Pesan Rahbar

Home » » Teka teki pangeran Dubai. Gelar putera mahkota buat Syekh Rasyid al-Maktum dicopot karena dia kecanduan narkotik dan membunuh seorang asisten pribadinya

Teka teki pangeran Dubai. Gelar putera mahkota buat Syekh Rasyid al-Maktum dicopot karena dia kecanduan narkotik dan membunuh seorang asisten pribadinya

Written By Unknown on Tuesday 5 April 2016 | 00:02:00

Syekh rasyid al-Maktum (kiri), Putera Mahkota Dubai Syekh hamdan al-Maktum (tengah) bersama ayah mereka, Emir Dubai Syekh Muhammad bin Rasyid al-Maktum. (Foto: WAM)

Dia putra tertua dari Wakil Presiden sekaligus Perdana Menteri Uni Emirat Arab (UEA) dan Emir Dubai Syekh Muhammad bin Rasyid al-Maktum. Pangeran ganteng dengan masa depan cerah.

Namun Sabtu pekan lalu Syekh Rasyid bin Muhammad bin Rasyid al-Maktum, 33 tahun, dikuburkan. Dia dinyatakan meninggal lantaran serangan jantung di rumahnya.

Daily Mail Online berhasil mengungkap banyak pertanyaan tidak terjawab: bagaimana lelaki sehat dan doyan berolahraga itu bisa mati muda. Dia rajin berlatih di pusat kebugaran dan menggemari olahrga berkuda seperti ayahnya.

Meski alasan resminya Syekh Rasyid menemui ajal karena serangan jantung, tapi selentingan beredar menyebut di kalangan kelas atas UEA, sang pangeran kecanduan kokain dan ganja, serta doyan memakai steroid.

Syekh Rasyid, tadinya memegang jabatan penting, diam-diam jarang muncul di depan publik beberapa tahun belakangan.

Dilahirkan pada November 1981, Syekh Rasyid merupakan putra sulung dari 12 bersaudara, anak dari pasangan Emir Dubai Syekh Muhammad bin Rasyid al-Maktum dan permaisuri Syekha Hind binti Maktum bin Juma al-Maktum. Keduanya bersepupu satu kali.

Mereka menikah saat Syekha Hind berusia 17 tahun. Pesta perkawinan ini diperkirakan menghamburkan fulus US$ 100 juta.

Dari dua istri, Syekh Muhammad bin Rasyid al-Maktum dikaruniai 24 anak. Tidak seperti istri muda suaminya, Puteri Haya binti Husain asal Yordania, Syekha Hind binti Maktum tipe perempuan Arab tradisional. Perempuan 53 tahun ini nyaris tidak pernah kelihatan di depan umum.

Setelah menamatkan pendidikan di sekolah bergengsi Rasyid School for Boys di Nad asy-Syiba, Syekh Rasyid melanjutkan ke akademi militer Sandhurst di Inggris hingga lulus pada 2002.

Sepulangnya ke Dubai, dia mulai menjalani peran penting, termasuk menggeluti bisnis. Salah satunya adalah United Holdings Group bergerak di bidang investasi.

Syekh Rasyid juga mendirikan tim berkuda Zabil Racing International. Dengan kekayaan pribadi US$ 1,9 miliar atau kini setara Rp 27,8 triliun, tidak sukar buat memacu prestasi tim kudanya. Hingga kini sudah memenangi 428 kejuaraan.

Syekh Rasyid pun joki jempolan. Pada Asian Games 2006 dia meraih dua medali emas.

Legenda hidup sepak bola Argentina Diego Maradona mengakui kehebatan Syekh Rasyid dalam cabang olahraga berkuda. Selama melatih klub Al-Wasl, Dubai, pada 2011, dia beberapa kali bertemu Syekh Rasyid. "Saya menyadari kemudian dia memiliki pengalaman kelas satu dan tahu banyak mengenai olahraga," ujar Maradona dalam pernyataan tertulis kepada surat kabar Al-Ittihad.

Namun kurang dari setahun kemudian, Syekh Rasyid mundur dari depan publik dan pada 2008 gelar putera mahkotanya dicopot. Putra ketiga, Syekh Maktum bin Muhammad al-Maktum, diangkat sebagai wakil emir Dubai.

Segalanya menjadi jelas buat kalangan elite UEA soal apa yang sebenarnya menimpa Syekh Rasyid. Menurut memo rahasia ditulis pelaksana tugas Konsul Jenderal Amerika Serikat untuk Dubai David Williams, Pangeran Hamdan bin Muhammad al-Maktum diangkat sebagai putera mahkota menggantikan kakaknya itu lantaran dia kian mencorong di acara-acara penting.

"Rasyid diduga membunuh seorang pembantunya," kata Wlliams. "Sehingga kesempatannya menjadi pewaris dihapus."

Walau nama korban tidak pernah terungkap tapi pembunuhan ini terjadi lantaran Syekh Rasyid suka mengamuk.

Cerita buruk Syekh Rasyid juga muncul dari Ibu Kota Riyadh, Arab Saudi. Kabel diplomatik bikinan Konsul Jenderal Amerika Martin Quinn menyebut para pangeran dari negara-negara Arab kerap menggelar pesta seks. Syekh Rasyid termasuk salah satu pesertanya.

Meski Istana Zabil tidak pernah berkomentar soal dugaan Syekh Rasyid menjadi pecandu narkotik, tudingan itu kian diyakini setelah pada 2011 dia mundur dari jabatannya sebagai Presiden Komite Olimpiade UEA dengan alasan beban kerja dia panggul terlalu berat.

Menurut Ali, mantan asisten pribadi keluarga Al-Maktum dan bekerja di Istana Longross di Surrey, Inggris, alasan sebenarnya karena Syekh Rasyid kecanduan obat terlarang. Saking akutnya, sang pangeran sejak 2009 sudah mulai menjalani pengobatan.

Ali dipaksa berhenti dari pekerjaan bergaji US$ 93 ribu (Rp 1,4 miliar) setahun itu. Namun dia kalah dalam sidang gugatan terhadap keluarga penguasa Dubai ini.

Hingga dia diumumkan wafat Jumat pekan lalu, Syekh Rasyid sudah lama bersembunyi di balik Istana Zabil. Apa pun kebenarannya soal masa kelam Syekh Rasyid, kematian sang pangeran di usia emasnya itu tetaplah sebuah tragedi.

(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: