Puluhan ribu warga Irak telah melarikan diri dari Ramadi, ibukota provinsi Anbar barat, karena beberapa bagian kota telah direbut oleh kelompok teroris ISIS selama akhir pekan ini. Laporan terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 40.000 orang telah melarikan diri akibat kebrutalan kelompok Takfiri ISIS di Ramadi meningkatkan sejak Minggu.
Para pengungsi internal (IDP) terdampar sebelum diizinkan oleh pemerintah untuk menyeberangi jembatan Bzebiz ke provinsi Baghdad yang membentang di sungai Efrat.
Para pengungsi awalnya dicegah memasuki provinsi Baghdad karena beberapa masalah keamanan. Otoritas pemerintah Senior sebelumnya menyatakan kekhawatiran bahwa gerilyawan ISIS mungkin berbaur dengan orang banyak dan menyelinap ke ibukota Irak.
Sementara itu, tentara Irak yang didukung oleh relawan melancarkan operasi untuk menghentikan kemajuan ISIS lebih jauh di Ramadi.
Presiden Dewan Provinsi Anbar, Sabah Karhoot, baru-baru ini mengatakan bahwa pasukan keamanan Irak mengendalikan sekitar 30 persen Ramadi.
Pasukan Mobilisasi Rakyat telah menyebar ke kota untuk melawan para Takfiri. Pasukan relawan Syiah merupakan salah satu kelompok relawan yang bergabung dengan tentara Irak, mereka dikirim ke Anbar setelah Irak Perdana Menteri Haider al-Abadi meminta mereka untuk bergabung mengusir militan Takfiri dari Ramadi.
Bagian utara dan barat Irak telah dalam kekacauan sejak ISIS memulai melakukan terornya pada awal Juni 2014. Sejak saat itu, tentara Irak dengan pasukan Kurdi serta Syiah dan Sunni relawan bergabung dalam operasi untuk mendorong para teroris ISIS dari daerah yang telah mereka rebut.
Sementara itu pada Kamis, Perdana Menteri Irak al-Abadi dalam pertemuannya dengan timpalannya dari Rusia, Dmitry Medvedev, di Moskow menyerukan Rusia untuk lebih membantu negara Arab dalam perang melawan kelompok teroris Takfiri ISIS.
“Kami menyadari bahwa tidak hanya Irak tetapi juga negara-negara tetangga terkena ancaman terorisme,” kata perdana menteri Irak.
(Source)