Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu haramkan apa saja yang baik dan telah Allah halalkan bagi kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas." (QS. al-Maidah: 87)
Termasuk peringatan Allah yang termaktub dalam al-Quran kepada
orang-orang mukmin adalah meninggalkan dunia secara mutlak dan menilai
haram nikmat-nikmat Allah yang suci dan halal. Dalam ayat 78 surat
al-Maidah, peringatan ini disampaikan secara transparan. Sementara dalam
Asbab Nuzul ayat ini disebutkan bahwa ada sejumlah sahabat Nabi
Muhammad Saw yang duduk bersama beliau dalam sebuah pertemuan. Ketika
Nabi Saw sampai pada penjelasan tentang kiamat, mereka begitu
terpengaruh dan sadar, sehingga ada yang memutuskan untuk berpuasa
setiap hari. Di malam hari mereka tidak tidur dan menggantinya dengan
ibadah. Mereka tidak lagi ingin mendekati istrinya dan tidak makan
daging.
Mereka berhasil mengamalkan perilaku ini untuk beberapa waktu, hingga
berita ini sampai ke Nabi Saw. Ketika beliau mendengar kabar ini,
dengan segera para sahabatnya dikumpulkan dan menyampaikan
ketidaksukaannya akan perilaku yang seperti ini. Nabi Saw berkata, "Jiwa
kalian memiliki hak. Berpuasalah, tapi pada saat yang sama kalian juga
harus berbuka. Sisihkan waktu di malam hari untuk istirahat dan tidur.
Karena saya juga melakukan hal yang demikian. Saya juga makan daging dan
mendekati istriku. Barangsiapa yang berpaling dari cara hidup yang aku
lakukan, berarti itu bukan ajaranku. Mengapa ada sebagian masyarakat
mengharamkan wanita, makanan, bau wangi, tidur dan kelezatan dunia? Saya
tidak pernah mengeluarkan perintah seperti itu. Saya tidak ingin kalian
hidup seperti para rahib dan pendeta yang meninggalkan dunia lalu hidup
di sudut gereja dan tempat ibadah serta menghancurkan dirinya. Tidak
makan daging dan meninggalkan istri tidak termasuk dari ajaranku.
Kehidupan rahib dan pendeta di luar dari ajaran Islam. Rekreasi umatku
adalah berpuasa dan hidup menyendiri mereka adalah jihad. Beribadahlah
kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya. Lakukan perintah Allah untuk
melakukan umrah atau haji, menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat.
Berpuasa di bulan Ramadhan dan tegar di jalan Allah, sehingga Allah Swt
menjagamu di jalan kebenaran. Orang-orang terdahulu binasa akibat
menyulitkan diri sendiri. Mereka melakukan hal-hal yang menyulitkan diri
dan Allah akhirnya menyulitkan mereka. Kini apa yang tertinggal dari
mereka dapat disaksikan di tempat-tempat ibadahnya." Setelah itu ayat
ini diturunkan kepada beliau Saw.[1]
Dengan demikian, sikap ekstrim sebagian sahabat dalam meninggalkan
dunia telah membuat ayat ini diturunkan dan memperingatkan umat Islam
untuk tidak mengharamkan nikmat-nikmat Allah yang suci dan halal. Perlu
dicamkan bahwa ayat ini ditujukan kepada mereka yang ekstrim, tapi
berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari, selama tidak
membahayakan badan, maka bukan saj tidak hara, tapi metode paling tepat
untuk mensucikan diri.
Sumber: Hoshdar-ha va Tahzir-haye Qorani, Hamid Reza Habibollahi, 1387 Hs, Markaz-e Pajuhesh-haye Seda va Sima.