SK Trimurti, menteri perburuhan pertama Republik Indonesia. (Foto: Dok. keluarga)
SUATU malam, di rumahnya di Yogyakarta, S.K. Trimurti kedatangan seorang tamu. Namanya Setiadjit, ketua Partai Buruh Indonesia (PBI). Dia bilang Presiden Sukarno meminta dirinya, A.K. Gani, dan Amir Sjarifuddin untuk menyusun kabinet baru dalam waktu 14 jam. Dan sebagai anggota formatur kabinet, mereka akan membentuk Kementerian Perburuhan. Dia menanyakan apakah Trimurti bersedia mengisi pos itu. Spontan Trimurti menolak.
“Saya merasa tidak mampu. Saya belum pernah menjadi menteri.”
“Bung Karno juga belum pernah menjadi presiden.”
Setiadjit mengingatkan Trimurti soal disiplin partai dan memberikan waktu untuk berpikir semalaman.
Rencana pembentukan kabinet tak lepas dari mundurnya Sjahrir sebagai perdana menteri, sebab keputusannya di persetujuan Linggarjati dianggap merugikan posisi Indonesia. Mulanya Sukarno menunjuk Amir Sjarifuddin, Sukiman Wirjosanjoyo, Adnan Kapau Gani, dan Setiadjit sebagai formatur untuk membentuk kabinet koalisi tapi gagal karena Masyumi meminta jatah kursi-kursi penting. Sukarno lalu menunjuk Sjarifuddin, Gani, dan Setiadjit untuk membentuk kabinet nasional.
Trimurti mengalami malam yang berat dan panjang. Kementerian Perburuhan baru didirikan; akan ada banyak pekerjaan untuk menata kelembagaan dan orang-orangnya. Belum lagi dia mesti menghadapi keretakan dalam gerakan buruh dan situasi politik dalam negeri yang harus berkonfrontasi dengan Belanda.
Ini kali kedua dia dicalonkan sebagai menteri. Ketika membentuk kabinet kali ketiga, Sjahrir membentuk Kementerian Sosial, yang menurutnya lebih cocok dipegang perempuan. Kawan-kawannya menyodorkan nama Trimurti namun Sjahrir memilih Maria Ulfah, teman lamanya di Belanda. Alasannya, seperti ditulis Gadis Rashid dalam biografi Maria Ullfah Subadio Pembela Kaumnya, “Bukanlah karena ia kurang menghargai S.K. Trimurti, tetapi semata-mata karena ia sudah kenal sama Maria Ulfah dan tahu wataknya.”
Setelah merenung semalaman, Trimurti bertekad untuk menolak tawaran Setiadjit. Setelah itu dia pun terlelap. Namun, keesokan harinya, dia dibelit rasa malu. Selama ini dia memperjuangkan kemerdekaan tapi begitu kemerdekaan sudah di tangan dia malah menolak untuk mengisinya. Akhirnya, pagi itu dia mengangguk kepada Setiadjit.
Kabinet Amir Sjarifuddin, dinamakan Kabinet Perdamaian, dilantik oleh kepala negara di Gedung Agung pada 3 Juli 1947. Setiadjit dan Gani sebagai wakilnya. S.K. Trimurti menjadi menteri perburuhan. Dia bertahan di posnya ketika Amir membentuk kabinet untuk kali kedua.
“Saat itu, yang dipentingkan adalah bagaimana mempertahankan Republik agar jangan direbut kembali oleh Belanda,” tulis Trimurti.
(Historia/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email