anak, telah memberikan suatu bentuk pendidikan terhadap anak-anaknya. Yang terpenting adalah bagaimana dampak pendidikan tersebut. Jika hasilnya buruk, maka kita akan menyaksikan berbagai dampak negatif dalam diri anak-anak tersebut.

Untuk mengetahui bagaimana dampak dari pendidikan yang buruk, silakan Anda mengunjungi penjara-penjara serta lingkungan yang kumuh dan penuh dengan tindakan amoral. Perhatikanlah mereka yang kecanduan minuman keras dan narkotika. Perhatikan juga para pelaku kriminal, pengkhianat, penjual negara dan harga diri. Mereka merupakan hasil pendidikan buruk kedua orang tua atau lingkungan sosialnya.
Seseorang menjadi penjahat lantaran memperoleh pendidikan yang buruk.

Seseorang yang mengganggu harta, jiwa, kehormatan masyarakat, dan mempermainkan harga diri manusia adalah manusia yang memperoleh pendidikan yang salah. Alhasil, semua yang berkhianat terhadap Islam, revolusi, dan syuhada adalah orang-orang tak bermoral yang, menurut istilah awam, “tak berpendidikan”. Contoh-contoh tersebut merupakan peringatan bagi para ayah, ibu, guru, dan semua penanggungjawab negara agar mengetahui bagaimana program pendidikan yang telah mereka susun dan bila ingin menciptakan masyarakat yang manusiawi, sarana apa yang mesti diutamakan.


Pendidikan bagi Anak-anak Para Syuhada

Pendidikan diperlukan semua orang. Namun anak-anak para syahid lebih membutuhkan lagi. Semuanya berhak memperoleh pendidikan yang benar, khususnya keturunan syuhada dan revolusi Islam. Itu lantaran anak-anak tersebut merupakan buah orang-orang sangat mulia, yang hidup di tengah masyarakat kita.

Mereka telah mengorbankan sesuatu yang sangat berharga, jiwanya, demi tegaknya ajaran Islam. Mereka mengorbankan kepalanya agar masyarakat memiliki pemimpin yang dapat mengayomi, mereka mengorbankan tangan dan anggota tubuhnya agar masyarakat tak berada di bawah tekanan kekafiran, mereka mengorbankan keberadaannya agar Islam dan al-Quran tetap kekal dan abadi.

Anak-anak tersebut merupakan saripati jiwa mereka, anggota tubuh mereka, kinasih mereka, buah kehidupan mereka, dan―yang lebih penting―kenang-kenangan dari mereka. Dengan demikian, kita dituntut untuk memperhatikan dengan seksama agar anak-anak itu memiliki karakter yang sama seperti ayahnya. Jika demikian, maka kita telah menjaga kehormatan para syahid tersebut. Dan untuk mewujudkan harapan tersebut, jalan satu-satunya adalah pendidikan.


Tugas Ibu

Tugas tersebut pertama kali mesti dipikul oleh ibunya. Sebab, ia adalah isteri sang syahid, teman, dan pasangan hidupnya. Dengan kesabaran, keberanian, dan pengorbanan, ia pasti memperoleh pahala sebagaimana suaminya.

Oleh karena itu, ia lebih layak untuk diperhatikan hak-haknya ketimbang orang lain.

Sang ibu mestilah menjadi penyambung pesan suaminya. Ia harus selalu berusaha agar pemikiran dan pandangannya selalu hidup di tengah-tengah masyarakatnya. Ia mesti menanamkan benih kesyahidan dalam jiwa anak-anaknya. Untuk melaksanakan tugas yang sangat mulia ini, adakah yang lebih layak ketimbang sang ibu? Adakah orang yang, lebih pantas mengemban misi ini, menghidupkan nama dan jalan hidupnya selain sang ibu ?

Ini tidaklah berarti bahwa orang lain tak berhak ikut mengemban tugas mulia tersebut. Ya, pesan sang syahid me- rupakan pesan umum. Karenanya, seluruh masyarakat berkewajiban untuk rnengemban tugas yang berhubungan dengan keturunan, tujuan, dan harapannya. Dalam hal ini, di peringkat pertama, sanak-kerabatlah yang mesti memperhatikan dan membantu sang ibu dalam masalah pendidikan anak tersebut.

Peringkat berikutnya adalah masyarakat kemudian pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah memiliki tugas yang sangat berat dan penting, serta dituntut untuk berupaya dengan sungguh-sungguh agar keturunan itu menjadi terdidik secara baik.


Dasar Pendidikan

Dalam mendidik anak-anak tersebut, terdapat berbagai landasan yang dapat digunakan, di antaranya (dikutip dari pesan Imam Khomeini, sekaitan dengan pendirian sekolah syahid dan pendidikan anak-anak syahid):
1. Menjalankan program pendidikan yang mampu membina mereka agar menjadi yang terbaik, sehingga memiliki kemampuan untuk mengelola dan menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan―satu di antara masalah yang sangat ditekankan Imam Khomeini.
2. Membina mereka agar mengetahui dan menyadari kedudukan dan posisinya sebagai peninggalan yang sangat mulia dan berharga. Jangan sampai posisi dan kedudukan tersebut mereka jual dengan harga murah dan dengan sesuatu yang tak berarti.
3. Memenuhi kekurangan mereka dalam berbagai sisi kehidupannya agar jangan menjadi penghambat bagi pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga mereka mampu melangkah menuju kesempurnaan.
4. Membimbing mereka agar selalu melangkah di jalan yang telah digariskan sang ayah dan para pendahulunya, serta mengenalkan kewajiban dan hak-hak mereka sebagai tunas harapan para syuhada.
5. Membina mereka agar dapat menjadi teladan bagi masyarakatnya dan senantiasa melangkah di jalan yang mendatangkan kebaikan bagi umat dan masyarakat Islam.


Sarana Pendukung Pendidikan

Pada dasamya, manusia merupakan makhluk yang memiliki kesiapan untuk dididik. Apapun yang dicurahkan, jiwanya akan menampung dan menerimanya. Adakalanya, seseorang tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan gurunya. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa unsur genetik dan lingkungan juga dapat memberikan pengaruh yang negatif. Namun masalah ini tidak berlaku umum dan kita tak dapat mengatakan bahwa seluruh individu tidak memiliki kesiapan untuk dididik dan dibina.

Sarana-sarana fitrah, kondisi lingkungan keluarga, doktrin dan peringatan orang lain, serta harapan masyarakat akan menjadikan mereka dapat dididik dan dibina secara sempurna. Saling menjaga dan mengawasi, memperhatikan tatacara bergaul dan berinteraksi, serta adanya pengharapan bias dianggap sebagai sarana lain yang dapat memudahkan upaya pendidikan mereka.

Alhasil, dasar dan landasan pendidikan tersebut adalah sedapat mungkin mengerahkan tenaga dan kekuatan yang ada untuk menjadikan peninggalan para syuhada tersebut sebagai orang-orang mulia yang dapat dijadikan panutan bagi masyarakat. Di sini, perlu kami tegaskan kembali, bahwa para ibu memainkan peran yang sangat penting.


Target Pendidikan

Telah kami katakan bahwa pendidikan merupakan hal penting dan menentukan nasib seseorang. Sekaitan dengan ini, Imam Ja’far bin Muhammad al-Shadiq berkata, “Jika usiamu dipanjangkan dua hari, maka jadikanlah yang satu untuk mendidik dirimu agar dapt menolongmu di hari kematian.” (Tuhaf al-Uqul)
Masalah pendidikan itu harus mencakup berbagai hal yang menyangkut seluruh sisi kehidupan anak-anak tersebut. Tentu saja, masalah ini tidak khusus untuk mereka saja, tetapi juga bagi semua individu. Namun demikian, anak-anak para syuhada mestilah memperoleh perhatian yang lebih.


Tujuan dan Cita-cita

Pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas dan para pendidik mestilah mengetahui tujuan-tujuan tersebut. Seorang pendidik harus menggandeng tangan seorang anak dan mem- bimbingnya berjalan ke suatu tujuan yang pasti. Dalam membimbing dan menunjukkan jalan, Islam telah menentukan sebuah neraca dan tolok-ukur di mana program-program pendidikan mesti berlandaskan pada neraca dan tolok-ukur tersebut.

Dalam menentukan tujuan pendidikan anak-anak tersebut, pertama-tama kita mesti memperhatikan, apa yang kita harapkan dari anak-anak tersebut? Menjadi manusia yang bagaimanakah, yang kita harapkan?
Selama harapan dan cita-cita tersebut belum diketahui secara pasti, maka berbagai upaya takkan membuahkan hasil. Jika terdapat tujuan, maka arah perjalanan akan menjadi jelas sehingga bentuk pendidikan dapat dibuat berdasarkan tujuan tersebut.

Juga, kita akan dapat melakukan evaluasi setiap saat. Selain itu, kita akan dapat mengetahui seberapa jauhkah kita telah memperoleh kemajuan dan seberapa jauhkah sisa perjalanan yang mesti kita tempuh untuk menggapai tujuan tersebut. Begitu juga, akan nampak dengan jelas besar biaya dan waktu yang diperlukan untuk itu.


Jenis Tujuan

Tujuan pendidikan jumlahnya cukup banyak. Namun kami akan menyimpulkannya sebagai berikut:
a. Dari sisi kepribadian. Membentuk seseorang agar dapat dijadikan contoh dan panutan, berakhlak mulia, dewasa dan pandai, berpikiran cemerlang, kritis, jeli, mampu ber-argumentasi manusiawi sehat jasmani berkapasitas kejiwaan memadai. mandiri, memiliki kepekaan, dan seterusnya.
b. Dari sisi kebudayaan. Menjadikan seseorang berpengetahuan luas di berbagai bidang kehidupan, menggemari kesenian yang sesuai dengan nilai-nilai agama, santun, merniliki kebiasaan rasional, memiliki falsafah hidup yang jelas, memegang-teguh dan mempertahankan nilai-nilai Islam, memiliki pandangan yang positif dan konstruktif, optimistis akan kehidupan mendatang, dan rasa optimistis itu diperlihatkannya dengan melaksanakan berbagai tugas dan tanggung jawab dalam kehidupan.
c. Dari sisi ekonomi. Menciptakan individu yang bersemangat- kerja tinggi, produktif, mampu menjaga keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, tidak boros dan tidak pula kikir, menggemari pekerjaan, suka berbuat kebajikan, suka berinfak dan menolong, merasa merniliki tanggung jawab akan orang- orang miskin dan terlantar, serta selalu berusaha mengembang- kan perekonomian.
d. Dari sisi sosial. Menjadikan seseorang mudah bergaul, memiliki rasa kemanusiaan, menjaga dan memperhatikan hak-hak orang lain, menjadi pemuka dalam upaya pembinaan masyarakat, memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat, jauh dari berbagai perbuatan amoral dan selalu berusaha keras melenyapkan kebiasaan buruk di tengah masyarakat serta mengarahkannya pada pertumbuhan dan perkembangan.
e. Dari sisi politik. Berupaya menciptakan individu yang konsisten terhadap undang-undang dan nilai-nilai agama, mencintai kebenaran, mengawal dan melindungi kebebasan dan kemerdekaan dalam berjuang melawan kekufuran dan imperialisme, membela yang tertindas dan memusuhi penindas, membangun kekuatan untuk menegakkan kalimat Allah, menjaga nilai-nilai kemanusiaan, memiliki hubungan ke- manusiaan dalam lingkup intemasional, dan tidak fanatik terhadap suku ras atau bangsa tertentu
f . Dari sisi maknawi. Memiliki cita-cita berlandaskan ajaran Islam, memiliki hubungan baik dengan Tuhannya, merasakan adanya penyaksian dan pengawasan-Nya, beriman kepada kehendak dan ketentuan-Nya, menyadari dan melaksanakan tugas-tugas dan perintah IIahi, lebih mengutamakan keridhaan- Nya ketimbang manusia dalam beraktivitas, berusaha selalu di jalan yang lurus, serta meyakini adanya perhitungan di hari kebangkitan, pahala, siksa, surga, neraka, kenikmatan, dan ke- sengsaraan kekal dan abadi.

Semua itu agar kita mampu memilih program terbaik dalam usaha mendidik keluarga syuhada dan mendorong mereka mampu mencapai kesempurnaan.


Program dan Muatan

Dalam masa pertumbuhan, mereka memerlukan program dan muatan pendidikan yang dapat membangun masa depan kehidupannya. Yang kami maksud dengan muatan pendidikan adalah sekumpulan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, yang secara langsung maupun tidak diwariskan, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ketika dilahirkan ke muka bumi ini, manusia tidak memiliki pengetahuan apapun selain pengetahuan yang fitriah dan instingtif. Dalam meraih pengetahuan yang diperlukan, ia mesti belajar. Ya, manusia harus hidup di arena kehidupan ini, bergaul dengan masyarakat, saling memahami, bertukarpikiran, membentuk rumah tangga, membina dan mendidik anak- anaknya, memikirkan kehidupannya di dunia yang lain, dan seterusnya.

Semua itu memerlukan program tertentu. Di sisi lain, ia mesti menjadi anggota masyarakat yang dapat memberikan manfaat, mengemban tugas dan tanggungjawab, serta berada dijalan yang merupakan tujuan hidupnya. Semua itu menjadi tidak mudah tanpa didukung program yang jelas dan muatan yang telah diperhitungkan sebelumnya.

Muatan pendidikan yang mesti kita berikan pada anak-anak sangat banyak dan luas; mencakup seluruh masalah dan segi yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Dalam menyusun muatan tersebut, haruslah didasarkan pada berbagai tujuan yang telah ditentukan. Semakin luas tujuannya, semakin luas pula muatannya. Muatan pendidikan tersebut dapat mencakup pembahasan berikut ini:

1. Sebagian pembahasan tersebut ditujukan bagi individu itu sendiri dengan berbagai sisi keberadaannya.
Ia mesti diberi pengetahuan tentang hubungannya dengan diri sendiri, dari sisi jasmani, ruhani, rasio, serta bagaimana merawat, membina, dan memanfaatkan semua itu. Ia perlu mendapatkan bimbingan agar mampu menjaga anggota tubuhnya dan menjadikannya terampil, sehat, dan kuat.

2. Bagian lain berkenaan dengan masalah yang berkaitan dengan kebudayaan.

Di bagian ini, yang mesti dititik- beratkan adalah pembahasan dalam mengenal berbagai bentuk pemikiran, filsafat kehidupan, tatabahasa, ke- biasaan, tradisi, kesenian, tulisan dan hasil karya, ke- modernan dengan titik lemah dan kekuatannya, sejarah, dan seterusnya.

3. Bagian berikutnya berkaitan dengan masalah ke- masyarakatan (sosial), mengenal dan mengetahui bentuk- bentuk hubungan, kewajiban dan hak-hak manusia, dasar- dasar pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, akhlak kemasyarakatan, mengenali perbuatan jahat dan dosa serta mampu untuk tidak melakukannya, masalah hakim dan pengadilan, sanksi dan hukuman, dan seterusnya. Dalam hal ini perlu diberikan muatan yang cukup luas.

4. Mengenai muatan pendidikan yang berhubungan dengan politik.

Mengenalkan mereka pada berbagai sistem pemerintahan dan sistem terbaik serta bagaimana cara menjaga dan mempertahankannya. Menjelaskan hubungan timbal-balik antara rakyat dan anggota pemerintahan, mengenalkan mereka pada hukum dan undang-undang, nilai kebebasan dan kemerdekaan, pembentukan pasukan, mobilisasi massa, perang dan jihad, hubungan nasional dan internasional, dan seterusnya.

5. Bagian lain berkaitan dengan masalah perekonomian.

Di sini dapat dibahas tentang nilai penting pekerjaan, jenis- jenis produksi, konsumsi dan pembagian hasil, masalah keuangan, kepemilikan, pembahasan tentang kerja sama sosial, infak, zakat, wakaf dan perbuatan baik, dan seterusnya.

Secara umum, mesti dipikirkan pula berbagai hal yang merupakan kebutuhan manusia untuk hidup di kancah ke- hidupan ini; bagaimana memperoleh makanan, cara me- ngonsumsinya. serta pemanfaatan tenaga dan kekuatan yang dihasilkan untuk meraih tujuan dan cita-cita. Begitu juga, muatan pendidikan tersebut mestilah mencakup seluruh waktu yang ada, sehingga waktu luang, waktu istirahat, dan waktu tidur seseorang didasarkan pada program yang jelas.


Jenis Muatan Pendidikan

Jenis muatan pendidikan bagi keturunan ini―lantaran darah syuhada yang merupakan hadiah paling bemilai di hadapan Allah―mestilah yang terbaik dan suci, sehingga mereka memiliki kepribadian, nilai-nilai kemanusiaan, dan akhlak yang mulia. Dalam pendidikan tersebut, kami berharap agar jangan hanya memfokuskan pada sisi jasmani si anak saja. Sebab, mental dan rasa kemanusiaannya juga harus tumbuh dan berkembang. Pendidikannya mesti secara mendalam seraya mengenalkannya pada dunia yang luas dari yang dibayangkannya.

Kita mesti berusaha mengenalkannya pada penderitaan dan kesedihan yang dialami masyarakat, agar mereka mengetahui apa yang tengah terjadi pada orang-orang di sekitarnya, sehingga bila memiliki kemampuan, mereka akan mengulurkan tangannya untuk membebaskan orang-orang tersebut. Pendidikan yang kita berikan juga harus mampu menjadikan mereka selalu memiliki hubungan dekat dengan Tuhannya dan tidak melintasi jalan yang tak diridhai-Nya serta berkhidmat kepada manusia demi memperoleh keridhaan-Nya.


Guru dan Pendidik

Siapakah yang layak menjadi guru bagi anak-anak tersebut? Menurut pandangan kami, mereka adalah orang yang:
a. Memiliki sifat dan kriteria yang diperlukan sebagai seorang guru, sesuai dengan yang ditetapkan lembaga pendidikan dan pengajaran.
b. Mengetahui dan memahami derita serta kesulitan yang dialami keluarga dan anak-anak tersebut.
c. Telah berumah tangga, memiliki anak, dan mencintai serta menyayangi anak, khususnya anak yang mem- butuhkan perlindungan dan kasih sayang.
d. Menyenangi anak-anak syuhada, memiliki pengetahuan yang cukup tentang kedudukan syuhada dan kesyahidan, serta percaya dan meyakini akan ke- dudukan tersebut.
e. Bertanggung jawab dan bahkan merasa berhutang- budi terhadap keturunan mulia ini serta selalu berusaha melunasinya.
f. Memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam mendidik mereka, khususnya dalam memberi- kan semangat dan mengenalkan pada posisi dan kedudukan khususnya.
g. Bertanggung jawab dalam menjaga kehormatan dan kemuliaan mereka.

Alhasil, seorang guru harus mampu menempatkan dirinya dalam suatu posisi di mana si anak dapat benar-benar merasa dekat dengannya dan menganggapnya sebagai ayah atau ibunya sendiri. Juga, si anak menjadikannya sebagai panutan dan tempat berlindung.


Program Pendidikan

Telah kami sebutkan bahwa pendidikan merupakan perkara yang memiliki tujuan yang jelas dan matang. Oleh karena itu, pelaksanaan program pendidikan tersebut haruslah disertai dengan keahlian, kecakapan, keseriusan, ketulusan, dan persahabatan.

Anda, sebagai seorang ibu atau guru bagi si anak, memerlukan sebuah garis dan alur yang jelas serta telah dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian, si anak akan dapat menyesualkan diri pada garis dan alur tersebut. Seandainya pun terdapat perubahan, maka hendaklah tujuan dari perubahan tersebut dimaksudkan untuk kebaikan dan perbaikan anak itu sendiri. Dan hal itu harus dimengerti dan dipahami oleh si anak.

Anda berhadapan dengan anak-anak yang perlu dididik, sementara Anda mengiginkan mereka menjadi penerus para syuhada, mengetahui hak-haknya serta menjaga dan mem- pertahankan nilai-nilai yang dianutnya. Anda juga berharap agar mereka memilih jalan yang akan mendatangkan kemuliaan dan kehormatan. Namun, harapan itu tidak mungkin terwujud kecuali dengan menggunakan program yang telah diperhitungkan secara cermat dan dipikirkan secara matang.

Di sisi lain, tak mungkin mengharapkan perubahan secara drastis pada beberapa individu, kecuali dengan menggunakan program yang telah matang. Bila proses pendidikan itu di- lakukan tanpa menggunakan program dan keahlian, maka jalan yang mestinya dapat ditempuh dua hari, akan menjadi dua tahun. Bahkan, boleh jadi akan dihasilkan sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan.


Manfaat Penggunaan Program

Apabila didasarkan pada suatu program, maka pendidikan akan menghasilkan berbagai manfaat, di antaranya:
a. Memberikan kemudahan dalam menempuh jarak perjalanan yang cukup jauh.
b. Setiap langkah akan terukur secara seksama, hari demi hari, sehingga semakin penuh perhitungan.
c. Mempersingkat waktu dan menghindarkan pem- borosan biaya.
d. Meniadakan dampak negatif.
e. Kita akan mengetahui sampai di mana usaha yang telah kita lakukan, kemudian, apa yang mesti kita kerjakan. Berapa jauh jarak yang telah kita tempuh dan berapa jauh jarak yang masih tersisa.
f. Lebih cepat dan lebih baik dalam mencapai tujuan.
g. Kesulitan mendatang dapat diketahui dengan pasti, sehingga dapat melangkah dengan mantap dan penuh persiapan.


Cara Pelaksanaan

Pelaksanaan program pendidikan mestilah berlandaskan pada keahlian, keterampilan, pengetahuan, ketulusan, dan keikhlasan. Semua itu merupakan tugas dan tanggung jawab para pendidik dan guru, khususnya yang ditinggal mati, ter- utama isteri sang syahid.

Jika isteri sang syahid menyadari dirinya tidak hanya bertanggung jawab terhadap sang anak yang merupakan peninggalan sang syahid, namun juga terhadap masyarakat sekarang dan masa datang, bahkan bertanggungjawab terhadap Dunia Islam, terutama di hadapan Allah, maka program tersebut akan dijalankannya secara sungguh-sungguh dan akan diabaikannya berbagai kesulitan yang menghadang.

Poin ini mesti selalu diingat, bahwa sang anak tersebut merupakan peninggalan dan kenang-kenangan si syahid. Dengan demikian, si anak juga mesti menjadi pengganti, wakil, serta pembela sang ayah dan jalan yang ditempuhnya. Oleh karena itu, ia mesti memperoleh pendidikan yang lebih baik dan sempurna sehingga kepribadiannya dapat dijadikan sebagai teladan. Di sini, mungkin akan muncul pertanyaan dalam benak sang ibu, bagaimanakah cara mendidiknya agar menjadi baik, berguna, dan jauh dari berbagai perbuatan amoral?

Dengan pertanyaan tersebut, si ibu akan berusaha keras mencari sebuah program pendidikan anak yang mampu memberikan hasil yang terbaik


Dasar-dasar Pelaksanaan Program

1. Program mesti dibuat secara jelas dan laik, sehingga si anak maupun pembimbing dapat mengetahui apa yang mesti dilakukan.
2. Menjalin hubungan yang akrab dengan si anak, sehingga si anak tidak merasa segan untuk mengungkapkan rahasia hatinya.
3. Si ibu mestilah memberikan contoh berupa sikap dan perbuatan, sehingga si anak dapat menjadikannya sebagai landasan dalam membangun kepribadiannya.
4. Dalam menjalankan program, adakalanya Anda mesti melakukan penelitian tentang sikap, perbuatan, serta pem- bicaraan si anak, kemudian adakan evaluasi. Bila melihat adanya potensi dalam diri si anak, Anda harus berusaha mengembangkannya. Jika melihat adanya suatu perbuatan dan sikap yang buruk, maka Anda mesti berusaha mencegah dan menghentikannya.
5. Si anak berhak untuk dekat dengan ibunya, tidur di sebelahnya, memperoleh belaian darinya, dan berbicara dari hati ke hati. Seorang ibu―sekalipun menikah lagi― hendaklah tak melupakan hak tersebut, karena juga merupakan hak Ilahi (batas berpisahnya seorang anak dengan ibunya adalah ketika telah mumayyiz, berusia 6-7 tahun).
6. Anak-anak yang merasa terpukul atas kematian ayahnya, perlu diperkuat hati dan jiwanya agar memiliki keberanian untuk melangkah.
7. Menjalankan program tersebut mestilah sesuai dengan Islam dan revolusi Islam, sebab si suami telah syahid lantaran mempertahankan semua itu. Jangan lupakan Islam, jangan lupakan al-Quran. Bahkan syair-syair yang Anda bacakan untuk anak-anak mestilah syair-syair yang mendukung program tertsebut.


Pentingnya Peran Ibu

Sebenarnya seluruh pembahasan yang ada di sini berkatian dengan tugas dan peran ibu dalam menjalankan risalah (misi) yang diembannya. Sekalipun demikian, untuk penegasan, kami akan kembali mengingatkan bahwa di masa sekarang dan kapanpun, tak ada tanggung jawab yang lebih penting ketimbang pendidikan seorang ibu terhadap anak-anaknya dan tak ada yang lebih berbahaya daripada kelalaian seorang ibu dalam mendidik mereka.

Ayah dan ibu bertanggung jawab kepada Allah dan masyarakat. Namun, tanggung jawab ibu, dari satu sisi lebih penting dan lebih banyak. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab seorang ayah juga berada di tangan sang ibu. Seorang ibu dapat meletakkan anaknya di sebuah jalan dengan sebuah ciuman penuh kasih, sehingga si anak takkan keluar dari jalan itu.

Kita mengenal banyak orang yang ketika masih kanak-kanak telah menjadi yatim, tetapi karena perhatian dan pengawasan yang serius dari ibunya, memiliki kepribadian yang suci dan mulia serta mampu memberikan berbagai perubahan yang sangat berharga bagi masyarakatnya. Keberhasilan tersebut semata-mata berkat pemikiran dan semangat sang ibu, sehingga sang anak pun dapat maju dan berkembang serta melangkah dengan perhitungan yang jelas dan matang.

Seorang ibu adalah dunia bagi anak-anak dan tumpuan harapannya. Ia dapat membentuk si anak sesuai keinginannya, dapat membentuk kepribadian si anak menurut kesukaannya. Itu karena ia memiliki kemampuan untuk menciptakan getaran di hati sang anak dan memiliki keahlian dalam merubah jiwanya.


Bentuk Pendidikan

Seorang ibu akan semakin mudah memperoleh keberhasilan dalam mendidik anak bila si anak masih kanak-kanak. Di usia kanak-kanak, aktivitas dan upaya para pendidik lebih pada usaha untuk membuat sebuah landasan. Membentuk landasan di usia kanak-kanak biasanya lebih cenderung pada penggunaan kenikmatan material Di usia tersebut anak-anak masih berpandangan bahwa seluruh kenikmatan hanyalah berhubungan dengan makanan, pakaian, istirahat, dan hal-hal yang bersifat materi.

Perhatian ibu akan kebutuhan hidup sang anak akan mem- berikan kebahagiaan dan ketenangan dalam diri sang anak dan menjadikannya benar-benar merasa terikat dan patuh pada ibunya. Menyediakan makanan, alat bermain, dan gula-gula kepada anak, akan menyusup ke dalam hati dan jiwa si anak untuk kemudian dapat diarahkan ke jalan yang benar.

Ketika masih kanak-kanak, bentuklah berbagai landasan yang kuat dan mampu bertahan untuk selamanya serta menjadi kebiasaan baginya. Sejak hari-hari pertama aktivitas dan gerakannya, biasakanlah ia melakukan hal-hal yang baik. Sejak pertama kali mampu berbicara, tuntunlah ia untuk mengucap- kan kata-kata yang baik.

Pendidikan pertama pada anak-anak dapat berbentuk permainan, kisah, dongeng, dan senda gurau. Di sela-sela itu, Anda dapat mengungkapkan berbagai pandangan Anda. Di samping itu, hal-hal yang Anda ajarkan pada si anak mestilah tepat dan benar. Anda harus berusaha agar pendidikan yang Anda berikan tersebut mampu membantunya menggapai tujuan.


Mewujudkan Kekaguman dan Kebanggaan

Menangis, merintih, dan meneteskan air mata bagi syuhada tentu tidak masalah, namun janganlah itu menjadikan seseorang lupa akan misi, tugas, dan tanggung jawabnya. Tangisan dan kesedihan yang berlebihan dan menerus, sedikit demi sedikit, tanpa disadari, akan menjadikan si anak merasa hina, rendah diri, dan lemah.

Sementara, kita menginginkan sebuah generasi yang bangga akan kesyahidan dan bangga akan diri dan keluarganya; tidak merasa kecewa, miskin, dan hina, namun tetap tegar dan penuh semangat dalam menghadapi berbagai rintangan di hadapannya sehingga memungkinkannya berhasil mencapai tujuan.
Anda mesti selalu mengenang para syuhada, mengagungkan pergerakan serta memuliakan perbuatan mereka, sehingga si anak mengetahui dengan jelas bahwa dirinya merupakan keturunan mereka dan mengetahui tugas dan tanggung jawab yang mesti dilaksanakannya. Anda juga harus merasa kagum dan bangga.

Anda pasti telah mendengar bagaimana Sayyidah Zainab ketika berada di majelis Ibnu Ziyad. Beliau memuji kedudukan Imam Husain dan kesyahidannya. Anda, sebagai isteri seorang syahid, haruslah memiliki perasaan semacam itu dan memiliki keberanian untuk melawan dan menghadapi musuh. Tanamkanlan perasaan tersebut dalam jiwa anak-anak Anda.


Memanfaatkan Kisah-kisah

Dalam menjalankan program pendidikan dan membimbing anak-anak agar mencapai tujuan yang mulia, Anda tidak harus selalu berbicara dan mengeluarkan berbagai teori. Namun, Anda dapat menanamkan dalam pikiran si anak berbagai bentuk pemikiran melalui cerita dan kisah.

Usaha Anda untuk mendorong si anak agar memiliki akhlak yang mulia, membangkitkan emosinya, menyadarkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai keturunan syahid, dapat dilakukan dengan menukilkan kisah-kisah para imam yang suci dan para syuhada di masa awal Islam. Dengan demikian, Anda telah menjelaskan kepadanya berbagai hal yang belum diketahuinya.

Secara umum, bila si ibu dan orang-orang sekitarnya mampu mengenalkan berbagai figur, teladan, dan panutan, niscaya sang anak akan semakin memiliki kecenderungan untuk hidup secara lebih baik dan semakin mampu menghayati pendidikan dan pelajaran yang Anda berikan. Di samping mendengarkan berbagai kisah dan cerita Anda, ia akan berusaha melakukan identifikasi (meniru) figur dan panutan tersebut. Paling tidak, ia akan mampu memahami nilai usaha dan jerih-payah para pendahulunya (di antaranya adalah ayahnya sendiri), sehingga termotivasi menjaga dan mempertahankan upaya tersebut.


Pengawasan dan Penjagaan

Di antara hak anak adalah memperoleh pengawasan dan penjagaan, baik dari sisi keselamatan, kehormatan, dan ke- muliaannya dari berbagai hal yang akan merusaknya. Anak- anak para syuhada perlu mendapatkan pengawasan yang lebih. Itu lantaran mereka akan merasakan dampak yang lebih berat dari perbuatan yang buruk dan amoral.

Banyak anak yang memiliki pola hidup yang tidak teratur sebagai akibat diabaikannya pendidikannya atau mendapatkan pendidikan yang salah. Kebebasan tanpa batas, kasih sayang berlebihan, dan tak adanya panutan atau figur tertentu sangat membahayakan kehidupan si anak di masa sekarang dan akan datang. Jika kedua orang tua, khususnya ibu, tidak mem-perhatikan sarana yang diperlukan bagi pembinaan dan pendidikan anak, maka si anak akan menjadi tidak stabil.

Tugas pengawasan ini menjadikan sang ibu ibarat awan yang senantiasa berjalan di atas kepala si anak. Pengawasan ini sangat diperlukan tatkala sang anak masih kanak-kanak, sebab pada usia itulah pondasi akhlak, tradisi, dan kebiasaannya mulai terbentuk. Anak-anak yang melakukan penyimpangan moral, mesti lebih mendapatkan perhatian demi mengurangi perbuatan buruknya. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ali bin Abi Thalib, “Siapapun yang memaksakan untuk beradab, maka akan berkuranglah keburukannya.”

Seorang ibu yang menginginkan anaknya menjadi cahaya dan kenangan berharga dari si syahid, mestilah benar-benar menjaga dan memperhatikan pendidikannya agar tidak memiliki sifat atau watak yang tak terpuji. Pengawasan dan penjagaan ini mencakup hal yang amat luas, seperti makanan, obat-obat, tidur, istirahat, pergaulan, dan seterusnya. Sang ibu mestilah berusaha keras agar si anak tidak memiliki sifat dan kondisi kejiwaan yang tak terpuji. Akan tetapi, bila si anak telah menjadi seperti itu, maka sang ibu mestilah berusaha menghilangkan sifat tersebut dari diri anaknya.


Sikap Dalam Rumah

Pendidikan dapat dilaksanakan baik di rumah, sekolah, dan di tengah masyarakat. Baik dalam keadaan bepergian ataupun di kampung halaman sendiri. Namun, pendidikan yang dilakukan di rumah sangat berbeda dengan yang dilakukan di tempat lain. Sang ibu, dengan berbagai sikap, perbuatan, doktrin, dogma, perintah dan larangannya di rumah, sebenarnya telah mengajarkan kepada si anak berbagai asas hidup bermasyarakat dan sikap yang mesti diambil.

Si ibu juga harus selalu bersemangat untuk membina jiwa dan mental sang anak, serta berupaya menumbuhkan dalam jiwanya sifat rela berkorban, tolong-menolong, berusaha men- dapatkan kehidupan yang terhormat, aktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, dan seterusnya.

Program pendidikan di rumah mestilah dibentuk sedemikian rupa sehingga si anak mampu berdiri sendiri dan sanggup menyesuaikan diri dengan masyarakatnya serta selalu menjalin persahabatan dengan sesama. Begitu juga, si ibu berkewajiban untuk memperbaiki perilaku si anak agar terjauh dari sifat egois, sombong, iri hati, dengki, dan seterusnya.

Dalam menjalankan program tersebut, yang mesti diutamakan adalah memikirkan secara matang setiap langkah yang akan kita kerjakan. Sebab, jika gegabah dan tergesa-gesa, maka akan memberikan dampak yang tidak kita inginkan dan sulit dihilangkan.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: