Allah SWT Selalu Menuruti Kehendak Sayyidina Umar.
Penguasa bani Umayyah dan bani Abbas tak henti-henti berusaha ngotot
menampilkan Sayyidina Umar sebagai sosok pribadi agung yang selalu
disanjung Allah SWT….dan diserahi tugas mengontrol, mengarahkan dan
menegur bahkan memerintah dan melarang Nabi pilihan-Nya Muhammad saw.
setiap kali beliau melanggar atau menyebrang dari jalan Allah!
Setiap kali Nabi mulia saw. menyalahi
Sayyidina Umar dan tidak menuruti kehendaknya, Allah segera mengutus
Jibril membawa ayat teguran pedas bahkan tidak jarang juga disertai
ancaman keras akan menyiksa beliau saw.
Kisah-kisah konyol pengagungan Sayyidina
Umar yang disertai penghinaan kepada Nabi mulia saw. itu disebut oleh
ulama Ahlusunnah dengan istilah muwafaqâtu Umar/kesesuaian Umar dengan Allah atau keserasian kehendak Allah dengan apa yang dimaukan Umar!
Para ulama Ahlusunnah begitu antusis
membangun keyakinan dan juga hukum atas nama Islam dengan mendasarkannya
kepada riwayat-riwayat muwafaqâtu Umar kendati riwayat-riwayat
tentangnya adalah palsu –seperti telah dibuktikan para ulama dan juga
sangat menghina Nabi saw. dan sangat membahayakan keyakinan akan
kesucian Al Qur’an sebagai wahyu Allah yang diturunkan atas Nabi
pilihan-Nya…. Namun kecintaan mereka kepada Sayiidina Umar telah
membutakan mata hati dan menulikan telinga serta mematikan sikap
sensitifitas mereka demi membela kehormatan Nabi mulia Muhammad saw.
Dalam kesemptan ini, saya tidak akan menyibutkkan Anda dengan meneliti riwayat-riwayat muwafaqâtu Umar
yang konyol itu… tetapi saya ajak Anda menyaksikan bagaimana para ulama
Ahlusunnah itu sedemikian rupa menyanjung Sayyidina Umar sehingga
apapun yang ia lakukan selalu dilegalkan dan didukung serta disembadani
Allah SWT… apa yang menjadi kegemaran Sayyidina Umar, Allah pasti
segera menurunkan Jibril-Nya untuk membawakan ayat Al Qur’an melegalkan
yang yang menajdi kegemaran Sayyidina Umar… tidak terkecuali
kegemarannya dalam melampiasakan syahwat birahinya di ranjang dengan
istri terkasihnya… Allah segera menurunkan ayat A Qur’an untuk
memberkahi gaya sek Sayyidina Umar yang kata ulama Ahlusunnah, semua
gerak-gerikn dan tutur katanya menjadi cerminan kehendal Allah dan Allah
selalu mengawalnya dengan dua malaikat yang membimibingnya kepada
kebeikan dan kebenaran sejati…
Umar Gemar Mendatangi Istrinya dari Belakang Dan Allah pun Segera Mendukungnya!
Sampai-sampai untuk gaya sek dan senggama
kegemaran Sayyidina Umar pun terpaksa Allah segera menurunkan ayat suci
Al Qur’an-Nya untuk menurutinya… Allah tidak ingin mengecewakan
Sayyidina Umar!
Jalaluddin as Suyuthi meriwayatkan dari
Imam Ahmad, Abdu ibn Humaid, at Turmduzi dan ia menilainya sebagai hadis
hasan, an Nasa’i, Abu Ya’la, Ibnu Jarir ath Thabari, Ibnu al Mundzir,
Ibnu Abi Hâtim, Ibnu Hibbân, ath Thabarani, dan al Kharâithi dalam kitab
Masâwi’ul Akhlâq, al Baihaqi dalam Sunan-nya dan adh Dhiyâ’ al Maqdisi
dalam al Mukhtârah-nya dari sahabat Ibnu Abbas ra. ia berkata, “Umar
datang menemui Rasulullah saw. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, aku telah
celaka.’ Apa yang menyebabkamu celaka? Tanya Nabi saw. Umar menjawab, ‘Aku balik tungganganku[1] tadi malam (maksudnya aku datangi ia dari belakang).
Nabi terdiam tidak memjawabnya. Maka segera Allah mewahyukan kepada rasul-Nya ayat:
ِنِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَ قَدِّمُواْ لِأَنْفُسِكُمْ وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْا أَنَّكُمْ مُّلاَقُوْهُ وَ بَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Istri-istrimu adalah ladang
(benih) kalian. Maka, datangilah ladang kalian itu kapan pun dan di
mana pun kalian kehendaki, dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk diri
kalian. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kalian kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah;223).
Nabi saw. bersabda, “Datangi istrimu dari depan atau dari belakang tetapi hindarinya lubang dubur dan di saat ia dating bulan.”[2]
Tentunya setelah itu Sayyidina Umar
menjadi legah dan tidak lagi gelisah serta dihantui rasa takut
melakukannya lagi sebab ternyata Allah pun segera melegalkan apa yang
menjagi kegemaran beliau ra.
Demikianlah Anda saksikan bagaimana Allah
segera menurunkan ayat yang melegalkan kegemaran sayyidina Umar dan
mengusir kegelisahannya… dan karena beliau adalah seorang dari Khulafa’
Rasyidin yang wajib diikuti dan yang sunnahnya disejajarkan dengan
sunnah Nabi mulia saw., maka adalah sunnah juga beriqtidâ’/meneladani Sayyidina Umar dalam segala urusan termasuk yang satu ini…. sebagai bukti kesetiaan kepada beliau ra.
Referensi:
[1] Kata al Mubarakfûri, Sayyidina Umar memilih kata tersebut sebagai kata pinjam untuk menunjuk istrinya. Maksudnya Umar ia mendatangi istrinya dari belakang walaupun ia memasukkannya di qubul. Pemaknaan itu baik, walaupun terus terang tidak ada bukti dari teks itu sendiri… sebab teksnya mengatakan bahwa sayyidina Umar membalik tunggangannya, tidak ada sebutan bahwa ia berhubungan badan dengan mendatangi istrinya di lubang depan… Lagi pula jika ia ia yang lakukan, mestinya ia tidak perlu khawatir dan takut celaka… sebab ia sah-sah saja. Allah A’lam. Namun yang pasti apa yang dilakukan sayyidina Umar ini telah membawa keberkahan dengan diturunkannya ayat yang menjelaskan hukum masalah ini…. Dan kita pun mengerti bepata besar perhatian Allah sehingga apa yang menjadi kegemaram Sayyidina Umar segera dilegalkan secara syar’i.
[1] Kata al Mubarakfûri, Sayyidina Umar memilih kata tersebut sebagai kata pinjam untuk menunjuk istrinya. Maksudnya Umar ia mendatangi istrinya dari belakang walaupun ia memasukkannya di qubul. Pemaknaan itu baik, walaupun terus terang tidak ada bukti dari teks itu sendiri… sebab teksnya mengatakan bahwa sayyidina Umar membalik tunggangannya, tidak ada sebutan bahwa ia berhubungan badan dengan mendatangi istrinya di lubang depan… Lagi pula jika ia ia yang lakukan, mestinya ia tidak perlu khawatir dan takut celaka… sebab ia sah-sah saja. Allah A’lam. Namun yang pasti apa yang dilakukan sayyidina Umar ini telah membawa keberkahan dengan diturunkannya ayat yang menjelaskan hukum masalah ini…. Dan kita pun mengerti bepata besar perhatian Allah sehingga apa yang menjadi kegemaram Sayyidina Umar segera dilegalkan secara syar’i.
[2]
Tafsir ad Durr al Mantsûr,1/469. Baca juga keterangan al Mubarakfûri
dalam Tuhfah al Ahwadzi, syarah at Turmudzi,8/323-324, pada hadis dengan
nomer 4064.