Oleh:
Jusman Syafii Djamal
Lima tahun lalu , seorang sahabat sekaligus guru saya
Prof.Mardi
Hartanto Guru Besar Teknik Industri ITB, menulis buku tentang “human
Resorces Development”, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Dalam buku itu
beliau menolak thesis klasik yang menyatakan bahwa manusia itu asset
perusahaan, yang nilai nya bisa mulur mungkret, bisa naik turun karena
harga pasar. Sebab melalui pendekatan karyawan atau manusia ayang
bekerja dikategorikan sebagai asset yang nilainya naik turun, maka
biaya pengembangan SDM selalu dipandang sebagai Cost, atau Biaya.
Karena itu beliau merekomendasikan agar istilah Sumber Daya Manusia
diganti menjadi Manusia Yang Bersumber Daya. Dengan istilah ini karyawan
atau manusia selalui dipandang sebagai “center of excellence” atau
pusat keunggulan perusahaan. Sehingga jika ada biaya yang dikeluarkan
untuk meningkatkan keahlian, keterampilan dan kesamaptaan dari karyawan
sebuah perusahaan, maka biaya yang dikeluarkan tidak dipandang sebagai
Cost melainkan sebagai Investasi.
Pada Juli 1997, sahabat debat saya sekaligus Guru Besar di ITB Prof
Iskandar Alisyahbana, yang kini sudah almarhum (semoga Allah Lapangkan
jalan Ke SurgaNya), menceritakan fikirannya setelah membaca buku Blind
Watchmaker karya Richard Dawkins.
Beliau kurang lebih bilang begini:”Manusia itu mengalami proses
evolusi dalam dua hal, yang pertama Gene dan kedua Meme. Genes yang
berasal dari bahaya Greek berarti “born” atau lahir. Dalam bahasa
Inggris disebut Gen yang diartikan sebagai “something that produce
something”, dan dijelaskan lebih rinci dalam kata gene yangberarti
:”unit of inheritance thats is carried on a chromossome, controls
transmission of hereditary characters and consist of DNA or in some
vuruses RNA (Penguin, English Dictionary). Gene adalah sifat dan
karakter alamiah yang dibawa secara turun temurun dari sejak lahir
dalam DNA atau dalam virus RNA.
Sedang meme adalah “geist” atau mind and spirit atau akal budi yang
selalu tercerahkan dan melahirkan hasil karya cipta dan karsa manusia
sebagai unsur budaya suatu bangsa, dimana Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi termasuk didalamnya.
Gene berkembang biak dan menyebar berpindah dari satu generasi
melalui sperma dan telur. Sementara meme tumbuh berkembang, menyebar
luas dari otak ke otak yang lain melalui proses yang disebut sebagai
proses imitasi, mutasi, variasi dan seleksi. Sebagian dari meme aka
musnah dan terlupakan, karena banyak manusia tidak percaya dan tidak
dapat setuju dengan buah fikiran yang terkandul dalam meme tersebut.
Sejak dahulu sudah berlaku bahwa fikiran fikiran yang berguna dan
berkhasiat akan diteruskan dari orang tua kepada anak cucunya. Begitu
kata Prof Alisyahbana. (tulisannya pernah dipresentasikan dalam
Strategic Management Workshop Teknik Industri berjudul :”Human Resources
Development and Human Geist).
Proses Evolusi Meme atau Human Geist atau bahasa Jerman dari Mind
and Spirit atau akal budi manusia sebagai hasil evolusi kebudayaan dan
peradaban, terjadi dalam proses interaksi saling asih, asah dan asuh
yang tumbuh dari rasa cinta orang tua, guru, dan para sahabat atau
bahkan lawan tanding yang muncul dalam bentuk pengalaman hidup.
Karenanya evolusi meme jauh lebih cepat dibanding evolusi gene.
Seorang insinyur yang merancang mesin berupaya dengan sungguh sungguh
mendapatkan karya yang paling unggul dari ide yang muncul. Ada dua cara
yang ia tempuh melalui proses tinkering atau trial and error atau
mengotak atik dengan membuat banyak mesin prototype yang beraneka ragam
variasinya. Kemudian diseleksi untuk mendapatkan karya optimumnya. Tapi
ada juga jalan yang ditempuh melalui proses “think” berfikir melalui
proses iterasi dalam simulasi komputer untuk membuat pelbagai model
matematika dan model rekayasa rancang bangun untuk kemudian diiterasi
mendapatkan “the best among the goods” atau primus interpares, yang
terunggul dari semua yang terbaik.
Kedua proses tinkering dan “think” ini mempercepat proses evolusi
meme atau buah karya cipta manusia sebagai hasil evolusi kebudayaan.
Melalui proses tinkering atau trial and error dalam eksperimentasi serta
“think” berfikir dalam proses riset pengembangan secara sistimatis
berjenjang dan berkelanjutan dari ruang laboratorium , iterasi dalam
simulasi model komputer, pembuatan prototype yang dibimbing oleh iptek,
telah mebawa kecepatan pertumbuhan evolusi meme. Ambil contoh pelbagai
jenis teknologi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas manusia pada awal tahun 60an berkembang setiap sepuluh
tahun sekali, tahun 1986 “daur hidup” atau “life cycle technology”
adalah setiap dua tahun sekali, kini di tahun 2012 setiap enam bulan
sekali kita menemukan teknologi baru. Meme bervolusi lebih cepat dari
gene. Kerana potensi kreatip manusia atau meme yang merupakan produk
kebudayaan dan peradaban manusia tumbuh lebih cepat dari gen.
Hal inilah yang kurang lebih disebut sebagai Manusia Bersumber Daya
oleh Prof. Mardi Hartanto. Manusia memiliki Geist atau Mind and Spirit
sebagai sumber daya yang selalu mengalami proses nilai tambah dan
terbarukan dalam proses evolusi kebudayaan. Kebudayaan suatu Bangsa
selalu cendrung berorientasi menemukan yang terbaik dari potensi yang
ada dalam jati diri melalui interaksi dengan semama warga bangsa dan
dengan bangsa lain didunia.
Dengan kata lain Manusia Bersumber Daya dalam lingkungan perusahaan
memerlukan ekosistem dalam bentuk budaya kerja yang bertransformasi
sepanjang masa sesuai dengan perubahan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikuasainya.
Ketika tahun 2005 saya diminta pak Rachmat Gobel untuk bertemu dengan
kel Konosuke Matsushita agar dapat disetujui menjadi Chairman Yayasan
Matsushita Gobel, — yayasan yang didirikan dari dana pribadi alm Drs
Thayeb Mohamad Gobel dan Konosuke Matsushita founding father Panasonic–
saya diikenalkan dua konsep pengembangan industri Jepang,
yakni Monozukuri dan Hitozukuri. Mono berarti product, dan Hito berarti
people. Zukuri bermakna “producing” or “manufacturing”.
Kedua konsep in merupakan dua sisi dari mata uang yang sama, selalu
berpasangan. Tak mungkin satu perusahaan dapat memproduksi suatu barang
jadi atau barang setengah jadi atau produk akhir yang unggul di pasar,
jika perusahaan tersebut tidak mampu mengembangkan ekosistem tempat
kerja dimana sesama karyawan saling asih, saling asuh dan saling asah.
Hanya karyawan yang unggul dapat melahirkan produk unggul.People before
product Concept.
Create Atmosphere to attract and produce good quality people first,
before producing a good quality product. Man behind the gun is more
important than a gun itself. Melahirkan dan memproduksi tenaga kerja
berkualitas unggul perlu jadi prioritas utama sebelum memproduksi barang
yang baik.
Tetapi produk yang unggul tak mungkin lahir jika cita rasa dan
kebutuhan utama para pembeli atau pelanggan tidak dijadikan orientasi
dari rekayasa, rancang bangun produk. Dalam hal ini Cost Quality and
Delivery Time menjadi kata kunci atau pilar utama. Sebab pada
akhirnyapenghargaan pelanggan yang mau membeli, menyimpan dan
menggunakan serta memanfaatkan produk tersebut yang membuat suatu barang
menjadi berharga atau bernilai. Nilai dalam bentuk dollar, yen atau
rupiah ini kemudian masuk kedalam kas perusahaan dirubah menjadi revenue
stream untuk digunakan sebgai modal selanjutnya untuk melahirkan produk
yang lebih baik dimasa depan dan kesejahteraan karyawan serta pemegang
saham, dan tentunya pajak bagi negara.
Dengan jalan fikiran demikian membangun industri tak identik dengan
membangun pabrik.Pabrik adalah lokasi kerja dimana manusia bertemu bahan
baku dan mesin pengolah bahan baku menjadi produk. Pabrik berorientasi
pada tatacara memproduksi barang secepat cepatnya dan sebanyak banyaknya
sesuai target ditetapkan dan beroientasi pada hasil semata berdasarkan
“standard operating procedure”. Dalam miliu pabrik sumber daya manusia
bisa mengalami “loneliness”.
Sementara Industri adalah sebuah wahana transformasi. To transform
dalam Penguin English Dictionary diterjemahkan sebagai :” to change
something radically, e.g in structure, appearance or character”, atau
“to change a current in potential , e.g from high voltage to low voltage
(agar listrik dapat digunakan tanpa kesetrum) atau “to subject a
configuration to a mathematical transformation”.
Dengan kata lain industri sebagai wahana transformasi dapat merubah
secara drastis “gaya hidup” dan “gaya bekerja” dari bersifat individual ,
tak mengenal arti waste dan kualitas, tak tau “time line” atau delivery
time dan efsiensi biaya atau bekerja asal asalan, serampangan tak kenal
agenda dan check list, tak disiplin , ngawur ditransformasikan menjadi
“gaya hidup” dan gaya kerja yang mengedepankan satu set nilai budaya
berbasis perbaikan terus menerus atas tingkat produktivitas, efisiensi
dan competitiveness. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin menjadi
kultur kerja yang melekat.
Inilah yang dimaksud dengan Hitozukuri dan Monozukuri, producing a
good people before producing good product. Industri menjadi wahana
transformasi untuk merubah secara radikal karakter, struktur dan
tampilan sebuah bahan baku atau raw material menjadi produk jadi yang
berdaya guna tinggi.
Dan itu hanya mungkin dicapai oleh Manusia yang berSumber Daya.
Setiap Manusia berSumber Daya memiliki tingkat kesamaptaan atau
keterampilan atau skill yang bersifat unik, otentik dan orisinal ,
sebagai buah dari tradisi keluarga, pendidikan masa kecil baik formal
maupun informal. Sehingga ia dapat ditempatkan pada satu “job title”,
dan job value tertentu yang tepat dan sesuai dengan tingkat
kesamaptaannya.
Melalui suatu eksosistem yang mengedepankan proses “continuous
improvement” dalam wadah “learning organization” akan tercipta ruang
kebebasan bagi tiap Manusia Bersumber Daya menjadi dirinya sendiri,
sehingga tiap diri dapat eksis menonjol dan berdaya guna tinggi dalam
setiap tantangan pekerjaan yang dihadapinya, dalam satu jaringan kerja
dan mata rantai nilai tambah yang eksis dalam perusahaan.
Melalui jenjang pengalaman pekerjaan yang memiliki tingkat kesulitan
dari sederhana hingga paling rumit, tia Manusia ber Sumber Daya secara
bertahap , bertingkat dan berlanjut mendapatkan investasi
tambahan berupa proses pelatihan, seminar, workshop, debat diskusi
dialog, sehingga ia mampu meningkatkan “value added” individunya. Atau
seperti kata Jean Paul Sartre, proses transformasi melalui pekerjaan
akan menjadi wahana dimana tiap Eksistensi melahirkan Esensi.
Eksistensi yang terwujut dalam potensi keahlian yang dimilikiya
secara orisinal atau Entre en Soi (eksistensi yang ada begitu saja yang
berujut potensi) dapat ditransformasikan melalui kesulitan tantangan
pekerjaan yang diberikan oleh mekanisme serta struktur organisasi dan
sistem tata cara kerja dalam perusahaan, sehingga diubah menjadi Entre
pour soi (eksistensi yang terwujut dalam tingkat keahlian tertentu yang
memiliki value dan ruang pilihan kebebasan profesional bagi dirinya
sendiri).
Begitu kurang lebih kata Prof Mardi Hartanto. Dengan menggunakan
istilah Manusia Bersumber Daya, Prof Mardi seolah ingin menjelaskan
konsep Indonesia Bersumber Daya, Jawa Bersumber Daya, Kalimantan
Bersumber Daya, Sumatera Bersumber Daya, demikian juga Sulawesi, Bali,
Nusa Tenggara , Kepulauan Maluku dan Papua yang berSumber Daya.
Demikian catatan saya, mudah2an bermanfaat.
Ada teman fb yang minta agar istilah sumber daya manusia jang diubah
ke manusia bersumber daya. Bikin tambah rancu, sebab istilah ini sudah
baku digunakan. Sudah banyak kantor baik swasta maupun peerintah gunakan
istilah ini. Sebetulnya saya hanya ingin menggunakan istilah manusia
bersumber daya untuk ikuti kaidah Bahasa Indonesia menganut hukum DM,
diterangkan menerangkan. Misal, kata Bandara Internasional merujuk dari
fungsi Bandara, yakni terminal pesawat terbang untuk rute Internasional.
Kata Sumberdaya Manusia , dapat bermakna Manusia merupakan hanya
salah satu sumber daya. Ia menjadi objek bukan subjek. Sebab yang
diterangkan adalah Sumber Daya, yang menerangkan adalah kata Manusia.
Sama seperti kata Sumber Daya Mineral, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Air
dan Sumber Daya yang lain. Ada kehawtiran Prof Mardi Hartanto,
penggunaan istilah sumber daya manusia sebagai terjemahan kata Human
Capital atau Human Resources menyebabkan manusia atau tenaga kerja
dipandang sebagai komoditi yang sama seperti air, mineral atau
pepohonan. Bukan subjek melainkan objek eksplorasi dan
ekpoitasi.Tidak ada keharusan untuk menempatkan manusia sebagai fokus perhatian.
Dalam perkataan Sumber Daya Mineral, fokusnya adalah Mineral, manusia
tidak masuk kategori yang menjadi pusat perhatian. Demikian juga pada
kata Sumber Daya Air, hanya air yang menjadi pusat unggulan. Begitu
seterusnya.
Dengan pendekatan Manusia Bersumber Daya, terkandung harapan agar
manusia Indonesia berkeahlian tinggi dalam proses eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya mineral dapat ditonjolkan berkelas dunia. Sebab
banya ahli perminyakan Indonesia yang menonjol dan berkelas
internasional yang saya tau tersimpan dalam ruang sempit tanpa peran
berarti, karena pertamina sudah berusia lebih 50 tahun. Yang merisaukan
hingga kini, kita masih saja selalu mendengar penjelasan resmi,
Indonesia ke kurangan ahli perminyakan. SDM nya masih perlu dilatih dan
ditraining lagi, jika kita inginkan adanya kemampuan Bangsa Indonesia
untuk mengolah sendiri secara mandiri semua potensi sumber daya
mineralnya.
Akibatnya tekad Bangsa Indonesia untuk memiliki kemandirian selalu terbentur dalam dua hal : Capital dan
SDM.Apa
benar begitu wallahu alam. Sebab dalam bidang Manusia bersumber daya
iptek perminyakan dan geologist saya lihat dan temui banyak teman yang
memiliki keahlian luar biasa dan bekerja diladang ladang minyak di luar
negeri. Di negara lain diapesiasi, didalam negeri sendiri tidak punya
“playing field”
Dalam dunia perminyakan dan pertambangan, banyak sekali manusia
Indonesia berkeahlian tinggi, kurang mendapatkan “spot light” atau titik
utama perhatian pengambil kebijakan. Yang utama hanyalah bagaimana
menggali dan menggali minyak sebagai komoditi yang makin hari makin
langka dan harganya meningkat sehingga subsidinya menjadi persoalan.
Akan tetapi yang menarik dalam tivi dan radio serta koran majalah yang
mebahas soal minyak Indonesia adalahkalangan ahli ekonomi atau ahli ilmu
sosial dan pengamat. Tetapi ahli perminyakan sendiri, tidak diberi
ruang untuk bicara. What really happen we still do not know yet ?
Bung Karno sebetulnya pernah mengajukan konsepsi agar Bangsa
Indonesia berorientasi pada peningkatan keahlian dan kapasitas yang
muncul dari dalam negeri, untuk tampil dalam arena internasional. Bung
Karno seorang insinyur lulusan ITB. Ketika suatu pagi berjalan di bumi
Parahyangan yang indah permai, ia bertemu seorang petani yang sejak
subuh setelah shalat mencangkul tak kenal henti. Karena tertarik Bung
Karno menyapa, apa yang engkau kerjakan. Mencangkul jawab petani. Apa
ini sawahmu, kata Bung Karno, ya.
Berapa luasnya tanya Bung karno,
kurang dari 0,3 hektar jawab petani. Apa itu cangkul mu ? ya saya
pemiliki cangkul ini. Gubukitu, tunjuk bung Karno apa juga punya kamu,
ya jawab petani. Kamu makan tiap hari ? Tidak kata petani, jika tidak
panen aku sehari makan, sehari puasa.
Bung Karno kaget, lantas bertanya siapa namamu. Marhaen jawab petani
sambil menatap matanya ke Bung Karno. Sejak itu Bung Karno mengenalkan
istilah Marhaen sebagai ganti orang desa, petani dan nelayan. Bung Karno
bilang Marhaen adalah Manusia Indonesia yang memiliki sumber daya
terbatas. Ladang terbatas, sawah terbatas, cangkul satu gubuk satu.
Jumlah kekayaan sumber daya yang dikuasainya tidak memiliki skala
ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hariannya. Ia tidak mampu berdiri
diatas kakinya sendiri.
Dengan mengenalkan istilah Marhaen, sebagai pemilik kapital sangat
kecil sehingga tak mampu berdiri diatas kakinya sendiri. Bung Karno
merujuk pada para Petani yang hanya memiliki cangkul satu buah dan lahan
kurang 0,3 hektare, jadi tak punya sumber daya untuk mengangkat harkat
hidupnya dengan kekayaan yang dimilikinya. Demikian juga para Guru, para
Pegawai Negeri dst, yang semuanya hanya memiliki sumber daya yang
dikuasainya sendiri tapi jumlahnya terlalu kecil untuk mampu
di”leverage” menjadi kekuatan ekonomi mandiri yang menjadi sumber
pemberi nafkah kehidupan pada anak isterinya. Karena itu mereka selalu
kalah bersaing dengan pemiliki sumber daya yang lebih besar.
Sejak itu, Bung Karno kemudian tenggelam dalam perjuangan untuk
membangun persatuan dan kesatuan Bangsa. Hanya dengan persatuan Bangsa
kita bisa tegak sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa bangsa
lain didunia. Kemudian Bung Karno ketemu Hatta, Sutan Syahrir, Ki Hadjar
Dewantara, Wachid Hasyim, Sudirman dan semua tokoh founding father
Republik Indonesia. Bung Hatta dan Bung Karno kemudian mengenalkan
istilah sosio demokrasi, demokrasi politik dan demokrasi ekonomi melalui
wahana Koperasi bersemangat Gotong Royong sebaai upaya untuk menyatukan
kekuatan ekonomirakyat itu.
Dengan memflashback cerita Bung Karno ini, saya ingin mengatakan
bahwa Manusia Bersumber Daya dari sejak Proklamasi menjadi titik sentral
Proses Pembangunan Bangsa Indonesia. Melalui kemerdekaan Manusia
Indonesia bersumber daya perlu diberi kesempatan untuk menguasaiIlmu
Pengetahuan dan Teknologi. Mengelola alat dan peralatan utama produksi
baik di bidang agraria maupun industri serta jasa.
Memiliki akses
terhadap sumber daya berupa Man, Money,Machine and Management sehingga
dapat dimanafaatkan sepenuh penuhnya untuk menjadi Bangsa yang mandiri.
Upaya untuk membangun kemandirian Bangsa itu telah diperjuangkan sejak
tahun 1945-1965 melalui Program Nation Character Building dalam Program
Pembangunan Semesta. Kemudian dalam masa orde baru 1967-1998 PAk Harto
melalui lima tahapan Pelita dikembangkan program sistimatis
berkesinambungan, yang kemudian semuanya menjadi kadaluarsa ditelan
karena KKN yang melahirkan krisis ekonomi berujung pada prosesn
Reformasi tahun 1998.
Kemudian selama 12 tahun Prsiden Habibie, Presiden Gus Dur, Presiden
Megawati dan Presiden SBY dengan sungguh sungguh dan kerja keras
menyusun dan mengimplementasikan program untuk membalik arah pembangunan
ekonomi (turn around and restructuring) dari yang tadinya bersifat
terpusat atau sentralistik menjadi desentralisasi dengan otonomi daerah
untuk membangkitkan kekuatan ekonomi lokal.
Beruntung ada proses konsolidasi demokratisasi dan desentralisasi
yang secara bertahap dan berkesinambungan dilaksanakan secara estafeta
oleh empat presiden dari kurun waktu 1998-2009. Yang kesemuanya membuka
kesempatan lebih luas bagi Indonesia untuk tumbuh dan bekembang. Dibawah
kepeimpinan SBY priode kedua 2009-2014 , kini Indonesia masuk dan naik
kelas menjadi anggota klub elite dunia Negara G20 dan kestabilan
kebijakan ekonomi makro serta stabilitas politik , hukum dan ekamanannya
telah menyebabkan Indonesia memiliki daya tahan terhadap setiap
goncangan krisis finansial dunia.
Kita telah mampu memiliki ketahanan alamiah dan sistem recovery yang
menyebabkan daya juang dan daya survival kita sebagai bangsa. telah
teruji sepanjang sejarah kelahiran dan pembenutukannya.
Pertanyaanya kini dengan modal yang kuat itu, What Next ? Kemana kita
hendak melangkah untuk mengembangkan Manusia Indonesia yang ber Sumber
Daya IPTEK, agar masa depan Indonesia mampu tumbuh atas dasar inovasi
dan proses pengolahan bahan mentah menjadi setengah jadi dan produk
jadi, dalam proses transformasi nilai tambah. Baik disektor pertambangan
mineral, gas dan minyak bumi. Maupun dalam sektor pertanian,
perternakan dan kelautan. Atau sektor manufaktur dan industri padat
teknologi lainnya.
Jika Manusia Indonesia tetap ber sumber daya dalam skala
mikro.Jika
Manusia Indonesia hanya Sumber Daya IPTEK terbatas dengan modal kapital
yang juga pas pasan. Maka kita memiliki Keahlian dan keterampilan tapi
tak punya peralatan dan laboratorium yang cukup untuk mengeksplorasi
keahlian yang dimiliki. Lapangan kreatif kita menjadi ruang sempit.
Petani Memiliki sawah tapi tak dapat diolah menjadi pusat produksi
pangan yang baik, karena modal untuk membeli pupuk,pencegahan hama,
bibit unggul tak dimiliki. Jadi semuanya berskala mikro dan tak memiliki
“economic of scale” untuk mampu menjadi besar.
Karena itu sudah saatnya kata Manusia Indonesia Bersumber Daya
ditonjolkan sebagai fokus utama kebijakan pembangunan Indonesia kedepan.
Sehingga dimasa depan “formulasi kebijakan ekonomi” menjadi
berorientasi pada :”People Centered Development”, Pembangunan Ekonomi
dengan menempatkan Manusia Bersumber Daya sebagai aktor utama dan
sekaligus tujuan utamanya. Growth with Equity. Setiap aktivitas
ekononomi harus dijadikan wahana transformasi Manusia Bersumber Daya
skala mikro menjadi Manusia Bersumber Daya skala Makro yang padat ilmu
pengetahuan dan teknologi dan kapital.
Merubah Marhaen menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Kata Bung
Karno. Dengan membangkitkan kembali semangat Gotong Royong seperti
sering disampaikan oleh Presiden Megawati pada masa ia berkuasa.
Pendekatan Manusia Bersumber Daya kini mulai diimplementasikan dalam
pembangunan enam koridor ekonomi dalam MP3EI. Tiap kawasan ekonomi pasti
memiliki spesifikasi industri yang menjadi andalan dan unggulan
daerahnya. Tiap industri memiliki variasi jobs title dan jobs value yang
dapat diterjemahkan menjadi suatu “division of tasks and added value
stream”, aliran dan diagram pembagian tugas dan nilai tambah tertentu
dalam satu mata rantai proses transformasi bahan mentah menjadi barang
setengah jadi dan produk akhir. Jika kita percaya bahwa ditiap daerah
ada Manusia Bersumber Daya iptek dengan tingkat keahlian tertentu maka
dapat dirancang proses produksi yang memanfaatkan Manusia Bersumber
Daya, yang berada disekitar kawasan untuk dimasukkan kedalam proses
transformasi yang tersedia.
Insya Allah melalui program yang nyata dan revitalisasi infrastruktur
ekonomi yang kini sedang berlangsung Bangsa Indonesia akan mampu
memiliki modal spirit dan program nyata untuk mempertahankan momentum
pertumbuhan ekonomi yang lahir dari kebijakan dua kali kepeimpinan
Presiden SBY. Di tahun 2014 momentum ini mudah mudahan akan tidak
tergerus dengan proses politik
selanjutnya.Kita
berharap dimasa depan tercipta kondisi yang baik agar semua potensi
Bangsa dapat dipusatkan pada upaya untuk membangun kekuatan inovasi
dengan pembenahan dari semua kelemahan “mikro teknis” pada klaster
industri yang ada saat ini. Program industrialisasi akan berjalan dengan
kecepatan yang tinggi seperti terjadi di negara tetangga dan China.
*****