Sejak tercatat sebagai dokter pada tahun 1918, ia mulai menjadi anggota partai politik secara tidak terang-terangan. Selain itu ia tercatat aktif dalam lapangan pengajaran dan kegiatan olah raga. Bersama dengan Mr. Budhyarto mendirikan Persatuan Tenis Indonesia (PELTI) sebagai saingan dari kumpulan tenis orang Belanda (NIL TB Nederland Indie Lawn Tennis Bond). Setelah itu, pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, 11 Januari 1896 ini melanjutkan studinya ke negeri Kincir Angin, Belanda. Di sana ia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI) tahun 1928-1931, bahkan ia menjadi anggota Kongres Liga menentang Imperialisme dan Kapitalisme yang diselenggarakan di Brussel, Belgia.
Sebagai seorang dokter yang bekerja pada pemerintah Belanda dan rumahnya selalu digunakan tempat pertemuan PI, maka pada tahun 1930 diancam untuk dipulangkan ke Indonesia karena membantu gerakan PI. Namun atas bantuan Prof. Flu, ia pun tidak jadi dipulangkan dan ditunda sampai menyelesaikan gelar Doktoralnya.
Setelah menyelesaikan doktoralnya di Belanda, Boentaran Martoatmodjo kemudian bekerja di Rumah Sakit CBZ, Jakarta selama 1931-1933 bagian penyakit dalam. Tahun 1932-1938 bekerja di Jawatan Pemberantasan Lepra Semarang. Tahun 1938-1941 menjadi dokter Karesidenan Banyumas. Tahun 1941-1945 menjadi Direktur CBZ Semarang. Pada tahun 1945 menjadi Kepala Jawatan Kesehatan Pusat, Jakarta.
Selain itu, Boentaran Martoatmodjo banyak berjuang mengusir Kolonial Belanda hingga Jepang, bahkan ia juga menjadi anggota BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan Indonesia merdeka. Setelah Indonesia merdeka, Soekarno kemudian mengangkatnya menjadi Menteri Kesehatan pertama pada 19 Agustus 1945-14 November 1945.
Pada tahun yang sama, Seokarno mengeluarkan surat perintah untuk membentuk Palang Merah Indonesia (PMI) pada tanggal 5 September 1945. Ia pun kemudian menjadi Ketua PMI Pusat pada 1945 hingga 1949.
Setelah menjabat Ketua PMI, kemudia Boentara menjabat anggota Seksi Kemasyarakatan Bappenas pada tanggal 21 September 1959-18 November 1959. Ia akhirnya meninggal dunia di Jakarta, 3 Oktober 1979.
(Empat-Pilar-MPR/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email