Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Jum'at. Show all posts
Showing posts with label Jum'at. Show all posts

Teks Lengkap Khotbah Jum’at Rahbar di Tehran


Khotbah Pertama:
بسم‏اللَّه‏الرّحمن‏الرّحيم‏
الحمدللَّه ربّ العالمين. الحمدللَّه بجميع محامده كلّها على جميع نعمه كلّها. الحمدللَّه على حلمه بعد علمه. والحمدللَّه على عفوه بعد قدرته. و الحمدللَّه على طول آناته فى غضبه و هو قادر على ما يريد. نحمده و نستعينه و نستهديه و نؤمن به و نتوكّل عليه و نصلّى و نسلّم على حبيبه و نجيبه و خيرته فى خلقه و حافظ سرّه و مبلّغ رسالاته؛ سيّدنا و نبيّنا و حبيبنا ابى‏القاسم المصطفى محمّد و على آله الأطيبين الأطهرين المنتجبين. سيّما بقيّةاللَّه فى الارضين. و صلّ على ائمّة المسلمين و حماة المستضعفين و هداة المؤمنين
اوصيكم عباداللَّه بتقوى اللَّه 
قال اللَّه تبارك و تعالى: «يا ايّها الذين امنوا كتب عليكم الصّيام كما كتب على الّذين من قبلكم
.
Allah Swt berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kalian.." (Q.S. Al-Baqarah: 183)


Kepada Allah Swt saya memohon untuk menjadikan bulan jamuan Ilahi ini menjadi bulan yang penuh berkah bagi seluruh umat Islam, khususnya bangsa Iran yang mulia terlebih bagi Anda, jamaah shalat Jum'at ini.
Ayat suci yang tadi saya bacakan menunjukkan bahwa puasa adalah ibadah yang telah diwajibkan oleh Allah Swt atas umat-umat terdahulu sebelum umat ini. Diantara sekian banyak tugas dan kewajiban yang diemban dan diperlukan oleh umat manusia sepanjang sejarah adalah puasa, sama seperti shalat dan dzikir. Di semua masa, kondisi, peradaban dan periode kehidupan umat manusia, selama manusia masih layak disebut manusia, ia selalu memerlukan sejumlah amalan dan kewajiban diantaranya puasa. Pada khotbah pertama ini saya akan menyampaikan sepatah dua patah kata tentang puasa. Nanti di khotbah kedua saya akan membicarakan sejumlah masalah yang berhubungan dengan kondisi negara dan masyarakat kita saat ini.
Puasa yang kita sebut sebagai kewajiban ilahi pada hakikatnya merupakan penghargaan Ilahi kepada manusia, sebuah nikmat dan anugerah, sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi mereka yang berhasil melaksanakannya. Memang ada kesulitan yang harus ditanggung dalam menjalankannya. Semua amalan yang membawa berkah dan berguna tak pernah lepas dari kesulitan. Tanpa menanggung kesulitan manusia tidak akan bisa mencapai kesuksesan. Tapi kesulitan yang dihadapi oleh manusia dalam menjalankan ibadah puasa tidak ada artinya dibanding faedah yang didapatkan darinya. Ada tiga tahap dalam puasa yang ketiga-tiganya menguntungkan orang yang melaksanakan ibadah ini. Tahap pertama adalah tahapan umum puasa yang secara lahirnya menghindari makan, minum dan semua hal yang dilarang dalam puasa. Jika puasa tak lebih dari sekedar amalan menahan diri dari makan, minum dan perbuatan-perbuatan lainnya cukup banyak faedah yang bisa didapat darinya. Puasa menguji kita dan memberi pelajaran kepada kita. Ujian untuk mengarungi kehidupan, sebuah pelatihan dan penempaan diri. Puasa adalah pelatihan yang lebih penting dari pelatihan fisik. Hal ini sering disinggung dalam banyak riwayat para Imam Maksum (as). Salah satunya adalah riwayat dari Imam Ja'far Shadiq (as), beliau berkata;
ليستوى به الغنى و الفقير
 
"Supaya orang kaya dan orang fakir bisa sejajar." (Fadhail al-Asyhur al-Tsalatsah hal: 102)
Allah Swt mewajibkan puasa pada hari dan waktu tertentu agar kaum kafir dan kaum kaya bisa sejajar. Orang yang miskin dan fakir sepanjang hari tidak bisa menuruti kemauan hati membeli apa saja lalu memakan atau meminumnya. Beda halnya dengan orang kaya. Ia mampu membeli dan memakan apa saja yang ia maukan kapan saja. Orang kaya tidak bisa memahami kondisi, kelaparan dan ketidakmampuan orang miskin untuk mendapat apa yang ia maukan. Tapi di hari ketika mereka berpuasa, orang miskin dan orang kaya sama-sama tidak bisa memenuhi hasrat hati untuk memakan dan meminum apa yang diinginkan. Hal ini disinggung dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Imam Ridha (as). Beliau berkata;
لكى يعرفوا الم الجوع و العطش و يستدلوا على فقر الآخره
 
"...supaya mereka mengerti derita lapar dan dahaga dan mengingat kemiskinan di hari kiamat..." (‘Ilal al-Syara'i' hal: 270).
Riwayat ini menyinggung tentang rasa lapar dan dahaga di hari kiamat. Diantara petaka yang bakal dihadapi manusia di hari kiamat adalah rasa lapar dan dahaga, dan ketika itu manusia dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Dengan merasakan lapar dan dahaga di hari-hari bulan Ramadhan manusia diarahkan untuk mengingat kondisi hari kiamat dan menyadari kesulitan yang bakal dihadapinya di hari itu.
Hadis lain yang juga diriwayatkan dari Imam Ridha (as) menyebutkan sisi lain dari ibadah puasa yang juga berkenaan dengan rasa lapar dan dahaga. Di dalam riwayat itu Imam Ridha (as) berkata;
صابراً على ما اصابه من الجوع والعطش
 
"... bersabar atas rasa lapar dan dahaga yang menimpanya..." (‘Ilal al-Syara'i' hal: 270).
Puasa memberi kemampuan kepada manusia untuk bersabar sehingga mampu menahan rasa lapar dan dahaga. Orang yang selalu memanjakan diri -yang tidak pernah merasakan dan tidak mengenal rasa lapar dan dahaga- tidak akan punya kesabaran dan kemampuan menahan derita. Orang seperti ini mudah dilumpuhkan di medan apapun. Ia akan mudah dikalahkan oleh kesulitan yang ada dalam kehidupan. Sementara orang yang biasa merasakan lapar dan dahaga serta mengenal maknanya akan memiliki kekuatan menanggung derita yang mungkin dihadapinya. Bulan Ramadhan memberikan kekuatan dan kesabaran ini kepada semua. Riwayat berikutnya dari Imam Ridha (as) menerangkan masalah ini. Beliau berkata;
و رائضا لهم على اداء ما كلّفهم
 
"...dan melatih mereka dalam menjalankan apa yang Dia wajibkan atas mereka..." (‘Ilal al-Syara'i' hal: 270).
Menahan lapar dan haus serta meninggalkan tuntutan nafsu di siang hari bulan Ramadhan menjadi semacam pelatihan yang memberi kekuatan kepada orang untuk menjalankan apa yang diwajibkan kepadanya. Pelatihan menundukkan hawa nafsu ini tentunya pelatihan yang sesuai syariat Ilahi dan dilakukan dengan kehendak diri. Salah satu hal yang membuat manusia kuat menghadapi kesulitan hidup adalah pelatihan diri. Puasa adalah satu bentuk pelatihan diri yang disyariatkan.
Riwayat-riwayat tadi menjelaskan bahwa puasa dalam konteksnya sebagai ibadah menahan lapar dan haus memiliki banyak faedah. Ibadah ini memberi rasa persamaan dengan kaum fakir miskin dalam diri orang kaya; puasa mengingatkan manusia akan rasa lapar di hari kiamat, memberi manusia kekuatan menanggung kesulitan dan pelatihan diri yang disyariatkan untuk meningkatkan kesabaran dalam menjalankan kewajiban. Semua itu adalah faedah puasa dalam tahapan ini. Selain itu, kosongnya perut dari makanan dan amalan meninggalkan hal-hal yang sebenarnya halal bagi manusia dalam kondisi biasa akan memberikan cahaya, kesucian dan kelembutan pada diri manusia. Dan ini adalah faedah yang sangat besar.
Tahap kedua dari puasa adalah meninggalkan dosa. Artinya dengan berpuasa orang harus menjaga telinga, mata, lisan dan hati -bahkan dalam riwayat disebutkan menjaga kulit dan rambut- dari perbuatan dosa. Dari Imam Amirul Mukminin (as) diriwayatkan bahwa beliau berkata,
الصّيام اجتناب المحارم كما يمتنع الرّجل من الطّعام و الشّراب
 
"Puasa adalah meninggalkan perbuatan-perbuatan haram seperti meninggalkan makanan dan minuman." (Al-Gharat: 343)
Sebagaimana orang harus meninggalkan makan dan minum saat menjalankan puasa, dia juga meninggalkan dosa saat menjalankan ibadah ini. Ini tentunya satu tahapan yang lebih tinggi dari ibadah puasa. Bulan Ramadhan adalah peluang emas bagi manusia untuk melatih diri meninggalkan dosa. Sebagian pemuda yang datang menemui saya sering meminta doa dari saya agar terhindari dari dosa. Doa tentunya hal yang harus dan selalu saya lakukan untuk mereka. Tapi yang lebih penting untuk menghindari dosa adalah tekad dan kemauan seseorang. Anda harus memutuskan untuk tidak melakukan dosa. Dan ketika keputusan itu sudah diambil, Anda akan mendapatkan bahwa meninggalkan dosa adalah hal yang mudah. Meninggalkan dosa ibarat seperti gunung yang menjulang tinggi di depan mata. Tapi ketika ada kemauan dan langkah ia akan menjadi dataran yang mudah dilalui. Bulan Ramadahan adalah kesempatan terbaik untuk melatih diri meninggalkan dosa.
Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan dari Fathimah Azzahra (as) disebutkan bahwa beliau berkata;
ما يصنع الصائم بصيامه اذا لم يصن لسانه و سمعه و بصره و جوارحه
"Apa yang diperbuat orang yang berpuasa jika ia tidak menjaga lisan, pendengaran, penglihatan dan anggota badannya?" (Al-Nawadir: 22)
Artinya, apa yang didapatkan dengan berpuasa jika ia tidak menjaga lidah, telinga, mata dan anggota badannya dari perbuatan dosa?
Dalam sebuah riwayat diceritakan kisah seorang perempuan yang menghina seorang pelayannya. Nampaknya, mereka ini tinggal bertetangga dengan Rasulullah SAW atau bersama beliau dalam sebuah perjalanan. Ketika itu, Nabi SAW membawa makanan di tangan lalu beliau menawarkannya kepada orang perempuan tersebut. Dia menolak tawaran itu dan mengatakan, "Saya sedang berpuasa." Kepadanya Nabi SAW bersabda;
كيف تكونين صائمه و قد سببت جاريتك
"Bagaimana engkau mengaku berpuasa sedangkan engkau menghina budakmu?" (Al-Nawadir: 22)
انّ الصوم ليس من الطعام و الشّراب
"Puasa bukan hanya menahan diri dari makanan dan minuman."
و انما جعل‏اللَّه ذلك حجابا عن سواهما من الفواحش من الفعل والقول
"Tetapi sesunggunya Allah menjadikan puasa sebagai penghalang dari selain keduanya, yaitu penghalang dari keburukan kata-kata dan perbuatan." (Al-Nawadir: 22)
Allah hendak menjauhkan manusia dari dosa dan keburukan lewat puasa, yang salah satu dari dosa itu adalah keburukan lisan dalam bentuk hardikan dan hinaan terhadap orang lain. Di antara dosa dan keburukan yang lain adalah dosa hati, seperti membiarkan permusuhan dan dendam terhadap orang lain tumbuh subur di dalam hati. Sebagian dosa adalah dosa akhlak yang punya banyak tahapan. Kesimpulannya, tahapan kedua puasa adalah menghindarkan diri dari dosa. Anda semua khususnya para pemuda harus memanfaatkan kesempatan yang baik ini. Sebab anak muda punya kemampuan dan kekuatan di satu sisi, serta kemurnian jiwa dan ketercerahan hati di sisi lain. Semua itu merupakan peluang yang baik. Manfaatkan kesempatan yang ada di bulan Ramadhan dan latihlah diri untuk meninggalkan dosa yang merupakan tahap kedua dari ibadah puasa.
Tahap ketiga puasa adalah meninggalkan apa saja yang memalingkan pikiran dan hati manusia dari Allah. Ini adalah tahapan yang tinggi dari puasa. Dalam sebuah hadis Qudsi, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bertanya kepada Allah;
يا ربّ و ما ميراث الصّوم
 
"Tuhanku! Apakah gerangan hasil dari ibadah puasa?"
Allah Swt menjawab;
الصوم يورث الحكمة و الحكمة تورث المعرفة و المعرفة تورث اليقين فاذا استيقن العبد لا يبالى كيف اصبح بعسر ام بيسر
 
"Puasa mendatangkan hikmah (kebijaksaaan), sedangkan hikmah menghasilkan makrifat, lalu makrifat membuahkan yakin, dan ketika yakin bersemayam di hati seorang hamba maka ia tak akan peduli tentang kondisi yang dihadapinya, dalam kesusahankah dia atau kemudahan." (Bihar al-Anwar: 77 hal: 27)
Artinya, puasa menjadi sumber memancarnya hikmah di dalam hati. Ketika hikmah sudah menguasai hati maka ia akan melahirkan ilmu dan makrifat yang bercahaya. Makrifat inilah yang mendatangkan keyakinan seperti keyakinan yang diminta Nabi Ibrahim al-Khalil (as) dari Allah Swt dan kita juga dianjurkan untuk memintanya dalam doa-doa yang diriwayatkan untuk bulan ini. Ketika seseorang mendapatkan keyakinan di hati maka segala sesuatu akan mudah baginya. Ia akan memandang dirinya mampu menghadapi masalah apapun yang mendera kehidupannya. Lihatlah betapa agungnya buah dari ibadah ini. Orang seperti ini tidak akan terkalahkan sepanjang umurnya dalam menghadapi segala kesulitan hidup dan melangkah menuju kesempurnaan. Yakin akan memberikan kekuatan itu kepada manusia, dan itu didapat dari ibadah puasa. Ketika puasa berhasil menghidupkan ingatan dan dzikir kepada Allah dan menyalakan pelita makrifat Ilahi dalam hati, kesan-kesan yang agung itu akan datang mengikutinya. Apa saja yang memalingkan orang dari dzikrullah sangat berbahaya bagi tahapan puasa yang ketiga ini. Beruntung orang yang bisa mencapai tahapan ini dengan sempurna. Tentunya kita semua berharap, memohon kepada Allah dan berusaha untuk mencapai tahapan ini.
Ilahi! Demi Muhammad dan keluarga Muhammad jadikan kami orang yang melaksanakan ibadah puasa dengan sesungguhnya. Ya Allah! Berilah kami taufik untuk mencapai derajat tertinggi puasa dan anugerahkan kepada kami semua berkah yang dihasilkan oleh kewajiban ilahi ini.
بسم‏اللَّه‏الرّحمن‏الرّحيم‏ قل هو اللَّه احد. اللَّه الصّمد، لم يلد و لم يولد و لم يكن له كفوا احد
Khotbah kedua:
بسم‏اللَّه‏الرّحمن‏الرّحيم الحمدللَّه ربّ العالمين. والصّلاة والسّلام على سيّدنا و نبيّنا و حبيب قلوبنا ابى‏القاسم المصطفى محمّد و على آله الأطيبين الأطهرين المنتجبين. سيّما على اميرالمؤمنين و الصّديقة الطّاهره سيّدة نساءالعالمين. والحسن والحسين سيّدى شباب اهل الجنّة و على‏بن‏الحسين و محمّدبن‏على و جعفربن‏محمّد و موسى‏بن‏جعفر و على‏بن‏موسى و محمّدبن‏على و على‏بن‏محمّد و الحسن‏بن‏على والخلف القائم المهدى. حججك على عبادك و امنائك فى بلادك. و صلّ على ائمّة المسلمين و حماة المستضعفين و هداة المؤمنين 
و استغفراللَّه لى و لكم. اوصيكم و نفسى بتقوى اللَّه
Kepada saudara dan saudari jamaah shalat Jum'at saya berpesan untuk meningkatkan taqwa Ilahi yang merupakan kesan paling menonjol dari ibadah puasa di bulan ini.
Banyak masalah yang perlu dibicarakan dalam pertemuan ini. Salah satu peringatan penting yang layak disinggung di sini adalah peringatan syahidnya Ayatullah Mofatteh. Setelah itu saya akan membahas beberapa hal terkait transformasi di negara kita.
Almarhum Syahid Mofatteh selain terpandang sebagai ulama yang menonjol, relawan ulung, cendekiawan dan figur yang mengenal kondisi zaman, juga memiliki keistimewaan khas yang hanya dimiliki oleh segelintir ulama di zamannya. Keistimewaan itu adalah kemampuannya menjalin hubungan dengan kaum muda, kalangan mahasiswa dan mereka yang ingin mendengar pesan agama dari seorang tokoh ulama yang cendekia. Karena itu, sebelum kemenangan revolusi Islam maupun masa setelahnya, lahan perjuangan tokoh ulama ini umumnya berhubungan dengan kalangan pemuda khususnya mahasiswa. Beliau aktif di masjid-masjid juga tampil dengan ceramah-ceramahnya di lingkungan pekerjaan. Oleh sebab itu, bukan satu kebetulan jika hari syahidnya ulama cendekiawan ini diperingati sebagai hari persatuan hauzah dan universitas atau persatuan mahasiswa dan ruhaniawan. Alasannya adalah karena beliau merupakan figur yang menghubungkan kedua lembaga tersebut. Allah telah memberikan pahala yang setimpal kepada tokoh yang mulia itu dengan kesyahidannya. Kematian syahid adalah pahala terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh, termasuk hamba yang saleh ini. Semoga Allah semakin meninggikan derajat beliau di sisiNya.
Tema yang menurut saya layak untuk disampaikan kepada masyarakat umum berkenaan dengan kondisi negara kita adalah bahwa bangsa yang hidup adalah bangsa yang meraih kemajuan. Di antara tugas penting yang harus dilaksanakan seiring dengan pembangunan, kemajuan keilmuan dan pekerjaan-pekerjaan besar lainnya adalah mengenal target-target yang dibidik oleh pihak musuh di semua tahap. Ini merupakan ciri khas dari hidupnya sebuah bangsa. Mustahil bangsa yang mencanangkan cita-cita besar dan ingin melakukan pekerjaan-pekerjaan besar tidak memiliki musuh. Memang ada bangsa-bangsa yang ibaratnya duduk di satu sudut tanpa memikirkan nasib sendiri, lalu pihak-pihak lain datang dan menguasai mereka. Tak beda halnya dengan domba-domba yang asyik menyantap rerumputan lalu pihak asing yang layaknya pengembala yang pengkhianat datang melakukan apa saja terhadap mereka. Jika bangsa-bangsa tadi ingin hidup seperti itu mereka tidak perlu menyibukkan diri merenung dan memikirkan masa depan. Hanya saja di zaman ini bangsa yang seperti itu sudah jarang kita jumpai. Bangsa-bangsa di dunia umumnya sudah sadar. Yang jelas bangsa seperti bangsa Iran yang bangkit melawan hegemoni asing dan mengusir mereka dari negeri ini serta mengakhiri intervensi mereka atas negeri ini -dan ini tentunya bukan pekerjaan sepele- sudah pasti punya musuh. Bangsa Iran telah mengakhiri kekuasaan asing atas kekayaan minyaknya dan kekayaan materi lainnya serta telah menggulung rezim yang hanya bekerja untuk kepentingan asing. Bangsa dengan keistimewaan seperti ini pasti punya musuh.
Hari ini bangsa Iran telah menjelma menjadi bangsa yang bercita-cita luhur. Bangsa ini menentang kezaliman, arogansi, pemaksaan dan diskriminasi. Siapa saja yang tangannya tercemari oleh tindak kezaliman, diskriminasi, arogansi dan perampokan pasti tak punya hubungan yang harmonis dengan bangsa ini. Tentunya ada pihak-pihak yang mengatakan dan berusaha meyakinkan bahwa kita sedang berkhayal saat mengungkapkan adanya konspirasi dan permusuhan terhadap kita. Silahkan mereka mengatakan itu dan menutup mata dari fakta yang sebenarnya ada. Tapi fakta tentu tidak akan berubah. Ancaman dari musuh tidak akan hilang dengan keterlelapan dan kelalaian saya dan Anda. Jika musuh mengintai dan menanti kesempatan untuk menyerang tak ada bedanya tahukah kita akan rencana musuh atau tidak. Apalagi jika kita sengaja berpura-pura tidak tahu akan adanya ancaman. Musuh punya rencana dan siap melaksanakannya.
Ada sebagian orang yang berusaha meyakinkan bahwa bangsa Iran tidak punya musuh. Karena itu silahkan duduk manis di sisi rumah dan sibukkan diri dengan pekerjaan Anda. Tenanglah bahwa di sini aman. Pernyataan seperti itu jelas salah. Bangsa yang hidup tidak akan pernah berpikir semacam itu. Bahkan sebagian bangsa yang tidak terancam sekalipun karena musuh mereka tidak terlalu berbahaya atau posisinya yang jauh namun tetap mengesankan bahwa musuh berada di dalam rumah mereka. Dengan semangat seperti itu mereka selalu siap membela diri. Kondisi ini biasa kita saksikan di negara-negara Barat khususnya AS sepanjang era perang dingin. Mereka bahkan menciptakan musuh bayangan dan mengesankan sedemikian rupa kepada publik akan bahaya yang mengancam. Tujuannya, supaya mereka bisa melakukan apa yang mereka rencanakan. Penjelasan ini berkenaan dengan negara-negara yang tidak terlalu terancam dengan keberadaan musuh. Lalu, terkait dengan negara seperti Iran yang selalu menjadi sasaran konspirasi dan permusuhan baik yang dilakukan secara terbuka maupun yang terselubung bahkan yang dilakukan di dalam negeri, sangat tidak logis jika kita menafikan keberadaan musuh dan konspirasinya. Jadi, mereka yang tidak ingin bertindak bodoh harus selalu waspada dan mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh musuh.
Di medan perang, komandan yang baik adalah komandan yang dapat membaca gerak gerik musuh dan memprediksi dengan benar dari arah mana musuh akan menyerang, lalu menerangkan strategi musuh kepada pasukannya. Di masa perang pertahanan suci, para pemuda yang terlibat di medan perang menyadari betul masalah ini. Jika di medan pertempuran Anda bisa memahami apa yang sedang dipikirkan oleh musuh, Anda pasti akan dapat menangkal sebagian besar serangannya. Dengan begitu Anda berarti telah memproteksi diri dan bisa melakukan apa yang mesti Anda lakukan. Tentunya dalam kesempatan ini saya tidak sedang menjelaskan siapa musuh kita. Sebab, bangsa Iran umumnya sudah mengenal musuhnya di dunia ini. Tapi yang perlu dijelaskan adalah apa target musuh pada tahap ini? Jika saya ditanya, saya akan menjawab dengan menyebutkan dua atau tiga target musuh dalam menyerang bangsa dan negara kita pada tahap sekarang. Tentunya tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh radio-radio musuh kita bahwa apa yang kita pahami memang fakta yang tak terbantahkan lagi. Atau dengan kata lain kita maksum dari kesalahan dalam memahami agenda musuh. Tidak. Ini hanya pemahaman saya. Ini tak lebih dari apa yang saya pahami selaku abdi bangsa dan orang yang dengan segala kerendahannya mendapat tugas dan tanggung jawab yang besar. Apa yang saya pahami harus saya jelaskan kepada rakyat umum. Tentunya siapapun boleh mempunyai pendapat dan pemahaman yang mungkin lebih benar dan hal itu berarti baginya. Tapi yang saya pahami adalah materi yang akan saya jelaskan.
Musuh membidik tiga sasaran secara bertahap. Sasaran pertama adalah target merusak persatuan nasional dan kekompakan bangsa Iran. Kedua merusak keimanan dan akidah rakyat yang membangun kepribadian mereka. Artinya musuh berusaha melemahkan keimanan, akidah dan keyakinan yang telah mengeluarkan bangsa ini dari ketertinggalan dan keterhinaan lalu menjadikannya bangsa yang maju, pemberani dan pemain asli di tengah percaturan dunia. Semua itu terjadi berkat keimanan dan akidah bangsa ini. Tanpa adanya keimanan orang tidak akan bergerak melangkah dan tanpa akidah bangsa ini tidak akan maju. Musuh berusaha merusak dan melemahkan keimanan dan akidah ini. Sasaran ketiga adalah merusak spirit dan semangat serta menghancurkan optimisme bangsa akan masa depan yang cerah. Singkatnya ada tiga sasaran pengerusakan yang ditargetkan musuh, yaitu merusak persatuan, merusak keimanan dan akidah yang konstruktif, dan ketiga, merusak spirit dan optimisme. Agenda pengerusakan ini mereka namakan dengan gerakan reformasi.
Saya tidak membicarakan orang-orang dalam yang lalai. Tapi yang saya bahas adalah musuh. Gerakan ini tersambung dengan pihak asing. Di dalam negeri juga ada pihak-pihak yang menjalankan agenda lawan, mereka pun masuk dalam kelompok musuh. Kondisinya sama persis dengan kelompok Qasithin di masa khilafah Imam Amirul Mu'minin Ali (as) seperti yang telah saya jelaskan tahun lalu. Pada masa khilafah Imam Ali (as) ada tiga kelompok yang membuka front pertempuran melawan beliau. Mereka adalah kelompok Qasithin, Mariqin dan Nakitsin. Mariqin (kelompok Khawarij, pent) dan Nakitsin (kelompok pengingkar baiat yang dipimpin Thalhah dan Zubair, pert) adalah dua kelompok yang muncul dari dalam. Mereka adalah aorang-orang yang lalai dan terperangkap dalam jebakan gemerlap harta, takhta dan dendam atau kebodohan, kejahilan dan fanatisme. Sedangkan kelompok Qasithin, mereka adalah kelompok yang sejak awal memang memendam permusuhan dan tidak mungkin berhenti memusuhi. Kelompok ini tak mengenal kata damai dengan Imam Ali (as).
Beberapa orang datang menghadap Amirul Mu'minin Ali (as) dan mengatakan, "Wahai Amirul Mu'minin! Biarkan Muawiyah untuk sementara waktu duduk menikmati kekuasaan [di Syam]." Imam menjawab, "Tidak. Ketika aku yang memimpin Muawiyah tidak bisa menjadi gubernur di salah satu negeri Islam. Dia harus disingkirkan."
Mereka lantas menyalahkan Amirul Mu'minin (as) dan menuduh beliau sebagai orang yang tidak tahu politik. Bahkan sampai sekarangpun ada sebagian penulis yang menyebut langkah Imam Ali (as) itu sebagai ketidakpandaian beliau dalam berpolitik. Merekalah yang sebenarnya tidak tahu politik. Tindakan Imam Ali (as) adalah langkah yang matang. Sebab, beliau tahu bahwa Muawiyah bukanlah Thalhah atau Zubair yang jika diberi konsesi akan diam dan tidak lagi menentang. Front yang dipimpin Muawiyah adalah front Qasithin yaitu kelompok yang tidak mungkin bisa akur dengan kubu Imam Ali (as). Jika Amirul Mu'minin mundur selangkah, ia akan maju selangkah. Tak ada tempat yang bisa mempertemukan dua front ini kecuali medan perang. Imam Ali (as) menyadari benar karakter kelompok yang dihadapinya itu. Karenanya, selama beliau masih menjabat sebagai khalifah, kubu Qasithin tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka kalah di setiap medan. Sampai akhirnya Imam Amirul Mu'minin Ali (as) gugur syahid. Gugurnya beliaupun di tangan kelompok fanatik, bodoh dan tertipu yang penampilannya mirip dengan orang-orang dalam. Dengan gugurnya Imam Ali, kelompok Qasithin yang notabene musuh dari luar berhasil merebut kekuasaan. Beberapa tahun setelah itu terkuaklah esensi sebenarnya dari kelompok Qasithin dan apa sebenarnya model ideal dari pemerintahan mereka, yaitu dengan munculnya penguasa seperti ‘Hajjaj bin Yusuf', ‘Yusuf bin Umar Tsaqafi' dan pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Jelas bahwa kelompok ini tidak mungkin bisa bertemu dengan kelompok Imam Ali (as).
Kondisi yang ada saat inipun mirip dengan kondisi itu. Ada front musuh. Musuh yang sebenarnya bukanlah orang-orang dalam yang lalai dan tertipu atau karena satu masalah termakan api dendam sehingga bangkit melawan pemerintahan Islam, menentang kebenaran dan melawan Imam dan jejak Imam Khomeini. Mereka ini bukan musuh yang sebenarnya, karena tak lebih dari orang-orang yang lalai dan tertipu. Mereka layak dikasihani. Musuh yang sebenarnya adalah pihak-pihak yang berada di belakang kelompok tadi tapi tidak menampakkan diri. Mereka tidak menampilkan diri di dalam negeri. Di luar negeri, di pentas dunia, di gelanggang internasional mungkin mereka tampil secara terbuka. Mungkin juga mereka bekerja sebagai agen yang loyal untuk dinas intejilen AS (CIA) atau dinas intelijen Zionis (Mossad). Di sana mereka menampakkan diri secara terbuka, berbicara dan mengumbar banyak hal. Mereka akan menjelaskan motif permusuhannya dengan Islam dan umat Muslim. Tapi di dalam negeri, mereka punya kaki tangan yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan yang kokoh ini. Mereka sadar bahwa pemerintahan ini kokoh karena didukung oleh rakyat dan berdiri di atas landasan cinta dan keimanan rakyat. Musuh jelas takut menghadapi pemerintahan seperti ini sehingga tak berani maju berhadapan-hadapan secara langsung. Mereka menggunakan lisan satu, dua atau tiga perantara untuk menyampaikan kata-katanya. Mereka menggunakan lisan orang-orang yang lalai di dalam. Karena itu, Anda mungkin akan mendengar kata-kata musuh keluar dari mulut seorang rohaniawan yang lalai dan tertipu, atau dari mulut seorang mahasiswa yang termakan emosi dan lugu, atau dari mulut orang biasa bahkan seorang revolusioner yang tak kenal zaman dan tidak mengenal musuh sehingga termakan oleh rasa dendam dan permusuhan. Mereka tidak sadar apa yang diucapkan. Kata-kata itu sebenarnya bukan kata-kata mereka tapi kata-kata musuh. Musuh kita adalah mereka oleh al-Qur'an disifati;
قد بدت البغضاء من افواههم و ما تخفى صدورهم اكبر
 
"Telah nampak kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan hati mereka lebih besar..."
(Q.S. Aali Imran: 118)
Musuh kita adalah mereka yang bukan saja tak menaruh simpati kepada revolusi, bahkan dalam beberapa masa, berdiri menentang revolusi ini. Sebagian dari mereka sudah menunjukkan permusuhan sejak zaman kekuasaan rezim Pahlevi. Sebagian menampakkan permusuhan dan melakukan aksi pengerusakan setelah pemerintahan Islam berdiri. Sebagian dari mereka menyingkir dari medan dan menyembunyikan diri karena takut. Kini setelah melihat ada peluang mereka keluar dari tempat persembunyian mereka. Mereka menduga kesempatan telah terbuka bagi mereka untuk melayangkan pukulan. Tapi tetap, mereka melangkah dengan hati-hati. Yang hendak mereka bidik adalah persatuan nasional. Mereka mau merusak persatuan bangsa ini. Anda sekalian tentu sudah maklum bahwa di tengah bangsa yang besar ini ada faktor-faktor yang bisa menyulut perpecahan. Terkadang faktor perbedaan bahasa dan wilayah geografi bisa menjadi isu perpecahan. Namun bangsa Iran yang bijak ini sejak masa sebelum kemenangan revolusi maupun di masa perjuangan revolusi sampai hari ini tetap mengedepankan persatuan dibanding isu-isu perpecahan. Apapun yang dimaukan musuh, bangsa ini berhasil mempertahankan persatuan dan kesatuannya di semua medan dan momen yang penting. Berkat persatuan inilah bangsa kita berhasil memenangi perang.
Pemerintah melakukan apa saja yang dapat dilakukan. Alhamdulillah, berkat persatuan rakyat, sampai hari ini kita telah mengukir banyak prestasi dalam hal pembangunan. Musuh tidak suka melihat realita ini. Musuh menginginkan masing-masing kelompok di negeri ini saling berhadap-hadapan. Rohaniawan lawan kampus, pedagang lawan buruh atau petani, generasi muda lawan kelompok setengah baya atau tua. Musuh menginginkan benturan antara mereka dengan motif, slogan dan alasan tertentu. Musuh ingin setiap kelompok menaruh kecurigaan kepada kelompok yang lain. Jika di tengah masyarakat ada satu poros yang dipercaya penuh oleh rakyat dan mereka merujukkan setiap isu perselisihan kepadanya sehingga perselisihan itu dapat diatasi, musuh akan menggempur poros itu habis-habisan. Itulah yang dimaukan musuh.
Tak heran jika Anda lantas menyaksikan kaki tangan musuh dalam propagandanya -baik melalui radio asing maupun radio di dalam negeri juga media-media di dalam- terus menerus mengumbar kata-kata atau melakukan tindakan untuk mengesankan adanya benturan politik yang sangat tajam di negara ini. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Coba Anda lihat sebagian media di dalam negeri. Memang sebagian darinya bukan media asing tapi sebagian yang lain memang berhubungan dengan pihak asing dan berafiliasi dengan musuh. Anda juga tentu sudah mengenal media-media itu. Lembaran-lembaran media itu dipenuhi oleh pemberitaan yang mengesankan adanya kondisi yang mencekik di negeri ini. Padahal justeru umbaran kata-kata mereka itulah yang menimbulkan suasana mencekik. Mereka justeru membuat malu diri sendiri. Sebab setiap hari mereka menyebarkan kebohongan dan pemberitaan palsu untuk memancing ketegangan. Lembaga-lembaga hukum negara terus memantau. Selagi belum ada tindak kejahatan, aparat hukum akan menahan diri. Silahkan mereka berbicara. Mereka berusaha mengesankan adanya keributan dan ketegangan di tengah masyarakat. Mahasiswa tentunya menyaksikan lingkungan kampus dengan proses pendidikan yang tetap berjalan, pusat riset yang aktif dan ujian yang digelar tepat waktu. Pegadang, buruh, rohaniawan, dan masing-masing kelompok masyarakat menyaksikan sendiri lingkungan tempatnya beraktivitas yang berjalan tanpa ada masalah. Tapi sebagian surat kabar menurunkan berita dengan judul yang ditulis dengan huruf besar bahwa akan ada kerusuhan di sini. Kasihan para analis asing yang tertipu dan mempercayai pemberitaan itu. Sebab, mereka berada di luar negeri dan tidak bisa menyaksikan fakta yang sebenarnya. Jadi inilah salah satu target musuh saat ini yang ingin dicapai lewat mesin-mesin propaganda dan media radio -seperti radio Amerika yang lebih tepatnya disebut radio zionis, radio Inggris dan radio rezim zionis Israel- serta corong-corong mereka di dalam negeri.
Target kedua adalah merusak keimanan dan akidah. Semua aktivitas yang menggunakan gerakan badan dan pikiran maupun hati pasti berangkat dari keyakinan. Seorang prajurit yang terjun ke medan perang dan bertempur melawan musuh pasti punya kepercayaan yang mendorongnya untuk berperang. Jika kepercayaan itu dicabut dari hatinya, ia yang sebelumnya laksana peluru panas yang terus menerus menghujani musuh akan berubah menjadi dingin dan menyingkir ke tepi. Inilah kekuatan yang muncul dari kepercayaan. Kepercayaan yang ada dalam Islam, keyakinan akan pahala Ilahi dan keimanan akan kebenaran yang diperjuangkan bangsa Iran dalam menghadapi musuh-musuh agresor dan dalam menghadapi AS, semua itu adalah kepercayaan yang menggerakkan bangsa ini sehingga mampu menggulingkan dan menghancurkan rezim Pahlevi yang despotik dan korup lalu mendirikan pemerintahan Islam dan memotong tangan musuh-musuhnya. Dua puluh tahun lamanya bangsa ini gigih melawan segala konspirasi musuh. Apa yang sedang dikejar oleh musuh? Musuh berusaha keras melumpuhkan kepercayaan bangsa ini, walaupun mereka sadar bahwa ini bukan pekerjaan yang mudah.
Memang ada banyak kesedihan dan duka. Tapi di saat yang sama ada banyak kabar gembira dari Allah yang akan saya bahas nanti. Mereka telah melakukan kesalahan. Bangsa Iran adalah bangsa yang selama beberapa abad tampil di tengah kaum muslimin sebagai pengibar panji ilmu Islam, fiqih, hadits, filsafat Islam, irfan, dan tafsir. Inilah fakta budaya dan sejarah bangsa kita. Bangsa kita adalah bangsa yang menjadi sasaran program sistematis era rezim Pahlevi sepanjang 50 tahun namun tetap tak dapat dipisahkan dari agamanya. Justeru ketika musuh menduga para pemuda bangsa ini sudah rusak dan tidak lagi mengenal agama, para pemuda itu malah mengikuti jejak seorang marji, ulama yang tampil, dan rohaniawan yang saleh. Keadaan pun berubah dan pihak lawanlah yang dirugikan. Mereka tenggelam dalam mimpinya, tapi dengan tetap bekerja. Ada upaya keras dari mereka untuk mengingkari sebuah fakta ketika Republik Islam Iran dengan lantang menunjukkan sikapnya yang anti zionis. Pada kesempatan lain saya akan berbicara panjang lebar tentang zionis yang menjadi musuh kita, insya Allah. Saya tidak akan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Apa mereka lantas mengira bahwa dengan suara segelintir orang yang membagi-bagikan selebaran masalah ini akan berakhir begitu saja? Bangsa ini akan menindak tegas orang-orang yang telah membela pengkhianatan terhadap bangsa Palestina dan Islam.
Sudah dua puluh tahun ini AS terus mengumbar pernyataan, mengambil tindakan dan melakukan hal-hal yang menyudutkan bangsa ini. Mereka mengaku memusuhi pemerintahan, agama dan orientasi di negara ini yang telah mengancam kepentingan mereka di kawasan. Apa yang maksudkan dengan kepentingan itu? Artinya, dulu segala sesuatu di negeri ini ada di tangan mereka. Sistem Islami datang bersama para pemuda dan ulama Muslim yang membentangkan ajaran Islam di negeri ini. Akibatnya mereka kehilangan kekuasaan atas minyak, kekayaan alam dan militer negeri ini. Karena itu mereka lantas menyulut api permusuhan. Tanpa malu mereka mengaku berambisi untuk meraih kembali kepentingannya di Iran. Masih adakah permusuhan yang lebih terbuka dari ini? Lantas muncul seseorang dengan penanya yang buntung dan rapuh menulis sesuatu di media untuk berusaha meyakinkan bahwa AS tidak memusuhi bangsa Iran, tidak memusuhi kepentingan Iran. Karena itu kita harus melakukan hal yang juga dilakukan negara-negara lain yang menyerah kepada kekuatan AS dan bersimbuh di hadapannya! Kalian kira bangsa Iran akan membiarkan semua itu terjadi? Apakah [kalian kira] pemikiran yang diusung oleh bangsa Iran saat ini adalah pemikiran yang remeh?
Perhatikan pula masalah berikut ini yang juga disorot tajam oleh musuh kita. Pembicaraan saya ini lebih ditujukan kepada musuh kita yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Pemikiran yang membuat sebuah bangsa menjadi laksana samudera, membuatnya bagaikan badai yang bertiup kencang, berjuang untuknya selama hampir dua puluh tahun sampai berhasil meraih kemenangan, lalu dengannya pula bertahan secara resisten selama dua puluh tahun dengan mengorbankan nyawa ratusan ribu pemudanya, mungkinkah pemikiran yang sedemikian mendalam bagi bangsa seperti ini dilenyapkan dengan mudah? Sudah sedemikian pandir dan dungukah para pakar intelijen Anda? Dulu Anda berkuasa atas segala sesuatu di negeri ini. Perguruan tinggi ada di tangan Anda. Kekuasaan, Syah dan Perdana Menteri ada dalam genggaman Anda. Apa yang Anda inginkan di negara ini bisa Anda lakukan dengan mudah. Koran-koran penuh dengan materi yang Anda maukan. Kebijakan apapun yang Anda inginkan bisa Anda terapkan di negeri ini. Ulama tidak berani berbicara di sudut masjid manapun yang menentang AS walaupun hanya dengan sepenggal kalimat. Jika ada kata-kata yang keluar mereka akan dipenjara. Walaupun para ulama tetap berani berbicara dan rela menanggung akibatnya. Kondisi saat itu benar-benar mencekik. Waktu itu, ulama, agama, bangsa Muslim dan para pemuda mukmin tidak mampu menolak petaka bersejarah yang ditimpakan AS terhadap bangsa ini dan tidak bisa menyelamatkan negeri yang besar ini cengkeramannya. Hari ini, kekuasaan ada di tangan kubu Islam. Kekuasaan ada di tangan para pemuda ini. Supremasi Islam telah tegak di sini. Apakah dengan kondisi yang seperti ini musuh bisa merampas keimanan dan agama dari bangsa ini? Jelas mimpi di siang bolong. Mereka salah dalam membaca situasi. Syukur, musuh kita selalu menelan kekalahan pahit akibat kesalahannya sendiri. Kali inipun mereka harus merasakan hal yang sama. Meski demikian, saya dan Anda sekalian harus waspada dan jangan sampai lalai. Satu-satunya pesan saya adalah jangan sampai kita lalai. Insya Allah, Allah akan membimbing kita dan menerangi jalan kita. Jalan yang terpampang di depan kita terang.
Lantas apa sebenarnya yang terjadi? Saya katakan bahwa ada banyak hal yang membuat sedih. Tapi saya tidak bermaksud memaparkan kesedihan apa saja. Cukup Allah dan para waliNya yang mengetahui kesedihan itu. Merekalah sebaik-baik yang mendengar keluhan. Tapi jika saya hendak menjelaskan hal terbesar yang patut disedihkan dan dikeluhkan maka saya akan menyebutkan keberadaan orang-orang yang terus berusaha membuka jalan bagi AS untuk berkuasa di negara ini. Padahal, mereka tidak memperoleh keuntungan apapun dari kekuasaan AS atas negeri kita. Tentunya orang-orang itupun berbeda. Ada yang melakukannya karena kelalaian, ada yang karena kesalahan, kelemahan atau dendam. Ada yang melakukan hal itu karena sakit hati kepada seseorang. Seperti kata pepatah, membakar istana hanya karena sehelai sapu tangan. Hanya karena dendam terhadap seseorang atau karena tidak memperoleh jabatan yang diinginkan, atau karena kesalahpahaman mereka lantas berbicara, bersikap atau melakukan tindakan yang merugikan negara secara umum dan menggembirakan musuh.
Anda perlu tahu bahwa radio-radio asing beroperasi dengan dana jutaan dolar. Mereka tentu punya misi dan gencar menebar propaganda. Yang mereka maukan adalah mempengaruhi opini umum masyarakat di negara sasaran. Tentunya mereka tidak sembarang melakukan wawancara dengan seseorang, membahas satu topik atau membela satu haluan atau kelompok tertentu. Orang yang berakal tentu akan berpikir dalam-dalam saat menyaksikan musuh menepuk tangan dan memujinya. Dia pasti akan merenungkan kesalahan apakah yang telah ia lakukan sampai membuat musuh bersorak untuknya. Dia harus segera sadar. Yang sangat disesalkan adalah, sebagian orang justeru bangga dan gembira melihat musuh bertepuk tangan. Jika penyerang dari tim sepakbola kita melakukan kesalahan dengan memasukkan bola ke gawang sendiri, siapakah yang akan bersorak gembira? Tentunya yang akan bersorak adalah pendukung tim lawan. Seharusnya ketika melihat musuh bersorak dan bertepuk tangan untuk Anda, Anda menyadari telah memasukkan bola ke gawang sendiri. Renungkan mengapa hal itu sampai terjadi. Kesalahan apakah yang telah Anda lakukan? Ada apa sebenarnya dengan Anda? Selidiki dan cari tahu kesalahan apa yang telah Anda lakukan lalu bertaubatlah. Di bulan Ramadhan ini, saya berharap mereka yang telah melakukan kesalahan besar terhadap bangsa Iran ini agar segera bertaubat di hadapan Allah dan Islam. Jangan beranggapan bahwa kesalahan yang mereka lakukan itu menyangkut diri saya yang hina ini. Bukan. Saya bukan apa-apa. Mereka harus sadar bahwa tentang saya bukan masalah yang penting. Saya juga tidak punya klaim apa-apa, dan tidak punya ambisi untuk memegang jabatan dan kekuasaan. Tentunya orang akan berbangga jika bisa mengabdi kepada bangsa ini, tapi bukan berambisi. Mereka yang harus tahu sudah mengetahui fakta ini. Orang akan sangat sedih saat menyaksikan orang-orang yang mendapat kemuliaan, kedudukan, harta dan kenikmatan dari revolusi, Islam, serta Imam Mahdi, dan dulunya getol berbicara soal Imam Zaman dan para imam maksum (as), namun perilakunya saat ini justeru membuat Israel, Amerika, CIA dan semua musuh Islam di seluruh penjuru dunia bersorak kegirangan. Ini jelas sangat menyakitkan.
Tapi saya katakan kepada Anda semua bahwa kabar gembira dari Allah sedemikian banyak yang dengannya kesedihan apapun akan terkikis dari hati. Berita gembira dari Allah itu sedemikian banyak. Jangan beranggapan bahwa menyingkirnya segelintir orang yang punya masa lalu revolusioner dari karavan revolusi dapat membuat revolusi ini menjadi terasing. Tidak demikian. Semua revolusi, pemikiran dan gerakan sosial pasti akan mengalami kerontokan sebagian anasirnya dan di saat yang sama akan muncul tunas-tunas yang baru. Artinya, ada pertumbuhan yang mengiringi kerontokan.
Coba Anda perhatian apa yang terjadi di awal sejarah Islam. Di masa keterasingan Islam ketika Imam Ali (as) terasing, siapakah yang tampil menjadi pembela Amirul Mu'minin? Mereka umumnya bukan para sahabat yang terdahulu masuk Islam. Sahabat terdahulu adalah semisal Thalhah, Zubair, Sa'd bin Abi Waqqash dan lainnya. Sebagian mereka meninggalkan Ali seorang diri sebagian bahkan memerangi beliau. Inilah yang disebut dengan proses keguguran. Sementara proses pertumbuhan juga ada yang melahirkan orang-orang seperti Abdullah bin Abbas, Muhammad bin Abi Bakr, Malik Asytar, dan Maitsam Tammar. Mereka tak dikenal atau belum ada di masa Nabi Saw. Mereka tumbuh ketika Islam terasing. Kalian bisa melihat bagaimana besarnya pengaruh Malik Asytar dalam sejarah Islam. Memang proses keguguran anasir internal adalah fenomena menyedihkan. Ketika para sahabat memberikan pedang Zubair (yang terbunuh dalam perang Jamal, pent) kepada Imam Ali (as), beliau memandangnya dan menitikkan air mata. Memang menyedihkan ketika melihat ada sebagian orang yang pernah bergabung dengan revolusi Islam, di barisan Imam Zaman, di kelompok Islam dan Al-Qur'an tapi kini memisahkan diri dari barisan ini. Namun meski ada proses keguguran seperti itu ada juga proses pertumbuhan. Bermunculanlah orang-orang seperti Malik Asytar dan Abdullah bin Abbas. Di medan perang ketika Amirul Mukminin memerlukan lisan seseorang, Abdullah bin Abbas maju untuk membela beliau. Ketika yang diperlukan pedang, Malik Asytar tampil ke depan front. Orang-orang semisal Malik Asytar, Abdullah bin Abbas, Muhammad bin Abi Bakr dan semisalnya bukan satu, dua atau seribu orang jumlahnya, tapi beribu-ribu orang banyaknya. Jadi meski ada segelintir orang yang meninggalkan barisan ini, kehilangan stamina atau kehabisan bekal perjalanan jangan lantas Anda mengira bahwa gerakan ini akan terhenti. Memang ada sebagian orang yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Ada orang-orang lemah yang keletihan dan tak mampu melanjutkan perjalanan padahal baru berjalan dua atau tiga kilometer saja. Ini jelas bukan kebanggaan tapi cela dan ketertinggalan.
الم تر كيف ضرب اللَّه مثلاً كلمة طيبة كشجرة طيبة اصلها ثابت و فرعها فى السماء. تؤتى اكلها كلّ حين باذن ربّها
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.." (Q.S. Ibrahim: 24-25)
Tapi ingat bahwa gerakan revolusi ini punya akar yang kuat dan cabangnya semakin rindang dari hari ke hari. Muncul cabang-cabang yang baru. Menurut saya, soal keguguran dan pertumbuhan ini perlu dibahas dari sisi sosiologi, psikologi dan sejarah, yang tentunya akan menjadi pembahasan menarik. Sayangnya, saya tidak punya kesempatan yang cukup untuk membahasnya.
Saya katakan kepada Anda semua bahwa hari ini pilar-pilar paling vital di negara ini ada di tangan Islam dan revolusi. Landasan yang paling inti dari kekuasaan di negeri ini -yakni rakyat- punya kecenderungan kuat kepada Islam, revolusi, jejak Imam Khomeini (ra), dan nilai-nilai Ilahi dan Islami. Begitulah kondisi para pemuda, mahasiswa, kelompok usia baya, ruhaniawan, pedagang, buruh, pejabat, dan elemen-elemen lain bangsa ini. Alhamdulillah, para pemimpin negara dan pemimpin tiga lembaga penting negara semuanya benar-benar mengabdi untuk Islam. Sebagian orang tidak mengenal realita yang sebenarnya di sini. Di sisi lain, saat berbicara tentang negara ini musuh mengumbar pernyataan yang berbeda dengan fakta. Ada baiknya jika mereka mengenal kondisi yang sebenarnya. Dua tahun lalu, tanggal 2 Khordad, rakyat mementaskan sebuah fenomena akbar dalam pemilu kepresidenan. 30 juta orang ambil bagian dalam memberikan suara. Padahal, sebelum pelaksanaan pemilu media-media asing getol menebar propaganda miring terhadap pemilu. Berulang kali mereka mengatakan bahwa pemilu ini bakal sarat kecurangan. Tujuannya supaya melemahkan animo rakyat untuk mengikuti pemilu.
Banyak fakta terselubung akan terkuak jika Anda memerhatikan apa yang ditulis dan disiarkan oleh media-media cetak dan radio asing dalam tiga atau empat bulan menjelang pemilu 2 Khordad. Cara mereka berbicara menampakkan adanya upaya untuk membuat orang pesimis dan tidak bernafsu mendatangi kotak-kotak suara. Tapi rakyat menuruti kata-kata mereka yang punya kepedulian besar kepada bangsa dan negara ini. Hasilnya, 30 juta orang ikut ambil bagian dalam pemilu. Sungguh, ini fenomena yang sangat agung dan prestasi besar yang dibukukan oleh bangsa Iran dan pemerintahan Republik Islam. Ketika pemungutan suara berakhir terbukti bahwa partisipasi rakyat sangat besar dan hasil pemilu pun jelas, media-media memutar haluan dan mengubah retorika. Mereka berbicara seakan gerakan 2 Khordad adalah hasil karya mereka dan sampai kinipun mereka terus gencar menyuarakan hal yang sama, padahal pemilu sudah kita lewati hampir dua setengah tahun. Mereka terus berpropaganda khususnya terkait pribadi bapak Presiden [Khatami].
Saya perlu menceritakan satu hal. Di hari-hari pertama setelah pelaksanaan pemilu presiden 2 Khordad, Bapak Presiden Khatami meminta waktu untuk bertemu saya. Beliau datang dan kamipun bertemu. Kepada beliau saya katakan bahwa saya tidak tahu apakah beliau punya waktu menyimak pemberitaan dalam beberapa hari ini terkait pemilu dan mendengarkan siaran radio-radio asing? Tapi saya menyimaknya. Radio-radio asing mengesankan bahwa gerakan 2 Khordad (kubu Reformis, pent) adalah gerakan kontra revolusi, anti Imam Khomeini dan anti Islam. Memang begitulah caranya media dalam berpropaganda. Saya ingin supaya beliau dalam pembicaraan perdananya langsung menohok ke muka musuh dan menunjukkan bahwa realita tidak seperti yang mereka dengungkan. Gerakan ini adalah gerakan yang mengikuti jejak Imam Khomeini dan revolusi. Tiga atau empat hari setelah pertemuan itu beliau hadir dalam sebuah wawancara pers. Setelah itu dalam pertemuannya kembali dengan saya beliau mengatakan bahwa untuk wawancara itu beliau sudah mempersiapkan banyak materi untuk dibicarakan tapi semuanya hilang dari ingatan beliau. Hanya satu hal yang beliau ingat yaitu apa yang saya katakan sebelumnya agar beliau menohok muka musuh. Dan itulah yang beliau lakukan. Alhamdulillah, sampai hari inipun Presiden, Ketua Parlemen, Ketua Mahkamah Agung dan para pejabat negara semuanya menyerukan sikap yang mendukung revolusi Islam, Imam, Islam dan loyalitas kepada nilai-nilai ajaran Islam. Ini merupakan kebanggaan bagi kita, dan ini bisa menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa dan yang bisa merapatkan hati rakyat. Saya sering dan berulang-ulang menekankan supaya hati kita semua saling merapat dan bersatu. Saya juga menekankan kepada seluruh kelompok yang ada untuk saling merapatkan barisan.
Kita tengah menyongsong pemilu. Insya Allah di lain kesempatan saya akan berbicara soal pemilu secara rinci. Yang ingin saya katakan saat ini adalah jadikan pemilu ini sebagai pentas membanggakan bagi bangsa seperti pemilu 2 Khordad. Partisipasi luas masyarakat harus bisa menggagalkan konspirasi musuh. Kita semua bersyukur kepada Allah yang selalu membimbing bangsa ini dengan kemurahan, keutamaan, rahmat dan perlindunganNya. Seperti yang saya katakan bahwa para pejabat negara, seluruh elemen masyarakat, umat Hizbullah ini, para pemuda mukmin, para relawan Basij, dan semua orang di negeri ini siap mengabdi kepada Islam dan siap terjun ke gelanggang ketika Islam dan Muslimin memerlukan kehadiran mereka. Alhamdulillah, hari ini kekuatan Islam dan pemerintahan Islam lebih kokoh berkat adanya dukungan afeksi, pemikiran dan suara rakyat. Insya Allah, Allah Swt akan selalu mengayomi bangsa ini dengan kasih sayang dan rahmatNya.
بسم‏اللَّه‏الرّحمن‏الرّحيم‏ 
اذا جاء نصراللَّه و الفتح. و رأيت النّاس يدخلون فى دين اللَّه افواجا. فسبّح بحمد ربّك و استغفره انّه كان توّابا
Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Al Quran menyatakan Sahabat Pernah Lari dari Salat Jum’at

Qs. 62 ayat 11:Qs. Al Jumuah ayat 11 : Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, “Apa yang ada disisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik

Asbabun Nuzul ayat 11:
Jabir mengatakan bahwa saat Rasulullah menyampaikan khotbah pada hari jum’at, tiba tiba rombongan kafilah datang membawa dagangan dari Syam, kaum muslimin mendatangi rombongan itu, hingga hanya tersisa 12 orang yang mendengarkan Rasulullah berkhotbah. Atas peristiwa itu, turunlah ayat ini” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Ibnu Katsir menulis tentang sahabat yang meninggalkan Rasul yang sedang khutbah Jum’at hanya karena perdagangan. Dia berkata bahwa Imam Ahmad berkata: Berkata kepada Ibnu Idris dari Hushain bin Salim dari Jabir, ia berkata: Aku sering masuk ke Madinah dan ketika RasuluLLAAH SAW. sedang berkhutbah orang-orang meninggalkan beliau dan tersisa hanya dua belas orang saja,kemudian turunlah ayat “Dan apabila mereka melihat perdagangan (yang menguntungkan) ataupermainan (yang menyenangkan) mereka bubar dan pergi ke sana meninggalkan engkau berdiri (berkutbah)(al-Jumu’ah ayat 11).

Kejadian ini juga termuat dalam Shahihain. (lih. Tafsir Ibnu Katsir 4/378, ad-Durrul Mantsur Suyuthi hal.220-223, Shahih Bukhari 1/316, Shahih Muslim, 2/590).

Untuk penelitian dan eksplorasi yang mendalam tentang naqd al-Qur’an terhadap sahabat, silahkan anda buka kitab-kitab berikut:
– Tafsir Ibn Katsir 1/421 dan Tafsir at-Tabari 4/155, tafsir surah al-Imran ayat 161.
– Tafsir Ibn katsir 4/209 tafsir surah al-Hujurat ayat 6 dan 2/283-285 tafsir surah al-Anfal ayat 1
Lihat juga tafsir surah al-Imran ayat 103, al-Ahzab ayat 12-13. at-Taubah 101-102, al-Hujurat 14, at-Taubah ayat 60
.
Sungguh Tega! Ulama Ahlusunnah Menuduh Para Sahabat Meninggalkan Nabi saw. Sa’at Khutbah Jum’at!
Sungguh keterlaluan tuduhan yang dilontarkan para ulama Ahlusunnah terhadap para sahabat mulia Nabi saw. tega-teganya mereka menuduh para sahabat mulia hasil didikan Nabi Muhammad saw. sebagai kaum yang tidak tau adab dan lebih dari itu tidak tau malu! Para sahabat ada di antara mereka telah dididik belasan tahun dan ada yang hampir dua puluh tiga tahun… ternyata di tahun-tahun akhir mereka menyakiti hati Nabi mereka dengan meninggalkan secara kolektif Nabi saw. yang sedang berpidato di atas minbar Jum’at! Sebuah pemandangan yang saya yakin belum pernah dan tidak akaan pernah kita saksikan ada seorang ustadz/syeikh/kyai ditinggalkan murid-murid dekatnya atau para jama’ah kebanggaannya berdiri bengong di atas mimbar, sementara mereka berlompatan keluar meninggalkan masjid dan membiarkannya di atas Mimbar berpidato hanya berebut makanan misalnya atau kerena ada pawai barongse lewat!!

Tetapi itulah yang “dituduhkan” para ulama Ahlsunnah terhadap para sahabat mulia! Mereka berhamburan keluar masjid sementara Nabi saw. sedang berkhutbah di atas Mimbar... mereka tega meninggalkan Nabi saw. berdiri di atas mimbar hanya kerena ada seorang pedagang makanan datang dengan menabuh genderang sebagai alat memanggil para pelanggan! Dari ribuan sahabat yang hadir shalat Jum’at hanya tersisa belasan sahabat saja yang masih setia duduk mendengar pidato Nabi saw.

Sungguh luar biasa!!
Bukankah tunuduhan demikian terhadap para sahabat mulia Nabi saw. adalah sebuah penghinaan dan pelecehan?! Bukankah para sahabat itu seluruhnya, ajma’în adalah ‘udûl/baik/terdidik dan shaleh?! Bukankah semestinya kita katakan bahwa para sahabat itu seluruhnya, ajma’în adalah lebih mengutamakan Nabi mereka lebih dari segalanya tidak terkecuali jiwa-jiwa mereka? Lalu mengapakah para ulama Ahlusunnah menghina mereka dengan mengatakan mereka lebih mementingkan perut-perut mereka ketimbang mendengar pidato Rasulullah Muhammad saw.?!

Para Ulama Ahluusunnah Mengaitkan Penghinaan Itu Dengan Sebuah Ayat Al Qur’an!
Tidak cukup sampai di sini, para ulama Ahlusunnah sepakat mempertegas tuduhan menghinakan itu dengan mengaitkannya dengan sebuah ayat Al Qur’an. Allah SWT berfirman:

وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً قُلْ ما عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَ مِنَ التِّجارَةِ وَ اللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقينَ

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah:” Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik- baik Pemberi rezeki. (QS. Jumu’ah [62];11).

Keterangan Para Ulama Ahlusunnah Tentang Ayat di Atas.
Tentang ayat di atas, para ulama Ahlusunnnah mengaitkannnya dengan sebuah peristiwa yang menggemparkan penghuni langit sebelum menggemparkan penduduk bumi, sehingga Allah SWT langsung menurunkan ayat teguran bahkan ancaman keras dan Nabi pun tidak ketinggalan menampakkan murkanya atas para pelaku tindakan hina yang biadab itu.

Untuk menyingkat waktu mari kita dengar langsung penghinaan ulama Ahlusunnah terhadap para sahabat Nabi mulia saw.

Setelah menerangkan makna ayat bahwa para sahabat itu meninggalkan Nabi saw. berpidato di  atas mimbar, Ibnu Jarir ath Thabari (mufassir tertua Ahlusunnah) mengutip berbagai riwayat, di antaranya:
.

حدثنا ابن حميد، قال: ثنا مهران، عن سفيان، عن إسماعيل السدي، عن أبي مالك، قال: قدم دحية بن خليفة بتجارة زيت من الشام، و النبي صلى الله عليه و سلم يخطب يوم الجمعة، فلما رأوه قاموا إليه بالبقيع خشوا أن يسبقوا إليه، قال: فنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً

“…. dari Abu Mâlik, ia berkata, ‘Dihyah datang dengan membawa dagangan (berupa minyak) dari negeri Syam. Saat itu Nabi saw. sedang berkhutbah Jum’at, sepontan ketika melihat itu, para sahabat berdiri menujunya di tanah Baqi’. Mereka takut kedahuluan orang lain. Ia berkata, ‘Lalu turunlah ayat “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”
.

حدثنا أبو كريب، قال: ثنا ابن يمان، قال: ثنا سفيان، عن السدي، عن قرة إِذا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ قال: جاء دحية الكلبي بتجارة و النبي صلى الله عليه و سلم قائم في الصلاة يوم الجمعة، فتركوا النبي صلى الله عليه و سلم و خرجوا إليه، فنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً حتى ختم السورة

“… dari as Suddi dari Qarrah, ‘Tentang ayat {.. apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat}  ia berkata, “Dihyah al kalbi datang membawa dagangan sementara Nabi saw. berdiri (berkhutbah) dalam shalat Jum’at, maka mereka serempak meninggalkan Nabi saw. dan keluar menghampiri Dihyah. Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).” hingga akhir surah.”
.

حدثني أبو حصين عبد الله بن أحمد بن يونس، قال: ثنا عبثر، قال: ثنا حصين، عن سالم بن أبي الجعد، عن جابر بن عبد الله، قال: كنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في الجمعة، فمرت عير تحمل الطعام، قال: فخرج الناس إلا اثني عشر رجلا، فنزلت آية الجمعة.  

“… (sahabat) Jabir bin Abdillah berkata, ‘Kami bersama Rasulullah saw. di hari Jum’at, lalu lewatah kafilah dagang membawa makanan. Ia (Jabir) berkata, ‘Maka manusia keluar kecuali dua belas orang saja, lalu turunlah ayat surah Jum’at”
.

حدثنا ابن عبد الأعلى، قال: ثنا محمد بن ثور، عن معمر، قال: قال الحسن: إن أهل المدينة أصابهم جوع و غلاء سعر، فقدمت عير و النبي صلى الله عليه و سلم يخطب يوم الجمعة، فسمعوا بها، فخرجوا و النبي صلى الله عليه و سلم قائم، كما قال الله عز وجل.

“ … Hasan berkata, ‘Penduduk kota Madinah mengalami kelaparan dan mahalnya bahan makanan, lalu datanglah kafilah dagang sementara Nabi saw. sedang berkhutbah shalat Jum’at, ketika mendengar kedatangan kafilah itu mereka bergegas keluar dan meninggalkan Nabi saw. yang sedang berdiri seperti yang difirmankan Allah.”
.

حدثنا بشر، قال: ثنا يزيد، قال: ثنا سعيد، عن قتادة: بينما رسول الله صلى الله عليه و سلم يخطب الناس يوم الجمعة، فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقال: كم أنتم؟ فعدوا أنفسهم فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة ثم قام في الجمعة الثانية فجعل يخطبهم قال سفيان: و لا أعلم إلا أن في حديثه و يعظهم و يذكرهم، فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقال: كم أنتم، فعدوا أنفسهم، فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة ثم قام في الجمعة الثالثة فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقال كم أنتم؟ فعدوا أنفسهم، فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة، فقال:” و الذي نفسي بيده لو اتبع آخركم أولكم لالتهب عليكم الوادي نارا” و أنزل الله عز وجل: وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً.

“… dari Qatadah, ia berkata, ‘Ketika Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan manusia pada hari Jum’at, tiba-tiba mereka berangsur-angsur bangun dan keluar sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.
Kemudian di hari jum’at berikutnya beliau berkhutbah di hadapan mereka … Sufyan berkata, ‘Aku tidak mengetahui dari hadisnya melainkan beliau menasihati dan mengingatkan mereka, lalu mereka berangsur-angsur meninggalkan beliau sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.
Kemudian pada hari jum’at ketiga beliau berkhutbah lalu mereka berangsur-angsur meninggalkan beliau sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan. Setelah itu beliau bersabda (mengancam)
.

و الذي نفسي بيده لو اتبع آخركم أولكم لالتهب عليكم الوادي نارا

“Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, andai orang terakhir kamu mengikuti orang pertama kamu (yang keluar) pastilah lembah ini akan dilahab api membakar kalian!.”
Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”

Ustad Husain Ardilla:
Ini mungkin yang dimaksud dengan penegasan Syeikh Ibnu Âsyûr bahwa peristiwa memalukan itu mereka lakukan sebanyak tiga kali secara berturut-turut, sehingga akhirnya Nabi saw. murka dan mengancam dan Allah pun segera menurunkan ayat kecamanan yang mengabadikan prilaku para sahabat itu!
Ibnu Âsyûr berkata dalam tafsirnya at Tahrîr at Tanwîr,28/205:

فقد قيل إن ذلك تكرر منهم ثلاث مرات

“Dan telah dikatakan bahwa peristiwa itu terulang sebanyak tiga kali… “

Catatan:
Dalam sebagian riwayat dikatakan bahwa sahabat yang tetap setia tidak tergiur kafilah dagang itu berjumlah empat puluh orang.

Para ulama Ahlusunnah tidak meragukan peristiwa itu memang benar-benar terjadi.. para sahabat Nabi meninggalklan Nabi saw. berdiri di atas Mimbar!

Ibnu Katsir meyakinkan kita dengan kata-katanya:

يعاتب تبارك و تعالى على ما كان وقع من الانصراف عن الخطبة يوم الجمعة إلى التجارة التي قدمت المدينة يومئذ فقال تعالى: وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً أي على المنبر تخطب، هكذا ذكره غير واحد من التابعين، منهم أبو العالية و الحسن و زيد بن أسلم و قتادة، و زعم مقاتل بن حيان أن التجارة كانت لدحية بن خليفة قبل أن يسلم، و كان معها طبل فانصرفوا إليها و تركوا رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم قائما على المنبر إلا القليل منهم، و قد صح بذلك الخبر فقال الإمام أحمد: حدثنا ابن إدريس عن حصين عن سالم بن أبي الجعد عن‏ جابر قال: قدمت عير مرة المدينة، و رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم يخطب فخرج الناس و بقي اثنا عشر رجلا فنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها. أخرجاه في الصحيحين من حديث سالم به.

“Allah –Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi- telah menegur (para sahabat) atas apa yang terjadi yaitu meninggalkan (Nabi saw.) saat khutbah Jum’at menuju kafilah dagang yang datang ke kota Madinah pada hari itu. Allah -Ta’ala- berfiman: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri.” berkhutbah di atas mimbar. Demikian disebutkan banyak ulama tabi’în di antara mereka adalah Abul ‘Âliyah, al Hasan, Zaid bin Aslam dan Qatadah. Dan Muqatil bin Hayyân berpendapat bahwa kafilah dagang itu milik Dihyah sebelum ia memeluk Islam. Ia membawa genderang (dan menabuhnya) lalu orang-orang -kecuali beberapa orang saja- keluar menujunya dan meninggalkan Rasulullah saw. berdiri di atas mimbar. Dan telah shahih berita tentang kejadian ini.”

Kemudian ia menyebutkan beberapa riwayat tentangnya, di antaranya adalah:
Imam Ahmad[1] meriwayat dari … Jabir, ia berkata, “Pada seuatu hari ada kafilah dagang datang ke kota Madinah ketika itu Rasulullah saw. sedang berkhutbah, maka orang-orang keluar (dari masjid) kecuali dua belas orang saja, lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri.” Dan hadis ini juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab Sahahih mereka dari hadis Salim dengan sanad di atas.

Ustad Husain Ardilla:
Sobat, Anda berhak bertanya, mungkinkah Allah menyebut-nyebut kejelekan para sahabat mulia Nabi saw. dalam Al Qur’an, kitab suci-Nya yang akan dibaca umat Islam sepanjang zaman?!
Atau justeru, jangan-jangan mereka yang keluar (apalagi kalau diterima riwayat yang menyebut bahwa kejadian itu terulang sebanyak tiga kali) bukanlah sahabat, tetapi mereka adalah gabungan dari kaum munafik, kaum lemah imam dan yang islamnya ikut-ikutan?!

Jika hanya karena rayuan pedagang makaman, para sahabat itu berbondong-bondong keluar meninggalkan masjid di saat beliau saw. berkhutbah, dengan tanpa malu dan sungkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw., lalu apa bayangan kita terhadap mereka di medan perang ketika maut mengejar mereka?! Mungkinkah mereka akan tegar menghadapinya dan membela Nabi mereka hingga tetes darah penghabisan?

Sobat, peristiwa itu terjadi bukan di awal-awal kedatangan Nabi saw. di kota Madinah, tetapi justeru di tahun-tahun terakhir! Artinya mereka sudah lama mendapat didikan istimewa dari Nabi saw.! Lalu apa yang salah di sini? Yang jelas beliau saw. tidak mungkin “teledor” dalam mendidik. Tetapi, pendidikan itu bukanlah aktifitas satu arah dan kesuksesan hanya ditentukan oleh sang pendidik betapa pun hebatnya ia!

Di sini, saya hanya hendak mengatakan, tidakkah apa yang disajikan para ulama Ahlusunnah tentang kejadian di atas yang dilakoni mayoritas para sahabat itu tergolong penghinaan, caci maki dan pelecehan terhadap kehormatan mereka?

Bukankah firman suci Allah SWT yang mengabadikan peristiwa itu memuat pelecehan, atau paling tidak tindakan memalukan yang mereka lakukan?!

Apakah para ulama Ahlusunnah itu agak terpengaruh pandangan Syi’ah dalam menilai para sahabat, di mana (kata Syi’ah) tidak semua sahabat itu baik dan terpuji! Atau di sini, dalam kasus ini, Allah “agak kesyi’ah-syi’ahan”! Buktinya Allah SWT tidak mendukung konsep Sunni tentang keadilan sahabat dan malah memberikan amunisi yang menguatkan argumentasi Syi’ah!

Atau jangan-jangan seluruh data dan nash tentangnya itu palsu?! Saya yakin tidak sedikit dari Anda –hai sobat sunniku- yang rasa-rasanya ingin menolak nash-nash dan hadis-hadis tentangnya dan berkata dalam hatinya, ‘Mengapa Allah tidak merahasiakan saja kejadian itu! Tidakkah Allah tau betapa bahayanya jika ayat itu dibaca kaum Syi’ah! Bisa dibuat repot kita oleh mereka’ Atau “Jika kita terima kenyataan ini, habislah! Lebih selamat kalau kita ingkari saja!! Tetapi… apa hendak dikata… kali ini Allah kurang berpihak kepada kita (Sunni).’!

Sekali lagi saya hanya menyampaikan keterheranan saya, bagaimana ulama Ahlusunnah itu tega menghina para sahabat mulai dengan tuduhan seperti itu!

[1] Musnad Ahmad,3-313
………..

.

Para Ulama Sunni Mengaitkan Kejadian Ini Dengan Ayat Al Quran.
Demi menguatkan hujah dan tuduhan mereka, para ulamak Sunni telah menggunakan ayat Al Quran seperti berikut. Allah SWT berfirman:

وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً قُلْ ما عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَ مِنَ التِّجارَةِ وَ اللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقينَ

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah:” Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik- baik Pemberi rezeki.” (QS. Jumu’ah [62];11).

Berkaitan dengan ayat di atas, para ulamak Sunni telah mengaitkanya dengan kejadian yang telah menggemparkan penduduk langit dan bumi, apabila Allah menunjukkan kemurkaannya, begitu juga dengan Rasulullah(sawa).

Untuk menyingkat waktu mari kita lihat langsung penghinaan ulama Sunni terhadap para sahabat Nabi mulia sawa.

Setelah menerangkan makna ayat bahwa para sahabat itu meninggalkan Nabi saw. berpidato di  atas mimbar, Ibnu Jarir ath Thabari (mufassir tertua Sunni)mengutip berbagai riwayat, di antaranya:
.
حدثنا ابن حميد، قالثنا مهران، عن سفيان، عن إسماعيل السدي، عن أبي مالك، قالقدم دحية بن خليفة بتجارة زيت من الشام، و النبي صلى الله عليه و سلم يخطب يوم الجمعة، فلما رأوه قاموا إليه بالبقيع خشوا أن يسبقوا إليه، قالفنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً

“…. dari Abu Mâlik, ia berkata, ‘Dihyah datang dengan membawa dagangan (berupa minyak) dari negeri Syam. Saat itu Nabi (sawa). sedang berkhutbah Juma’at, sepontan ketika melihat perkara itu, para sahabat berdiri menuju ke tanah Baqi’. Mereka takut jika orang lain mendahului mereka. Beliau berkata, ‘Lalu turunlah ayat “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”
.
حدثنا أبو كريب، قالثنا ابن يمان، قالثنا سفيان، عن السدي، عن قرة إِذا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ قالجاء دحية الكلبي بتجارة و النبي صلى الله عليه و سلم قائم في الصلاة يوم الجمعة، فتركوا النبي صلى الله عليه و سلم و خرجوا إليه، فنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً حتى ختم السورة

“… dari as Suddi dari Qarrah, ‘Tentang ayat {.. apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumaat}  ia berkata, “Dihyah al kalbi datang membawa dagangan ketika Nabi (sawa). berdiri (berkhutbah) dalam shalat Juma’at, maka mereka terus meninggalkan Nabi (sawa). dan keluar menghampiri Dihyah. Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).” hingga akhir surah.”
.
حدثني أبو حصين عبد الله بن أحمد بن يونس، قالثنا عبثر، قالثنا حصين، عن سالم بن أبي الجعد، عن جابر بن عبد الله، قالكنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في الجمعة، فمرت عير تحمل الطعام، قالفخرج الناس إلا اثني عشر رجلا، فنزلت آية الجمعة.  

“… (sahabat) Jabir bin Abdillah berkata, ‘Kami bersama Rasulullah (sawa). di hari Juma’at, lalu lewatlah kafilah dagang membawa makanan. Ia (Jabir) berkata, ‘Maka manusia keluar kecuali dua belas orang saja, lalu turunlah ayat surah Juma’at”
.
حدثنا ابن عبد الأعلى، قالثنا محمد بن ثور، عن معمر، قالقال الحسنإن أهل المدينة أصابهم جوع و غلاء سعر، فقدمت عير و النبي صلى الله عليه و سلم يخطب يوم الجمعة، فسمعوا بها، فخرجوا و النبي صلى الله عليه و سلم قائم، كما قال الله عز وجل.

“ … Hasan berkata, ‘Penduduk kota Madinah mengalami kelaparan dan mahalnya bahan makanan, lalu datanglah kafilah dagang ketika Nabi (sawa) sedang berkhutbah shalat Juma’at, apabila mendengar kedatangan kafilah itu, maka mereka bergegas keluar dan meninggalkan Nabi (sawa) yang sedang berdiri seperti yang difirmankan Allah swt.”

حدثنا بشر، قالثنا يزيد، قالثنا سعيد، عن قتادةبينما رسول الله صلى الله عليه و سلم يخطب الناس يوم الجمعة، فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقالكم أنتم؟ فعدوا أنفسهم فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة ثم قام في الجمعة الثانية فجعل يخطبهم قال سفيانو لا أعلم إلا أن في حديثه و يعظهم و يذكرهم، فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقالكم أنتم، فعدوا أنفسهم، فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة ثم قام في الجمعة الثالثة فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقال كم أنتم؟ فعدوا أنفسهم، فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة، فقال:” و الذي نفسي بيده لو اتبع آخركم أولكم لالتهب عليكم الوادي نارا” و أنزل الله عز وجلوَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً.

“… dari Qatadah, beliau berkata, ‘Ketika Rasulullah (sawa) berkhutbah di hadapan manusia pada hari Juma’at, tiba-tiba mereka beransur-ansur bangun dan keluar sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.

Kemudian di hari jum’at berikutnya baginda berkhutbah di hadapan mereka … Sufyan berkata, ‘Aku tidak mengetahui dari hadisnya melainkan baginda menasihati dan mengingatkan mereka, lalu mereka beransur-ansur meninggalkan baginda sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.

Kemudian pada hari jum’at ketiga baginda berkhutbah lalu mereka berangsur-angsur meninggalkan baginda sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan. Setelah itu beliau bersabda (mengancam)
.
و الذي نفسي بيده لو اتبع آخركم أولكم لالتهب عليكم الوادي نارا

“Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, andai orang terakhir kamu mengikuti orang pertama kamu (yang keluar) pastilah lembah ini akan dilahab api membakar kalian!.”

Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”

Mungkin inilah yang dimaksudkan oleh Syeikh Ibnu Âsyûr bahawa peristiwa memalukan itu mereka lakukan sebanyak tiga kali secara berturut-turut, sehingga akhirnya Nabi (sawa) murka dan memberi ancaman serta Allah pun segera menurunkan ayat kecaman yang mengabadikan perilaku para sahabat itu!

Ibnu Âsyûr berkata dalam tafsirnya at Tahrîr at Tanwîr,28/205:

فقد قيل إن ذلك تكرر منهم ثلاث مرات

“Dan telah dikatakan bahwa peristiwa itu terulang sebanyak tiga kali… “
Di dalam sebahagian riwayat, telah dikatakan bahawa para sahabat yang tetap setia, dan tidak terngiur sedikit pun pada kafilah dagang itu hanya berjumlah empat puluh orang.
Ibnu Katsir meyakinkan kita dengan kata-katanya:

يعاتب تبارك و تعالى على ما كان وقع من الانصراف عن الخطبة يوم الجمعة إلى التجارة التي قدمت المدينة يومئذ فقال تعالىوَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً أي على المنبر تخطب، هكذا ذكره غير واحد من التابعين، منهم أبو العالية و الحسن و زيد بن أسلم و قتادة، و زعم مقاتل بن حيان أن التجارة كانت لدحية بن خليفة قبل أن يسلم، و كان معها طبل فانصرفوا إليها و تركوا رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم قائما على المنبر إلا القليل منهم، و قد صح بذلك الخبر فقال الإمام أحمدحدثنا ابن إدريس عن حصين عن سالم بن أبي الجعد عن جابر قالقدمت عير مرة المدينة، و رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم يخطب فخرج الناس و بقي اثنا عشر رجلا فنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْهاأخرجاه في الصحيحين من حديث سالم به.

“Allah –Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi- telah menegur (para sahabat) atas apa yang terjadi iaitu meninggalkan Nabi (sawa) ketika khutbah Juma’at menuju kafilah dagang yang datang ke kota Madinah pada hari itu. Allah -Ta’ala- berfiman: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri.” berkhutbah di atas mimbar. Demikian telah disebutkan oleh para ulama tabi’în seperti Abul ‘Âliyah, al Hasan, Zaid bin Aslam dan Qatadah. Dan Muqatil bin Hayyân berpendapat bahwa kafilah dagang itu milik Dihyah sebelum ia memeluk Islam. Ia membawa genderang (dan memukulnya) lalu orang-orang -kecuali beberapa orang saja- keluar menujunya dan meninggalkan Rasulullah (sawa) berdiri di atas mimbar. Dan telah shahih berita tentang kejadian ini.”

Kemudian ia menyebutkan beberapa riwayat tentangnya, di antaranya adalah:
Imam Ahmad(Musnad Ahmad 3-313) telah meriwayatkan dari … Jabir, ia berkata, “Pada suatu hari ada kafilah dagang datang ke kota Madinah ketika Rasulullah (sawa) sedang berkhutbah, maka orang ramai keluar (dari masjid) kecuali dua belas orang saja, lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri.” Dan hadis ini juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab Sahahih mereka dari hadis Salim dengan sanad di atas.

So apa kesimpulannya? Seperti biasa, ini membuktikan bahawa para sahabat itu bukan semuanya adil, malah mereka seperti manusia biasa, seperti kita, selalu sahaja membuat kesalahan dan melakukan dosa. Mereka tidak maksum, boleh sahaja menyebabkan kemurkaan Allah swt dan RasulNya(sawa), tidak kiralah samada mereka terkenal atau tidak, jadi khalifah atau rakyat biasa setelah Nabi(sawa), mereka hanya manusia biasa. Kecuali Ahlulbait(as), sudah tentu

Adalah salah satunya surat Al-Jumu’ah yang menceritakan kepada kita bahwa tidak semua sahabat itu patuh dan taat. Mereka punya kepentingan sendiri-sendiri yang mungkin pula bertentangan dengan kepentingan Islam dan kaum Muslimin pada umumnya.

Ketika sebuah rombongan perniagaan dari Syam atau Syria lewat, serentak para sahabat berdiri dan keluar dari mesjid meninggalkan Rasulullah yang sedang berkhotbah. Dari jumlah ratusan sahabat hanya tersisa 12 saja yang tetap tinggal dan mendengarkan khutbah Rasulullah dengan khusyu. Atas peristiwa yang menakjubkan ini, Allah menurunkan ayat:
Dan ketika mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.  (QS. Al-Jumu’ah: 11)

Simaklah keterangan para ulama Ahlussunnah berikut ini:

Keterangan Jalalluddin As-Suyuthi

Jallaluddin as-Suyuthi, seorang ahli sejarah dan tafsir dari kalangan Ahlussunnah, menuliskan asbabun nuzul dari ayat tersebut dalam tafsirnya sebagai berikut:
“Imam Bukhari dan Muslim (Lihat Shahih Bukhari, kitab al-Jumu’ah, hadits nomor 936; dan Shahih Muslim, kitab al-Jumu’ah, hadits nomor 863) meriwayatkan dari Jabir yang berkata, “Pada suatu Jum’at, ketika Nabi sedang berkhutbah, tiba-tiba datang serombongan kafilah (dengan membawa barang-barang perdagangan). Para sahabat lantas keluar (dari masjid) sehingga tidak tersisa bersama Nabi, kecuali dua belas orang saja. Allah lalu menurunkan ayat yang disebutkan dilatas, “Dan ketika mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya………..”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Jabir yang berkata, “Wanita-wanita saat itu jika mengadakan pesta pernikahan maka mereka membuat iringan-iringan yang gemerlap dengan diiringi alunan suara musik. Para sahabat nabi (Yang Sering diidolakan oleh kaum Muslimin itu) lantas meninggalkan Rasulullah yang tengah berkhutbah di atas mimbar dan pergi menghampiri iring-iringan tersebut. Mereka mungkin lebih tertarik untuk melihat para wanita bermain musik atau para pedagang yang menawarkan barang dagangannya daripada mendapatkan petuah dari surga yang diberikan oleh Rasulullah yang mulia!

Betapa mengherankan dan mencenggangkan prilaku para sahabat Nabi itu dan lebih mencenggankan lagi orang-orang yang masih menipu diri mereka sendiri dengan mengatakan bahwa para sahabat itu jujur dan adil serta shaleh semuanya tanpa kecuali!

Allah menurunkan ayat tersebut di atas untuk mengabadikan kelakuan tidak elok dari para sahabat itu untuk menjadikan peringatan bagi kita sekalian.

Keterangan Ibnu Jarir ath-Thabari.

Setelah menerangkan makna ayat bahwa para sahabat itu meninggalkan Nabi saw. berpidato di  atas mimbar, Ibnu Jarir ath Thabari (mufassir tertua Ahlusunnah) mengutip berbagai riwayat, di antaranya:
 
1.

حدثنا ابن حميد، قال: ثنا مهران، عن سفيان، عن إسماعيل السدي، عن أبي مالك، قال: قدم دحية بن خليفة بتجارة زيت من الشام، و النبي صلى الله عليه و سلم يخطب يوم الجمعة، فلما رأوه قاموا إليه بالبقيع خشوا أن يسبقوا إليه، قال: فنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً

“…. dari Abu Mâlik, ia berkata, ‘Dihyah datang dengan membawa dagangan (berupa minyak) dari negeri Syam. Saat itu Nabi saw. sedang berkhutbah Jum’at, sepontan ketika melihat itu, para sahabat berdiri menujunya di tanah Baqi’. Mereka takut kedahuluan orang lain. Ia berkata, ‘Lalu turunlah ayat “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”
 
2.

حدثنا أبو كريب، قال: ثنا ابن يمان، قال: ثنا سفيان، عن السدي، عن قرة إِذا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ قال: جاء دحية الكلبي بتجارة و النبي صلى الله عليه و سلم قائم في الصلاة يوم الجمعة، فتركوا النبي صلى الله عليه و سلم و خرجوا إليه، فنزلت وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً حتى ختم السورة

“… dari as Suddi dari Qarrah, ‘Tentang ayat {.. apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat}  ia berkata, “Dihyah al kalbi datang membawa dagangan sementara Nabi saw. berdiri (berkhutbah) dalam shalat Jum’at, maka mereka serempak meninggalkan Nabi saw. dan keluar menghampiri Dihyah. Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).” hingga akhir surah.”
 
3.

حدثني أبو حصين عبد الله بن أحمد بن يونس، قال: ثنا عبثر، قال: ثنا حصين، عن سالم بن أبي الجعد، عن جابر بن عبد الله، قال: كنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في الجمعة، فمرت عير تحمل الطعام، قال: فخرج الناس إلا اثني عشر رجلا، فنزلت آية الجمعة.

“… (sahabat) Jabir bin Abdillah berkata, ‘Kami bersama Rasulullah saw. di hari Jum’at, lalu lewatah kafilah dagang membawa makanan. Ia (Jabir) berkata, ‘Maka manusia keluar kecuali dua belas orang saja, lalu turunlah ayat surah Jum’at”
 
4.

حدثنا ابن عبد الأعلى، قال: ثنا محمد بن ثور، عن معمر، قال: قال الحسن: إن أهل المدينة أصابهم جوع و غلاء سعر، فقدمت عير و النبي صلى الله عليه و سلم يخطب يوم الجمعة، فسمعوا بها، فخرجوا و النبي صلى الله عليه و سلم قائم، كما قال الله عز وجل.

“ … Hasan berkata, ‘Penduduk kota Madinah mengalami kelaparan dan mahalnya bahan makanan, lalu datanglah kafilah dagang sementara Nabi saw. sedang berkhutbah shalat Jum’at, ketika mendengar kedatangan kafilah itu mereka bergegas keluar dan meninggalkan Nabi saw. yang sedang berdiri seperti yang difirmankan Allah.”
 
5.

حدثنا بشر، قال: ثنا يزيد، قال: ثنا سعيد، عن قتادة: بينما رسول الله صلى الله عليه و سلم يخطب الناس يوم الجمعة، فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقال: كم أنتم؟ فعدوا أنفسهم فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة ثم قام في الجمعة الثانية فجعل يخطبهم قال سفيان: و لا أعلم إلا أن في حديثه و يعظهم و يذكرهم، فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقال: كم أنتم، فعدوا أنفسهم، فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة ثم قام في الجمعة الثالثة فجعلوا يتسللون و يقومون حتى بقيت منهم عصابة، فقال كم أنتم؟ فعدوا أنفسهم، فإذا اثنا عشر رجلا و امرأة، فقال:” و الذي نفسي بيده لو اتبع آخركم أولكم لالتهب عليكم الوادي نارا” و أنزل الله عز وجل: وَ إِذا رَأَوْا تِجارَةً أَوْ لَهْواً انْفَضُّوا إِلَيْها وَ تَرَكُوكَ قائِماً.

“… dari Qatadah, ia berkata, ‘Ketika Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan manusia pada hari Jum’at, tiba-tiba mereka berangsur-angsur bangun dan keluar sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.

Kemudian di hari jum’at berikutnya beliau berkhutbah di hadapan mereka … Sufyan berkata, ‘Aku tidak mengetahui dari hadisnya melainkan beliau menasihati dan mengingatkan mereka, lalu mereka berangsur-angsur meninggalkan beliau sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.

Kemudian pada hari jum’at ketiga beliau berkhutbah lalu mereka berangsur-angsur meninggalkan beliau sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’ Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan. Setelah itu beliau bersabda (mengancam).

و الذي نفسي بيده لو اتبع آخركم أولكم لالتهب عليكم الوادي نارا

“Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, andai orang terakhir kamu mengikuti orang pertama kamu (yang keluar) pastilah lembah ini akan dilahab api membakar kalian!.”
Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”
————————————————————————————————————–
Demi Allah yang jiwa kita ada dalam genggamanNya! 
Tidak mungkin kita akan melakukan hal serupa 
Dengan apa yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Al-Mustafa
Yang meninggalkan dirinya sendirian terpana……
Ya, Rasul…………Sungguh prilaku sahabatmu itu tak terpuji
Menusuk dirimu dari belakang menjegal Islam
Sungguh biarkan kami nanti yang akan mengadukan perihal ini

Terkait Berita: