Asal usul lukisan Nabi Muhammad saw.
Bertahun-tahun
diterbitkan gambar yang disebut sebagai gambar masa mudanya Nabi
Muhammad saw di Iran. Masyarakat Iran di samping menunjukkan rasa suka
terhadap gambar itu, mereka juga mempertanyakan keabsahannya. Sebagian
menyebutkan bahwa gambar itu dilukis oleh pendeta Buhaira yang sempat
mengiringi Nabi Muhammad saw bersama pamannya ke Syam. Pada
kenyataannya, banyak yang meragukan jawaban ini.
Tulisan
berikut ini adalah usaha untuk mencari sumber asli gambar masa muda
Nabi Muhammad saw. Para penulis berusaha mengargumentasikan dari mana
asal gambar itu. Namun, kelihatannya, masalah ini senantiasa terbuka
untuk dijadikan kajian.
Tulisan ini adalah hasil terjemahan yang dilakukan oleh Rasul Ja’fariyah dari makalah yang judul aslinya
The Story of Picture Shiite Depictions of Muhammad, Pierree Centlivre
& Micheline Centlivres-Demont dalam majalah ISIM Review 17, Spring
2006, hal 18-19.
Syiah
Iran punya pengalaman yang cukup panjang dalam menggambarkan keluarga
Nabi Muhammad saw dan Nabi sendiri. Pada akhir-akhir dekade 90 –an
poster yang menggambarkan wajah Nabi Muhammad saw di cetak di Iran dan
menjadi salah satu poster terlaris. Dalam poster itu menggambarkan wajah
masa muda dari Nabi Muhammad saw.
Saat
ini, poster ini dicetak dengan mempergunakan teknologi modern dengan
alat dan teknik yang beragam. Sekalipun demikian, struktur gambar masih
mempertahankan gaya tradisionalnya. Warna yang dipakai masih
mempertahankan kesederhanaan. Namun, tetap saja memiliki kelebihan yang
membedakannya secara mudah dari gambar yang lain seperti pedang Ali as
yang memiliki dua mata.
Penggambaran
yang akan kami bawakan berbeda dengan penggambaran sebelumnya. Gambar
seorang pemuda tampan, mata sendu dan wajah yang menenangkan hati
mengingatkan orang akan gambar-gambar di zaman Renaisan. Terutama
gambar-gambar tentang pemuda yang dilukis oleh Caravagio seperti lukisan
Boy Carrying a Fruit Basket yang berada di galeri Borghese, Roma dan
lukisan Saint John The Baptist di museum Capitole. Kelembutan bak
beludru, mulut yang setengah terbuka dan tatapan sendu.
Sekalipun
ada beberapa naskah dari gambar ini, namun semuanya menunjukkan kesan
muda dan di bawahnya tertulis “Muhammad Rasulullah”, bahkan sebagian
memberikan informasi lebih detil tentang periode kehidupan Nabi ketika
lukisan ini dilukis serta sumber lukisan sekaligus.
Penemuan menarik.
Pada
tahun 2004, ketika menyaksikan pameran foto dua orang seni rupa Lehnert
dan Landrock, secara tidak disengaja akhirnya tersingkap juga sumber
poster Iran itu. Itu dapat dilihat di foto Lehnert sepanjang tahun
1904-1906 yang diambilnya di Tunisia. Foto ini kemudian pada dekade 20
–an dicetak dalam kartu ucapan selamat.
Radolf
Franz Lehnert (1878-1948) adalah warga negara Chekoslowakia sekarang.
Pada tahun 1904 bersama Ernst Heinrich Landorck (1878-1966)
berkebangsaan Jerman, bersama-sama menuju Tunisia. Lehnert sebagai
fotografer dan Landrock sebagai penerbit dan direktur. Tahun sebelumnya,
Lehnert pernah tinggal sebentar di Tunisia. Saat itulah ia jatuh cinta
dengan alam di sana dan penduduknya. Keduanya membangun perusahaan L
& L yang beroperasi di bidang penerbitan foto-foto dari pemandangan
indah Tunisia dan Mesir. Hasilnya adalah ribuan foto dan kartu dengan
gambar daerah ini yang dicetak.
Lehnert
pernah mengenyam pendidikan di Yayasan Seni Grafis di Vienna. Ia punya
hubungan dengan anggota Pictorialist yang menganggap foto sebagai karya
seni. Foto-foto Lehnert tidak saja berbicara mengenai gurun pasir,
bukit-bukit pasir, pasar dan kawasan penduduk Tunisia, tapi juga
foto-foto dari remaja putra dan putri yang umurnya antara anak dan
remaja dan masih memiliki wajah antara laki dan wanita. Foto-foto ini
biasanya diambil sesuai dengan pesanan pembeli Eropanya. Foto tentang
dunia Timur yang memberikan nuansa lain.
Cetakan-cetakan dan teks yang sesuai.
Tidak
diragukan bahwa kartu yang ditunjukkan dalam bentuk 1, berdasarkan
penomoran L & L, nomornya adalah 106 dikenal dengan poster Iran.
Yang lebih menarik nama kartu nomor 106 adalah Muhammad. Ini dengan
sendirinya dapat menunjukkan mengapa pelukis Iran menjadikannya sebagai
model untuk lukisan Nabi Muhammad saw. Tidak ragu lagi, semua naskah
yang ada dari foto ini menjadikan foto nomor 106 sebagai contoh dengan
perbedaan bahwa naskah pertama lebih sesuai dengan foto yang asli.
Dengan demikian, Lehnert tanpa disengaja ditempatkan dalam hati sebuah
legenda.
Pertanyaan
mengenai hubungan antara wajah Nabi Muhammad saw dan wajah remaja
Tunisia belum mendapatkan jawabannya. Lukisan seorang remaja tertawa
dengan mulut setengah terbuka, memakai sorban dan bunga melati di
telinga. Wajah yang sama dalam kartu yang lain dengan judul Ahmad,
seorang remaja Arab dan lain-lainnya.
Kami
belum mampu menyingkap perjalanan foto yang dicetak di dekade 20 –an
yang sampai di tangan penerbit Teheran dan Qom di dekade 90 –an. Namun,
masih ada pertanyaan apa yang menyebabkan penerbit Iran menemukan adanya
kesamaan antara wajah Nabi Muhammad semasa remajanya dengan seorang
remaja Tunisia?
Sebelum
perang dunia pertama, gambar Muhammad di majalah National Geographic
pada bulan Januari tahun 1914 dalam sebuah artikel dengan judul “Inja va
Anja Dar Shumal Afriqa” (Di sana dan di sini di Utara Afrika), di
bawahnya tertulis “Arabi ba Yek Gol” (Seorang Arab dengan sebuah bunga).
Pada dekade dua puluhan, kartu seri Tunisia L & L sangat disukai
oleh tentara Prancis di Utara Afrika. Pada dekade 80 dan 90 –an banyak
buku yang dicetak yang memuat foto-foto ini, namun judulnya bukan
Muhammad.
Naskah
Iran yang sekarang sudah ada perubahan. Wajah yang menipu itu masih
terjaga, namun keindahan wajahnya agak berkurang. Pundak sebelah kirinya
agak lebih tertutup dengan kain, mulut dan matanya sudah mengalami
perbaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa seniman Iran berusaha untuk
mengurangi sisi keindahan foto Lehnert, sehingga foto itu tidak lagi
terlalu menarik dan diberikan tambahan agar terlihat sebagai orang suci.
Akar Kristen?
Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, sebagian tulisan menganggap bahwa hasil
karya ini punya hubungan dengan Kristen dan bukan Islam. Masalah ini
memberi justifikasi tidak berdosanya seorang muslim melihat wajah Nabi
atau melukiskannya. Lebih dari pada itu, orang-orang Kristen menganggap
Nabi Muhammad saw sejak mudanya sebagai pribadi yang suci. Kisah pendeta
Kristen Katolik atau Ortodoks bernama Buhaira menyimpulkan itu.
Berdasarkan kisah itu, pada abad 9 atau 10 Buhaira berusaha mencari Nabi
Muhammad saw berdasarkan tanda-tanda yang dimiliki Nabi di antara
pundaknya. Nabi akan datang semestinya berkata: “Ketika saya menengok ke
langit dan bintang-bintang, saya merasa di atas bintang-bintang”. Ini
juga sebuah alasan disebagian gambar Nabi Muhammad saw ada latar
belakang bintang-bintang.
Sekalipun
sampai saat ini tidak ada penggambaran tentang wajah Nabi Muhammad saw
di masa mudanya, namun penggambaran itu ada dalam bentuk dewasanya.
Disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kulit putih, mata hitam,
alis yang tebal,gGigi teratur dan rambut bergelombang. Bentuk yang
digambarkan itu dapat ditemukan dalam poster Iran. Pada hakikatnya ini
adalah sebuah gambar dari sebuah gambar lain. Dengan kata lain, pelukis
Iran mengambil model Nabi Muhammad saw yang mencerminkan keindahan,
keremajaan dan keserasian.
Pelarangan majalah Prancis karena menghina Nabi.
Negara-negara
Tunisia, Mesir dan Turki menarik kembali majalah Prancis. Penolakan itu
karena majalah tersebut memuat gambar yang menghina Nabi Muhammad saaw.
Majalah dwi bulanan Historia Thematique yang memuat tulisan-tulisan
tentang sejarah, memuat gambar penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw.
Gambar ini membuat kaum muslimin menjadi marah.
Pemerintah
yang disebutkan di atas, menolak dijualbelikannya majalah itu untuk
edisi Januari dan Pebruari. Pelarangan itu juga memunculkan reaksi dari
pimred majalah Historia Thematique. Ia mengatakan bahwa pelarangan itu,
menginjak-injak kebebasan berekspresi.
Hakim membebaskan media Prancis yang menghina Nabi Muhammad saw.
Pengadilan
Paris membebaskan direktur majalah Prancis yang melakukan penghinaan
terhadap Nabi Muhammad saw. Lewat pembelaan wakilnya, disebutkan bahwa
majalah yang memuat penghinaan terhadap Nabi Muhammad itu sesuai dengan
undang-undang kebebasan pers.
Hari
kamis kemarin, hakim pengadilan Paris menolak pengaduan sebagian
organisasi-organisasi Islam dan masjid raya Paris atas pemuatan
karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw. Karikatur itu dimuat pada
tahun 2006.
Hakim
dalam amar putusannya menyebutkan bahwa pemuatan karikatur itu tidak
menghina Islam. Pemuatan itu hanya mengganggu orang-orang Islam
fundamental. Penilaiannya terhadap karikatur yang dimuat hanya satu
menurutnya yang menghina Islam. Namun, mengingat misi majalah tersebut
menekan golongan fundamental Islam, maka hal yang tersebut tidak menjadi
masalah.
Dengan
alasan itulah, hakim mengatakan bahwa gambar-gambar karikatur itu
menghina kaum muslimin, namun pemuatannya itu tidak bermaksud demikian.
Sejak awal
dimulainya pengadilan kasus ini, majalah yang diadukan itu didukung dan
dibela oleh dua orang kandidat calon presiden Prancis dan sekjen partai
sosialis Prancis.
Pengadilan media Prancis karena menghina Nabi Muhammad saw.
Dua
organisasi Islam mengadukan perkara sebuah koran mingguan yang memuat
karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw. Pengaduan itu diterima oleh
pengadilan.
Dua organisasi Islam
mengadukan koran mingguan tersebut karena menghina masyarakat muslim
Prancis lewat agama mereka. Koran mingguan itu memuat kembali karikatur
yang pernah dimuat di Denmark yang didemo oleh kaum muslimin sedunia.
Pemuatan ini sangat menghina kehormatan kaum muslimin. Koran mingguan
ini isinya adalah plesetan politik. Tahun lalu, koran ini berusaha untuk
menyebarkan perselisihan antara kaum muslimin.
Penghinaan atas Nabi; kali ini di Inggris.
Hari
Kamis kemarin, penghinaan atas Nabi Muhammad saw dilakukan di
universitas Cambridge. Penghinaan itu dimuat di salah satu media
Universitas. Dalam majalah tersebut dimuat gambar yang menghina Nabi.
Menurut polisi Inggris, majalah tersebut tidak akan ditindak. Hanya
pengelolanya yang juga dari kalangan mahasiswa yang akan ditindak.
Gambar
yang dimuat adalah gambar yang dimuat pada tahun 2005 oleh media
Denmark. Gambar yang membuat kaum muslimin di seluruh dunia menjadi
marah.
Mahasiswa
pengasuh majalah tersebut belajar di akademi Clare. Oleh pihak
universitas ia selama beberapa waktu diinterogasi. Akademi yang dibangun
sejak tahun 1326. Pihak akademi mengatakan bahwa sekalipun gambar itu
termasuk penghinaan, namun tetap mempertahankan sikapnya sebagai lembaga
yang bebas dan tidak terikat.
Tidak Cukup Nabi, Kini Denmark Hina Ka’bah.
Menurut laporan Der spiegel, penghinaan baru gaya Denmark kembali terjadi lagi di pameran yang diadakan oleh Surrend.Disebutkan bahwa sebuah galeri seni di Berlin, Jerman menutup sebuah pameran karena salah satu poster yang dipamerkan memuat isu SARA dan menghina Ka’bah, kiblat umat Islam sedunia.
Pameran ini diadakan oleh sebuah kelompok seni bernama Surrend asal Denmark. Negara yang tahun-tahun terakhir ini banyak melakukan penghinaan kepada Nabi Muhammad saw dan umat Islam.
Cerita ditutupnya pameran itu setelah sekelompok orang muslim memasuki ruang pameran memrotes poster yang menghina Ka’bah dan meminta agar gambar tersebut tidak dipamerkan.
Poster hinaan terhadap Ka’bah itu berbentuk sebuah gambar Ka’bah yang tempeli tulisan berbahasa Jerman yang tidak pantas ditempelkan di atas Ka’bah. Poster ini termasuk bagian dari 22 poster hasil karya yang dipamerkan dengan judul “Negara Penjajah Zionis”.
Para seniman Denmark mengaku bahwa mereka tidak punya niatan membuat marah kaum muslimin dan menyatakan bahwa mereka ingin mempertanyakan sebuah keyakinan yang mengatakan bahwa Israel berada di balik kejadian-kejadian ini!
Pimpinan Galeri mengatakan, “Dengan melihat protes yang dilakukan oleh kaum muslimin, kami memutuskan untuk sementara waktu meliburkan pameran tersebut.”
Pameran itu dimulai hari Jumat kemarin dan rencananya akan berlangsung hingga akhir bulan Maret 2008.
Wolfgang Schäuble: Urusan Hina Nabi, Media Eropa Jangan Ketinggalan dari Denmark.
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa
Menteri Dalam Negeri Jerman, Wolfgang Schäuble, memuji sikap yang
diambil oleh media Denmar yang memuat gambar yang menghina Nabi Muhammad
saw. Wolfgang dengan sesumbar mengatakan, “Semestinya seluruh koran
negara-negara anggota Uni Eropa melakukan hal sama yang dilakukan oleh
media Denmark.”
Menurut laporan koran Al-Hayat cetakan Emirat Arab,
salah seorang wakil Partai Kebebasan Belanda (Freedom Party) di parlemen
meminta agar film penghina nabi segera ditayangkan.
Pemerintah Belanda sendiri mengingatkan dampak penayangan film ini dan menyatakan bahwa film ini dapat menimbulkan krisis ekonomi sama yang menimpa negara Denmark.
Dan pada saat yang bersamaan, Menteri Luar Negeri Belanda, Maxime Verhagen melakukan pertemuan dengan para duta besar negara-negara Islam guna membahas msalah ini. Dalam pertemuan itu Verhagen menjelaskan bahwa pemerintah Belanda tidak ikut campur dalam masalah ini, bahkan meminta kepada Partai Kebebasan Belanda agar tidak menayangkan film ini. Kekhawatiran dampak dari aksi ini membuat Verhagen meminta agar para duta besar negara-negara Islam melindungi warga Belanda yang ada di negara-negara mereka.
Sampai berita ini diturunkan, tidak ada satu pun dari televisi yang ada di Belanda yang bersedia menayangkan film berdurasi 15 menit ini. Melihat kenyataan itu, wakil Partai Kebebasan Belanda ini mengancam bahwa bila tidak ada stasiun televisi yang menayangkan film ini, maka dia akan memublikasikannya di internet dan alamatnya akan diumumkan kemudian.
Negara Perancis merasa khawatir tarik-menarik yang terjadi di Belanda dan meminta agar dihentikan saja aksi-aksi menghina nabi itu. Juru Bicara Pemerintah Perancis menyatakan bahwa Nicholas Sarkozy sangat sensitif dengan masalah penghinaan terhadap nabi yang merebak di kalangan warga Eropa. Sarkozy menentang setiap aksi penghinaan terhadap nabi.
Pemerintah Belanda sendiri mengingatkan dampak penayangan film ini dan menyatakan bahwa film ini dapat menimbulkan krisis ekonomi sama yang menimpa negara Denmark.
Dan pada saat yang bersamaan, Menteri Luar Negeri Belanda, Maxime Verhagen melakukan pertemuan dengan para duta besar negara-negara Islam guna membahas msalah ini. Dalam pertemuan itu Verhagen menjelaskan bahwa pemerintah Belanda tidak ikut campur dalam masalah ini, bahkan meminta kepada Partai Kebebasan Belanda agar tidak menayangkan film ini. Kekhawatiran dampak dari aksi ini membuat Verhagen meminta agar para duta besar negara-negara Islam melindungi warga Belanda yang ada di negara-negara mereka.
Sampai berita ini diturunkan, tidak ada satu pun dari televisi yang ada di Belanda yang bersedia menayangkan film berdurasi 15 menit ini. Melihat kenyataan itu, wakil Partai Kebebasan Belanda ini mengancam bahwa bila tidak ada stasiun televisi yang menayangkan film ini, maka dia akan memublikasikannya di internet dan alamatnya akan diumumkan kemudian.
Negara Perancis merasa khawatir tarik-menarik yang terjadi di Belanda dan meminta agar dihentikan saja aksi-aksi menghina nabi itu. Juru Bicara Pemerintah Perancis menyatakan bahwa Nicholas Sarkozy sangat sensitif dengan masalah penghinaan terhadap nabi yang merebak di kalangan warga Eropa. Sarkozy menentang setiap aksi penghinaan terhadap nabi.
Dampak Pemutaran Fitna, Al-Quran di Belanda Laris Manis.
Setelah pemutaran film Fitna, masyarakat Belanda tanpa diduga malah mencari al-Quran digital yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda.
Menurut laporan Shia Online mengutip situs al-Muhith, menurut laporan media-media Belanda, penayangan film Fitna ternyata berbalik dari tujuan sebelumnya dan masyarakat Amsterdam malah menyerbu berbagai perpustakaan yang memiliki buku-buku Islam, salah satunya adalah terjemahan digital al-Quran dalam bahasa Belanda.
Menurut laporan ini, animo besar masyarakat untuk membeli software al-Quran berbahasa Belanda dalam dua hari berakibat sulitnya orang menemukan software terjemahan al-Quran berbahasa Belanda.
Al-Muhith menulis, media-media Belanda memuji sikap damai kaum muslimin di negara ini, yang membuat simpati warga Belanda terhadap Islam dan hasilnya berbanding terbalik dengan yang diharapkan oleh Geert Wilders, sang pembuat film ini.
Masih dari al-Muhith, koran Belanda, Day Telegraph, dalam headlinenya menulis tentang aksi kaum muslimin mengadakan Workshop tentang al-Quran yang dihadiri oleh para pemikir Belanda. Workshop yang dilakukan pada hari Jumat di pinggiran kota Amsterdam berhasil mencitrakan al-Quran sebagai buku ibadah dan hidayah dan apa yang disampaikan oleh Wilders itu sebagai kebohongan dan upaya menyimpangkan kebenaran.
Dalam workshop tersebut, salah seorang yang hadir secara terang-terangan menyatakan keislamannya dan mencatat namanya sebagai orang ketiga dalam sepekan yang memeluk Islam sebagai protes atas ibarat terakhir film Fitna “Hentikan Kaum Muslim Eropa!”
Setelah pemutaran film Fitna, masyarakat Belanda tanpa diduga malah mencari al-Quran digital yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda.
Menurut laporan Shia Online mengutip situs al-Muhith, menurut laporan media-media Belanda, penayangan film Fitna ternyata berbalik dari tujuan sebelumnya dan masyarakat Amsterdam malah menyerbu berbagai perpustakaan yang memiliki buku-buku Islam, salah satunya adalah terjemahan digital al-Quran dalam bahasa Belanda.
Menurut laporan ini, animo besar masyarakat untuk membeli software al-Quran berbahasa Belanda dalam dua hari berakibat sulitnya orang menemukan software terjemahan al-Quran berbahasa Belanda.
Al-Muhith menulis, media-media Belanda memuji sikap damai kaum muslimin di negara ini, yang membuat simpati warga Belanda terhadap Islam dan hasilnya berbanding terbalik dengan yang diharapkan oleh Geert Wilders, sang pembuat film ini.
Masih dari al-Muhith, koran Belanda, Day Telegraph, dalam headlinenya menulis tentang aksi kaum muslimin mengadakan Workshop tentang al-Quran yang dihadiri oleh para pemikir Belanda. Workshop yang dilakukan pada hari Jumat di pinggiran kota Amsterdam berhasil mencitrakan al-Quran sebagai buku ibadah dan hidayah dan apa yang disampaikan oleh Wilders itu sebagai kebohongan dan upaya menyimpangkan kebenaran.
Dalam workshop tersebut, salah seorang yang hadir secara terang-terangan menyatakan keislamannya dan mencatat namanya sebagai orang ketiga dalam sepekan yang memeluk Islam sebagai protes atas ibarat terakhir film Fitna “Hentikan Kaum Muslim Eropa!”
Belgia membagi-bagikan al-Quran terjemahan Belanda.
Salah
satu koran terbesar Belgia, membagi-bagikan secara gratis al-Quran
terjemahan berbahasa Belanda. Usaha ini dengan tujuan agar masyarakat
Belgia mengenal Islam. Pembagian terjemahan al-Quran gratis ini telah
dimulai sejak Minggu kemarin.
Diingkari, Kebenaran Gambar Kuburan Nabi Muhammad SAW.
Kantor Urusan Masjid Nabawi, Madinah menolak kebenaran gambar yang telah tersebar luas tentang kuburan Nabi Muhammad saw.
Menurut laporan Shabestan yang mengutip sebuah sumber
di Kantor Urusan Masjid Nabawi, Madinah mengingkari kebenaran gambar
kuburan Nabi Muhammad saw yang telah tersebar secara luas di internet.
Sumber ini mengatakan, gambar yang baru-baru ini
disebarkan sama sekali tidak benar. Karena bangunan yang berada di sisi
kuburan memiliki tiang yang sama dengan tiang-tiang masjid yang lama.
Sementara sejak abad ke-7 hijriah pada masa Walid bin Abdul Malik,
Khalifah Bani Umayyah di sekitar kuburan Nabi telah disekat dengan
dinding dan tidak ada jalan menuju kuburan.
Sumber ini menambahkan, “Kuburan Nabi rata dengan
tanah, sementara kuburan yang terlihat di dalam gambar lebih tinggi dari
tanah sekitarnya.”
Hadiah buat editor koran penghina Nabi Muhammad saw.
Italia
memberikan hadiah kepada Fleming Rose editor budaya koran
Jyllands-Posten. Orang yang memasukkan gambar karikatur yang menghina
Nabi Muhammad saw.
Salah
satu koran yang punya hubungan dengan keuskupan Italia pada edisi hari
selasa menuliskan: “Fleming Rose akan diberikan trofi dan hadiah uang 2
ribu Euro”. Hadiah ini diberikan oleh yayasan kepedulian atas kebebasan
pers Denmark.
Fleming
memenangkan kategori kecakapan wartawan dan menolak segala bentuk
toleransi. Pimpinan yayasan pemberi hadiah itu malah memberikan julukan
kepada Fleming sebagai wartawan pemberani.