dikutip dari : https://adjhis.wordpress.com/2010/10/26/gerakan-dakwah-salafy-ternyata-didanai-oleh-jaringan-intelejen-israel-mossad/
==================================================
Gerakan dakwah Salafy ternyata didanai oleh jaringan intelejen Israel, Mossad.
FAKTA ini tentu amat mengejutkan, bahkan sulit dipercaya. Betapa kelompok Salafy yang selama ini dikenal sebagai kelompok Islam yang berdakwah untuk Ihyaus Sunnah (menghidup-hidupkan sunnah Nabi SAW), gerakan dakwah mereka ternyata didanai oleh jaringan intelejen Israel, Mossad. Tujuannya untuk menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan kaum Muslim. Badan intelejen Palestina mengijinkan harian Al-Hayat dan Televisi Libanon, LBC, untuk mewawancarai orang-orang Palestina yang menjadi agen Mossad, dan sekarang ditawan oleh pemerintah Palestina. Mereka telah menyebabkan terbunuhnya sejumlah Mujahidin.Dalam sebuah wawancara, salah seorang agen mengungkapkan cara perekrutan mereka serta peranan yang mereka lakukan dalam memantau para mujahidin dan memicu fitnah lewat perselisihan, perpecahan, dan kebencian demi merealisasikan kepentingan strategis Zionisme. Wawancara ini diterbitkan oleh tabloid An-Nas nomor 127 mengutip harian Al-Hayat yang terbit di London dan juga ditayangkan televisi LBC. Tabloid Al-Basya’ir kembali menyiarkan wawancara tersebut mengingat pentingnya fakta-fakta yang diungkapkan oleh agen ini. Wawancara di bawah ini, yang diterjemahkan oleh Jati Utomo Dwi Hatmoko, M.Sc. , mahasiswa Structural Engineering and Construction Management University of Newcastle Upon Tyne United Kingdom, dan dikutip dari Hidayatullah.com, laporan Bahrum A. Rambe. Berikut hasil wawancara dimaksud: Wartawan: Bagaimana para zionis itu dapat memperalat anda untuk kepentingan mereka dalam konspirasi dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara anda? Agen: Awalnya saya membaca iklan di koran lokal tentang adanya pusat studi strategis kemasyarakatan yang bertempat di Singapura, mereka membutuhkan reporter di Tepi Barat untuk melakukan studi sosial dan publisistik tentang lingkungan, kemiskinan, dan lain-lain.
Lalu saya kirim biodata dan ijazah saya. Setelah dua pekan, datang balasan penerimaan saya di lembaga tersebut yang ternyata dikendalikan oleh intelejen zionis Mossad, dan dilaksanakan oleh orang-orang Palestina yang bekerja sama dengan zionisme untuk merekrut orang Arab Palestina dengan cara jahannam yang tidak terpikir oleh siapapun. Mereka meminta kepada saya untuk menyiapkan laporan kemasyarakatan strategis. Mereka memberi imbalan uang yang cukup banyak. Dari situ, Pusat Studi Strategis palsu itu meminta tambahan laporan-laporan sensitif. Dan saya memenuhinya dengan teratur. Dengan memperhatikan permintaan-permintaan mereka saya mengetahui bahwa lembaga ini ada di bawah Mossad. Tapi saya tidak bisa mundur karena saya sudah memberi laporan-laporan yang sangat sensitif tentang keamanan nasional, tokoh-tokoh Mujahidin, posisi tempat tinggal mereka, dan keberadaan mereka. Informasi ini memudahkan mereka untuk membunuh para Mujahidin terbaik dari Hamas dan Jihad Islami. Kondisi berkembang sedikit demi sedikit sampai permainan ini tersingkap, mereka memberi kepada saya lisensi untuk menemui orang-orang penting di Tel Aviv. Di sana mereka menyambut saya di sebuah hotel bintang lima. Mereka memberi saya seluruh sarana kenikmatan, tapi ternyata mereka merekam saya ketika berada dalam kondisi memalukan dengan seorang wanita. Hal ini sebagai salah satu cara mereka untuk memperbudak dan mengendalikan saya di kemudian hari. Dari sini pekerjaan menjadi lebih akurat. Mereka melatih saya seluruh dasar kerja intelejen. Dan komunikasi kami lewat internet, mengirim informasi lewat telepon seluler yang mereka berikan. Dari sini saya mulai mengumpulkan informasi yang paling akurat dan vital tentang tokoh-tokoh intifadhah secara rutin. Posisi saya sebagai reporter, membuat saya dapat bergabung dengan seluruh unsur Mujahidin. Saya mendapatkan informasi yang sangat penting karena saya dianggap sebagai pejuang. Karena kedekatan saya dengan para pemimpin perlawanan dan pantauan saya terhadap posisi gerakan dan tempat tidur mereka saya telah memudahkan banyak pembunuhan melalui pesawat, penangkapan malam hari atau dengan menembak kendaraan. Dan saya telah merekrut banyak orang untuk kepentingan zionis dengan upah rendah tidak lebih dari 1500 chikel per bulan. Wartawan: Kami mengetahui bahwa anda dapat mengintervensi beberapa jamaah Islamiyyah, bagaimana itu? Agen: Sesungguhnya zionis sudah memanfaatkan kepolosan dan ketidak hati-hatian orang-orang Palestina. Kami ditugaskan membuat beberapa situs dengan nama: Palestine Islamiyyah, al-Jihad al-Muqaddas, Tahrir al-Quds, Syababul Intifadhah, dan lain-lain.
Dengan situs-situs ini kami berhubungan dengan banyak anak muda yang memiliki semangat jihad. Kami janjikan kepada mereka untuk membiayai mereka dengan uang dan senjata, dengan menyebutkan bahwa dana tersebut bersumber dari orang-orang kaya dari Teluk dan aktivis Islam di Mesir, Yordan dan Kuwait. Begitulah, kami dapat menembus banyak mata rantai Mujahidin dan merasuk ke dalam tubuh mereka dengan mengatasnamakan Islam dan jihad. Dan yang lebih berbahaya, kami dapat memperalat orang-orang yang bersemangat tinggi, khususnya orang-orang Salafiy untuk menyebarkan buku-buku yang menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Buku-buku ini, sebenarnya dicetak dan dibiayai dengan biaya dari Mossad untuk membuat pertempuran marginal antara aktivis Islam, khususnya antara Syi’ah dan Sunnah di Palestina, Pakistan, Yaman, dan Yordan. Puluhan judul buku-buku yang menyerang Syi’ah dengan cara menjijikkan, dan buku lain yang menyerang Sunnah, sudah dicetak. Dan dimanfaatkan juga orang-orang yang fanatik dari kedua belah pihak, setelah diyakinkan bahwa buku-buku tersebut dicetak oleh para dermawan Teluk dengan cetakan lux. Selebihnya, pekerjaan akan dilakukan oleh mereka yang teripu dari kelompok fanatik Sunnah seperti Salafiyyin dan lain-lain. Tujuan utama dari pencetakan dan penyebaran buku ini, adalah menimbulkan fitnah dan kebencian serta saling mengkafirkan antarpihak dan menyibukkan mereka dengan pertarungan sampingsan sesama mereka, agar Israel dapat merealisasikan tujuannya, yaitu menghancurkan Islam, menelan tanah air, menghapus identitas generasi muda melalui penyebaran dekadensi moral, atau menggunakan orang-orang yang tersingkir di luar kehidupan, fanatik dan keras kepala.
Hati mereka penuh dengan kebencian terhadap saudara mereka sesama Muslim, baik Sunnah atau Syi’ah. Dalam hal ini, jaringan Mossad telah cukup sukses menjalankan missinya. Anda dapat melihat kira-kira semua masjid dan perkumpulan anak muda di Yaman, Pakistan, dan Palestina tenggelam dengan buku-buku ini, yang dicetak dan dibagikan secara gratis; yang dikesankan seolah-olah dibiayai dari kocek para donatur kaya Arab Saudi, padahal Mossad ada di belakang semua ini. Sayang sekali, banyak orang-orang yang tidak menyadari, termasuk para imam masjid, khatib-khatib, dan da’i-da’i yang menyibukkan diri secara ikhlas dan serius dengan menyebarkan buku-buku beracun minimal bisa dikatakan buku-buku lancang dan fitnah. Fitnah lebih berbahaya dari pembunuhan. Karena pikiran mereka sempit, maka mereka tidak berpikir tentang tujuan sebenarnya dari penyebaran buku-buku ini, yang meniupkan kebencian, perpecahan dan fitnah khususnya hari-hari belakangan ini.
Buku-buku ini telah mulai menuai pengaruhnya di Pakistan. Orang-orang yang menyebut dirinya pengikut Ahlu Sunnah wal jama’ah, membentuk Tentara Shahabat dan menyerang kaum Syi’ah dalam ritual dan rumah-rumah, membunuh mereka ketika shalat Shubuh. Sebuah pembantaian ganas yang menyedihkan meninggalkan ribuan mayat. Di lain pihak membentuk Tentara Muhammad bereaksi dengan balasan yang lebih keras, ratusan orang terbunuh di kedua belah pihak tiap bulan. Pembantaian berdarah, kedengkian, membuat-buat pertempuran sampingan, fitnah yang berbahaya dengan pahlawan Khawarij zaman sekarang, dimanfaatkan oleh Mossad untuk menyulut fanatisme, pengkafiran, pembunuhan, untuk melemahkan negara Islam pertama yang memiliki bom atom, Pakistan. Sedangkan rencana mereka di Yaman, sampai saat ini pekerjaan masih berjalan dengan serius dan hasilnya sebentar lagi akan bisa dilihat. Namun sangat disayangkan, khusus tentang pemicu fitnah di Palestina, seluruh tujuan tidak tercapai seperti di Pakistan dan Yaman. Wartawan: Sekarang apakah anda menyesal? Di mana mata hati anda ketika anda menunjukkan tempat-tempat persembunyian tokoh-tokoh perlawanan kepada zionis, agar dibunuh dengan keji beserta keluarga mereka dengan pesawat Apache dan roket-roket mereka? Agen: Apalah gunanya penyesalan. Saya merasa sedih ketika mereka memusnahkan sebuah bangunan beserta penghuninya hanya untuk membunuh salah seorang Mujahidin yang dicari, di mana operasi ini menyebabkan terbunuhnya 17 anak kecil dan wanita juga sang Mujahid yang dicari. Sayalah penyebabnya, sungguh sayang. Karena itu, saya berhak dihukum dengan hukuman yang diputuskan pengadilan, yaitu eksekusi. Mengenal Gerakan Agen Mossad Semangat menghidupkan sunnah Nabi SAW di satu segi, dan memposisikan gerakan Islam di luar komunitasnya sebagai bid’ah, khawarij, dan tuduhan lain yang jauh dari kesan Islami; tanpa dibarengi dengan wawasan ilmu, pemahaman syari’ah dan siyasah secara memadai, membuat mereka mudah diprovokasi dan diperalat musuh-musuh Islam. Banyak gerakan Islam, dalam melawan zionisme dan hegemoni AS, justru diperalat oleh musuh dengan mengusung doktrin zionis tanpa disadari, sehingga mudah dihancurkan.
Penting bagi aktivis Islam untuk mengenal di antara karakteristik ormas, orpol, maupun gerakan Islam, yang kadangkala tanpa disadari menjadi alat musuh untuk menghancurkan Islam. Berdasarkan kajian dan pengalaman karakteristik mereka itu dapat dikenali antara lain: Mendukung kekuasaan rezim yang zhalim secara apriori, selama penguasa tersebut masih melakukan shalat. Alasannya, karena Nabi memerintahkan taat kepada penguasa Muslim yang masih shalat sekalipun berbuat durhaka atau zhalim. “Enam puluh tahun di bawah penguasa zhalim, lebih baik daripada sehari tanpa pemimpin,” kata mereka. Sementara mereka mengabaikan ayat Al-Qur’an yang melarang membantu orang-orang zhalim yang berkhianat kepada Allah dan rasul-Nya. Mengklaim pahamnya paling benar tanpa mau diajak dialog mendengarkan hujjah dari pihak Muslim yang dikategorikan sesat. Mengajak umat untuk menjauhi politik, dan memfokuskan diri dalam aqidah dan ibadah dalam pengertian sempit. Gemar mengabaikan hujjah lawan sekalipun hujjah itu dari Al-Qur’an dan hadits shahih hanya karena hujjah tersebut tidak berasal dari syeikh-nya.
Mempersempit sumber-sumber pemahaman agama, dan hanya menerima dari ulama panutannya atau pemahaman dari kelompoknya sendiri secara terbatas, dengan menganggap pemahaman jalur lain sebagai bid’ah. Sangat mengecam perilaku yang dikategorikan tasabbuh dengan golongan kafir dan musyrik. Tapi, mengikuti cara berpikir dan kepemimpinan golongan zionis dengan menempatkan pendapat ulama panutannya melebihi Al-Qur’an dan hadits. Menampilkan identitas tertentu untuk membedakan diri dengan kelompok lain secara fanatik sebagaimana halnya dengan sekte-sekte di lingkungan Yahudi dan Kristen. Mengambil ajaran agama dengan mengutamakan hal-hal yang bersifat personal dan keluarga, tapi mengabaikan masalah kenegaraan dan jihad. Hal ini sejalan dengan doktrin Kristen: “Berikan hak Kaisar kepada Kaisar, dan hak Tuhan kepada Tuhan.” Sangat membenci, bahkan memusuhi gerakan Islam yang menuntut pemberlakuan Syari’ah Islam secara kaffah, terutama ajaran amar makruf nahyu mungkar dan jihad.
*Sumber : Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / April 2007 M, hal. 42-46
=================================================
lepas daripada kita setuju atau tidak namun kenyataan membuktikan bahwa perkembangan syiah dari waktu ke waktu semakin tidak dapat dibendung…
realitas ini membuat banyak orang semakin berpikir benarkah syiah sesat ? mereka yang berpikir tentu akan mencari tahu ..
mereka tidak cukup hanya menerima dari satu sumber saja apalagi jika melihat bahwa masa kini adalah masa teknologi dimana informasi tidak dapat dibendung…
mereka para pembenci maupun pendukung ajaran syiah saling memberikan argumentasi…
dan bagi mereka yang berakal mereka akan dapat menilai argumentasi manakah yang paling dapat diterima…
keberadaan website-website semacam ini kenyataannya tidak banyak membantu untuk membatasi perkembangan syiah indonesia…
hal ini dikarenakan bahwa mereka yang memilih jalan syiah sebagian besar adalah MANTAN pengikut faham ahlussunnah yang kemudian mereka sadari bahwa banyak hal-hal yang ternyata tidak dapat dijawab dalam faham yang mereka anut dan itu mereka dapatkan dalam faham syiah…
banyak sejarah dalam ahlussunah yang telah disembunyikan namun akhirnya terbongkar…
jika dahulu mereka hanya ditunjukkan keutamaan-keutamaan sahabat namun pada akhirnya mereka tahu bahwa sahabat ternyata tak “sebersih” yang mereka kira, dan itu semua ada dalam sejarah-sejarah ahlussunah yang coba untuk disembunyikan….
perkembangan syiah di indonesia melalui buku-buku maupun dunia maya semakin membuka mata mereka…
pendiskriditan atas faham syiah tidak banyak memberikan hasil karena dilakukan dengan cara-cara yang jauh daripada nilai-nilai keilmuan….
======================================================================’
perhatian kepada mesjid penting, akan tetapi website buatan salafi wahabi yang didanai
Selasa, 16 Maret 2010, 13:17:07 WIB -
oleh : http://www.rakyatmerdeka.co.id/internasional/2010/02/21/7308/MENARA-MASJID-RUNTUH-Raja-Maroko-Bebaskan-Ongkos-Penguburan
ya kita mesti perhatian kepada pembangunan masjid, akan tetapi hal lain juga wajib jadi perhatian
inilah website buatan salafi wahabi yang didanai asing :
http://syiahindonesia.com
http://syiahindonesia.com merupakan website berbiaya mahal, pembuatan nya menelan dana yang tidak sedikit, sumber dana pembuatan website http://syiahindonesia.com diduga dari pihak asing
website ini kalap dan gelap mata melakukan apa saja untuk menghancurkan mazhab syi’ah…. TApi aksi kalap ini semata mata karena motif uang/duit.
inilah (salah satu) website buatan salafi wahabi yang didanai asing :
http://www.gensyiah.com
http://www.gensyiah.com merupakan website berbiaya mahal, pembuatan nya menelan dana yang tidak sedikit, sumber dana pembuatan website http://www.gensyiah.com diduga dari pihak asing
website http://www.gensyiah.com kalap dan gelap mata melakukan PEMALSUAN dengan berpura pura sebagai syi’ah !!! mereka melakukan apa saja untuk menghancurkan mazhab syi’ah…. TApi aksi kalap ini semata mata karena motif uang/duit.
website http://www.gensyiah.com merupakan upaya salafi memalsukan syi’ah untuk menipu orang awam.
http://www.syiah.net
http://www.syiah.net merupakan website berbiaya mahal, pembuatan nya menelan dana yang tidak sedikit, sumber dana pembuatan website http://www.syiah.net diduga dari pihak asing.
website http://www.syiah.net kalap dan gelap mata melakukan apa saja untuk menghancurkan mazhab syi’ah…. TApi aksi kalap ini semata mata karena motif uang/duit.
website http://www.syiah.net menyebar ribuan hadis dha’if syi’ah sebagai upaya penipuan… Dalam mazhab syi’ah dan aswaja ada hadis hadis dha’if.. JAdi upaya mereka menyebarkan hadis dha’if sebagai alat tuduhan bahwa syi’ah sesat adalah ngawur…
simak berita ini dikutip dari http://www.rakyatmerdeka.co.id/internasional/2010/02/21/7308/MENARA-MASJID-RUNTUH-Raja-Maroko-Bebaskan-Ongkos-Penguburan:
http://hakekat .com
http://hakekat.com merupakan website berbiaya mahal, pembuatan nya menelan dana yang tidak sedikit, sumber dana pembuatan website http://hakekat.com diduga dari pihak asing.
hakekat.com merupakan website yang sangat banyak menebar makalah makalah propaganda anti syi’ah… Makalah tersebut dibuat dengan motif uang dari sponsor… Makalah mereka adalah fitnah karena berisi pemelintiran data dan manipulasi ilmiah.
http://haulasyiah.wordpress.com
http://halausyiah.com merupakan website berbiaya mahal, pembuatan nya menelan dana yang tidak sedikit, sumber dana pembuatan website http://www.halausyiah.com diduga dari pihak asing.
website http://haulasyiah.wordpress.co m kalap dan gelap mata melakukan apa saja untuk menghancurkan mazhab syi’ah…. TApi aksi kalap ini semata mata karena motif uang/duit.
haulasyiah.wordpress.com merupakan website pendukung ibnu taimiyah dan mereka menginduk ke dana asing yang melimpah menjadi motif website ini.
======================================================================
Tanggapan :
Provokasi Ulama Saudi Menentang Iran:
Mufti Besar Saudi: Iran Itu Majusi, Republik Islam Hanya Buat Menipu.
Mufti Wahabi Arab Saudi mengkritik dan mengklaim Iran telah ikut
campur tangan atas konflik di Bahrain, namun sama sekali tidak
menyinggung masuknya militer Saudi ke Bahrain yang menimbulkan banyak
korban jiwa
.
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, Mufti besar Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz bin
Abdullah Al Syaikh menuding orang Iran sebagai Majusi sambil menyatakan
keprihatinannya terhadap campur tangan Iran dalam konflik dalam negeri
Bahrain.
Beliau menegaskan, negara-negara teluk hendaklah waspada terhadap ambisi Negara Syiah Iran yang berhasrat mempengaruhi negara-negara Arab. Kata beliau, “Konspirasi Iran untuk menyebarkan Syiah beserta kedustaan-kedustaannya di kawasan telah dapat tercium”.
Namun sayangnya, syaikh besar ini lupa atau sama sekali sengaja untuk tidak mengungkit keterlibatan militer Saudi dan Emirat yang menimbulkan banyak korban jiwa warga sipil di Bahrain.
http://syiahindonesia.com, http://www.gensyiah.com, http://www.syiah.net, http://hakekat .com, http://haulasyiah.wordpress.com adalah agen asing.
web web tersebut didanai asing hanya untuk menghancurkan pengaruh Iran di indonesia.
Membaca Salafi, Wahabi dan Khawarij.
Dalam melihat faktor kemunculan pemikiran untuk kembali kepada
pendapat Salaf menurut Imam Ahmad bin Hambal dapat diperhatikan dari
kekacauan zaman saat itu. Sejarah membuktikan, saat itu, dari satu sisi,
kemunculan pemikiran liberalisme yang diboyong oleh pengikut Muktazilah
yang meyakini keturutsertaan dan kebebasan akal secara ekstrim dan
radikal dalam proses memahami agama. Sedang disisi lain, munculnya
pemikiran filsafat yang banyak diadopsi dari budaya luar agama,
menyebabkan munculnya rasa putus asa dari beberapa kelompok ulama Islam,
termasuk Ahmad bin Hambal. Untuk lari dari pemikiran-pemikiran semacam
itu, lantas Ahmad bin Hambal memutuskan untuk kembali kepada metode para
Salaf dalam memahami agama, yaitu dengan cara tekstual.
|
Muchtar Luthfi
AKHIR-AKHIR INI, di Tanah Air kita muncul banyak
sekali kelompok-kelompok pengajian dan studi keislaman yang
mengidentitaskan diri mereka sebagai pengikut dan penyebar ajaran para
Salaf Saleh. Mereka sering mengatasnamakan diri mereka sebagai kelompok
Salafi.
Dengan didukung dana yang teramat besar dari negara
donor, yang tidak lain adalah negara asal kelompok ini muncul, mereka
menyebarkan akidah-akidah yang bertentangan dengan ajaran murni
keislaman baik yang berlandaskan al-Quran, hadis, sirah dan konsensus
para salaf maupun khalaf. Dengan menggunakan ayat-ayat dan hadis yang
diperuntukkan bagi orang-orang kafir, zindiq dan munafiq, mereka ubah
tujuan teks-teks tersebut untuk menghantam para kaum muslimin yang tidak
sepaham dengan akidah mereka. Mereka beranggapan, bahwa hanya akidah
mereka saja yang mengajarkan ajaran murni monoteisme dalam tubuh Islam,
sementara ajaran selainnya, masih bercampur syirik, bid’ah, khurafat dan
takhayul yang harus dijauhi, karena sesat dan menyesatkan. Untuk itu,
dalam makalah ringkas ini akan disinggung selintas tentang apa dan siapa
mereka. Sehingga dengan begitu akan tersingkap kedok mereka selama ini,
yang mengaku sebagai bagian dari Ahlusunnah dan penghidup ajaran Salaf
Saleh.
DEFINISI SALAFIJika dilihat dari sisi bahasa, Salaf
berarti yang telah lalu.[2] Sedang dari sisi istilah, salaf diterapkan
untuk para sahabat Nabi, tabi’in dan tabi’ tabi’in yang hidup di
abad-abad permulaan kemunculan Islam.[3] Jadi, salafi adalah kelompok
yang ‘mengaku’ sebagai pengikut pemuka agama yang hidup dimasa lalu dari
kalangan para sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in. Baik yang berkaitan
dengan akidah, syariat dan prilaku keagamaan.[4] Bahkan sebagian
menambahkan bahwa Salaf mencakup para Imam Mazhab, sehingga salafi
adalah tergolong pengikut mereka dari sisi semua keyakinan
keagamaannya.[5].
Muhammad Abu Zuhrah menyatakan bahwa Salafi adalah
kelompok yang muncul pada abad ke-empat hijriyah, yang mengikuti Imam
Ahmad bin Hambal. Kemudian pada abad ketujuh hijriyah dihidupkan kembali
oleh Ibnu Taimiyah.[6]Pada hakekatnya, kelompok yang mengaku sebagai
salafi yang dapat kita temui di Tanah Air sekarang ini, mereka adalah
golongan Wahabi yang telah diekspor oleh pamuka-pemukanya dari dataran
Saudi Arabia. Dikarenakan istilah Wahabi begitu berkesan negatif, maka
mereka mengatasnamakan diri mereka dengan istilah Salafi, terkhusus
sewaktu ajaran tersebut diekspor keluar Saudi. Kesan negatif dari
sebutan Wahabi buat kelompok itu bisa ditinjau dari beberapa hal, salah
satunya adalah dikarenakan sejarah kemunculannya banyak dipenuhi dengan
pertumpahan darah kaum muslimin, terkhusus pasca kemenangan keluarga
Saud -yang membonceng seorang rohaniawan menyimpang bernama Muhammad bin
Abdul Wahab an-Najdi- atas semua kabilah di jazirah Arab atas dukungan
kolonialisme Inggris. Akhirnya keluarga Saud mampu berkuasa dan
menamakan negaranya dengan nama keluarga tersebut. Inggris pun akhirnya
dapat menghilangkan dahaga negaranya dengan menyedot sebagian kekayaan
negara itu, terkhusus minyak bumi. Sedang pemikiran Muhammad bin Abdul
Wahab, resmi menjadi akidah negara tadi yang tidak bisa diganggu gugat.
Selain menindak tegas penentang akidah tersebut, Muhammad bin Abdul
Wahab juga terus melancarkan aksi ekspansinya ke segenap wilayah-wilayah
lain diluar wilayah Saudi.[7]Sayyid Hasan bin Ali as-Saqqaf, salah satu
ulama Ahlusunnah yang sangat getol mempertahankan serangan dan ekspansi
kelompok wahabisme ke negara-negara muslim, dalam salah satu karyanya
yang berjudul “as-Salafiyah al-Wahabiyah” menyatakan: “Tidak ada
perbedaan antara salafiyah dan wahabiyah. Kedua istilah itu ibarat dua
sisi pada sekeping mata uang. Mereka (kaum salafi dan wahabi) satu dari
sisi keyakinan dan pemikiran. Sewaktu di Jazirah Arab mereka lebih
dikenal dengan al-Wahhabiyah al-Hambaliyah. Namun, sewaktu diekspor
keluar (Saudi), mereka mengatasnamakan dirinya sebagai Salafy”. Sayyid
as-Saqqaf menambahkan: “Maka kelompok salafi adalah kelompok yang
mengikuti Ibnu Taimiyah dan mengikuti ulama mazhab Hambali. Mereka semua
telah menjadikan Ibnu Taimiyah sebagai imam, tempat rujukan (marja’),
dan ketua. Ia (Ibnu Taimiyah) tergolong ulama mazhab Hambali. Sewaktu
mazhab ini berada di luar Jazirah Arab, maka tidak disebut dengan
Wahabi, karena sebutan itu terkesan celaan”. Dalam menyinggung masalah
para pemuka kelompok itu, kembali Sayyid as-Saqqaf mengatakan: “Pada
hakekatnya, Wahabiyah terlahir dari Salafiyah. Muhammad bin Abdul Wahab
adalah seorang yang menyeru untuk mengikuti ajaran Ibnu Taimiyah dan
para pendahulunya dari mazhab Hambali, yang mereka kemudian mengaku
sebagai kelompok Salafiyah”. Dalam menjelaskan secara global tentang
ajaran dan keyakinan mereka, as-Saqqaf mengatakan: “Al-Wahabiyah atau
as-Salafiyah adalah pengikut mazhab Hambali, walaupun dari beberapa hal
pendapat mereka tidak sesuai lagi (dan bahkan bertentangan) dengan
pendapat mazhab Hambali sendiri. Mereka sesuai (dengan mazhab Hambali)
dari sisi keyakinan tentang at-Tasybih (Menyamakan Allah dengan
makhluk-Nya), at-Tajsim (Allah berbentuk mirip manusia), dan an-Nashb
yaitu membenci keluarga Rasul saw (Ahlul-Bait) dan tiada menghormati
mereka”.[8] Jadi, menurut as-Saqqaf, kelompok yang mengaku Salafi adalah
kelompok Wahabi yang memiliki sifat Nashibi (pembenci keluarga Nabi
saw), mengikuti pelopornya, Ibnu Taimiyah.
PELOPOR PEMIKIRAN “KEMBALI KE METODE AJARAN SALAF.
”Ahmad bin Hambal adalah sosok pemuka hadis yang
memiliki karya terkenal, yaitu kitab “Musnad”. Selain sebagai pendiri
mazhab Hambali, ia juga sebagai pribadi yang menggalakkan ajaran kembali
kepada pemikiran Salaf Saleh. Secara umum, metode yang dipakai oleh
Ahmad bin Hambal dalam pemikiran akidah dan hukum fikih, adalah
menggunakan metode tekstual. Oleh karenanya, ia sangat keras sekali
dalam menentang keikutsertaan dan penggunaan akal dalam memahami ajaran
agama. Ia beranggapan, kemunculan pemikiran logika, filsafat, ilmu kalam
(teologi) dan ajaran-ajaran lain –yang dianggap ajaran diluar Islam
yang kemudian diadobsi oleh sebagian muslim- akan membahayakan nasib
teks-teks agama. Dari situ akhirnya ia menyerukan untuk berpegang teguh
terhadap teks, dan mengingkari secara total penggunaan akal dalam
memahami agama, termasuk proses takwil rasional terhadap teks. Ia
beranggapan, bahwa metode itulah yang dipakai Salaf Saleh dalam memahami
agama, dan metode tersebut tidak bisa diganggu gugat kebenaran dan
legalitasnya. Syahrastani yang bermazhab ‘Asyariyah dalam kitab
“al-Milal wa an-Nihal” sewaktu menukil ungkapan Ahmad bin Hambal yang
menyatakan: “Kita telah meriwayatkan (hadis) sebagaimana adanya, dan hal
(sebagaimana adanya) itu pula yang kita yakini”.[9]
Konsekwensi dari ungkapan Ahmad bin Hambal di atas
itulah, akhirnya ia beserta banyak pengikutnya –termasuk Ibnu Taimiyah-
terjerumus kedalam jurang kejumudan dan kaku dalam memahami teks agama.
Salah satu dampak konkrit dari metode di atas tadi adalah, keyakinan
akan tajsim (anthropomorphisme) dan tasybih dalam konsep ketuhanan,
lebih lagi kelompok Salafi kontemporer, pendukung ajaran Ibnu Taimiyah
al-Harrani yang kemudian tampuk kepemimpinannya dilanjutkan oleh
Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi. Suatu saat, datang seseorang kepada
Ahmad bin Hambal. Lantas, ia bertanya tentang beberapa hadis. Hingga
akhirnya, pertanyaan sampai pada hadis-hadis semisal: “Tuhan pada setiap
malam turun ke langit Dunia”, “Tuhan bisa dilihat”, “Tuhan meletakkan
kaki-Nya kedalam Neraka” dan hadis-hadis semisalnya. Lantas ia (Ahmad
bin Hambal) menjawab: “Kita meyakini semua hadis-hadis tersebut. Kita
membenarkan semua hadis tadi, tanpa perlu terhadap proses
pentakwilan”.[10]Jelas metode semacam ini tidak sesuai dengan ajaran
al-Quran dan as-Sunnah itu sendiri. Jika diperhatikan lebih dalam lagi,
betapa al-Quran dalam ayat-ayatnya sangat menekankan penggunaan akal dan
pikiran dalam bertindak.[11] Begitu juga hadis-hadis Nabi saw. Selain
itu, pengingkaran secara mutlak campur tangan akal dan pikiran manusia
dalam memahami ajaran agama akan mengakibatkan kesesatan dan
bertentangan dengan ajaran al-Quran dan as-Sunnah itu sendiri. Dapat
kita contohkan secara singkat penyimpangan yang terjadi akibat penerapan
konsep tadi. Jika terdapat ayat semisal “Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang
bersemayam di atas Arsy”,[12] atau seperti hadis yang menyatakan
“Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada setiap malam”[13],
lantas, disisi lain kita tidak boleh menggunakan akal dalam memahaminya,
bahkan cukup menerima teks sebagaimana adanya, maka kita akan terbentur
dengan ayat lain dalam al-Quran seperti ayat “Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia”.[14] Apakah ayat dari surat Thoha tadi berartikan
bahwa Allah bertengger di atas singgasana Arsy sebagaimana Ibnu Taimiyah
duduk di atas mimbar, atau turun ke langit dunia sebagaimana Ibnu
Taimiyah turun dari atas mimbarnya, yang itu semua berarti bertentangan
dengan ayat dari surat as-Syuura di atas. Jadi akan terjadi kontradiksi
dalam memahami hakekat ajaran agama Islam. Mungkinkah Islam sebagai
agama paripurna akan terdapat kontradiksi? Semua kaum muslimin pasti
akan menjawabnya dengan negatif, apalagi berkaitan dengan al-Quran
sebagai sumber utama ajaran Islam.Melihat kelemahan metode dasar yang
ditawarkan oleh Ahmad bin Hambal semacam ini, meniscayakan adanya
pengeroposan ajaran-ajaran yang bertumpu pada metode tadi. Dalam masalah
ini, kembali as-Sahrastani mengatakan: “Berbagai individu dari Salaf
telah menetapkan sifat azali Tuhan, semisal; sifat Ilmu, Kemampuan
(Qudrat)…dan mereka tidak membedakan antara sifat Dzati dan Fi’li.
Sebagaimana mereka juga telah menetapkan sifat khabariyah buat Tuhan,
seperti; dua tangan dan wajah Tuhan. Mereka tidak bersedia mentakwilnya,
dan mengatakan: itu semua adalah sifat-sifat yang terdapat dalam
teks-teks agama. Semua itu kita sebut sebagai sifat khabariyah”. Dalam
kelanjutan dari penjelasan mengenai kelompok Salafi tadi, kembali
as-Sahrastani mengatakan: “Para kelompok Salafi kontemporer meyakini
lebih dari para kelompok Salaf itu sendiri. Mereka menyatakan,
sifat-sifat khabari bukan hanya tidak boleh ditakwil, namun harus
dimaknai secara zahir. Oleh karenanya, dari sisi ini, mereka telah
terjerumus kedalam murni keyakinan tasybih. Tentu, permasalahan semacam
ini bertentangan dengan apa yang diyakini oleh para salaf itu
sendiri”.[15] Jadi sesuai dengan ungkapan Syahrastani, bahwa mayoritas
para pengikut kelompok Salafi kontemporer telah menyimpang dari
keyakinan para Salaf itu sendiri. Itu jika kita telaah secara global
tentang konsep memahami teks. Akibatnya, mereka akan terjerumus kepada
kesalahan fatal dalam mengenal Tuhan, juga dalam
permasalahn-permasalahan lainnya. Padahal, masih banyak lagi
permasalahan-permasalahan lain yang jelas-jelas para Salaf meyakininya,
sedang pengaku pengikut salaf kontemporer (salafi) justru mengharamkan
dengan alasan syirik, bidah, ataupun khurafat. Perlu ada tulisan
tersendiri tentang hal-hal tadi, dengan disertai kritisi pendapat dan
argumentasi para pendukung kelompok Wahabisme.[16] Itulah yang menjadi
alasan bahwa para pengikut Salafi (kontemporer) itu sudah banyak
menyimpang dari ajaran para Salaf itu sendiri, termasuk sebagian ajaran
imam Ahmad bin Hambal sendiri.[17]
FAKTOR MUNCULNYA KELOMPOK SALAFI
Dalam melihat faktor kemunculan pemikiran untuk
kembali kepada pendapat Salaf menurut Imam Ahmad bin Hambal dapat
diperhatikan dari kekacauan zaman saat itu. Sejarah membuktikan, saat
itu, dari satu sisi, kemunculan pemikiran liberalisme yang diboyong oleh
pengikut Muktazilah yang meyakini keturutsertaan dan kebebasan akal
secara ekstrim dan radikal dalam proses memahami agama. Sedang disisi
lain, munculnya pemikiran filsafat yang banyak diadopsi dari budaya luar
agama, menyebabkan munculnya rasa putus asa dari beberapa kelompok
ulama Islam, termasuk Ahmad bin Hambal. Untuk lari dari
pemikiran-pemikiran semacam itu, lantas Ahmad bin Hambal memutuskan
untuk kembali kepada metode para Salaf dalam memahami agama, yaitu
dengan cara tekstual.
Syeikh Abdul Aziz ‘Izzuddin as-Sirwani dalam
menjelaskan factor kemunculan pemikiran kembali kepada metode Salaf,
mengatakan: “Dikatakan bahwa penyebab utama untuk memegang erat metode
itu –yang sangat nampak pada pribadi Ahmad bin Hambal- adalah
dikarenakan pada zamannya banyak sekali dijumpai fitnah-fitnah,
pertikaian dan perdebatan teologis. Dari sisi lain, berbagai pemikiran
aneh, keyakinan-keyakinan yang bermacam-macam dan beraneka ragam budaya
mulai bermunculan. Bagaimana mungkin semua itu bisa muncul di khasanah
kelimuan Islam. Oleh karenanya, untuk menyelamatkan keyakinan-keyakinan
Islam, maka ia menggunakan metode kembali kepemikiran Salaf”.[18] Hal
semacam itu pula yang dinyatakan oleh as-Syahrastani dalam kitab
al-Milal wa an-Nihal.Fenomena semacam ini juga bisa kita perhatikan
dalam sejarah hidup Abu Hasan al-Asy’ari pendiri mazhab al-Asyariyah.
Setelah ia mengumumkan diri keluar dari ajaran Muktazilah yang selama
ini ia dapati dari ayah angkatnya, Abu Ali al-Juba’i seorang tokoh
Muktazilah dizamannya. Al-Asy’ari dalam karyanya yang berjudul
“al-Ibanah” dengan sangat jelas menggunakan metode mirip yang digunakan
oleh Ahmad bin Hambal. Namun karena ia melihat bahwa metode semacam itu
terlampau lemah, maka ia agak sedikit berganti haluan dengan mengakui
otoritas akal dalam memahami ajaran agama, walau dengan batasan yang
sangat sempit. Oleh karenanya, dalam karya lain yang diberi judul
“al-Luma’ ” nampak sekali betapa ia masih mengakui campur tangan dan
keturutsertaan akal dalam memahami ajaran agama, berbeda dengan metode
Ahmad bin Hambal yang menolak total keikutsertaan akal dalam masalah
itu. Dikarenakan al-Asy’ari hidup di pusat kebudayaan Islam kala itu,
yaitu kota Baghdad, maka sebutan Ahlusunnah pun akhirnya didentikkan
dengan mazhabnya. Sedang mazhab Thohawiyah dan Maturidiyah yang
kemunculannya hampir bersamaan dengan mazhab Asyariyah dan memiliki
kemiripan dengannya, menjadi kalah pamor dimata mayoritas kaum muslimin,
apalagi ajaran Ahmad bin Hambal sudah tidak lagi dilirik oleh
kebanyakan kaum muslimin. Lebih-lebih pada masa kejayaan Ahlusunnah,
kemunculan kelompok Salafi kontemporer yang dipelopori oleh Ibnu
Taimiyah yang sebagai sempalan dari mazhab imam Ahmad bin Hambal, pun
tidak luput dari ketidaksimpatian kelompok mayoritas Ahlusunnah.
Ditambah lagi dengan penyimpangan terhadap akidah Salaf yang dilakukan
Salafi kontemporer (pengikut Ibnu Taimiyah) -yang dikomandoi oleh
Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi- serta tindakan arogansi yang
dilancarkan para pengikut Salafi tersebut terhadap kalompok lain yang
dianggap tidak sependapat dengan pemikiran mereka.
KECURANGAN KELOMPOK SALAFI.
Setiap golongan bukan hanya berusaha untuk selalu
mempertahankan kelangsungan golongannya, namun mereka juga berusaha
untuk menyebarkan ajarannya. Itu merupakan suatu hal yang wajar. Akan
tetapi, tingkat kewajarannya bukan hanya bisa dinilai dari sisi itu
saja, namun juga harus dilihat dari cara dan sarana yang dipakai untuk
mempertahankan kelangsungan dan penyebaran ajaran golongan itu. Dari
sisi ini, kelompok Salafi banyak melakukan beberapa kecurangan yang
belum banyak diketahui oleh kelompok muslim lainnya. Selain kelompok
Ahlusunnah biasa, kelompok Ahli Tasawwuf dari kalangan Ahlusunnah dan
kelompok Syiah (di luar Ahlusunnah) merupakan kelompok-kelompok di luar
Wahabi (Salafi) yang sangat gencar diserang oleh kelompok Salafi.
Kelompok Salafi tidak segan-segan melakukan hal-hal
yang tidak ‘gentle’ dalam menghadapi kelompok-kelompok selain Salafi,
terkhusus Syiah. Menuduh kelompok lain dari saudara-saudaranya sesama
muslim sebagai ahli bid’ah, ahli khurafat, musyrik adalah kebiasaan
buruk kaum Salafi, walaupun kelompok tadi tergolong Ahlusunnah. Disisi
lain, mereka sendiri terus berusaha untuk disebut dan masuk kategori
kelompok Ahlusunnah. Berangkat dari sini, kaum Salafi selalu
mempropagandakan bahwa Syiah adalah satu kelompok yang keluar dari
Islam, dan sangat berbeda dengan pengikut Ahlusunnah. Mereka benci
dengan usaha-usaha pendekatan dan persatuan Sunnah-Syiah, apalagi
melalui forum dialog ilmiah. Mereka berpikir bahwa dengan mengkafirkan
kelompok Syiah, maka mereka akan dengan mudah duduk bersama dengan
kelompok Ahlusunnah. Padahal realitanya tidaklah semacam itu. Karena
mereka selalu menuduh kelompok Ahlusunnah sebagai pelaku Bid’ah,
Khurafat, Takhayul dan Syirik. Mereka berpikir, sewaktu seorang pengikut
Ahlusunnah melakukan ziarah kubur, tahlil, membaca shalawat dan pujian
terhadap Nabi, istighotsah, bertawassul dan mengambil berkah (tabarruk)
berarti ia telah masuk kategori pelaku syirik atau ahli bid’ah yang
telah jelas konsekwensi hukumnya dalam ajaran Islam.Singkat kata,
kebencian itu bukan hanya dilancarkan kepada Ahlusunnah, namun terlebih
pada kelompok Syiah. Kebencian kaum Salafi terhadap Syiah, bahkan
dilakukan dengan cara-cara tidak ilmiah bahkan cenderung arogan dan
premanisme, sebagaimana yang dilakukannya di beberapa tempat. Mereka
tahu bahwa kelompok Syiah sangat produktif dalam penerbitan buku-buku,
terkhusus buku-buku agama. Karya-karya ulama Syiah mampu mengikuti
perkembangan zaman dan dapat memberi masukan dalam menyelesaikan problem
intelektual yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat. Ulama Syiah mampu
mengikuti wacana yang sedang berkembang, plus cara penyampaiannya pun
dilakukan dengan cara ilmiah. Hal itulah yang menyebabkan kecemburuan
kelompok Salafi terhadap Syiah kian menjadi. Akhirnya, sebagai contoh
perbuatan licik yang mereka lakukan, sewaktu diadakan pameran
Internasional Book-Fair di Mesir, dimana kelompok Syiah pun turut
memeriahkan dengan membuka beberapa stand di pameran tersebut, melihat
hal itu, kelompok Salafi (Wahabi) memborong semua kitab-kitab Syiah di
stand-stand yang ada, yang kemudian membakar semua kitab yang
dibelinya.[19] Jika mereka berani bersaing dengan kelompok Syiah dari
sisi keilmiahan, kenapa mereka melakukan hal itu? Perlakuan mereka
semacam itu sebagai salah satu bukti kuat, bahwa mereka tidak terlalu
memiliki basis ilmiah yang cukup mumpuni sehingga untuk menghadapi
Syiah, mereka tidak memiliki jalan lain kecuali harus menggunakan
cara-cara emosional yang terkadang cenderung arogan itu. Cara itu juga
yang mereka lakukan terhadap para pengikut tasawuf dan tarekat yang
banyak ditemui dalam tubuh Ahlusunnah sendiri, khususnya di Indonesia.
Segala bentuk makar dan kebohongan untuk mengahadapi rival akidahnya
merupakan hal mubah dimata pengikut Salafi (Wahabi), karena kelompok
Salafi masih terus beranggapan bahwa selain kelompoknya masih dapat
dikategorikan pelaku syirik, bid’ah, khurafat dan takhayul. Perlakuan
mereka terhadap kaum muslimin pada musim haji merupakan bukti yang tidak
dapat diingkari.Yang lebih parah dari itu, para pendukung kelompok
Salafi –yang didukung dana begitu besar- berani melakukan perubahan pada
kitab-kitab standart Ahlusunnah, demi untuk menguatkan ajaran mereka,
yang dengan jelas tidak memiliki akar sejarah dan argumentasi (tekstual
dan rasional) yang kuat.
Dengan melobi para pemilik percetakan buku-buku
klasik agama yang menjadi standart ajaran –termasuk kitab-kitab hadis
dan tafsir- mereka berani mengeluarkan dana yang sangat besar untuk
merubah beberapa teks (hadis ataupun ungkapan para ulama) yang dianggap
merugikan kelompok mereka. Kita ambil contoh apa yang diungkapkan oleh
Syeikh Muhammad Nuri ad-Dirtsawi, beliau mengatakan: “Merubah dan
menghapus hadis-hadis merupakan kebiasaan buruk kelompok Wahabi. Sebagai
contoh, Nukman al-Alusi telah merubah tafsir yang ditulis oleh ayahnya,
Syeikh Mahmud al-Alusi yang berjudul Ruh al-Ma’ani. Semua pembahasan
yang membahayakan kelompok Wahabi telah dihapus. Jika tidak ada
perubahan, niscaya tafsir beliau menjadi contoh buat kitab-kitab tafsir
lainnya. Contoh lain, dalam kitab al-Mughni karya Ibnu Qodamah
al-Hambali, pembahasan tentang istighotsah telah dihapus, karena hal itu
mereka anggap sebagai bagian dari perbuatan Syirik. Setelah melakukan
perubahan tersebut, baru mereka mencetaknya kembali. Kitab Syarah Shohih
Muslim pun (telah dirubah) dengan membuang hadis-hadis yang berkaitan
dengan sifat-sifat (Allah), kemudian baru mereka mencetaknya
kembali”.[20]Namun sayang, banyak saudara-saudara dari Ahlusunnah lalai
dengan apa yang mereka lakukan selama ini. Perubahan-perubahan semacam
itu, terkhusus mereka lakukan pada hadis-hadis yang berkaitan dengan
keutamaan keluarga (Ahlul-Bait) Nabi. Padahal, salah satu sisi kesamaan
antara Sunni-Syiah adalah pemberian penghormatan khusus terhadap
keluarga Nabi. Dari sinilah akhirnya pribadi seperti sayyid Hasan bin
Ali as-Saqqaf menyatakan bahwa mereka tergolong kelompok Nashibi
(pembenci keluarga Rasul).Dalam kitab tafsir Jami’ al-Bayan, sewaktu
menafsirkan ayat 214 dari surat as-Syu’ara: “Dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabat-mu yang terdekat”, disitu, Rasulullah
mengeluarkan pernyataan berupa satu hadis yang berkaitan dengan
permulaan dakwah. Dalam hadis yang tercantum dalam kitab tafsir tersebut
disebutkan, Rasul bersabda: “Siapakah diantara kalian yang mau menjadi
wazir dan membantuku dalam perkara ini -risalah- maka akan menjadi
saudaraku…(kadza…wa…kadza)…”. Padahal, jika kita membuka apa yang
tercantum dalam tarikh at-Thabari kata “kadza wa kadza” (yang dalam
penulisan buku berbahasa Indonesia, biasa digunakan titik-titik) sebagai
ganti dari sabda Rasul yang berbunyi; “Washi (pengganti) dan
Khalifah-ku”. Begitu pula hadis-hadis semisal, “Aku adalah kota ilmu,
sedang Ali adalah pintunya” yang dulu tercantum dalam kitab Jaami’
al-Ushul karya Ibnu Atsir, kitab Tarikh al-Khulafa’ karya as-Suyuthi dan
as-Showa’iq al-Muhriqoh karya Ibnu Hajar yang beliau nukil dari Shohih
at-Turmudzi, kini telah mereka hapus. Melakukan peringkasan kitab-kitab
standard, juga sebagai salah satu trik mereka untuk tujuan yang sama.
Dan masih banyak usaha-usaha licik lain yang mereka lancarkan, demi
mempertahankan ajaran mereka, terkhusus ajaran kebencian terhadap
keluarga Nabi. Sementara sudah menjadi kesepakatan kaum muslimin, bahwa
mencintai keluarga Nabi adalah suatu kewajiban, sebagaimana Syair yang
pernah dibawakan oleh imam Syafi’i:“Jika mencintai keluarga Muhammad
adalah Rafidhi (Syiah), maka saksikanlah wahai ats-Tsaqolaan (jin dan
manusia) bahwa aku adalah Rofidhi”.[21]
SALAFI (WAHABI) DAN KHAWARIJ.
Tidak berlebihan kiranya jika sebagian orang
beranggapan bahwa kaum Wahabi (Salafi) memiliki banyak kemiripan dengan
kelompok Khawarij. Melihat, dari sejarah yang pernah ada, kelompok
Khawarij adalah kelompok yang sangat mirip sepak terjang dan
pemikirannya dengan kelompok Wahabi. Oleh karenanya, bisa dikatakan
bahwa kelompok Wahabi adalah pengejawantahan kelompok Khawarij di masa
sekarang ini. Disini, secara singkat bisa disebutkan beberapa sisi
kesamaan antara kelompok Wahabi dengan golongan Khawarij yang dicela
melalui lisan suci Rasulullah saw, dimana Rasul memberi julukan golongan
sesat itu (Khawarij) dengan sebutan “mariqiin”, yang berarti ‘lepas’
dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya.[22].
Paling tidak ada enam kesamaan antara dua golongan
ini yang bisa disebutkan. Pertama, sebagaimana kelompok Khawarij dengan
mudah menuduh seorang muslim dengan sebutan kafir, kelompok Wahabi pun
sangat mudah menuduh seorang muslim sebagai pelaku syirik, bid’ah,
khurafat dan takhayul. Yang semua itu adalah ‘kata halus’ dari
pengkafiran, walaupun dalam beberapa hal memiliki kesamaan dari
konsekwensi hukumnya. Abdullah bin Umar dalam mensifati kelompok
Khawarij mengatakan: “Mereka menggunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi
orang-orang kafir, lantas mereka terapkan untuk menyerang orang-orang
beriman”.[23] Ciri-ciri semacam itu juga akan dengan mudah kita dapati
pada pengikut kelompok Salafi (Wahabi) berkaitan dengan
saudara-saudaranya sesama muslim. Bisa dilihat, betapa mudahnya para
rohaniawan Wahabi (muthowi’) menuduh para jamaah haji sebagai pelaku
syirik dan bid’ah dalam melakukan amalan yang dianggap tidak sesuai
dengan akidah mereka.Kedua, sebagaimana kelompok Khawarij disifati
sebagaimana yang tercantum dalam hadis Nabi: “Mereka membunuh pemeluk
Islam, sedang para penyembah berhala mereka biarkan”,[24] maka sejarah
telah membuktikan bahwa kelompok Wahabi pun telah melaksanakan prilaku
keji semacam itu. Sebagaimana yang pernah dilakukan pada awal penyebaran
Wahabisme oleh pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab. Pembantaian
berbagai kabilah dari kaum muslimin mereka lakukan dibeberapa tempat,
terkhusus diwilayah Hijaz dan Iraq kala itu.Ketiga, sebagaimana kelompok
Khawarij memiliki banyak keyakinan yang aneh dan keluar dari
kesepakatan kaum muslimin, seperti keyakinan bahwa pelaku dosa besar
dihukumi kafir, kaum Wahabi pun memiliki kekhususan yang sama.Keempat,
seperti kelompok Khawarij memiliki jiwa jumud (kaku), mempersulit diri
dan mempersempit luang lingkup pemahaman ajaran agama, maka kaum Wahabi
pun mempunyai kendala yang sama.Kelima, kelompok Khawarij telah keluar
dari Islam dikarenakan ajaran-ajaran yang menyimpang, maka Wahabi pun
memiliki penyimpangan yang sama. Oleh karenanya, ada satu hadis tentang
Khawarij yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya, yang
dapat pula diterapkan pada kelompok Wahabi. Rasul bersabda: “Beberapa
orang akan muncul dari belahan Bumi sebelah timur. Mereka membaca
al-Quran, tetapi (bacaan tadi) tidak melebihi batas temggorokan. Mereka
telah keluar dari agama (Islam), sebagaimana terkeluarnya (lepas) anak
panah dari busurnya. Tanda-tanda mereka, suka mencukur habis rambut
kepala”.[25]
Al-Qistholani dalam mensyarahi hadis tadi
mengatakan: “Dari belahan bumi sebelah timur” yaitu dari arah timur kota
Madinah semisal daerah Najd.[26] Sedang dalam satu hadis disebutkan,
dalam menjawab perihal kota an-Najd: “Di sana terdapat berbagai
goncangan, dan dari sana pula muncul banyak fitnah”.[27] Atau dalam
ungkapan lain yang menyebutkan: “Disana akan muncul qorn setan”. Dalam
kamus bahasa Arab, kata qorn berartikan umat, pengikut ajaran seseorang,
kaum atau kekuasaan.[28]Sedang kita tahu, kota Najd adalah tempat lahir
dan tinggal Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi, pendiri Wahabi. Kota itu
sekaligus sebagai pusat Wahabisme, dan dari situlah pemikiran Wahabisme
disebarluaskan kesegala penjuru dunia. Banyak tanda zahir dari kelompok
tersebut. Selain mengenakan celana atau gamis hingga betis, mencukur
rambut kepala sedangkan jenggot dibiarkan bergelayutan tidak karuan
adalah salah satu syiar dan tanda pengikut kelompok ini.Keenam,
sebagaimana kelompok Khawarij meyakini bahwa “negara muslim” (Daar
al-Salam) jika penduduknya banyak melakukan dosa besar, maka dapat
dikategorikan “negara zona perang” (Daar al-Harb), kelompok radikal
Wahabi pun meyakini hal tersebut. Sekarang ini dapat dilihat, bagaimana
kelompok-kelompok radikal Wahabi –seperti al-Qaedah- melakukan aksi
teror diberbagai tempat yang tidak jarang kaum muslimin juga sebagai
korbannya.Tulisan ringkas ini mencoba untuk mengetahui tentang apa dan
siapa kelompok Salafi (Wahabi). Semoga dengan pengenalan ringkas ini
akan menjadi kejelasan akan kelompok yang disebut-sebut sebagai Salafi
ini, yang mengaku penghidup kembali ajaran Salaf Saleh. Sehingga kita
bisa lebih berhati-hati dan mawas diri terhadap aliran sesat dan
menyesatkan yang telah menyimpang dari Islam Muhammadi tersebut.
web web tersebut didanai asing hanya untuk menghancurkan pengaruh Iran di indonesia.
Rujukan:
[2] Lisan al-Arab Jil:6 Hal:330
[3] As-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Hal:9, karya Dr. M Said Ramadhan Buthi
[4] As-Shohwat al-Islamiyah Hal:25, karya al-Qordhowi
[5] Al-Aqoid as-Salafiyah Hal: 11, karya Ahmad bin Hajar Aali Abu Thomi
[6] Al-Madzahib al-Islamiyah Hal:331, karya Muhammad Abu Zuhrah
[7] Untuk lebih jelasnya, dapat ditelaah lebih
lanjut kitab tebal karya penulis Arab al-Ustadz Nasir as-Sa’id tentang
sejarah kerajaan Arab Saudi yang diberi judul “Tarikh aali Sa’ud”. Karya
ini berulang kali dicetak. Disitu dijelaskan secara detail sejarah
kemunculan keluarga Saud di Jazirah Arab hingga zaman kekuasaan raja
Fahd. Dalam karya tersebut, as-Said menetapkan bahwa keluarga Saud
(pendiri) kerajaan Arab Saudi masih memiliki hubungan darah dan
emosional dengan Yahudi Arab.
[8] Selengkapnya silahkan lihat: As-Salafiyah
al-Wahabiyah, karya Hasan bin Ali as-Saqqaf, cet: Daar al-Imam
an-Nawawi, Amman-Yordania
[9] Al-Milal wa an-Nihal Jil:1 Hal:165, karya as-Syahrastani
[10] Fi ‘Aqo’id al-Islam Hal:155, karya Muhammad bin Abdul Wahab (dalam kumpulan risalah-nya)
[11] Ayat-ayat al-Quran yang bebunyi “afalaa
ta’qiluun” (Apakah kalian tidak memakai akal) atau “Afalaa tatafakkarun”
(Apakah kalian tidak berpikir) dan semisalnya akan sangat mudah kita
dapati dalam al-Quran. Ini semua salah satu bukti konkrit bahwa al-Quran
sangat menekankan penggunaan akal dan mengakui keturutsertaan akal
dalam memahami kebenaran ajaran agama.
[12] Q S Thoha:5
[13] Al-Washiyah al-Kubra Hal:31 atau Naqdhu al-Mantiq Hal:119 karya Ibnu Taimiyah
[14] Q S as-Syura:11
[15] Al-Milal wa an-Nihal Jil:1 Hal:84
[16] Banyak hal yang terbukti dengan argumen teks
yang mencakup ayat, riwayat, ungkapan dan sirah para sahabat, tabi’in
dan tabi’ tabi’in diperbolehkan, namun paea kelompok Salafi (Wahabi)
mengharamkannya, seperti masalah; membangun dan memberi cahaya lampu
pada kuburan, berdoa disamping makam para kekasih Ilahi (waliyullah),
mengambil berkah dari makam kekasih Allah, menyeru atau meminta
pertolongan dan syafaat dari para kekasih Allah pasca kematian mereka,
bernazar atau sumpah atas nama para kekasih Allah, memperingati dan
mengenang kelahiran atau kematian para kekasih Allah, bertawassul, dan
melaksanakan tahlil (majlis fatehah)…semua merupakan hal yang diharamkan
oleh para kelompok Salafi, padahal banyak ayat dan riwayat, juga
prilaku para Salaf yang menunjukkan akan diperbolehkannya hal-hal tadi.
[17] Salah satu bentuk penyimpangan kelompok Wahabi
terhadap ajaran imam Ahmad bin Hambal adalah pengingkaran Ibnu Taimiyah
terhadap berbagai hadis berkaitan dengan keutamaan keluarga Rasul, yang
Imam Ahmad sendiri meyakini keutamaan mereka dengan mencantumkannya
dalam kitab musnadnya. Dari situ akhirnya Ibnu Taimiyah bukan hanya
mengingkari hadis-hadis tersebut, bahkan melakukan pelecehan terhadap
keluarga Rasul, terkhusus Ali bin Abi Thalib. (lihat: Minhaj as-Sunnah
Jil:8 Hal:329) Dan terbukti, kekhilafahan Ali sempat “diragukan” oleh
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “Minhaj as-Sunnah” (lihat: Jil:4 Hal:682),
dan ia termasuk orang yang menyebarluaskan keraguan itu. Padahal, semua
kelompok Ahlusunnah “meyakini” akan kekhilafahan Ali. Lantas, masihkah
layak Ibnu Taimiyah beserta pengikutnya mengaku sebagai pengikut
Ahlussunnah?
[18] al-Aqidah li al-Imam Ahmad bin Hambal Hal:38
[19] As-Salafiyah baina Ahlusunnah wa al-Imamiyah Hal:680
[20] Rudud ‘ala Syubahaat as-Salafiyah Hal:249
[21] Diwan as-Syafi’i Hal:55
[22] Musnad Ahmad Jil:2 Hal:118
[23] Sohih Bukhari Jil:4 Hal:197
[24] Majmu’ al-Fatawa Jil:13 Hal:32, karya Ibnu Taimiyah
[25] Shahih Bukhari, kitab at-Tauhid Bab:57 Hadis ke-7123
[26] Irsyad as-Saari Jil:15 Hal:626
[27] Musnad Ahmad Jil:2 Hal:81 atau Jil:4 Hal:5
[28] Al-Qomuus Jil:3 Hal:382 kata: Qo-ro-na
Komentar Pembaca
- Ya begitulah manusia
kalau terhijab. Hilang akal dan argumentasi. Menuduh pihak lain tanpa
mempertimbangkan bahwa tuduhan itu lebih cocok buat penuduh. SA tak
berani berhadapan dengan Israel. SA cuma berani berhadapan dengan para
demonstran yang tidak bersenjata. Dari sini saja sudah bisa dilihat
nalar ketidakadilan mereka.
- ulama kok begini ya? tidak menggambarkan
ulama dalam kata”nya, bahkan dari wajah aja sptnya baru dikarbit dalam
peti kerajaan jadi membual seenaknya…sebaiknya org-orang seperti ini
dibungkus saja n dilempar ke laut…. provokasi agar umat islam terpecah
belah, dia lebih baik berpelukan dengan amerika dari pada dengan kaum
muslimin sendiri,,,,manusia di dunia ini tidak bodoh wahai
Syaeikh!!!mereka baca n tahu siapa saudai arabia….Sejak sekian lama Universiti Al-Azhar Asy-Syarif yang berada di kota Kairo-Mesir telah menjadi pusat dan kiblat pendidikan bagi masyarakat Ahlus Sunnah. Al-Azhar telah banyak mencetak para ulama dan tokoh Ahlus Sunnah yang kemudian tersebar di segala penjuru dunia, termasuk Malaysia & Indonesia. Para alumni al-Azhar dapat bersaing dengan alumni-alumni Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Sudan, Tunis, Moroko, Jordan, Qatar dan negara-negara lainnya. Inilah salah satu penyebab al-Azhar menjadi semakin berpengaruh di berbagai negara muslim dunia, sehingga seorang pemimpin al-Azhar menjadi rujukan dan panutan bagi pemimpin perguruan tingi lain di Timur Tengah.Di sini, saya akan menunjukkan beberapa fatwa dari para petinggi al-Azhar berkenaan kebebasan beramal dengan mazhab Ja`fari, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syiah Imamiah Itsna ‘Asyariyah. Kita akan mulai dengan fatwa dari guru besar yang memulai fatwa pembolehan tersebut.
Fatwa As Syeikh Al Azhar Mahmud Shaltut.
Asy-Syeikh Al-Azhar Al-Marhum Syeikh Salim Busyra r.a.
Asy-Syeikh Al-Azhar Muhammad Fahham.
Asy-Syeikh Al-Azhar Abdul Halim Mahmud.
Terjemahan Teks Fatwa Pertama.
Berikut saya terjemahkan teks fatwa pertama sebagai bukti Syiah Imamiyah adalah sah sebagai mazhab Islam yang boleh diamalkan :Fatwa Rektor Universitas Al-Azhar, Syaikh Al-Akbar Mahmud Syaltut.
Pejabat Pusat Universiti al-Azhar.
Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang
Teks Fatwa yang dikeluarkan Yang Mulia Syaikh Al-Akbar Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al-Azhar tentang Kebolehan Mengikuti Mazhab Syiah Imamiah.
Soal: Yang Mulia, sebahagian orang percaya bahawa penting bagi seorang Muslim untuk mengikuti salah satu dari empat mazhab yang terkenal agar ibadah dan muamalahnya benar secara syar’i, sementara Syiah Imamiah bukan salah satu dari empat mazhab tersebut, begitu juga Syiah Zaidiah. Apakah Yang Mulia setuju dengan pendapat ini dan melarang mengikuti mazhab Syiah Imamiyah Itsna ’Asyariyah misalnya?
Jawab:
1. Islam tidak menuntut seorang Muslim untuk mengikuti salah satu mazhab tertentu. Sebaliknya, kami katakan: setiap Muslim punya hak mengikuti salah satu mazhab yang telah diriwayatkan secara sahih dan fatwa-fatwanya telah dibukukan. Setiap orang yang mengikuti mazhab-mazhab tersebut boleh berpindah ke mazhab lain, dan bukan sebuah tindakan kriminal baginya untuk melakukan demikian.
2. Mazhab Ja’fari, yang juga dikenal sebagai Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyyah (Syiah Dua Belas Imam) adalah mazhab yang secara agama benar untuk diikuti dalam ibadah sebagaimana mazhab Sunni lainnya.
Kaum Muslim wajib mengetahui hal ini, dan sebolehnya menghindarkan diri dari prasangka buruk terhadap mazhab tertentu mana pun, kerana agama Allah dan Syari’atnya tidak pernah dibatasi pada mazhab tertentu. Para mujtahid mereka diterima oleh Allah Yang Mahakuasa, dan dibolehkan bagi yang bukan-mujtahid untuk mengikuti mereka dan menyepakati ajaran mereka baik dalam hal ibadah maupun transaksi (muamalah).
Tertanda,
Mahmud Syaltut
Fatwa di atas dikeluarkan pada 6 Juli 1959 dari Rektor Universitas al-Azhar dan selanjutnya dipublikasikan di berbagai penerbitan di Timur Tengah yang mencakup, tetapi tidak terbatas hanya pada:
1. Surat kabar Ash-Sha’ab (Mesir), terbitan 7 Juli 1959.
2. Surat kabar Al-Kifah (Lebanon), terbitan 8 Juli 1959.
Bagian di atas juga dapat ditemui dalam buku Inquiries About Islam oleh Muhammad Jawad Chirri, Direktur Pusat Islam Amerika (Islamic Center of America), 1986, Detroit, Michigan.
Fatwa Ulama Islam Sunni Lain.
Fatwa Mufti Agung Syria, Almarhum Syeikh Ahmad Kaftaroo.-
Syeikh Ahmad Kaftaroo
Jawab: Membatasi feqah Islam hanya kepada Al-Quran suci dan Sunnah adalah kelalaian terhadap agama Islam dan ini telah menjadikan agama yang benar ini suatu agama yang berpandangan kabur yang terbatas pada sasaran kecil yang tidak mampu memenuhi berbagai keinginan manusia dan persoalan-persoalan kehidupan.
Sudut pandang mazhab-mazhab ini dalam cabang-cabang feqah berbeza. Meskipun demikian, mazhab-mazhab feqah ini berjalan di atas prinsip-prinsip Islam dan begitu juga di dalam prinsip-prinsip yang dapat diperdebatkan, perbezaan-perbezaan yang ada di antara para fuqaha` berkaitan cabang-cabang dari mazhab Islam adalah untuk memudahkan orang-orang dan menghilangkan berbagai kesulitan mereka.
Kerana itu, dengan mempertimbangkan fakta-fakta ini, mengikuti (bertaqlid) kepada salah satu mazhab-mazhab diizinkan sekalipun itu mengharuskan ia mengarah ke eklektisisme kerana Mazhab Maliki dan sekelompok Mazhab Hanafi secara tepat mempunyai fatwanya. Dengan demikian, beramal yang didasarkan pada mazhab-mazhab Islam yang termudah atau bertaqlid pada perintah-perintah termudah ketika itu mengharuskannya dan layak diizinkan, kerana agama Tuhan adalah mudah, bukan agama yang sulit.
Misalnya, Allah SWT berfirman: Maka barang siapa terpaksa kerana kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Mâidah:3).
Kerana itu, Mazhab Zaidi digolongkan sebagai salah satu mazhab Islam termulia terutama sekali ketika buku yang ditulis oleh Imam Yahya bin Murtadha berjudul Al-Bahr Azh-Zhakhar Al-Jamâ, suatu ensiklopedi fikih di dalamnya tidak ada perbedaan apa pun dengan fikih dari Ahlus Sunnah kecuali mereka mempunyai perbedaan-perbedaan parsial di dalam isu-isu seperti ketidaksahan mengusap kepala atau kaki dengan ujung jari-ujung jari yang basah ketika berwudhu juga pemboikotan atas pembantaian oleh non-Muslim.
Syiah Imamiah adalah mazhab Islam yang paling dekat kepada mazhab Imam Syafi’i. Perbedaan fiqihnya dengan fiqah Ahlus Sunnah hanya terkait pada tujuh belas permasalahan.
Demikian juga Mazhab Ibadhiah adalah mazhab yang paling dekat kepada mazhab Ahlul Jamaah (Sunni) menyangkut pendapat tersebut karena perintah-perintah fikih dari para pengikutnya diturunkan berdasarkan Al-Quran, Sunnah, ijma’, dan qiyas.
Kerana alasan–alasan di atas, perbezaan-perbedzaan yang ada di antara para fuqaha seharusnya tidak boleh dianggap sebagai tidak lazim kerana agama itu dinilai sebagai realiti yang satu dan unik. Lagi pula, sumber dan asal-muasal agama semata-mata Wahyu Ilahi.
Tidak pernah terdengar bahwa perbezaan-perbezaan yang ada di antara mazhab-mazhab fiqih telah memicu pertikaian atau konflik bersenjata di antara para pengikut mazhab. Semua itu kerana perbezaan-perbezaan yang ada di antara mazhab-mazhab Islam berkenaan dengan fiqih ilmiah dan ijtihad bersifat parsial, dan menurut Nabi Islam SAW, “Kerana keputusan ijtihadnya, fakih menerima pahalanya. Jika ijtihadnya sesuai, dua pahala untuknya. Jika tidak sesuai, tetap ada satu pahala untuknya.”.
Dengan demikian, tidaklah tepat menisbatkan sesuatu apa pun kepada mazhab-mazhab Islam kecuali jika di dalam kerangka ini. Mazhab-mazhab yang disebutkan adalah mazhab-mazhab Islam dan fikih mereka terhormat juga didukung.
Fatwa Mantan Mufti Agung Mesir, Nashr Farid Washl, Mengenai “Iqtida” (Mengikuti) Para Pengikut Mazhab Islam lain dari Ahlul Bait AS.
-
Nashr Farid Washl
Wassalamu’alaikum wa rahmatulah,
Bagaimanakah pendapat Anda mengenai orang yang bertaklid kepada Imam Ahlul Bait AS?
Jawab:
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Sudah maklum bahwa setiap Muslim yang beriman kepada Allah SWT , bersyahadat atas monoteisme (tauhid), mengakui misi Nabi Muhammad SAW, tidak menyangkal perintah-perintah agama dan orang yang dengan sepenuhnya sadar akan rukun-rukun Islam dan salat dengan tata cara yang benar, maka niscaya juga tepat baginya sebagai imam salat jamaah bagi yang lain dan juga mengikuti imamah orang lain ketika melakukan salat sehari-hari meskipun ada perbedaan-perbedaan (paham) keagamaan di antara imam dan makmumnya. Prinsip ini pun berlaku bagi Syiah Ahlul Bait AS.
Kita bersama mereka (Syiah Ahlul Bait) menyangkut Allah, Rasulullah SAW, Ahlul Bait AS, juga para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada perbedaan di antara kita dan mereka menyangkut prinsip-prinsip dan dasar-dasar syariah Islam juga kewajiban-kewajiban desisif agama.
Ketika Allah SWTmemberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga bisa hadir di Republik Islam Iran di kota-kota seperti Tehran dan Qum. Ketika kami menjadi imam salat berjamaah mereka bermakmum kepada kami, begitu juga ketika mereka menjadi imam kami bermakmum kepada mereka.
Karena itu, kami memohon kepada Allah SWT untuk melahirkan persatuan di antara umat Islam, menghapus setiap permusuhan, kesulitan, perbedaan di antara mereka dan mengangkat kesulitan-kesulian yang ada di antara mereka sekaitan dengan fikih dan kewajiban-kewajiban agama yang sekunder.
Kesimpulan:
Seperti yang anda telah dapat lihat dan baca di atas, mereka ialah antara beberapa ulama besar dalam dunia Islam Ahlul Sunnah, dan dapat diperhatikan bahawa mereka membenarkan, mempersetujui serta berpandangan positif terhadap mazhab Ahlulbait. Mereka tidak akan sewenang-sewenangnya mengeluarkan fatwa, jika mereka tidak memahami dan mendalami sesuatu perkara itu.
Oleh itu, Ayyuhal Muslimun, contohilah mereka, dan janganlah kalian menunjukkan perasaan permusuhan dan buruk sangka pada kami. Marilah kita jalinkan hubungan persaudaraan, kita menyembah tuhan yang sama, mengikuti Rasul yang sama, Kiblat kita sama, banyak lagi hal-hal yang kita punya persamaan berbanding perbezaan.
Ayyuhai Muslimun, ikutilah seruan perpaduan ini, buangkan sangka buruk dahn hasutan syaitan dari kita. Sahutlah tangan saudara mu ini, dan bersama, ISLAM ITU KUAT.
=========================================================================
Fatwa al-Azhar Mesir terhadap Mazhab Syiah dapat dirujuk kembali dalam kebanyakan media cetak pada 6 Julai 1959.
Pejabat Pusat Universiti Al-Azhar:
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
Teks Fatwa Al-Azhar diterbitkan daripada kewibawaannya.
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
Teks Fatwa Al-Azhar diterbitkan daripada kewibawaannya.
Shaikh al-Akbar Mahmud Shaltut,
Dekan al-Azhar Universiti, dalam sahnya mengikuti mazhab Syiah Imamiah.
Sesungguhnya setengah golongan manusia percaya, bahawa wajib beribadat dan bermuamalat dengan jalan yang sah dan berpegang dengan salah satu daripada mazhab-mazhab yang terkenal dan bukan daripadanya mazhab Syiah Imamiah atau mazhab Syiah Zaidiah. Apakah pendapat tuan bersetuju dengan pendapat ini dan melarang mengikuti mazhab Syiah Imamiah al-Istna Ashariyah misalannya?
Jawabnya:
1) Sesungguhnya Islam tidak mewajibkan seseorang Muslim mengikuti mana-mana mazhab pun adanya. Akan tetapi kami mengatakan setiap Muslim punyai hak untuk mengikuti satu daripada mazhab yang benar yang fatwanya telah dibukukan dan barangsiapa yang mengikuti mazhab-mazhab itu boleh juga berpindah ke mazhab lain tanpa rasa berdosa sedikit pun.
2) Sesunguhnya mazhab Jafari yang dikenali juga sebagai Syiah Imamiah al-Istna Asyariyyah dibenarkan mengikuti hukum-hukum syaraknya sebagaimana mengikuti mazhab Ahlul Sunnah.
Maka patutlah bagi seseorang Muslim mengetahuinya dan menahan diri dari sifat taksub tanpa hak terhadap satu mazhab. Sesungguhnya agama Allah dan syariatnya tidak membatas kepada satu mazhab mana pun. Para Mujtahid diterima oleh Allah dan dibenarkan kepada bukan Mujtahid mengikuti mereka dengan yang mereka ajar dalam Ibadah dan Muamalat.
Sign,
Mahmud Shaltut.
Demikian fatwa diumumkan pada 6 Julai 1959 dari pejabat Universiti al-Azhar kemudiannya disiarkan dalam media cetak antaranya:
1. Surat khabar al-Sha’ab Mesir, 7 Julai 1959.
2. Surat Khabar Lubnan, 8 Julai 1959.
===================================