Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Imam Muhammad Al Baqir As. Show all posts
Showing posts with label Imam Muhammad Al Baqir As. Show all posts

Imam Muhammad Al-Baqir as Dalam Pandangan Ahlus Sunnah Dan Syiah



Imam Muhammad Al-Baqir as
Nama : Muhammad.
Gelar : Al-Baqir.
Julukan : Abu Ja'far.
Ayah : Ali Zainal Abidin.
lbu : Fatimah binti Hasan.
Tempat/Tgl Lahir : Madinah, 1 Rajab 57 H.
Hari/Tgl Wafat : Senin, 7 Dzulhijjah 114 H.
Umur : 57 Tahun.
Sebab Kematian : Diracun Hisyam bin Abdul Malik.
Makam : Baqi’, Madinah.
Jumlah Anak : 8 orang; 6 laki-laki dan 2 perempuan.
Anak Laki-laki : Ja’far Shodiq, Abdullah, Ibrahi, Ubaidillah, Reza, Ali.
Anak Perempuan : Zainab, Ummu Salamah.

Riwayat Hidup;

Keimamahan Muhammad Al-Baqir, dimulai sejak terbunuhnya Ali Zainal Abidin a.s. melalui racun yang mematikan. Beliau merupakan orang pertama yang nasabnya bertemu antara Imam Hasan dan Imam Husein yang berarti beliau orang pertama yang bernasab kepada Fatimah Az-Zahra’, sekaligus dan pihak ayah dan ibu.
    
Selama 34 Tahun beliau berada dalam perlindungan dan didikan ayahnya, Ali Zainal Abidin a.s. Selama hidupnya beliau tinggal di kota Madinah dan menggunakan sebagian besar waktunya untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah SWT serta membimbing masyarakat ke jalan yang lurus.
    
Mengenal keilmuan dan ketaatannya, kita semak kata-kata lbnu Hajar al-Haitami, seorang ulama sunni yang mengatakan: "Imam Muhammad AL-Baqir telah menyingkapkan rahasia-rahasia pengetahuan dan kebijaksanaan, serta membentangkan prinsip-prinsip spiritual dan agama. Tak seorangpun dapat menyangkal keperibadiannya yang mulia, pengetahuan yang diberikan Allah, kearifan yang dikaruniakan oleh Allah dan tanggung jawab serta rasa syukurnya terhadap penyebaran pengetahuan. Beliau adalah seorang yang suci dan pemimpin spiritual yang sangat berbakat. Dan atas dasar inilah beliau terkenal dengan gelar al-baqir yang berarti pengurai ilmu. Beliau baik hati, bersih dalam keperibadian, suci jiwa, dan bersifat mulia. Imam mencurahkan seluruh waktunya dalam ketaatan kepada Allah (dan mempertahankan ajaran-ajaran nabi suci dan keturunannya). Adalah di luar kekuasaan manusia untuk menghitung pengaruh yang mendalam dan ilmu dan bimbingan yang diwariskan oleh Imam pada hati orang-orang beriman. Ucapan-ucapan beliau tentang kesalehan, pengetahuan dan kebijaksanaan, amalan dan ketaatan kepada Allah, begitu banyak sehingga isi buku ini sungguh tidak cukup untuk meliput semuanya itu".
    
Beliau menipakan salah seorang imam yang bidup di zaman yang bukan zaman Rasullah s.a.w, namun jauhnya jarak waktu antara beliau dan Rasulullah bukan merupakan atasan untuk merasa jauh dengan beliau s.a.w. Diriwayatkan: "Suatu kali Jabir bin Abdullah al-Anshori bertanya kepada Rasulullah s.a.w: Ya Rasulullah, siapakah imam-imam yang dilahirkan dan Ali bin Abi Thalib? Rasulullah s.a.w menjawab, Al-Hasan dan Al-Husein, junjungan para pemuda ahli surga, kemudian junjungan orang-orang yang sabar pada zamannya, Ali ibn al-Husein, lalu al-Baqir Muhammad bin Alî, yang kelak engkau ketahui kelahirannya, Wahai Jabir. Karena itu, bila engkau nanti bertemu dengannnya, sampaikanlah salamku kepadanya".
    
Mengenai situasi pemerintahan yang terjadi di zaman beliau, dua tahun pertama dipimpin oleh Al-Walid bin Abdul Malik yang sangat memusuhi keluarga nabi dan dialah yang memprakarsAl pembunuhan Ali Zainal Abidin a.s. Dua tahun berikutnya beliau juga hidup bersama raja Sulaiman bin Abdul Malik yang sama jahat dan durjananya dengan selainnya, yang seandainya dibandingkan maka dia jauh lebih bejat dari penguasa Bani Umayyah yang sebelumnya. Kemudian tampuk kepemimpinan berpindah ke tangan Umar bin Abdul Aziz, seorang penguasa Bani Umayyah yang bijaksana dan lain dari selainnya. Beliaulah yang menghapus kebiasaan melaknat Imam Ali bin Abi Thalib di setiap mimbar Jum'at, yang diprakarsai oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan telah berjalan kurang lebih 70 tahun. Beliau pula yang mengembalikan tanah Fadak kepada Ahlu Bait Nabi yang pada waktu itu diwakili Imam Muhammad aL-Baqir (AL-Khishal. Jilid 3. Najf Al-Asyraf). Namun sayang beliau tidak berumur panjang dan pemerintahannya hanya berjalan tidak lebih dari dua tahun lima bulan. Pemerintahan kemudian beralih ke tangan seorang pemimpin yang laim yaitu Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan.
    
Pemerintahan Hisyam diwarnai dengan kebejatan moral serta pengejaran dan pembunuhan terhadap para pengikut Ahlu Bait. Zaid bin Ali seorang keluarga rasul yang Alim dan syahid gugur di zaman ini. Hisyam kemudian memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan markas-markas Islam yang dipimpin oleh Imam Baqir a.s. Salah seorang murid Imam al-Baqir yang bernama Jabir al-Ja'fi juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Namun, demi keselamatannya Imam Muhammad al-Baqir menyuruhnya agar pura-pura gila. Beliau pun menerima saran dari Imam dan selamat dari ancaman pembunuhan, karena penguasa setempat mengurungkan niatnya setelah yakin bahwa Jabir benar-henar gila.
    
Ketika semua makar dan kejahatan yang telah ditempuh untuk menjatuhkan Imam Muhammad AL-Baqir tidak berhasil, sementara orang-orang semakin yakin akan keimamahannya, maka Bani Umayyah tidak punya alternatif lain kecuali pada tanggal 7 Zulhijjah 114 H, ketika Imam Baqir berusia 57 tahun, Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan si penguasa yang zalim, menjadikan imam syahid dengan meracuninya, dan jenazahnya dibaringkan di Jannatul Baqi' Madinah.
    
Ahlul Bait Nabi s.a.w berguguran satu demi satu demi mengharap ridha dari Allah SWT. Semoga salam dilimpahkan kepada mereka ketika mereka dilahirkan, di saat mereka berangkat menghadap Tuhannya, dan saat dibangkitkan kelak.

Al-Baqir Muhammad bin Ali bin al-Hussain a.s., adalah penerus dari ayahnya, Ali Zainal Abibin bin 
al-Hussain a.s, wasinya, dan orang yang meneruskan posisi imamah setelahnya. Dia melebihi 
saudara-saudaranya dalam bidang ilmu keagamaan, kesederhanaan dan kepemimpinan. Dia adalah 
orang yang paling dikenal di antara mereka, satu-satunya yang dihormati baik oleh non-Shia dan Shia 
sendiri, dan yang paling mampu di antara mereka. Tidak ada satupun keturunan dari al-Hasan dan 
al-Hussain a.s. menunjukkan kemampuan yang sama dalam pengetahuan keagamaan, tradisi,
sunnah-sunnah, pengetahuan tentang Qur'an dan kehidupan Rasulullah S.A.W, dan teknik kesusastraan, 
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Abu Ja'far (Muhammad al-Baqir) a.s. Sahabat-sahabat Rasulullah S.A.W, para tabi'in, dan ulama-ulama Muslim melaporkan banyaknya prinsip-prinsip keagamaan di bawah kepemimpinan Imam al-Baqir a.s. Dengan kelebihan moral dan perilakunya dia menjadi tolak ukur dalam pengetahuan di keluarganya. Banyak cerita dan puisi yang didedikasikan untuknya.Al-Qurazi berkata: Duhai (engkau) yang membagi (baqir) ilmu pengetahuan (dan membuatnya tersedia) bagi orang-orang yang memerlukan dan tempat orang-orang mencari penyelesaian yang terbaik.Malik bin Ayan al-Juhi berkata tentangnya Ketika orang-orang mencari ilmu Qur'an, kaum Quraisy bersandar kepadanya. Jika seseorang hanya dapat bertanya dimanakah putra dari putrinya Rasulullah S.A.W, sedangkan engkau memperoleh ribuan cabang (ilmu pengetahuan) darinya. Engkau seperti bintang yang menyinari musafir pada kegelapan, engkau bagaikan gunung yang mewarisi luasnya ilmu pengetahuan.Imam a.s. dilahirkan di Madinah pada tahun 57H (676M). Dan wafat pada tahun 114H (732M)  pada usia 57 tahun. Dia adalah pemimpin dari seluruh keluarga Bani Hasyim. Dia adalah pemimpin dari seluruh keturunan Ali a.s. Dia dikuburkan di kuburan al-Baqi, Madinah, semoga Allah memberkati dia dan seluruh keluarganya. Abu Ja'far a.s. mencatat kembali kejadian-kejadian dari bermulanya sejarah (mubtada') dan kehidupan Rasulullah S.A.W. Kisah tentang kehidupan Rasulullah S.A.W (maghazi) dicatat dibawah kepemimpinannya. Rakyat mengikuti ajaran dari Rasulullah S.A.W secara murni dibawah kepemimpinannya dan bersandar kepadanya tentang ritual-ritual keagamaan dan haji yang dipelajarinya langsung dari utusan Allah SWT. Baik kaum Syiah maupun bukan syiah mengikuti kepemimpinannya. Orang-orang banyak belajar ilmu kalam darinya. Imam al-Baqir a.s. dikenal sebagai orang yang bersahaja dan sangat baik hati dan pemurah kepada yang memerlukan.Telah dilaporkan di bawah kepemimpinannya, dibawah kepemimpinan ayah-ayahnya a.s., bahwa Rasulullah S.A.W dan keluarga beliau sering berkata,"Hal yang terbaik dari pekerjaan ada tiga: menjaga saudara dengan wang, memberi keadilan kepada orang lain, dan menyebut nama Allah pada setiap saat.". Imam Baqir a.s. pernah berkata,"Rakyat telah menyebabkan banyak masalah bagi kami. Kami menyeru kepada mereka tapi mereka tidak perduli. Tapi jika kami tinggalkan, tidak akan ada yang membimbing." Imam juga pernah berkata,"Apa sebenarnya yang dibenci oleh mereka terhadap kami yang merupakan anggota keluarga dari Keluarga yang disucikan, keturunan dari kenabian, sumber kebajikan"Imam a.s. meninggalkan 7 putera. Semua saudara-saudaranya banyak berbuat kebajikan, tetapi tidak ada yang dapat menyaingi Imam a.s. karena posisinya yang berkaitan dengan imamah, karena kedudukannya di mata Allah SWT, dan karena posisinya sebagai khalifah Rasulullah S.A.W. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada Imam a.s. dan keluarga beliau. Pada zaman keimamahannya berlangsung selama 19 tahun.

Imam Muhammad Baqir as, Pemandu Umat

Imam bagir as

Sejarah Islam selalu diliputi oleh tokoh-tokoh yang menjadi tauladan dari masa ke masa. Rasulullah Saw adalah figur puncak yang kemudian dilanjutkan oleh Ahlul Baitnya. Ahlul Bait Rasulullah Saw yang juga manusia-manusia pilihan di muka bumi ini berfungsi sebagai pelita jalan bagi pencari kebenaran. Pada tanggal 7 Dzulhijjah tahun 114 Hijrah, Imam Muhammad Bagir putra dari cicit Rasulullah Saw, Imam Ali Zainal Abidin gugur syahid.

Ketika kabar syahid Al-Bagir menyebar ke sudut-sudut kota Madinah, kalbu para pecinta Ahlul Bait pun diliputi duka yang mendalam. Mereka tak akan lagi bisa melihat wajah suci penuh kasih cucu Rasulullah saw itu. Mereka juga tidak akan bisa lagi mendengar lantunan indah bacaan al-Quran Imam Baqir as di balik dinding Masjid Nabawi.

Keadaan ini begitu menyesakkan hati sahabat dekat dan keluarga Imam as. Namun tak ada yang lebih merasa duka ketimbang Jabir bin Yazid Ju’fi. Bagi Jabir, sungguh berat ditinggalkan Imam Baqir as. Jabir selalu mengingat pesan pertama yang langsung didengar dari Imam as. Sebuah pesan yang membuatnya semakin teguh untuk mencari ilmu dan makrifah. Imam Baqir berkata: “Carilah ilmu, karena mencari ilmu adalah perkara yang baik. Ilmu adalah pemandumu dalam kegelapan, penolongmu dalam kesulitan, dan sahabat yang tak ternilai bagi manusia.”

Imam Baqir as hidup di masa yang juga dikenal sebagai era penerjemahan pemikiran filsafat asing. Di masa itu, pelbagai kajian dan perdebatan ilmiah juga berkembang pesat. Selain itu, beragam aliran pemikiran sesat kian marak di masa itu. Di tengah suasana seperti itu, Imam Baqir as bersama putranya Imam Ja’far Shadiq as mengemuka bak penerang yang menyibak tirai-tirai kebodohan dan kegelapan.

Pada masa itu, Imam Baqir as menerapkan strategi revolusi kultural melalui penyebaran dan pengembangan Islam. Dengan seluruh daya upayanya, Imam Baqir berusaha menyelamatkan umat dari kesesatan dan kegelapan dengan menyusun dan menghimpun kembali ajaran Islam yang diwariskan Rasulullah Saw.

Imam Baqir membangun pondasi madrasah keilmuan dan budaya. Kelak, pondasi itu terus dilanjutkan pembangunannya oleh putra beliau, Imam Ja’far Shadiq as. Perjuangan ilmiah dan reformasi kebudayaan yang dijalankan Imam Baqir as di masa-masa akhir abad pertama hijriah, sejatinya merupakan pengantar untuk mengaplikasikan pemikiran dan nilai-nilai Islam serta meningkatkan kecerdasan umat. Untuk itu, Imam Muhammad bin Ali Zainal Abidin as dikenal dengan julukan Baqir al-’Ulum, sang penyibak ilmu pengetahuan.

Pada masa dinasti Bani Umayyah dan Bani Abbas, Imam Muhammad Baqir as senantiasa menunjukkan penentangannya terhadap para penguasa melalui jalur budaya. Imam Bagir juga mengajarkan masyarakat mengenai kriteria pemimpin saleh menurut pandangan Islam. Untuk itu, para penguasa dinasti Abbasiyah, khususnya Hisyam bin Abdul Malik, menerapkan kebijakan yang sangat ketat terhadap Imam Baqir as.
Masa keimamahan Imam Baqir as berlangsung selama 19 tahun yang dimulai sejak tahun 95 H. Pada masa itu merupakan masa transisi dari Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasiyah.

Mengomentari peran pemimpin di tengah masyarakat, Imam Baqir as berkata, “Allah Swt berfirman; Setiap masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Islam dan mempunyai pemimpin yang lalim dan kafir, bakal mendapat kesengsaraan, walaupun dalam perbuatan individu, mereka terbilang bertakwa. Sebaliknya, setiap masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Islam dan mempunyai pemimpin yang adil, akan memperoleh ampunan dosa dan rahmat ilahi, meskipun mereka memiliki kesalahan dalam tindakan personalnya.”

Menurut Imam Baqir as, seorang pemimpin yang saleh harus memenuhi beberapa kriteria dasar. Beliau berkata, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang layak menjadi pemimpin umat kecuali ia memiliki tiga karakter. Pertama, pemimpin harus takut kepada Allah Swt dan taat pada perintah-Nya. Kedua, pemimpin harus menjadi penyabar yang bisa menahan amarahnya. Dan ketiga, pemimpin harus bersikap laksana bapak yang mengasihi masyarakat dan berbuat baik kepada mereka.”

Sekaitan dengan kesyahidan Imam Muhammad Baqir aas, kami mengutip sejumlah riwayat penting dari Imam al-Bagir as. Beliau berkata, “Tidak ada seorang mukmin kecuali pada hatinya, ada titik yang putih bersinar. Setiap kali, seseorang melakukan noktah hitam atau mengotori jiwanya dan bertaubat, maka ia akan kembali putih bersinar. Namun, jika ia tetap melakukan dosa dan bahkan menambah dosa, maka titik hitam itu akan semakin pekat sampai menutupi semua permukaan hatinya. Ketika seluruh bagian hati sudah menghitam, maka tak ada lagi kebahagiaan baginya.”

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Aswad bin Katsir berkata, “Suatu hari, aku mendatangi Imam Baqir as untuk mengadukan perlakuan saudara-saudaraku. Beliau berkata; Sungguh saudara yang buruk adalah mendekatimu saat engkau kaya dan mampu, tapi ketika engkau jatuh miskin, ia meninggalkanmu. Setelah itu, Imam memberiku 700 dirham untuk menyelesaikan masalah yang melilitku.”

Dalam nasehat lainnya, Imam Muhammad Bagir kepada anak-anaknya berpesan, “Keridhaan Allah terletak pada ketaatan kepada-Nya. Untuk itu, janganlah anggap remeh ketaataan kepada Allah Swt. Keridhaan ilahi bisa jadi terletak pada perbuatan kecil tersebut. Ketahuilah bahwa Allah Swt menyembunyikan kekasih-kekasih-Nya di tengah hamba-hamba-Nya. Untuk itu, janganlah merendahakan hamba-hamba Allah. Salah satu hamba Allah itu bisa jadi kekasih-Nya.

Terkait Berita: