Pesan Rahbar

Home » » Menggapai Langit, Masa Depan Anak: Bab VI: Ibu dan Sifat Keibuan

Menggapai Langit, Masa Depan Anak: Bab VI: Ibu dan Sifat Keibuan

Written By Unknown on Saturday 8 October 2016 | 22:41:00


Bagian ini berisikan pembahasan tentang wanita yang menjadi isteri seorang syahid dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu. Tugas pertama yang mesti ia perhatikan adalah pada saat mengandung, dan tugas pemeliharaan ini menjadi bertambah berat sejak kesyahidan suaminya. Sebab, sejak saat itu, ia sendiri yang harus memperhatikan dan menjaga makanannya, obat-obatan, istirahat, berbagai sisi pemikiran dan emosionalnya, serta aktivitas dan kebersihannya. Terutama, menjaga kondisi kejiwaannya. Sebab, kondisi tersebut sangat penting dan menentukan masa depan si anak.

Ketika si bayi lahir ke dunia, wanita tersebut menjadi seorang ibu, menjadi pemberi kehidupan, penentu nasib, dan pengarah jalan kehidupan anaknya itu. Sejak saat itu, sang ibu dapat mengarahkan si anak menuju jalan yang telah dilalui pribadi-pribadi agung nan mulia. Namun, tentunya, dengan tetap menjaga citra keibuannya.

Seorang ibu dituntut untuk memiliki jiwa yang kuat, tawakal dan menyerahkan diri kepada Allah, membuang perasaan takut dan gelisah, sedih dan duka, dan dengan penuh kesabaran dan ketabahan, serta perasaan riang dan gembira, mendidik anak- anaknya.

Dalam menjalankan misinya, isteri sang syahid ini, harus terlebih dulu mengadakan perbaikan dan pembinaan diri, berusaha menjadi panutan dan figur bagi si anak, kemudian menjaga dan memelihara diri dan anak-anaknya. Kegigihan, ketegaran, dan ketabahan merupakan sarana yang akan mempermudah upaya pencapaian tujuan.


Masa Kehamilan

Setelah kematian atau kesyahidan suami, mungkin Anda sedang mengandungan anaknya dan ini akan memberikan sebuah kebahagiaan baru bagi Anda dan seluruh anggota keluarga yang ditinggal mati. Selain itu, janin yang ada dalam kandungan merupakan peninggalan dan kenang-kenangan si syahid. Bila sebelumnya Anda telah memiliki anak, maka janin tersebut merupakan kenang-kenangan terakhir dan kelahirannya akan menghidupkan berbagai kenangan yang sangat berharga.

Masa kehamilan merupakan masa-masa penting dan menentukan nasib si anak. Di masa ini, wanita yang hamil ibarat seseorang yang sedang berpuasa dan berjuang di jalan Allah dengan harta, jiwa, dan raganya. Oleh karena itu, Nabi mulia saww menganggap semua aktivitas wanita tersebut sebagai ibadah.

Masa ini merupakan masa yang amat penting lantaran rahim Anda sedang berisi janin yang, menurut sabda Rasulullah saww, kebahagiaan dan kesengsaraannya telah terbentuk sejak dalam kandungan tersebut. Begitu pula dengan berbagai sifat, bakat, dan potensi yang akan berpindah dari rahim ke tubuh si anak melalui darah.

Secara ilmiah, penjagaan dan pemeliharaan pada masa sebelum kelahiran sangat diperlukan. Langkah-langkah pendidikan mestilah dijalankan sejak sang bayi belum dilahirkan. Sebab, persiapan-persiapan yang diraih pada masa ini sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan si anak. Terlebih, Anda adalah keluarga seorang syahid dan anak Anda berasal dari keturunan yang mulia.


Pemeliharaan dan Penjagaan

Apa yang harus di pelihara dan di jaga pada masa kehamilan? Perlu kami tekankan bahwa masalah ini cukup luas dan banyak sekali buku tentang masalah perawatan dan kesehatan ibu pada masa tersebut. Dalam bagian ini, kami akan memaparkankannya secara ringkas.

1. Makanan dan obat-obatan.

Makanan memiliki peran penting dalam membentuk jasmani dan ruhani manusia agar menjadi sehat dan sempurna. Keelokan rupa, postur tubuh, berat dan tinggi badan kesehatan jasmani dan ruhani bakhan akhlak dan kepribadian manusia, kurang-lebih berada di bawah pengaruh dan kondisi makanan.

Kami akan menyebutkan beberapa poin yang perlu diperhatikan:
a. Makanan mesti baik dan halal. Sebab, makanan yang subhat dan haram akan memberikan dampak yang negatif bagi janin dan anak.
b. Janin membutuhkan berbagai macam mineral yang akan memberikan dampak yang luar biasa bagi pertumbuhan kecerdasannya.
c. Makanan yang dikonsumsi mesti sedikit namun penuh energi. Misalnya daging, kurma, dan lain-lain.
d. Tidak dianjurkan untuk makan dalam jumlah yang banyak (terlalu kenyang); sedikit saja tetapi beberapa kali dalam sehari.
e. Mesti diperhatikan kandungan gizi makanan. Sebab jika kurang akan mengakibatkan pemikiran si anak menjadi terbelakang, idiot, dan menderita kelainan otak dan tubuh.
f. Menurut riwayat, terdapat beberapa jenis makanan yang dapat memberikan pengaruh yang positif akhlak dan keelokan rupa si anak. Rasulullah saww bersabda, “Berilah makan wanita-wanita yang sedang mengandung dengan (buah) safarjal (quince, sejenis apel), karena akan membuat rupa anak menjadi bagus dan elok.” Dalam riwayat lain, “Berilah makan wanita pada bulan di mana ia akan melahirkan dengan (buah) kurma, karena anaknya akan menjadi orang yang sabar dan bertakwa.”
g. Harus benar-benar mernperhatikan dosis obat yang dikonsumsi, bahkan upayakan sedapat mungkin untuk tidak mengonsumsi obat-obatan. Sebab, obat-obatan anti-nyeri, anti-piretik, anti-biotik, dan anti-muntah- juga rontgen―dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi janin.
h. Wanita hamil yang mengidap penyakit, diantaranya cacar atau demam yang tinggi, dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi janin, terlebih bila dalam proses penyembuhannya memerlukan obat-obatan dengan dosis yang tinggi.

2. Tidur dan beristirahat.

Seorang wanita hamil memang tidak dalam keadaan sakit. Namun kehamilan memang memerlukan tidur dan istirahat yang cukup. Ia tidak harus menghentikan semua aktivitas dan pekerjaannya sehari-hari, kemudian beristirahat total. Sebab itu akan merusak tugas dan tanggung jawabnya dalam merawat anak-anak. Namun ia harus meng- hindarkan diri dari pekerjaan yang berat, terutarna pada tiga bulan pertama dan tiga bulan terakhir dari masa kehamilannya.

Ia mesti tidur cukup dan dapat menghirup udara bersih dan segar ketika tidur, karena akan menjaga keselamatan diri dan janinnya. Di samping perlu beristirahat, ia juga perlu bekerja dan beraktivitas. Dalam beraktivitas, adakalanya ia perlu melepas sepatu atau alas kakinya, karena akan memberikan ketenangan bagi dirinya. Ia juga perlu berjemur di bawah sinar matahari (ketika sinarnya tidak begitu menyengat), sehingga tubuhnya terkena sinar matahari. Ia harus menghindarkan diri dari kurang tidur atau tidak tidur pada malam hari (begadang), karena akan membahayakan diri dan janinnya.

3. Sisi emosional.

Kondisi kejiwaan, emosi, perasaan sedih, dan kegelisahan wanita di masa kehamilan akan berpengaruh negatif pada kondisi janinnya.

Oleh karena itu, wanita hamil harus menjauhkan diri dari semua itu. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa hubungan ibu dan janinnya bukan hanya hubungan fisiologis semata, namun juga hubungan emosional. Misal, perasaan takut dan marah akan mempengaruhi sistem syaraf si ibu sehingga mengakibatkan mengalirnya cairan dari berbagai kelenjar ke dalam darah dan akhirnya mengalir ke tubuh janin.

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa wanita hamil yang selalu bingung, sedih, dan gelisah, niscaya akan menjadikan anaknya:
a. Beraktivitas dan merniliki sensitivitas yang sangat melampaui batas
b. Sering menangis dan merengek. Demi mendapatkan makanan atau sesuatu yang lain, ia akan menangis bahkan selama dua atau tiga jam.
c. Tingkah laku dan reaksinya sangat tidak tepat. Sebagian besar dari mereka bersifat pemarah.
Seandainya pun perasaan sedih dan gelisah si ibu tidak berpengaruh langsung pada janin, namun itu akan mengakibat- kan penyempitan urat nadi (si ibu), sehingga aliran darahnya menjadi lamban, dan akan muncul beberapa keadaan berikut:
a. Rasa bingung dan gelisah. Rasa bingung dan gelisah seorang ibu di masa kehamilannya akan berpengaruh pada watak dan kepribadian si janin. Si ibu sendiri akan merasa mual dan muntah-muntah, sementara si janin akan menderita kelainan syaraf. Ini bahkan dapat menimbulkan berbagai gangguan saat melahirkan dan dapat memperpanjang masa kehamilan.
b. Rasa takut dan cemas. Perasaan takut yang muncul pada masa kehamilan akan mempengaruhi kondisi si ibu dan janin.
Adakalanya perasaan takut tersebut muncul lantaran kehamilan itu sendiri, seperti khawatir janinnya akan cacat. Perasaan takut itu akan mengakibatkan syaraf tubuhnya menjadi tegang dan kemungkinan akan mengalami keguguran. Ya, seandainya si suami masih hidup, ia akan menenangkan dan menghibur hatinya. Sekarang, tugas tersebut mesti dilakukan orang lain atau wanita itu sendiri.
c. Rasa sedih dan duka. Wanita yang sedang hamil tidak boleh merasa sedih dan berduka secara menerus. Tangisan yang kuat, tekanan jiwa yang permanen ataupun sementara, dan sensitivitas yang tinggi dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, akan menimbulkan dampak yang negatif pada janin dan akan menghambat pertumbuhannya. Oleh karena itu, wanita hamil dianjurkan mencari sarana yang dapat mendatangkan keceriaan, sehingga menumbuhkan optimism untuk menjalankan roda kehidupannya. Selalu mengingat serta menyebut nama Allah, akan mendatangkan ketenteraman hati dan melenyapkan berbagai perasaan sedih dan duka.

4. Pemikiran dan kecenderungan.

Tidak dapat disangkal, bahwa bentuk pemikiran, kecenderungan, dan kondisi kejiwaan ibu hamil dapat berpengaruh pada kehidupan janin di masa datang. Mesti juga disebutkan bahwa pikiran kotor dan menyimpang, atau sebaliknya, pikiran bajik dan mulia dalam benak si ibu, akan memberikan pengaruh pada bentuk pemikiran si janin, sebagaimana termaktub dalam berbagai riwayat.

Adakalanya, isteri seorang syahid mengharapkan anak yang akan dilahirkannya adalah laki-laki, agar dapat menjadi pengganti sang ayah. Keinginan ini, meskipun bersumber dari kecintaannya terhadap suami, boleh jadi akan menyebabkan mengalirnya cairan dari berbagai kelenjar dalam tubuhnya, sehingga masuk ke tubuh janin dan membuat berbagai perubahan yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, wanita yang sedang hamil mesti benar-benar menyadari bahwa dirinya tidak dapat menentukan sendiri jenis kelamin janin yang ada dalam kandungannya. Ya, semua itu datangnya dari Allah dan ia harus pasrah dan rela terhadap keputusan yang telah ditentukan-Nya.

5. Aktivitas dan perbuatan.

Pada masa kehamilannya, seorang wanita harus beraktivitas dan bekerja. Sebagian dari aktivitas tersebut mungkin berupa pekerjaan ringan di rumah, rekreasi dan jalan-jalan, atau olah raga khusus.

Kegiatan olahraga, khususnya olahraga pernafasan, akan merelaksasi jiwa dan melancarkan peredaran darah. Ini akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mewujudkan kesehatan jasmani dan ruhani ibu dan janinnya. Pada masa kehamilannya, seorang ibu mungkin memiliki pekerjaan yang banyak, menyita waktu, melelahkan, dan menjenuhkan.

Namun, pekerjaan tersebut mestilah bukan pekerjaan yang berat atau selalu membuatnya berdiri, terutama di bulan-bulan pertama kehamilannya. Tamasya dan rekreasi, meskipun mendatangkan manfaat tidak boleh dilakukan terlalu lama. Secara umum keletihan, kelelahan, kelemahan jasmani dan ruhani akan memberikan dampak yang negatif bagi janin.

6. Kebersihan dan kesehatan.

Yang mesti diperhatikan para wanita hamil adalah menjaga dan memperhatikan kebersihan dan kesehatannya, khususnya kebersihan tubuh yang me- rupakan sarana bagi pernafasan kulit. Dengan memperhatikan masalah tersebut, mereka akan merasa senang dan bahagia. Begitu juga, perhatian akan kesehatan jiwa pada masa ke- hamilan akan sangat berrnanfaat bagi janin. Oleh karena itu, sedapat mungkin mereka mesti dihindarkan dari berbagai peristiwa yang dapat mengguncang jiwanya. Secara umum. wanita hamil dan janinnya memang berada dalam keadaan bahaya. Jika tak dijaga secara sungguh-sungguh, mereka mungkin akan tertimpa berbagai dampak yang tak diinginkan. Sinar X, bahan-bahan kimia, kekurangan gizi, dan masuknya virus ke dalam rahim, dapat mengganggu pertumbuhan janin. Di bulan-bulan pertama kehamilan, si ibu mesti sangat memperhatikan kondisinya dam hendaklah mandi dengan air yang tak terlalu panas atau terlalu dingin. Sebab, air yang terlalu panas akan mempercepat detak jantung, sementara air yang terlalu dingin, akan menyebabkan demam dan otot-otot menjadi kejang. Ini akan membahayakan kondisi si janin.

7. Semangat hidup.

Pada masa kehamilan, masalah semangat hidup merupakan hal yang sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tatkala kekecewaan dan keputusasaan, kebingungan dan kegelisahan, serta penyakit dan penderitaan, menguasai perasaan ibu yang sedang hamil, maka anak yang dilahirkan akan memiliki ciri-ciri: makan tidak teratur, perut kembung, sakit jantung, susah tidur pada malam hari, cengeng, tak mau lepas dari gendongan sang ibu, dan seterusnya.


Dalam Islam, banyak sekali pembahasan mengenai masalah semangat wanita di masa kehamilannya. Bahkan para wanita yang sedang hamil dianjurkan untuk sesekali memandangi rerumputan, bunga-bunga yang bermekaran, dan ufuk nan jauh. Dianjurkan pula agar memiliki teman bergaul yang bajik, rajin melaksanakan ibadah, pasrah kepada Allah, dan senantiasa menjaga agar tak kehilangan semangat hidup.


Pentingnya Sifat Keibuan

Wanita merupakan sosok yang amat penting dan bernilai. Aktivitas dan pengaruh yang diberikannya bagi umat manusia sungguh sangat menakjubkan. Secara lahiriah, ia sama dengan manusia lainnya. Namun sebenarnya, ia adalah malaikat langit yang dengan kekuatan maknawi (spiritual)-nya, mampu memberikan pengaruh dan perubahan pada jiwa dan perilaku suami serta anak-anaknya; menjadi baik dan mulia ataupun buruk dan tercela.

Ia mampu berperan dalam bermacam-macam tugas dan tanggung jawab, sebagai ibu, juga sebagai ayah, guru, tempat berlindung, pemberi ketenangan dan ketenteraman, serta menjadi teman bermain bagi si anak. Namun, peran terpenting- nya adalah sebagai ibu.

Di samping sebagai pendamping suami, ia juga dapat menggantikan peran ibu bagi suaminya. Dengan kelemah- lembutan dan kasih sayangnya, ia dapat menenangkan hati suaminya―bila menghadapi berbagai kesulitan―dan mengingatkannya manakala melakukan hal-hal yang tak patut.

Peran wanita dalam pendidikan anak, dari satu sisi, lebih besar ketimbang laki-laki. Sebab, si anak lebih banyak berada di samping ibunya dan darahnya berasal dari ibu. Ya, seorang anak memperoleh pengaruh dari ibunya, baik selama dalam kandungan maupun setelah lahir ke dunia. Sewaktu masih kanak-kanak dan belum memasuki sekolah dasar, bahkan setelah usia itu, seorang anak lebih terpengaruh oleh. ibunya ketimbang ayahnya.

Wanita mampu hidup pada dua poros kehidupan; memiliki kekuatan untuk menjadi ibu maupun menempati posisi seorang ayah. Namun dalam posisi sebagai ibu, ia mampu menunjukkan kepribadiannya serta meraih posisi dan kedudukan yang lebih mulia ketimbang posisi yang 1ain Pada dasarnya, kata “wanita” mengingatkan semua orang akan sosok ibu, sebuah nama tak terlupakan sepanjang hidupnya.


Makna Keibuan

Sosok ibu, merupakan kedudukan tertinggi dan kebanggaan kaum wanita. Terutama, lantaran Allah Swt telah memberinya sebuah kekuatan dan perasaan yang mampu memberikan pengaruh pada orang lain. Allah juga telah menjadikan wanita sebagai pengemban tugas suci bagi pendidikan keturunan umat manusia.
Kedudukan sebagai ibu sungguh suci nan mulia. Sebuah kedudukan tinggi yang sulit dicapai semua orang. Sebuah keahlian dan spesialisasi yang sangat luar biasa. Sebuah tanggung jawab yang mampu mengubah seorang anak yang semula kosong-nilai menjadi berisi dan bernas.

Ia adalah malaikat yang mengemban tugas membina dan memelihara makhluk yang lemah tanpa mengharapkan imbalan apapun. Pengasuhan seorang ibu terhadap anaknya bukanlah lantaran berpengharapan agar bila anaknya dewasa nanti dapat membalas jasa-jasanya. Ia adalah sebuah wajah yang amat dicintai oleh anaknya, yang membuat perubahan pada sisi jasmani dan ruhani si anak. Belaian dan sentuhannya akan melenyapkan berbagai penderitaan. Kehidupan individual dan sosial si anak sangat bergantung padanya dan merupakan sarana yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya.


Pentingnya Kedudukan Ibu

Menjadi seorang ibu merupakan tanggung jawab yang sangat penting. Sosok ibulah yang membentuk masa depan anak. bahkan masyarakat. Banyak orang-orang mulia yang mengatakan bahwa bergeraknya roda kehidupan masyarakat sangat bergantung padanya. Manakala seorang ibu meng- goyang-goyang tempat tidur sang anak dengan tangannya, maka sebenamya ia tengah menggoyang dunia dan sistem kehidupan di masa datang.

Bahkan orang-orang mengatakan bahwa untuk mengetahui keadaan generasi mendatang, maka kita mesti bertanya kepada para ibu; apa yang hendak ia lakukan? Keturunan bagaimana yang hendak diserahkannya pada masyarakat? Memiliki kebudayaan adiluhung? Bermoral? Amoral? Aktif? Tegar? Memiliki harga diri?
Kaum ibulah yang mengajarkan anak-anak dasar-dasar kebudayaan, kebiasaan, dan tradisi yang ada di tengah masyarakat. Begitu pentingnya pendidikan ibu, sehingga Imam Husain, pada hari Asyura (10 Muharram 61 H, hari kesyahidan beliau dan keluarga Rasul saww)―ketika menghadapi musuh yang memaksa beliau untuk membaiat Yazid yang terkutuk- mengatakan, “Pangkuan suci, yang di sana aku dididik dan dibesarkan, tidak mengijinkan aku untuk menyerahkan diri dan membaiat musuh.”

Alhasil, seorang ibu harus merawat dan memelihara tunas yang baru saja muncul agar dapat tumbuh dan berkembang serta menjaganya dari berbagai gangguan yang dapat meng- hancurkan kehidupannya. Tanpa perawatan ibu, kapankah anak akan tumbuh dan berkembang? Tanpa kasih sayangnya, bagaimana anak akan menyongsong masa depannya?


Rumah Tangga Tanpa Ibu

Pentingnya keberadaan dan kedudukan ibu akan menjadi jelas manakala sebuah rumah tangga berjalan tanpa kehadiran seorang ibu, baik lantaran kematian, perceraian, ataupun banyaknya kesibukan di luar rumah sehingga tak mampu mengurusi keluarga dan anak-anaknya dengan baik. Rumah tangga tanpa ibu adalah rumah tangga yang dingin dan menjemukan, sekalipun terdapat seratus orang pembantu di dalamnya. Bahkan sekalipun sang ayah menghabiskan seluruh waktunya bersama anak-anaknya.

Sosok ibu memiliki daya tarik tertentu dalam keluarga. Anak-anak memperoleh kehangatan dan kebahagiaan darinya. Bahkan sekiranya sang ibu memiliki watak keras dan pemarah, itu masih jauh lebih baik ketimbang seratus orang pembantu. Anggota rumah tangga akan merasa lebih aman dan tenang tatkala sang ibu berada di sampingnya.

Rumah tangga yang di dalamnya tidak terdapat seorang ibu, adalah rumah tangga yang kosong dari malaikat yang penuh kelembutan dengan belaian yang tulus nan murni. Dalarn rumah tersebut, takkan ditemukan kesenangan dan kebahagiaan, harapan dan cita-cita, cinta dan penghormatan, kerja sama dan kesetiakawanan, kejujuran dan kesetiaan, dan orang-orang yang ada di dalamnya takkan merasakan adanya kehangatan dan kebahagiaan. Dalam masa pertumbuhannya, anak-anak memerlukan pelukan hangat dan belaian tulus. Dalam rumah tangga tanpa ibu, si anak takkan mendapakan semua itu.


Rasa Keibuan

Perasaan yang membanggakan adalah perasaan menjadi seorang ibu. Perasaan seperti itu akan muncul sejak bulan keempat atau kelima dari masa kehamilannya, seiring dengan bergeraknya sang janin dalam kandungannya. Dengan kelahiran sang bayi dan terdengarnya suara tangisan, maka perasaan tersebut semakin bertambah kuat.

Ketika anak mulai membuka matanya, menatap wajah ibunya, dan tersenyum padanya, maka perasaan tersebut menukik menuju puncaknya. Ketika mulai merasakan bahwa dirinya mengandung, seorang wanita akan merasa luar biasa, lantaran mengetahui dirinya tidak mandul dan mampu melahirkan anak yang merupakan buah hatinya.

Status sebagai ibu bagi seorang wanita merupakan hal yang amat membanggakan dan membahagiakan. Setelah melahirkan, ia akan merasa bahwa potensi dan kemampuannya mulai berkembang. Ia mampu menapak di jalan yang pernah dilalui semua manusia dalam upayanya menuju kesempurnaan. Perasaan ini menjadi purna manakala dirinya mulai me- nyaksikan anak-anaknya mampu berkiprah dalam masyarakat
Para isteri syahid memiliki perasaan dan kebanggaan yang lebih kuat.

Terutama, lantaran mereka adalah pasangan dan teman hidup si syahid, serta yang melahirkan dan merawat anak yang merupakan peninggalannya. Mereka adalah para perawat dan pemelihara keturunan syahid dan bertanggung jawab langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan amanat Ilahi dan amanat syahid tersebut. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawabnya menjadi semakin berat.

Adakah yang lebih membanggakan ketimbang tugas Anda sebagai ibu yang merawat dan membimbing keturunannya, di mana umat manusia menggantungkan harapannya pada Anda? Adakah yang lebih membanggakan daripada upaya Anda untuk menyirami tunas moral dan kemuliaan serta menentukan masa depannya, yang nantinya akan menjadi tokoh sejarah, serta menempati posisi dan jabatan yang ada di masyarakat kita di masa datang?


Pandangan Anak tentang Ibunya

Rasa bangga atas status sebagai ibu akan semakin bertambah, tatkala mengetahui persepsi sang anak tentang dirinya. Gambaran apakah yang ada dalam benak anak yang mungil, suci, dan lemah lembut tersebut tentang ibunya?

Anak menganggap ibunya sebagai pusat tumpuan harapan, sosok yang lembut, dan tempat berlindung. Ibu adalah sumber seluruh kebaikan dan kebahagiaannya.

Seorang anak akan melihat hanya ibulah yang mampu memenuhi semua harapan dan keinginannya. Sang anak akan menganggap ibunya sebagai sosok yang menyenangkan, sahabat karib, teman bermain yang baik, serta penjaga dan pengawas yang baik. Ia memiliki keyakinan bahwa ibu adalah pembela dan penolongnya, bahkan takkan membiarkan dokter menyuntiknya, atau ayah menarik telinganya, dan bila ada seseorang mengusirnya, ibu akan melindungi dan menerima kedatangannya.

Seburuk apapun wajah ibu, menurut pandangan anaknya, ia cantik dan rupawan. Jika semua orang membenci, mengusir, dan merendahkan ibunya, di mata si anak, ia tetap mulia. Si anak akan tetap memiliki hubungan yang erat dengannya serta merasa bahwa kehidupannya sangat bergantung pada kehidupan ibunya.


Syarat sebagai Ibu

Ya, kedudukan ibu adalah kedudukan yang amat penting. Karena itu, ia mesti bertanggung jawab dan berusaha keras mendidik anak-anaknya. Ia harus melaksanakan tugas tersebut, menganggap sang anak sebagai amanat, dan menjaga serta memeliharanya. Sebagaimana firman Allah Swt:
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji- janjinya.(al-Mukminûn: 8).

Para ibu yang menyerahkan pendidikan anaknya kepada para pelayan dan pembantu, pada hakikatnya bukanlah seorang ibu. Mereka telah melepaskan beban dan tanggung jawabnya, karenanya mereka takkan memperoleh pahala dan takkan dekat dengan Allah Swt, kecuali jika benar-benar merasa tak mampu dan kewalahan. Seorang ibu ibarat berutang kepada anaknya; memiliki kewajiban yang harus ditunaikan kepada anaknya tersebut. Ya, hati manusia pasti mendukung kesimpulan ini.

Seorang ibu yang berhasil mendidik anaknya, menciptakan kehangatan dalam rumah tangganya, memperkuat berbagai sisi emosional si anak untuk membentuk dan membina kepribadiannya, pastilah memperoleh pahala sebagai seorang ibu. Bahkan ia pun mengetahui bahwa tugas sebagai ibu lebih utama ketimbang tugas sebagai isteri. Jika menjadi ibu, ia menjadi guru, pendidik, dan pengajar, yang menyediakan berbagai sarana untuk pertumbuhan dan kemajuan si anak. Ia menciptakan surga bagi anaknya dan memberikan suri-teladan secara nyata. Dalam hal ini, ia jauh lebih mulia daripada seratus pendidik dan pengajar.


Pengaruh Ibu

Seorang ibu memberikan pengaruh yang besar bagi anaknya, di mana seakan-akan dirinyalah yang menyingkap tirai hati si anak. Pengaruh pendidikannya akan selalu hidup dalam relung hati anaknya Menurut para psikiater modern ibadah, perbuatan, dan perilaku ibu akan memberikan perubahan luar biasa dalam diri anak, di luar pengaruh darah dan genetis yang juga memiliki pengaruh tertentu. Hubungan anak-ibu, menjadi kekuatan pendorong bagi si anak sehingga dirinya bersedia melakukan aktivitas-aktivitas khusus dan mematuhi berbagai ketentuan dan peraturan yang ada.

Ketundukan dan kepatuhan, niat-baik, kemarahan, kemalasan, pementingan diri sendiri, tanggung jawab, cara berargumentasi dan menarik kesimpulan, ketegaran jiwa, cara menghadapi berbagai persoalan, cinta kasih, ketakutan dan kegelisahan, serta akhlak dan moral ibu akan mewarnai kepribadian anaknya.


Ibu yang Melakukan Kesalahan

Sebagian kaum ibu telah melakukan kesalahan, terutama yang menyerahkan tanggungjawab pendidikan anaknya kepada orang lain. Secara praktis, ini menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak memiliki kelayakan seorang ibu. Begitu pula para ibu yang lebih cenderung menuruti keinginan pribadi, suka bersenang-senang, dan mengabaikan pendidikan anaknya, pada hakikatnya bukanlah seorang ibu.

Sama halnya pula dengan para ibu yang hanya mencari kenikmatan pribadi dan tak memperhatikan anaknya, yang hanya sibuk merias-diri, meremehkan pendidikan anaknya, dan tidak memikirkan bahaya yang akan dihadapi anaknya di masa datang.

Juga, seorang ibu yang semestinya tidak bekerja dan masyarakat pun tidak menuntutnya bekerja, namun lantaran menginginkan posisi dan kedudukan tertentu di masyarakat, kemudian menjadi karyawan dan terpaksa menyerahkan anaknya kepada orang lain atau menitipkannya di taman bermain anak (play group, dan lain-lain). Tindakan ibu se- macam ini jelas salah besar.


Pahala Ibu

Menjadi ibu merupakan tugas yang diberikan Allah kepada para wanita. Yang dapat menjalankan tugas tersebut dengan baik, niscaya akan mendapat pahala di sisi-Nya. Ajaran Islam menyatakan bahwa jika seorang ibu, sejak mengandung sampai menyusui, berniat melaksanakan itu sebagai tugas Ilahi, kemudian meninggal dunia, niscaya akan memperoleh pahala seorang yang mati berjuang di jalan Allah. Atau, sebagaimana disabdakan Nabi saww, ia tidak akan merasa sedih dan susah di akhirat.

Islam sangat menghormati dan menghargai seorang ibu yang telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara benar dan bersungguh-sungguh. Seseorang mendatangi Rasul Mulia saww dan bertanya, “Kepada siapakah saya mesti berbuat baik?” Rasul saww menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya, “Setelah itu siapa?” Rasul saww menjawab, “Ibumu.” Ia kembali bertanya, “Siapakah setelah itu.” Rasul saww tetap menjawab, “Ibumu.” Kemudian pada pertanyaan keempat beliau menjawab, “Ayahmu.” (Safinah al-Bihar, juz. II, hal. 686)

Penghormatan dan penghargaan tersebut lantaran pengorbanan seorang ibu demi anaknya jauh lebih besar ketimbang pengorbanan seorang ayah. Dan bentuk akhlak dan kepribadian seorang anak sangat bergantung pada ibu.


Semangat Ibu

Maksud pembahasan ini adalah keberanian bergerak dan berjalan menghadapi berbagai kesulitan dan musibah. Terkadang, dalam menghadapi kesulitan dan musibah, se- seorang menjadi tak mampu bergerak dan beraktivitas. Seseorang yang memiliki semangat tinggi dalam menghadapi berbagai kesulitan, akan tetap melanjutkan perjalanannya sekalipun menghadapi benturan kuat dan kerugian besar.

Dalam mendidik anak, para ibu, terutama setelah kematian atau kesyahidan suaminya, perlu memiliki semangat yang tinggi. Sebab, itu sangat berpengaruh bagi pola-pikir dan emosional si anak, serta keberhasilan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Semangat ibu akan menumbuhkan keberanian bagi si anak dalam mengarungi kehidupan. Ia akan senantiasa merasa senang, gembira,dan mudah menjalani hidup.

Jika si ibu merasa gelisah, cemas, sedih dan bingung, serta tidak bersemangat dalan nenjalankan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, niscaya sang anak juga akan memiliki sikap yang sama. Sebab, jiwa dan hatinya jernih dan terang, sementara kesedihan dan kemalasan si ibu bagaikan debu yang melekat sehingga menutupi jiwa dan hatinya itu.

Boleh jadi, ketika si ibu merenungkan kehidupannya di masa datang dan merasa bahwa kematian sang suami telah membuatnya sendirian, maka raut wajahnya memuram dan perilakunya melabil kemudian menjadikan anaknya sebagai tempat pelampiasan derita dan kekesalan. Dalam kondisi semacam itu, si anak akan mencari tempat perlindungan baru, berupaya memperoleh lingkungan aman bagi kehidupannya, dan menjauhkan diri dari perilaku buruk ibunya. Ini merupakan kerusakan yang dahsyat dalam masalah pendidikannya.


Perasaan Senang dan Bahagia

Seorang ibu memerlukan perasaan senang dan bahagia, dalam menjalankan tugas yang diembannya. Sebagian kaum ibu, setelah kematian suaminya, terkadang malah beranggapan bahwa dirinya harus bersiap-siap untuk masuk ke liang lahat pula. Dengan begitu, ia akan menangis secara menerus dan melupakan anak-anaknya yang tengah memperhatikannya. Kejadian seperti itu akan sangat menyayat hati si kecil.

Ya, adakalanya para ibu membayangkan nasib kehidupan mendatang dan memikirkan apa yang dapat diperbuat demi anak-anaknya, bagaimana menjelaskan masalah kematian kepada mereka, membesarkan mereka, menghadapi berbagai kesulitan ekonomi, dan menjalankan kehidupan di masa datang.

Para ibu semestinya menghilangkan bayangan semacam itu dan membuang jauh-jauh berbagai perasaan sedih, bingung, dan gelisah. Seharusnya, ia merancang program yang dapat menciptakan ketenangan dan kebahagiaan serta menyelamatkan jiwanya dari cengkeraman kesedihan dan duka-lara.

Seorang anak sangat mengharapkan ibunya selalu dalam keadaan riang dan gembira, sehingga memiliki sernangat untuk melakukan berbagai aktivitas dan bermain. Sebab, menurut Khajah Nashiruddin, seorang anak memiliki hubungan jasmaniah yang amat kuat dengan ibunya.

Oleh sebab itu, ia lebih cenderung pada sikap dan perilaku ibunya. Ia bergembira tatkala ibunya gembira dan bersedih tatkala ibunya sedih.

Ya, Anda tidak akan merasa senang bila anak-anak Anda menjadi tak berguna dan Anda pasti tak ingin merusak kehidupan anak Anda di masa datang. Jika demikian, maka Anda harus membenahi sikap Anda dan memilihkan baginya jalan yang baik dan benar.


Upaya Meraih Kebahagiaan

Apa yang mesti dilakukan seorang ibu agar merasa senang, bahagia, dan bersemangat tinggi? Jawabannya adalah dengan memperhatikan program dan poin di bawah ini serta men- jadikannya sebagai acuan hidup.

1. Percaya kepada Allah.

Imam Muhammad bin Ali al-Jawad berkata, “Kepercayaan kepada Allah yang Mahatinggi me- rupakan nilai atas berbagai hal yang berharga dan (merupakan) tangga mencapai ketinggian.” Ya, kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, merupakan harga bagi barang-barang yang berharga dan sebagai tangga untuk mencapai peringkat yang tinggi.

Mengingat Allah dan percaya kepada-Nya―bahwa Dia takkan melupakan manusia di berbagai tingkat kehidupan, akan mewujudkan kebahagiaan serta membebaskan manusia dari berbagai beban penderitaan. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Mengingat Allah adalah penyangga agama dan pelindung dari setan.” Mengingat dan menyebut nama Allah menjadikan keyakinan agama semakin kuat dan menjadi sarana guna menyelamatkan diri dari berbagai bisikan setan.

Yang lebih penting dari itu, al-Quran, yang merupakan kitab samawi dan bukti yang telah disahkan Allah, menyatakan: Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.(al-Ra’d: 28).

Ketahuilah, bahwa hati akan menjadi tenang dan tenteram dengan senantiasa mengingat Allah. Secara keseluruhan―yakin dan percaya kepada Allah―merupakan sarana bagi seorang ibu untuk mendapatkan ketenangan hati serta sarana bagi si anak guna meraih pertumbuhan dan mengasah kemampuannya untuk mandiri.

2. Menepis perasaan takut.

Setelah kematian suaminya, seorang ibu harus berusaha sekuat tenaga untuk melenyapkan perasaan khawatir dan membangun perasaan aman dan tenteram dalam hatinya. Ia tak perlu takut dan khawatir tentang apa yang akan terjadi pada diri dan anaknya atau kesulitan yang akan dihadapi dalam mendidik dan membesarkan buah hatinya itu.

Perasaan takut akan menimbulkan berbagai macam ke- rugian. Di antaranya, menghilangkan rasa senang dan bahagia, melahirkan berbagai kelabilan hidup, mudah marah dan ter- singgung, melenyapkan nafsu makan, melemahkan semangat, dan lain-lain.

Jika seorang ibu memiliki jiiwa penakut, khawatir terhadap kejadian yang akan menimpa, resah akan masa depan, maka perasaan tersebut akan berpengaruh pada anaknya. Imam Ali bin Abi Thalib, berkaitan dengan rasa takut putera beliau. Muhammad bin Hanafiah, mengatakan, “Engkau telah dipengaruhi gen ibumu.” Rasa takut sang ibu akan membuat anaknya menjadi penakut dan tak berani melangkah. Seorang ibu, semestinya tidak merasa takut akan bahaya yang belum datang. Bahkan seandainya pun bahaya itu datang, ia memiliki Allah. Dialah yang akan memberikan keamanan dan ketenteraman.

3. Rasa bingung dan gelisah.

Rasa bingung dan gelisah merupakan masalah yang mematikan dan akan menyeret manusia ke arah kehancuran dan kebinasaan.

Pada dasarnya, perasaan itu akan merintangi perjalanan hidup manusia dan menghalangi para ibu dalam menjalankan tugas berat pen- didikan anak. Lebih-lebih lantaran perasaan tersebut berada di lubuk hati manusia dan tak dapat dilihat secara nyata.

Rasa gelisah dan kesedihan dapat menjadikan si ibu kehilangan sifat keibuan dan kelembutannya. Ini akan mem- bahayakan kondisi si anak dan menjadikannya suka mengucil- kan diri, mengalami tekanan jiwa, dan kekurangan kasih sayang.

4. Menghindari tangis dan rasa sedih.

Kami menyadari, mungkin anjuran ini kurang layak untuk disampaikan. Yakni, suami dan isteri sebaiknya tak perlu menangis bila salah satu di antara keduanya meninggal dunia, demi meringankan beban dan deritanya. Adalah sikap yang salah dan keliru, bila seseorang menangis sejadi-jadinya di hadapan sang anak, seraya menunjukkan kelemahan dan ketakberdayaannya.

Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Siapapun yang tak bersabar (dalam menghadapi musibah), maka jiwanya akan tersiksa, menghilangkan perintah Allah, dan menjual pahalanya.” Ya, seseorang yang tak mampu bersabar meng- hadapi musibah yang menimpa, jiwanya akan tersiksa, me- remehkan perintah Allah, dan telah menjual pahala yang semestinya diterimanya dari Allah Swt.

Di sisi lain, Imam Ali mengumpamakan dunia ini ibarat cermin dan gunung. Bila Anda memandangnya, maka Anda akan melihat wajah Anda terpampang di situ.

Dan jika Anda berteriak, maka Anda akan mendengar (pantulan) teriakan Anda sendiri. Jika wajah Anda murung dan jeritan Anda menyuarakan kedukaan, maka semua itu akan memantul kepada Anda sendiri dan semakin me- lipatgandakan musibah yang Anda alami.

5. Perhatian pada tugas.

Ini adalah poin penting, di mana setiap manusia dalam setiap detik umumya harus merenungkan, tugas apa yang mesti dijalankannya? Menurut hemat kami, janganlah terlalu memikirkan masa lalu dan khawatir terhadap masa depan. Yang perlu diperhatikan adalah tugas dan tanggung jawab Anda saat ini.

Sekarang, Anda memiliki kesempatan yang amat berharga. Tenangkanlah diri Anda dan pikirkan cara menggunakan kesempatan yang ada, demi kepentingan Anda dan anak-anak Anda. Ya, hidup disisi suami mendatangkan kebahagiaan tersendiri.

Namun, perlu diketahui bahwa, pertama, itu bukan- lah satu-satunya kebahagiaan. Masih ada hal-hal lain yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Kedua, apapun yang Anda lakukan, jenazah suami Anda tak mungkin dapat hidup kembali. Melampiaskan perasaan duka-cita dengan cara menangis, menjerit, dan merintih, tidak akan memperbaiki kondisi yang ada. Anda harus berpikir rasional. Apakah tugas Anda sekarang ini hanya berkabung dan berduka, ataukah menyingsingkan lengan baju dan mengurusi kehidupan anak Anda?

6. Kapasitas ketabahan.

Anda dituntut memiliki kesabaran lebih, sehingga dapat berdiri tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan. Sikap-sikap yang Anda ambil haruslah rasional dan berdasarkan pemikiran yang matang. Ya, seluruh kehidupan ini penuh dengan musibah dan bencana. Apakah Anda mengira bahwa bila musibah tersebut tidak menghampiri Anda, lalu Anda akan bebas dari bencana?
Menurut kami, setiap hari pasti ada musibah dan bencana, namun bentuknya mungkin berbeda- beda.

Adalah pola-pikir yang keliru, jika seseorang mengharapkan kehidupannya selalu sesuai dengan keinginannya. Yang seperti itu pun tidak dialami para nabi dan imam suci. Ya, kita sendiri- lah yang mesti memiliki kekuatan untuk menghadapi terpaan badai dan meringankan beban kehidupan yang ada di pundak kita.

Perasaan kecewa dan putus asa sangat mematikan. Pelita kehidupan kita dapat terus menyala kalau kita masih memiliki harapan. Harapan dan cita-cita Anda mestilah didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa dunia ini adalah tempat menebar benih dan bercocok tanam, sementara alam (akhirat) itu adalah tempat menuai hasil. Dengan demikian, Anda mesti bersabar dan tabah dalam menghadapi berbagai musibah dan bencana. Anda dituntut untuk lebih memikirkan kepentingan anak Anda me- lebihi kepentingan Anda sendiri. Sebab, sang anak hanya bersandar kepada Anda dan, dalam benaknya, hanya Andalah yang mampu memenuhi semua harapan dan keinginannya.

Demi meraih keberhasilan hidup, Anda mesti dapat meyakinkan diri Anda sendiri. Selain itu, dalam menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan hidup, Anda harus tetap tenang dan tegar, tidak berkeluh-kesah tatkala menderita, tetap tabah tatkala melihat orang-orang tercinta tengah menangis sedih, dan berusaha keras menertibkan ancangan hidup, serta penuh optimisme dan harapan.

7. Aktivitas dan kesibukan.

Jagalah agar jangan sampai Anda menganggur, mengurung diri, menjadi lesu dan mengantuk, atau terbiasa bersandar ke dinding atau kursi lalu membayangkan kehidupan panjang yang mesti Anda lalui. Sebabnya semua itu akan mengakibatkan Anda semakin merasa sedih dan gelisah.


Sibukkanlah diri Anda dengan pekerjaan yang bermanfaat, seperti menenun, menyulam, atau menjahit pakaian untuk anak- anak dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah. Jika Anda hidup di desa, sibukkanlah diri Anda dengan berternak dan bercocok tanam. Jika semua itu tidak memungkinkan, maka sibukkanlah diri Anda dengan membaca buku dan belajar. Alhasil, Anda mesti membuat kesibukan, karena menganggur akan menyebabkan munculnya berbagai bisikan negatif dan menambah kesedihan.

Adakalanya, Anda perlu bertamasya bersama anak-anak, berkunjung ke rumah sanak keluarga dan handai-tolan, berolah-raga di rumah, pergi ke taman atau kebun, dan bermain bersama anak-anak. Semua itu merupakan aktivitas yang dapat membantu Anda menghilangkan kesedihan dan duka-lara.

Ringkasnya, Anda mesti mencari kesibukan yang menjadi- kan Anda semakin memiliki semangat dan harapan untuk melanjutkan hidup ini. Anda mesti memiliki iman dan keyakinan yang kuat terhadap Allah, dan senantiasa mengharapkan rahmat dan pertolongan-Nya. Bersandarlah selalu pada Dzat yang sama sekali takkan melupakan Anda dan terangilah hidup Anda dengan pancaran sinar Ilahiah.


Bahaya Kesedihan dan Kemalasan

Perlu kami katakan bahwa guncangan kejiwaan dapat me- nimbulkan pelbagai dampak yang tak menyenangkan dan dapat menghancurkan kehidupan Anda beserta anak-anak. Jika Anda tidak memikirkan nasib kehidupan Anda, pikirkanlah masa depan kehidupan anak-anak Anda, karena itu akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.

Kesedihan dan kemalasan Anda sangat menyakitkan hati anak-anak Anda, bahkan meracuni jiwanya. Jika Anda tak memperhatikan diri dan anak-anak Anda, siapakah yang akan memperhatikan? Belum cukupkah tangisan dan rintihan itu?


Perlunya Persiapan dan Pembinaan

Profesi sebagai ibu, sekalipun nampak mudah, merupakan profesi yang amat sulit, berat, namun menyenangkan. Sebuah profesi yang menuntut wanita untuk memiliki pengetahuan, baik secara teoretis maupun praktis. Sementara, keberhasilannya sangat bergantung pada keteguhan dalam mempertahankan profesi itu dan kekuatan untuk menghadapi berbagai problematika hidup.

Untuk meraih keberhasilan dalam mendidik dan pe-memelihara anak, di samping membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan hal tersebut, juga diperlukan ketegaran hati, keimanan yang kuat, wajah yang ramah dan murah senyum, optirnisme akan kehidupan men- datang, serta penghindaran diri dari keluhan dan rintihan dalam menghadapi berbagai kesulitan.

Tugas dan misi Anda adalah menyingkap talenta (bakat), menjaga keseimbangan, dan membina anak. Ini tentu tidak dapat dilakukan orang lain. Andalah yang mesti menyingkap potensi anak Anda, kemudian membimbing dan membinanya. Ya, Anda harus memiliki kesiapan untuk itu, kemudian seimbangkanlah kecenderungannya dan benahilah akhlaknya. Semua itu, tentunya, memerlukan berbagai persiapan.


Hal-hal yang Diperlukan dalam Pembinaan

Bukan hanya Anda, tetapi semua manusia, dalam usia dan pertumbuhannya, memerlukan bimbingan dan pembinaan. Semakin berat tugas dan tanggung jawab seseorang, semakin besar pula kebutuhannya akan bimbingan dan pembinaan. Sebagai seorang muslimah dan isteri seorang syahid, Anda mesti memperhatikan posisi dan kedudukan Anda. Siapakah Anda dan apa yang mesti Anda lakukan?

Apa yang mereka harapkan dari Anda? Dengan demikian, Anda akan mengetahui dengan jelas hal-hal yang Anda butuhkan. Kurang-lebih, hal-hal yang Anda butuhkan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut adalah:

1. Mengenal tugas.

Langkah awal yang mesti dijalankan setiap manusia yang bertanggung jawab adalah mengetahui dengan jelas apa tugas-tugasnya dan apa yang mesti dilakukan. Apakah cukup dengan menangis saja? Atau, mestikah tertawa dan bergembira? Mestikah mengucilkan diri? Haruskah membentuk rumah tangga baru? Wajibkah merawat dan membina anak- anak? Dan seterusnya.

Mengenal tugas dan tanggung jawab merupakan tugas penting kita. Lebih-lebih, lantaran itu akan memberikan perubahan pada pernikiran dan program pendidikan yang akan kita terapkan. Orang-orang yang tidak mengetahui tugas dan tanggung jawabnya pada situasi dan kondisi tertentu, niscaya alur kehidupannya akan menjadi tidak menentu. Ya, mereka memang melangkah, namun tidak tentu arah dan tujuan.

2. Persiapan sarana bagi pelaksanaan tugas.

Ketika telah mengetahui tugas dan tanggung jawab Anda, berusahalah sungguh-sungguh untuk mempersiapkan berbagai sarana yang diperlukan.

Pusatkanlah kekuatan dan persiapkanlah diri Anda. Kekuatan apapun yang Anda miliki, pergunakanlah itu dengan penuh keikhlasan. Kuatkanlah semangat Anda dan berdirilah dengan tegar. Melangkahlah dengan penuh semangat dan percayalah kepada Allah, bahwa Dia akan memperkuat niat, harapan, dan langkah Anda.

Namun, janganlah sampai lupa bahwa semua sarana tidak akan tersedia di awal usaha dan aktivitas Anda. Ya, sarana-sarana itu akan tercipta secara perlahan dan berkala. Anda mesti menumpukan aktivitasAnda pada pepatah: aktivitas berasal dari Anda, sementara berkah berasal dari Tuhan Anda.

3. Upaya membentuk figur dan suri-teladan.

Adalah suatu sikap yang keliru bila Anda tidak serius dan melupakan tugas-tugas mendidik dan membina anak Anda.

Kita harus berusaha gigih menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Ya, tugas itu justru sangat layak bagi Anda (para ibu). Sebab, Anda adalah figur dan suri-teladan anak-anak Anda. Selain itu, masyarakat amat menantikan hasil dari usaha Anda dalam mendidik keluarga.

Anda juga harus berusaha agar anak-anak memiliki keyakinan bahwa Anda adalah figur dan teladan bagi mereka. Oleh karena itu, Anda mesti cermat dalam berbicara, berjalan, mengenakan pakaian, dan lain-lain. Sikap dan perilaku Anda mestilah sedemikian rupa sehingga Anda dijadikan sebagai panutan para wanita dan masyarakat pada umumnya.

4. Bersikap matang.

Sikap yang Anda ambil dalam kehidupan Anda mestilah berlandaskan keyakinan dan ideologi Anda. Pada dasarnya, seseorang yang konsisten akan ajaran agama, tak mungkin tak punya sikap tertentu. Dalam masyarakat, kita dapat temukan berbagai macam jalan dan jalur pemikiran, dan itu menuntut kita untuk mengambil dan menentukan sikap dan pilihan yang tepat.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam mengambil sikap, janganlah Anda membangkitkan sensitivitas orang lain. Orang-orang juga memperhatikan Anda dan sikap yang Anda pilih. Oleh karena itu, Anda perlu memiliki pengetahuan tentang kejadian dan apapun yang ada. Sikap yang Anda ambil mestilah didasarkan pada kebijakan dan kearifan, agar Anda mampu meraih keberhasilan. Kondisi Anda mengharuskan Anda tidak melintasi setiap jalur, menyambut positif setiap ajakan, serta terlalu sensitif atau dingin dalam menghadapi beragam situasi dan kondisi.

5. Menjaga dan memelihara diri.

Anda perlu memperhatikan dan menjaga kesehatan jasmani dan ruhani agar tidak me- lakukan kesalahan dan kekeliruan. Jika Anda terlanjur me- lakukan kesalahan, maka hakimilah dan celalah diri Anda sendiri, kemudian mohonlah ampunan kepada Allah Swt. Sesalilah kesalahan yang telah Anda lakukan dan mohonlah pertolongan-Nya agar tidak mengulangi perbuatan seperti itu lagi.

Anda adalah ibu dan panutan anak-anak Anda. Dengan demikian, kesucian dan kebaikan perilaku Anda merupakan pelajaran bagi mereka. Bagi seorang anak, sosok ibu adalah bentuk nyata dari akhlak, pemaafan, pengorbanan, ketakwaan, dan kesucian diri. Oleh karena itu, tugas dan beban Anda semakin bertambah berat. Secara umum, keadaan jasmani dan ruhani Anda mestilah selalu dalam keadaan hidup, sehingga Anda dapat menghidupkan keturunan Anda.

6. Menambah pengetahuan.

Dalam menjalankan upaya pendidikan tersebut, Anda perlu menimba berbagai pengetahuan. Sebab, bila pengetahuan Anda semakin bertambah maka akan terbuka peluang bagi Anda untuk meraih keberhasilan. Anda perlu lebih bersandar pada pengetahuan dalam masalah yang berkaitan dengan kehidupan pribadi dan pertumbuhan diri Anda, kehidupan dan pertumbuhan anak-anak Anda, kesyahidan suami Anda, dan pemeliharaan jalan yang telah ditempuhnya, Islam, dan ideologi Anda sendiri.

Anda merniliki andil yang besar dalam aktivitas dan kegiatan anak, dalam menciptakan kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Ya, Anda mestilah menyibukkan diri demi memenuhi kebutuhannya. Kabulkan permintaannya yang rasional, singkirkan berbagai rintangan yang menghalangi pertumbuhannya, dan jauhkanlah generasi syahid itu dari berbagai penyakit dan penyimpangan. Kenalkanlah ia pada dunia, serta nilai dan relativitasnya. Ajarilah dirinya filsafat, aturan kehidupan, dan seterusnya. Ya, semua itu perlu diketahui secara luas dan mendalam.

Pabila seorang ibu tidak mengetahui berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan, pertumbuhan, psikologi, dan pendidikan anak, maka langkah-langkahnya dalam membimbing dan memelihara anak akan menjadi tidak jelas sehingga si anak dapat mengidap berbagai penyimpangan moral. Boleh jadi, si anak akan menderita kerugian besar yang tak terbayangkan sebelumnya

7. Iman dan keyakinan.

Dalam membina dan mempersiapkan diri, Anda harus memiliki hubungan yang kuat dengan Allah. Janganlah memutuskan tali hubungan dengan-Nya, mohonlah pertolongan-Nya, bertawakallah kepada-Nya. Sebab semua itu akan menjadikan Anda lebih percaya diri. Mohonlah pada-Nya untuk senantiasa membimbing Anda.

Cahaya keimanan yang ada di hati merupakan sarana paling signifikan dalam melawan dan memerangi seluruh penyebab kegagalan dan kelemahan. Pada dasarnya, keimanan dan keyakinanlah yang membukakan jalan, mewujudkan cahaya harapan di setiap hati, dan mewujudkan keberanian untuk melangkah menggapai tujuan.

Menghindarkan diri dari melanggar perintah dan larangan Allah, istiqamah dalam menjalankan tuntunan-Nya, senantiasa mengingat dan menyebut-Nya, bertawakal kepada-Nya, serta selalu mengharap rahmat dan pertolongan-Nya, merupakan faktor terpenting dalam meraih keberhasilan serta akan mewujudkan kekuatan besar dalam jiwa manusia.

8. Arif dan hati-hati.

Jalan kehidupan yang kita tempuh tak selamanya mulus dan lancar, dan sikap yang kita ambil pun tak selalu membuahkan hasil yang benar. Sebab, kehidupan adalah sebuah masalah yang rumit dan keberadaan manusia belum terpantau dari berbagai sudutnya. Adakalanya, di tengah perjalanan hidup ini, kita berhadapan dengan jurang yang siap melahap kita. Sedikit saja lengah, kita akan terjerumus ke dalamnya.

Terkadang pula, kita telah melakukan upaya untuk me- lenyapkan berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada pada diri sang anak, namun usaha tersebut malah justru memperparah kondisinya. Ya, dalam melintasi alur kehidupan, Anda perlu bersikap arif dan hati-hati dalam bersikap dan melangkahkan kaki.

9. Teguh dan tegar.

Jika Anda telah mengetahui dengan pasti bahwa jalan yang hendak Anda tempuh adalah benar, dan Anda telah mengetahui dengan pasti tugas Anda tersebut, maka janganlah Anda merasa ragu dan bimbang. Sebab, tanpa keteguhan dan ketegaran hati, maka Anda tak mampu me- langkahkan kaki Anda barang sejengkal pun.

Sebagaimana telah disebutkan, sikap arif dan hati-hati harus selalu dijadikan landasan bagi berbagai upaya dan aktivitas. Di samping itu, juga diperlukan keteguhan dan ketegaran hati, serta penyingkiran sikap apriori dan pesimistis, karena hanya akan menghambat pertumbuhan dan kemajuan.

10. Senantiasa berpikir.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini tidak semuanya tetap berlangsung dan monoton. Perubahan dan pergantian merupakan asas dan aturan kehidupan di dunia ini. Kita selalu berada dalam situasi dan kondisi yang berubah. Ya, kehidupan di dunia ini dan permasalahan yang ada di dalamnya senantiasa berganti. Dan, untuk menentukan sikap yang baru diperlukan bentuk pemikiran yang baru pula.


Kami tidak mengatakan bahwa seorang ibu harus menghabiskan seluruh waktu dan kesempatannya bagi si anak. Namun yang kami maksudkan adalah bahwa Anda sebagai ibu hendaklah senantiasa memikirkan jalan menuju perkembangan diri dan anak Anda. Buatlah catatan sekaitan dengan berbagai sisi permasalahan, kemudian pelajarilah pelbagai sistem dan rahasia yang ada di dalamnya. Itu dimaksudkan agar Anda dapat mengetahui apa yang harus dilakukan. Juga, mengetahui sikap-sikap yang selama ini telah Anda ambil, apakah cukup matang dan rasional.


Perlunya Kecerdikan dan Kesadaran

Di jalan kehidupan yang ditempuh rnanusia ini, terdapat banyak onak dan duri yang dapat merusak dan menyimpangkan seseorang dari jalan yang lurus. Bukan hanya Anda (para ibu) yang terancam bahaya tersebut. Namun juga anak-anak Anda. Saya banyak mengenal orang-orang yang memiliki bentuk pemikiran menyimpang, yang beranggapan bahwa anak yatim atau keluarganya ibarat tanah atau pohon tak bertuan, dan menyalahgunakan keberadaan mereka. Juga, terdapat musuh-musuh licik dan lihai, yang akan meraup berbagai keuntungan politis dengan cara memanfaatkan kelembutan hati dan emosi Anda. Satu-satunya yang dapat menyelamatkan Anda dari semua itu adalah kecerdikan dan kesadaran Anda.

Demi kepentingan Anda dan anak-anak, hendaklah Anda menjauhkan diri dari ucapan atau perbuatan yang dapat meracuni anak, agar cahaya Anda tetap menyinari mereka dan, di mata mereka, Anda adalah orang yang sangat berharga.


Sumber-sumber Pengetahuan

Mungkin Anda cerdik, pandai, dan memiliki pola pikir yang bagus. Namun, Anda sekali-kali jangan beranggapan bahwa Anda tidak memerlukan bimbingan dan pengajaran. Dalam posisi dan kondisi apapun, Anda pasti membutuhkan pengalaman orang lain, sehingga dengan memanfaatkan pengalaman tersebut Anda mampu berjalan dan melangkahkan kaki dengan mantap dan penuh percaya diri.

Ya, saya mengetahui bahwasanya Anda telah melaksanakan tugas sebagai ibu dengan cara yang alami. Tidak diragukan pula, sebagian pengetahuan, Anda peroleh ketika tengah menjalankan tugas pendidikan itu. Namun, kesadaran, pengetahuan, dan usaha untuk memperoleh informasi yang lebih banyak, akan lebih mendukung Anda untuk meraih keberhasilan.

Dalam pada itu, terdapat berbagai khazanah dan individu yang memiliki pandangan yang benar-benar matang dan berpengalaman, seperti para ruhaniawan (ulama), para ilmuwan sosial, ahli pendidikan anak, psikolog dan psikiater, wanita-wanita tua yang berpengalaman, keluarga para syahid yang lebih dahulu dari Anda dan telah melintasi jalan yang sekarang Anda lalui, serta buku-buku tentang sejarah Islam yang menguraikan persoalan dan permasalahan yang sama dengan yang tengah Anda hadapi.

Dalam hal ini, Anda harus meluangkan waktu dan kesempatan guna mengkaji dan mempelajari sumber-sumber tersebut. Dengan cara itu Anda dapat menjalankan tugas pendidikan tersebut dengan sebaik-baiknya.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: