Oleh: Rohimat
Pada
hari jumat, tanggal 20 Jumadits tsani, lima tahun setelah bi'tsah
Rasulullah Saww, dikawasan Hijaz dan ditengah pegunungan tandus kota
Makkah, dalam rumah wahyu yang pekarangannya diterngi kemilau cahaya
ilahi yang memancar dari sosok Rasulullah Saww dengan bacaan Al-Quran
dan didalam rumah teduh kenabian Rasul Saww dan Sayyidah Khadijah,
terlahirlah putri kecintaan keduanya kealam kedunia ini.
Ya,
dialah Fathimah Az-Zahra sang pengharum risalah, pilihan kemaksuman umat
manusia dikalangan wanita, beliau adalah istri kalimatullah dimuka
bumi, penghulu kaum wanita semesta alam, namanya berasal dari sisi Allah
SWT, beliau menjelmakan diri dalam wujud fisik yang begitu indah dan
melampaui keelokan seluruh bidadari surgawi dan kelahirannya kedunia ini
menjadikan aura kasih sayang yang menyelimuti rumah suci Rasulullah
Saww.
Fathimah mungil ini bagaikan angin sepoi-sepoi yang menunjukan dan
menebar kelembutan siang dan malam, demi menyapu kelelahan di wajah
kedua orangtuanya, sekaligus pelipur lara mereka yang harus mengarungi
detik-detik kehidupan yang berat dan menyakiti demi mengusung risalah.
Sungguh, betapa mulianya beliau karena telah menghembuskan ketenangan
dan ketentraman dalam lubuk hati penghulu para makhluk yaitu Rasulullah
Saww. Beliau pun bersabda tentang putrinya yang mulia itu: “Fathimah
adalah bagian dariku dan dia adalah jiwaku dan ruhku yang berada
diantara kedua sisiku.” Ini tidaklah mengherankan. Sebab, beliau
termasuk sosok agung yang disebutkan dalam firman Allah dalam kitabnya
yang mulia: '' Sesungguhnya aku hendak menghilangkan dosa dari kalian
wahai Ahlul Bait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya.”
Jelas,
dalam diri sayyidah Fathimah, mewujud keberadaan Rasulullah saww yang
agung. Karenanya kehidupan beliau senantiasa diliputi cahaya dan kasih
sayang yang menjadikannya layak untuk menerima kemuliaan dari Allah SWT,
dan Allah memilih beliau diantara seluruh wanita sepanjang sejarah,
sebagai Jelmaan nilai dan kehormatan bagi kaum wanita. Keberadaan
sayyidah Fathimah sendiri juga merupakan bukti paling nyata bagi
keniscayaan kaum wanita untuk menggapai puncak maknawinya yang tertingi,
yang tak mampu diraih kecuali oleh insan pilihan Allah SWT.
Sudah
umum diketahui bahwa sosok hakiki ayahanda Fathimah, Rasulullah Saww.
Tak dapat dikenali. Beliau adalah Figur ayah yang disebut Tuhan sekalian
alam dengan pemilik akhlak yang agung.” sementara Al-Quran menyebut :”
dan Muhammad tidak berbicara atas hawa nafsunya, namun ia berbicara tak
lain dari wahyu yang di wahyukan.” Dengan demikian, sayidah Fathimah
hidup ditengah lingkungan yang bercahaya, dibawah naungan wahyu, dan
dipangkuan ayah teladan yang ditugaskan Allah Swt membina dan
membimbing umat manusia di jalannya. Beliau hidup bersama ayahandanya
selama dua tahun di tengah embargo ekonomi yang di lancarkan kaum kafir
Quraisy, dan sekitar tiga tahun lamanya terkurung dilembah Abu Thalib
bersama kedua orang tuanya dan segelintir muslimin, saat itu beliau juga
mengalami kondisi yang sama, kelaparan dan terjepit perekonomian.
Pada
tahun kesepuluh kenabian, tak lama lolos dari ujian, sayyidah Fathimah
harus mengalami kedukaan yang sangat dalam. Kali ini, ibunda beliau yang
mulia dipanggil pulang kepangkuan ilahi setelah sebelumnya menghadap
serangkaian tekanan hidup yang begitu panjang. Maka sejak saat itu
beliau hidup tanpa didampingi seorang ibu. Walaupun sangat mengejutkan
dan menyakitkan, namun kejadian itu justru menyebabkan beliau semakin
dekat dan mendapat perhatian yang lebih dari Rasulullah Saww.
Kecintaan dan hubungan yang sangat erat antara Rasulullah Saww dengan
Sayyidah Fathimah, menjadikan hidup Sayyidah Fathimah bersinar terang
dan semakin berharga dan terhormat. Kecintaan dan hubungan ini sangatlah
erat, sampai-sampai melampaui batas pada umumnya. Karenanya boleh
bilang hal ini termasuk kehidupan Rasulullah Saww yang sangat luar
biasa. Bila ditinjau lebih mendalam lagi, maka akan diketahui bahwa
sesungguhnya Rasulullah Saww yang mulia merupakan manusia terbaik dan
paling dekat dengan Allah Swt. Karenanya beliau menjadi tolok ukur
kebenaran dan keadilan dalam segala aspeknya.
Dan
sebagaimana sunnah beliau Saww yang berupa ucapan, perbuatan dan
ketetapan -ketetapan sumber syariat islam, serta sudah menjadi
kelaziman bahwa Ahlul Bait dan Al-Quran adalah rujukan bagi semua umat
hingga hari kiamat, sementara beliau tidak pernah berbicara berdasarkan
hawa nafsunya, maka kita akan sampai pada pemahaman bahwa segenap apa
yang dimiliki Sayyidah Fathimah. Termasuk kedudukan maknawi, maka tak
dapat dipungkiri lagi bahwa beliau termasuk diantara kalangan maksumin
dan termasuk lisan ilahi sebagaimana ayahandanya.
Selain
Sayyidah Fathimah, Rasulullah Saww juga memiliki anak-anak perempuan
yang lain. Dalam hal itu Rasulullah Saww selalu memperhatikan sikap
kasih sayang dan penghargaan yang luar biasa kepada mereka. Termasuk
terhadap sanak saudara dan bahkan orang lain. Kendaki demikian,
kecintaan beliau terhadap Sayyidah Fathimah sangat jauh berbeda dan
teramat istimewa. Sikap ini sangat tampak dalam perlakuan beliau
sehari-hari terhadap Sayyidah Fathimah. Bahkan Rasulullah Saww acapkali
menunjukkan kecintaan dan kedekatan hubungannya itu dalam berbagai
kesempatan, sehingga sering disaksikan banyak orang. Ini merupakan
bukti kedekatan yang erat antara kehidupan Sayyidah Fathimah dengan
Rasulullah Saww sepanjang perjalanan agama islam. Karenanya, hubungan
antara Sayyidah Fathimah dengan Rasulullah Saww bukan hanya hubungan
antara ayah dengan putri mulianya. Melainkan juga terkait dengan
masalah-masalah sosial dalam masyarakat maupun masa depan umatnya.
Selain pula berhubungan dengan perkara-kara Tuhan yang menjadi basis
bagi prinsip kepemimpinan kaum muslimin.
Kalau
kita berbicara tentang kepribadian Fathimah az-zahra as, penghulu kaum
wanita, mustahil dibayangkan sehingga kita tidak akan pernah mampu
melukiskannya. Beliau termasuk salah satu Figur maksumin. Selain itu,
kecintaan dan berwilayah kepadanya. Juga kepada Ahlul baitnya, menjadi
salah satu kewajiban agama. Beliau adalah sosok wanita yang kemarahan
dan ketidak relawannya merupakan kemarahan dan ketidak relaan Allah swt.
Lantas, bagaimana kita melukiskan dimensi-dimensi maknawi
kepribadiannya yang luar biasa melalui kata-kata kita sebagai penduduk
bumi maha kecil dan serba terbatas ini?
Oleh karena itu, kita wajib mengenal sayyidah Fathimah melalui ucapan para imam maksum as.
Diriwayatkan dari
Al-mufadhal yang berkata kepada imam Ja'far Ash-Shadiq as:” sampaikanlah
kepadaku sabda Rasulullah saww yang berkenaan dengan Fathimah, bahwa
beliau merupakan pengulu kaum wanita disemesta alam. Apakah beliau
menjadi penghulu kaum wanita di zamannya?
Lalu imam berkata''
itu adalah Maryam yang menjadi penghulu kaum wanita di zamannya. Adapun
Fatimah merupakan penghulu kaum wanita di alam semesta, sejak awal
hinga kelak .”
Imam
Ridho as juga meriwayatkan bahwa Rasulullah saww bersabdah:” Al-Hasan
dan Al-Husain merupakan sebaik-baik penduduk bumi setelahku dan setelah
ayah mereka dan ibu mereka menjadi wanita terbaik penduduk bumi. Bahkan
shahih bukhari dan shahih muslim menukil sebuah riwayat dari Rasulullah
saww yang bersabdah:” Fathimah adalah penghulu wanita penduduk syurga.”
dan masih banyak lagi riwayat-riwayat yang berkaitan dengan kepribadian
sayyidah Fathimah Az-zahra as yang agung ini.
Samudra
kecintaan dan kasih sayang Rasulullah saww terhadap sayyidah Fathimah
as begitu luar biasa. Salah satu contoh, mana kala Rasulullah saww
hendak bepergian, niscaya orang terakhir yang beliau temui adalah
Fathimah, dan saat beliau kembali dari perjalanannya, maka orang pertama
yang di temui beliau adalah sayyidah Fathimah.
Diriwayatkan dari imam muhammad Al-Baqir as, bahwa Rasulullah Saww tidak
akan tidur hingga mencium wajah Fathimah, lalu beliau menyadarkan wajah
kedada Sayyidah Fathimah dan mendoakannya.
Dan
Rasulullah Saww bersabda: ''Fathimah adalah bagian dariku barangsiapa
yang membuatnya gembira, berarti telah membuatku gembira, dan
barangsiapa yang menyakitinya berarti telah menyakitiku. Sesungguhnya
bagiku, Fathimah adalah manusia paling mulia. “
Namun
kita lihat, manakala Rasulullah saww wafat. Sayyidah Fathimah acapkali
menghadapi berbagai musibah dan ujian berat yang menyedihkan, sehingga
kehidupan ini tanpak gelap dan terasa getir. Disatu sisi, ayahanda
tercinta telah meninggalkannya. Sungguh beliau tak mampu menanggung
beratnya beban perpisahan tersebut. Sementara disisi lain, tubuh dan
jiwa beliau harus merasakan sakit yang luar biasa akibat perlakuan keji
para pembangkang yang telah merebut hak imam 'Ali as. Dan hal ini
merupakan hasil dari semua musibah, ujian dan rintangan yang beliau
hadapi, sejarah pun mengukir kenyataan bahwa sayyidah Fathimah
sepeninggal ayahnya terus menangis. Adakalanya beliau menziarai kubur
ayahandanya seraya menangis keras. Hari demi hari bahkan menit demi
menit beliau lewati dengan menangis dan merintih.
Kesedihan dan ujian yang di alami beliau telah menggerogoti kesehatan
beliau. Akibatnya beliau pun jatuh sakit dan terbujur lemah di
peraduannya. Akhirnya penghulu kaum wanita sepanjang masa ini wafat
dengan menanggung semua musibah besar, tepat pada 13 jumadil awwal atau 3
jumadil tsani pada tahun ke-9 hijriyah. Persisnya, 75 atau 95 hari
sejak wafatnya Rasulullah Saww.
Semoga setiap kalbu pengikut dan pecintanya selalu bersedih atas kesyahidan beliau. Dan mensyafaati kita semua. Amin Ya Rabb.....
“Salam atasmu wahai Fathimah Az-Zahra, penghulu wanita seluruh alam...
Kami berduka, kami terluka...
Isyfa'i lana 'indallah...''
Referensi:
1. Wanita suci putri nabi saww, karya M.Taufik Ali Yahya.
2. Imam Ali dan Fathimah Az-Zahra, karya Lajnah At-Harir li Thoriq Al-Haq.