Pesan Rahbar

Home » » Teroris Poso Tewas Bentrok dengan Densus 88 Saat Kelaparan

Teroris Poso Tewas Bentrok dengan Densus 88 Saat Kelaparan

Written By Unknown on Saturday 9 April 2016 | 22:52:00

Salah satu anggota kelompok teroris Santoso yang tewas saat baku tembak dengan anggota Brimob dan Densus 88 di bawah oleh anggota Polisi unutk diidentifikasi di Desa Sakina Jaya, Parig, Sulawesi Tengah, Jumat 3 April 2015 (Foto: Antara)

Satu pentolan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso , Daeng Koro tewas dalam baku tembak melawan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.

Daeng Koro tewas setelah hampir 1 jam baku tembak dengan Densus 88 di sebuah pondok kebun milik Ulma, petani di kawasan pegunungan Sakina Jaya Desa pangi, Kecamatan parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah, Jumat 3 April 2015.

Pemilik nama asli Sabar Subagyo alias Mas Koro alias Abu Autat alias Autat Trawa yang tak lain bekas anggota Kopassus ini tewas tertembak.

“Dari mukanya memang diduga itu Daeng Koro. Tapi masih perlu dipastikan tes DNA dulu,” tegas Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Pol Rikwanto di Jakarta, Sabtu 4 April 2015.

Kapolda Sulteng, Brigjen Idham Aziz membenarkan Daeng Koro tewas. “Sudah dapat saya pastikan 99,9 persenpria yang tewas tertembak aparat itu adalah Daeng Koro,” kata Aziz.


Kelaparan

Menurut Idham, pada Jumat pagi ada laporan soal sekelompok orang bersenjata yang turun gunung mendatangi rumah warga untuk meminta makan.

“Mungkin karena terdesak dan kelaparan,” ujar Idham.

Diduga kelompok Daeng Koro Cs ini kelaparan saat operasi antiterorisme bernama sandi Camar digelar Polri dan pelatihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) yang digelar TBI di kawasan Poso.

Operasi dan latihan PPRC TNI ini setelah pemerintah mendapatkan informasi sekitar 110 warga asal Turki bergabung dengan kelompok Santoso untuk menjadi bagian ISIS di Indonesia. Kelompok Santoso ini juga telah merekrut ratusan orang.

Beberapa pekan ini, perburuan atas kelompok Santoso digenjot. Terlebih setelah Presiden Jokowi meminta agar pergerakan kelompok teroris di Poso yang pro ISIS diatasi.

Beberapa wilayah pelatihan kelompok Santoso di Poso Pesisir Bersaudara telah disisir aparat Kepolisian dalam operasi Camar 2015. Wilayah Gunung Biru, Kabupaten Poso dibombardir PPRC TNI sejak 31 Maret sampai 4 April 2015.

Jarak Kabupaten Poso dengan Kabupaten Parimo kurang lebih 150 kilometer atau sekitar 2,5 jam mengendarai kendaraan bermotor.


Kronologi Baku Tembak

Jumat 3 April 2015 pagi, Asrina (50) petani yang tinggal di kawasan pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Kabupaten Parimo Sulteng beraktivitas seperti biasa. Ia membersihkan kebunnya.

Tiba-tiba ia didatangi sekitar 10 orang bersenjata. Kepada Asrina, Daeng Koro Cs mengaku kelaparan dan meminta makan. Takut terjadi sesuatu, Asrina menuruti kemauan Daeng Koro Cs. Asrina kemudian memasak dan membersihkan kebun.

Suami Asrina yakni Ulma (51) sekitar pukul 10.15 Wita menyusul ke kebun setelah mengurus ternak sapinya. Namun sebelum sampai di kebun, Ulma melihat banyak jejak sepatu. Merasa curiga, Ulma lantas melihat keadaan pondoknya. Dari kejauhan, Ulma melihat sekelompok orang tak dikenal memakai sorban. Ia kemudian lari turun dari pondoknya yang berada di pegunungan untuk menemui warga guna menjelaskan keadaan di pondoknya.

Mendapati informasi Ulma, warga lantas melapor ke Kepolisian setempat. Sekitar pukul 11.00 Wita, aparat kepolisian langsung bergerak menuju pondok untuk mengecek laporan itu. Densus 88 kemudian mengepung pondok milik Ulma.

Menurut Rikwanto, penyergapan dilakukan sekitar pukul 13.10 Wita. Mengetahui kondisinya terkepung, Daeng Koro Cs melakukan perlawanan dengan menembaki Densus. Terjadi perlawanan hampir satu jam lamanya. Suara tembakan dari arah pondok benar-benar menghilang sekitar pukul 16.30 Wita.

Setelah tak ada perlawanan, Densus 88 dibantu Brimob melakukan penyisiran di sekitar lokasi penggerebekan. Polisi menemukan seorang korban tewas yang diduga kuat adalah Daeng Koro.

“Jenazahnya sudah berada di RS Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah di Palu untuk dilakukan tes DNA,” ujar Brigjen Idham Aziz.

Dari sekitar 10 orang yang melawan, hanya ditemukan satu jenazah yang diduga kuat Daeng Koro. Sisanya berhasil melarika diri atau kabur saat terjadi baku tembak.

Dari hasil penggerebekan tersebut, Polisi menemukan barang bukti. “Ada dua pucuk senjata laras panjang jenis M16 dan sepucuk senjata rakitan,” tambah Rikwanto.

(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: