Presiden Austria Alexander Van der Bellen mengungkapkan ide agar semua perempuan mengenakan jilbab sebagai solidaritas kepada umat Islam melawan islamofobia yang merajalela. Tapi, ternyata seruan itu menimbulkan reaksi yang beragam.
Dilansir dari Saudi Gazette, Ahad (30/4), kaum kanan Eropa telah mengkritiknya dan menuduhnya mendukung hak perempuan Muslim. Namun, di sisi lain, banyak tempat yang menyambut opininya sebagai langkah demi meningkatkan kepercayaan diri.
Sebelumnya, Van der Bellen berpendapat, setiap wanita memiliki hak berpakaian sesuai keinginan mereka. Hal itu diungkapkan saat berbicara kepada siswa di House of the European Union di Wina pada 24 Maret lalu.
"Jika islamofobia terus menyebar, hari akan tiba ketika kita harus meminta semua wanita memakai jilbab, semua sebagai solidaritas dengan mereka (yang memakai jilbab) karena alasan agama," kata Van der Bellen.
Van der Bellen menanggapi pernyataan dari seorang siswi yang mengemukakan larangan jilbab akan mengurangi penilaian prestasi seseorang karena penampilan. Bahkan, siswa tersebut bertanya apakah jilbab menutup sebagian kesempatan kerja.
Komentar Van der Bellen ini disampaikan bulan lalu, tapi jadi populer usai dimasukkan ke dalam siaran Austrian Broadcasting Corp (ORF). Van der Bellen sendiri tampaknya terkejut atas reaksi yang ada.
"Kita harusnya bahagia jika tidak memiliki masalah yang lebih besar daripada saat memakai jilbab, bukan karena saya berteman dengan wanita berjilbab tapi ada kebebasan berekspresi di Austria," ujar Van der Bellen.
Dalam pernyataan yang diposting ke halaman Facebook, kantor kepresidenan berusaha menjelaskan konteks pernyataannya. Tentu soal pernyataan siswi tentang apakah larangan terhadap jilbab akan menutup kesempatan kerja seorang wanita.
(Saudi-Gazette/Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email